You are on page 1of 5

Nama : Zahratul Hayati

Nim : P07131117128
Prodi : Diploma III
Mata Kuliah : Sosiologi Antropologi Gizi
Dosen Pembimbing : Drs. Jumarianto,Msi

1. Kepercayaan, adat, kebiasaan

A. Pengertian kepercayaan, adat, kebiasaan


Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita
memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan
oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu
keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang yang
lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).
Menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang
merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap
perilaku yang baik dari orang lain. Kepercayaan konsumeni didefinisikan sebagai
kesediaan satu pihak untuk menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan
harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan penting untuk pihak yang
mempercayainya, terlepas dari kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan
tindakan pihak yang dipercaya (Mayer et al, 1995).
Menurut Ba dan Pavlou (2002) mendefinisikan kepercayaan sebagai penilaian
hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu sesuai
dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian.
Adah atau adat ini dalam bahasa Arab disebut dengan arti ‘kebiasaan’ yaitu perilaku
masyarakat yang selalu terjadi. Wulansari (2012:1). Adat istiadat adalah suatu komplek
norma-norma yang oleh individu-individu yang menganutnya dijunjung tinggi dalam
kehidupan.

Syah Dalam Nurlin Ibrahim mengemukakan bahwa adat adalah kaidah-kaidah sosial
yang tradisional yang sakral ini berarti bahwa adalah ketentuan leluhur dan ditaati
secara turun temurun. Ia merupakan tradisi yang mengatur masyarakat penduduk asli
indonesia yang dirasakan oleh anggota-anggotanya sangat mengikat. Sebagai kaidah-
kaidah sosial yang dianggap sakral, maka pelaksanaan adat ini hendaknya dilaksanakan
berdasarkan norma-norma adat yang berlaku disetiap daerah dengan tanpa
memperhatikan adanya stratifikasi dalam kehidupan masyarakat. Ibrahim (2009:5).

Jadi dapat disimpulkan bahwa adat merupakan kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan


yang harus dipatuhi oleh masyarakat adat yang memuat kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai
dan norma-norma hukum lainnya yang saling mempengaruhi dan menjadi suatu system
yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu. Dengan demikian adat merupakan aturan
yang berlaku pada suatu masyarakat, agar anggota masyarakat dapat menyesuaikan
perbuatannya dengan tata kelakuan yang dibuatnya tersebut.
Kebiasaan adalah tindakan yang lazim/umum dilakukan masyarakat. Contohnya
kebiasaan makan dengan tangan kanan, kebiasaan bertegur sapa bila bertemu dengan
orang yang telah dikenal. Meskipun bukan merupakan aturan, kebiasaan mempunyai
pengaruh terhadap
perilaku keseharian warga masyarakat. Pada umumnya orang berusaha berperilaku
sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang melakukan hal itu
agar ia diterima dalam masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang kurang atau tidak
mengindahkan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat cenderung kurang diterima
masyarakat.

B. Manfaat petugas gizi mempelajari kepercayaan, adat dan kebiasaan.

Di dalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan
dengan kesehatan gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi,
sehingga dalam 2 rangka memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan khusus
nya gizi dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan
dengan agamanya.

Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui organisasi
apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana yang menjadi
panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan strategi pendekatan yang lebih
tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat.

 Petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang


kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan
mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu
dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
 Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah
berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa
persaudaraan.
 Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena petugas
kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat untuk menyampaikan
pesan kesehatan.
 Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata
pencaharian ada kaitannya dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
 Teknologi dan peralatan masyarakat setempat . Masyarakat akan lebih mudah menerima
pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang
dikenal masyarakat.

2. Perubahan pendapatan, status sosial, dan gizi

A. Pengertian pendapatan,status sosial,dan gizi

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan
dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang
penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi
pengeluaran.
Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan
jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan
keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk
menarik investor.

Status sosial adalah lokasi atau posisi seseorang dalam sistem sosial yang hierarkis, yang
sekaligus menentukan peran sosial seseorang. Lokasi atau posisi dalam strata sosial berbeda-
beda, tergantung pada hak dan kewajiban, serta biasanya ditentukan pula oleh gaya hidup dan
pola konsumsi seseorang. Perbedaan posisi tersebut menggambarkan perbedaan status. Pada
gilirannya, posisi tertentu bernilai sosial tinggi dan posisi yang lain rendah. Masyarakat pada
umumnya mengejar posisi yang bernilai sosial tinggi untuk mendapat penghargaan,
penghormatan, dan respek dari masyarakat banyak.

Definisi status sosial di atas menunjukkan bahwa status berkaitan erat dengan stratifikasi sosial.
Pembedaan nilai terhadap status sosial berada dalam sistem stratifikasi. Oleh sebab itu, apabila
seseorang hidup dalam masyarakat yang kondisinya sama rata dan sama rasa, dimana setiap
orang memiliki kedudukan yang relatif sama, maka status sosial menjadi kurang penting untuk
dikejar.

Gizi pun bisa diartikan sebagai sesuatu yang memengaruhi adanya proses perubahan yang ada
pada setiap makanan yang masuk dalam tubuh yang bisa mempertahankan tubuh agar tetap
sehat. Para ahli yang mempelajari tentang Gizi dikenal sebagai Ilmu Gizi.

B. Hubungan perubahan pendapatan dengan status social

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial
ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli
bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga
bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan.
Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat memenuhi
kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya
(Fikawati & Shafiq, 2012). Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan
yang diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula
persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli daging, buah, sayuran dan beberapa
jenis bahan makanan lainnya (Fikawati & Shafig, 2012) Kemiskinan sebagai penyebab gizi
kurang menduduki posisi pertama pada kondisi umum di masyarakat. Masalah utama
penduduk miskin pada umumnya sangat tergantung pada pendapatan perhari yang pada
umumnya tidak mencukupi kebutuhan dasar secara normal. Penduduk miskin cenderung
tidak mempunyai cadangan panagan karena daya belinya rendah. Pada tahun 1998, ada
51,0% rumah tangga didaerah perkotaan dan 47,5% rumah tangga didaerah, pedesaan
mengalami masalah kekurangan konsumsi pangan (Ernawati, 2006) Pada umumnya,
dengan meningkatnya pendapatan perorangan, terjadilah perubahan-perubahan dalam
susunan makanan. Akan tetapi, pengeluaran uang lebih Universitas Sumatera Utara banyak
untuk pangan yang tidak terjamin lebih beragamnya konsumsi pangan (Suhardjo, 1999)
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan (Proverawati
& Asfuah, 2009)

C. Hubungan perubahan pendapatan dengan status gizi

Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan, seperti
tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti ibu
hamil yang tabu mengonsumsi ikan ( Hartriyanti & Triyanti, 2012)

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya


Manusia (SDM) yang berkualitas, artinya SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental
yang kuat dan kesehatan yang prima. Gizi merupakan salah satu penentu bagi pencapaian
peningkatan kualitas SDM dan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia (Helendra
dkk, 2012). Kekurangan gizi dapat merusak bangsa, saat ini Indonesia termasuk salah satu
dari 117 negara yang mempunyai tiga masalah gizi tinggi pada balita yaitu stunting,
wasting dan overweight yang dilaporkan di dalam Global Nutrition Report (GNR) 2014
Nutrition Country Profile Indonesia. Status gizi pada bayi dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu menyangkut faktor yang ada dalam diri anak
yang secara psikologis muncul sebagai masalah makan pada anak sedangkan faktor
eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga, sehingga uang yang tersedia tidak
cukup untuk membeli makanan. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
sebagian besar anak kurang gizi berasal dari keluarga miskin, anak–anak yang tumbuh
dalam suatu keluarga miskin merupakan kelompok yang paling rawan terhadap gizi kurang.
Kemiskinan berdampak pada sumber keuangan sehingga mengurangi kesempatan untuk
makan yang sehat. Anak dibawah lima tahun yang berasal dari keluarga dengan
penghasilan rendah berisiko tinggi mengalami defisiensi mikronutrien dan pertumbuhan
terhambat (Triwibowo dan Pusphandani, 2015). Sosial ekonomi merupakan suatu
kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu
dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dimainkan oleh orang yang membawa status tersebut (Sumardi,
2011). Status sosial ekonomi rendah maka kebutuhan makanan keluarga akan kurang
terpenuhi sehingga anak akan memiliki status gizi kurang (Basrowi, 2010). Akibat gizi
buruk pada balita, mereka akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik maupun kecerdasan. Pada tingkat kecerdasan, dikarenakan tumbuh kembang otak
hampir 80% terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun (Novi dan Muzakkir,
2014).

Daftar Pustaka

 http://zaysscremeemo.blogspot.com/2012/07/pengertian-
kepercyaan.html?m=1
 https://sei-kura29.blogspot.co.id/2017/07/pengertian-adat-menurut-beberapa-
ahli.html?m=1
 http://www.bhataramedia.com/forum/jelaskan-pengertian-kebiasaan-dan-
sebutkan-contohnya/
 http://satyaexcel.blogspot.co.id/2012/10/makalah-tentang-aspek-sosial-
budaya.html?m=1
 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pendapatan
 http://sosiologis.com/status-sosial
 https://www.sekolahpendidikan.com/2017/05/pengertian-gizi-jenis-jenis-dan-
fungsi.html?m=1
 https://ejournalhealth.com/index.php/kesmas/article/viewFile/475/463
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37295/Chapter%20II.p
df;jsessionid=F87A205C6A2EC3539B0A59CA9D9F3D2A?sequence=4

You might also like