You are on page 1of 13

PENERAPAN KOMUNIKASI BERDASAR TINGKAT USIA

A. Komunikasi Pada Bayi (0-1 tahun)


Komunikasi pada bayi umumnya dilakukan dengan melalui gerakan-gerakan bayi,
gerakan tersebut sebagai alat komunikasi efektif, disamping itu komunikasi pada bayi dapat
dilakukan secara non verbal.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada
bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tekhnik sentuhan
seperti mengusap, menggendong, memangku, mencium dan lain- lain. Perkembangan
komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang
menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara
bayi.

Tingkat perkembangan indra pada bayi :


1. Penglihatan
Pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga penglihatannya
masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak telah mampu merespon cahaya. Pada usia ini,
kemampuan koordinasi otot mata bayi mulai tampak sehingga ia mampu menangkap
gerak benda yang digerakkan di sekitar matanya dan mengedipkan matanya terhadap
sinar yang terang dan suara. Pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu
untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum dan ia mampu melihat objek dengan jelas dalam jarak relatif jauh.
Pada usia enam bulan bayi telah mampu mengidentifikasi warna, mampu melihat
beberapa gambar yang terdapat dalam buku.
2. Pendengaran
Pada saat lahir, bayi dapat dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga sampai
ketujuh bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dari lingkungannya. Dalam beberapa
hari, bayi telah mampu membedakan berbagai suara misalnya membedakan suara ibunya
dari suara orang lain.
Pada usia ke enam belas minggu bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara
yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan
kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya. Pada akhir tahun pertama bayi sudah
mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
3. Perabaan
Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala sentuhan, tekanan dan
suhu.
4. Penciuman dan pengecapan
Hidung dan lidah merupakan indra yang cukup peka pada bayi, sehingga ada kalanya
bayi menolak makanan, dan mereka dapat menentukan bau susu ibunya dan merespon
terhadap bau susu tersebut dengan menoleh kearah ibunya. Seiring peningkatan usia,
kemampuan penerimaan rangsang suara juga berkembang sehingga sejak usia tiga bulan,
komunikasi dengan bayi mulai dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa.
5. Wicara
Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga bentuk, yang lebih dikenal
sebagai “bentuk prawicara” (prespeech forms), yaitu: menangis, merengek, dan gerak
gerik. Komunikasi dengan bayi dilakukan dengan menggunakan suara, sentuhan dan
belaian, ciuman (taktil) ataupun gerakan.

Tujuan berkomunikasi dengan bayi, yaitu:


1. Memberi rasa aman pada bayi.
2. Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang, dan melatih bayi mengembangkan
kemampuan bicara , mendengar, dan menerima rangsangan.

B. Komunikasi Pada Usia Pra Sekolah (2-6 tahun)


Masa prasekolah atau masa anak-anak awal adalah periode pada saat anak berusia 2-6
tahun. Pada masa ini, anak mulai mandiri,dan mengembangkan keterampilan dirinya untuk
berinteraksi dengan orang lain.
Pada usia ini cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi
pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan
yang akan digunakan, menggunakan nada suara , bicara lambat jika tidak dijawab harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab
seperti kata-kata “jawab dong” mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan
saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita berkomunikasi
dengan anaksebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari
konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Anda dapat membicarkan aktifitas bermainya, kemampuan makan mereka dan
sebagainya.pada masa ini anak ingin di tanyai tentang hal-hal yang telah mereka lakukan.
Salahsatu karir komunikasi pada anak ini adalah bahwa sebagian anak mengalami “stranger
anxiety” yaitu bahwa anak menjadi cemas dan takut bila berhadapan dengan orang yang
tidak dikenalnya. Pada situasi ini anak akan sangat sensitip terhadap berbagai bentuk perilaku
orang yang tidak dikenalnya baik secara perbal maupun non perbal.
Adakalanya, perilaku dan gerak gerik yang dilakukan orang lain sangat diperhatikannya
untuk mengambil kesimpulan, apakah orang tersebut mengancam integritas dirinya atau
tidak. selain itu, anak juga mengalami peningkatan kecemasan bila ia mendengar informasi
yang membingungkan atau tidak diketahuinya.
Anak menjadi terancam dengan komunikasi yang dilakukan mankalah ia merasa gagal
mendeskripsikan pesan yang diterimanya untuk itu dalam penerapan komunikasi hendaknya
gunakan kata-kata yang sederhana, kalimat yang pendek, pengurangan kata yang familier dan
memberi keterangan dengan penjelasan yang konkrit.
Dalam pengembangan komunikasi pada anak, perlu diperhtikan tidak hanaya
diperhatikan pesan yang diucapkan saja, tetapi juga memperhatikan situasi nonverbal yang
disampaikan.

Tugas perkembangan anak pada masa prasekolah:


1. Belajar membedakan jenis kelamin
2. Membentuk konsep diri dari kenyataan sosial dan fisik yang sederhana
3. Belajar menghubungkan dirinya dengan orang lain: teman bermain, orang tua, saudara
4. Belajar mengembangkan kata hati, membedakan antara benar dan salah
5. Belajar keterampilan fisik dalam bentuk permainan
6. Belajar bergaul dengan teman-temannya
7. Mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan komunikasi pada masa prasekolah


1. Melatih keterampilan penggunaan pancaindra
2. Meningkatkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor
3. Sebagai bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan hubungan dengan orang
lain
4. Mengembangkan konsep diri

C. Komunikasi Usia Sekolah (7-13 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada anak usia sekolah adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak-anak yaitu menggunakan kata-kata
sederhana yang spesifik menjelaskan sesuatu yang menjadi ketidak jelasan pada anak atau
sesuatu yang tidak diketahui pada usia ini keingin tahuan pada aspek fungsional dan
prosedural dari objek tertentu sangat tinggi.
Maka jelaskan arti, fungsi, dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari suatu yang
ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak
tidak mampu berkomunikasi secara efektif . Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu
yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat
dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya
digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan.
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menum-buhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikanperasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

Tugas perkembangan anak usia sekolah:


1. Mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
2. Mengembangkan kata hati, nilai, dan kesusilaan
3. Mengembangkan kemampuan hidup berkelompok
4. Belajar bergaul dengan teman sebaya
5. Mengembangkan keterampilan dasarmembaca, menulis, berhitung
6. Belajar menjalankan peran sebagai pria atau wanita.

D. Komunikasi Pada Usia Remaja


Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi
konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi
dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah
pendapat pada teman sebaya , hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa
malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak
dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
Batas usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa remaja
awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun = masa remaja akhir.
Tugas perkembangan pada masa remaja menurut Garison:
1. Menerima keadaan diri sendiri.
2. Mendapatkan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis
kelamin
3. Menerima keberadaan sebagai pria atau wanita dan belajar hidup sesuai dengan keadaan
ibu
4. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
5. Mendapatkan kemampuan untuk bertanggung jawab dalam masalah ekonomi dan
keuangan
6. Mendapatkan nilai hidup dan falsafah hidup.

E. Komunikasi pada masa dewasa


Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa dengan mengembangkan
komunikasi sebagai media transfer informasi komunikasi pada dewasa mengalami
puncaknya karena kematangan fisik, mental, dan kemampuan sosial mencapai optimal peran
dan tanggung jawab serta tuntutan sosial telah membentuk orang dewasa melakukan
komunikasi dengan orang lain.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal,
baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal.

Materi komunikasi pada masa ini adalah :


1. Pekerjaan dan tugas : pembagian tugas, deskripsi kerja, dan transaksi kerja.
2. Kegiatan kerumahtanggaan : pembagian tugas dalam keluarga, pendidikan terhadap anak,
pemenuhan/pengaturan terhadap kegiatan sosial ekonomi.
3. Kegiatan professional : pembagian kerja, transaksi
4. Kegiatan social : hubungan sosial, peran dan tugas sosial.

Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap
tertentu yaitu :
1. Komunikasi adalah suatu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri,
maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang
lebih muktahir.
2. Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya
perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan
menerima, akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan
reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan
kemampuan sosial mencapai optimal. Peran dan tanggung jawab serta tuntutan sosial telah
membentuk orang dewasa. melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting
professional ketika mereka bekerja atau pada saat mereka berada di lingkungan keluarga dan
masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal,
baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan
komunikasi (sebagai media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima,
individu dewasa tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut
dengan lebih baik serta menciptakan hubungan antar pesan yang diterima dengan konteks
atau situasi pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa kadang kala
dipersepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan
dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut
ketika diungkapkan dengan nada datar, akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini
semakin kuat bila penyampai pesan menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur
wajah, kepala menunduk. Namun, bila ungkapan tersebut diucapkan dengan menggunakan
bahasa yang halus dan mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi
mata bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu dewasa tersebut adalah bahwa
makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta. Kemampuan untuk menilai
respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan memberi keuntungan karena
pesan yang kompleks dapat disampaikan secara sederhana. Namun, kadang kala kemampuan
kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan kerugian pada manusia karena kesalahan
dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat pengguna persepsi dan lingkungan yang
lebih kompleks. Contoh : seseorang yang meludah didepan atau didekat orang seseorang
kadang kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau benci terhadap orang tersebut, atau
orang yang meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana dipersepsikan orang lain. Situasi
diatas selanjutnya menimbulkan konflik antar individu atau kelompok.

Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana
komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi seperti saling menghormati,
percaya dan terbuka.
a. Suasana saling menghormati
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi
(perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa
akan merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan pemikiran atau
pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan
menjadi kendala bagi keberlangsungan komunikasi.
b. Suasana saling percaya
Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhatikan rasa saling percaya akan
kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka
tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai.
c. Suasana saling terbuka
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga
kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan
tidak aman ketika berada dihadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya.
Status kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak
lain. Hal ini dapat menjadi suasana yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini
dapat terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif. Dengan dilakukan komunikasi
yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional, pasien
dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai
penerimaan terhadap masalahnya.

F. Komunikasi Pada Lansia


Komunikasi pada lansia berbeda dengan komunikasi dengan individu lain karena lansia
itu pada dasarnya unik .
Kemampuan komunikasi pada lansia (lanjut usia) dapat mengalami penurunan akibat
penurunan fungsi berbagai sistem organ, seperti penglihatan, pendengaran, wicara, dan
persepsi. Semua ini menyebabkan penurunan kemampuan lansia menangkap pesan atau
infomasi dan melakukan transfer informasi. Penurunan kemampuan melakukan komunikasi
berlangsung bertahap dan bergantung pada seberapa jauh gangguan indra dan gangguan otak
yang dialami lansia.
Gangguan ingatan (demensia) berdampak pada penerimaan dan pengiriman pesan.
Dampak pada penerimaan pesan,antara lain : lanjut usia mudah lupa terhadap pesan yang
baru saja diterimanya,kurang mampu membuat kordinasi dan mengaitkan pesan dengan
konteks yang menyertai,dan bahkan salah menangkap pesan.
Sedangkan dampak dimensia terhadap pengiriman pesan,antara lain: lansia kurang
mampu membuat pesan yang bersifat kompleks,bingung pada saat mengirim pesan,dan pesan
yang disampaikan salah.
Gangguan ingatan (demensia) berdampak pada penerimaan dan pengiriman pesan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia antara lain:
1. Perubahan fisisk lansia seperti pendengaran.
Gangguan pendengaran menyebabkan lansia hanya dapat mendengar suara yang
relatif keras dan pada tempo suara yang lebih lambat.
2. Normal Agging Process
3. Perubahan sosial
4. Pengalaman hidup dan latar belakang budaya.

Tips Berkomunikasi Dengan Lansia adalah :


1. Menyedikan waktu ekstra
2. Mengurangi kebisingan
3. Duduk berhadapan
4. Menjaga kontak mata
5. Mendengar aktif
6. Berbicara pelan, jelas, dan keras
7. Gunakan kata- kata atau kalimat yang sederhana dan pendek
8. Menetapkan satu topic dalam satu waktu
9. Awali percakapan dengan topic sederhana
10. Bicarakan tentang topik yang familiar dan menarik bagi lansia
11. Beri kesempatan pada lansia untuk menegenang masa lalu
12. Menyampaikan instruksi secara tertulis dan sederhana.

G. Komunikasi Terapeutik Pada Tuna Rungu


1. Definisi Tuna Rungu
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruh alat pendengaran. Dalam perspektif
patologis yang dianut oleh pakar medis, kedokteran, ahli pendidikan dan masyarakat
umum yang memandang bahwa ketunarunguan sebagai impairment atau kerusakan
(gangguan). Menurut bukti hasil penelitian antropologis atau linguistic pada orang
tunarungu lebih dianggap sebagai orang yang cacat sehingga perlu dinormalisasikan
melalui lembaga pendidikan khusus maupun rehabilitasi selama beberapa decade. Mereka
selalu berpikir orang tunarungu harus bisa berbicara dan mendengar dengan
menggunakan kecanggihan teknologi alat bantu dengar dan cochlear implants karena mau
tidak mau mereka hidup di tengah dunia masyarakat. Ada upaya-upaya untuk
menyembuhkan pendengaran mereka dengan teknologi kedokteran dan dampak
ketunarunguan mereka terhadap psikologisnya cenderung menjadi pedoman untuk
menyatakan bahwa mereka perlu diterapi untuk dapat melakukan adaptasi sosial di
lingkungannya.
2. Klasifikasi Ketunarunguan
Menurut Admin (2009) pada umumnya klasifikasi anak tuna rungu dibagi atas dua
golongan atau kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar.
a. Tuli
Orang tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar
sehingga proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik itu memakai atau tidak
memakai alat dengar.
b. Kurang dengar
Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan
mendengar akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat
bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa
melalui pendengaran.
3. Karakteristik Tunarungu
Karakteristik individu yang mengalami tuna rungu adalah sebagai berikut.
a. Egosentrisme yang melebih anak normal
b. Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas
c. Ketergantungan terhadap orang lain
d. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan
e. Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah
f. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung
4. Masalah Komunikasi pada Pasien Tuna Rungu
Masalah komunikasi yang terjadi pada pasien tuna rungu:
a. Mengalami kesulitan dalam menerima dan memberikan informasi dalam interaksinya
b. Mudah marah dan cepat tersinggung (apabila salah dalam mendengar)
c. Kurangnya kesadaran akan aspek-aspek diri sendiri yang akan sangat mempengaruhi
interaksi dengan orang lain
5. Cara Penyelesaian Masalah dalam Komunikasi pada Tuna Rungu
Berikut merupakan cara penyelesaian masalah dalam komunikasi pada klien tuna rungu:
a. Menggunakan bahasa isyarat
b. Libatkan keluarga dalam komunikasi dengan tuna rungu
c. Gunakan alat bantu dengar
d. Gunakan bahasa pantomin
Teknik komunikasi pada klien tuna rungu:
a. Penekanan intonasi dan gerak bibir
b. Menurunkan jarak
c. Gunakan isyarat kata-kata atau bahasa yang berbentuk tindakan
d. Pengulangan kata
e. Menyentuh klien
f. Menjaga kontak mata
g. Jangan melakukan pembicaraan ketika sedang mengunyah
h. Gunakan bahasa pantomin bila memungkinkan dengan gerak sederhana dan perlahan
i. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari jika bisa dan diperlukan
j. Jika ada sesuatu yang sulit dikomunikasikan coba sampaikan dalam bentuk tulisan,
gambar atau simbol
k. Gunakan bahasa, kalimat, kata-kata yang sederhana

H. Komunikasi pada Klien dengan Kerusakan Verbal


1. Definisi
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau dapat mengalami kemunduran
kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan (misalnya mempunyai kesukaran
pertukaran pikiran, ide-ide, atau keinginan).
2. Etiologi
a. Berhubungan dnegan kekacauan mental, pikiran yang tidak realistis
b. Gangguan skizofrenik
c. Gangguan delusi
d. Gangguan psikotik
e. Gangguan paranoid
f. Berhubungan dengan kerusakan fungsi motoris dari otot-otot bicara
g. Berhubungan dengan iskemik lobus temporal atau frontal (kerusakan serebral)
h. Afasia ekspresif atau reseptif
i. Cedera serebrovaskular
j. Kerusakan otak
k. Depresi sistem syaraf (miastania, multiple sclerosis, distrofi otot)
l. Paralisis pita suara
m. Berhubungan dengan kerusakan kemampuan menghasilkan suara
n. Kerusakan pernapasan (napas pendek)
o. Edema laring/infeksi
p. Deformitas oral
q. Bibir sumbing atau palatum
r. Maloklusi atau fraktur rahang
s. Kehilangan gigi
t. Disatria
u. Berhubungan dengan kerusakan pendengaran
v. Tindakan: intubasi trakea, trakeostomi/trakeotomi/laringektomi. Operasi kepala,
wajah, leher atau mulut
w. Letargi efek anesthesia
x. Situasional berhubungan dengan penurunan perhatian, keletihan, kemarahan, ansietas
(berat/panik)
3. Data Mayor
a. Menolak untuk berbicara
b. Kerusakan kemampuan untuk berbicara
c. Berbicara tidak sesuai atau tidak bicara atau tidak berespons
4. Data Minor
a. Ketidakmampuan untuk bicara bahasa dominan
b. Gagap
c. Disatria
d. Afasia
e. Masalah dalam menemukan kata-kata yang tepat
f. Pernyataan tidak mengerti atau salah mengerti
5. Kriteria hasil
a. Mengenakan alat bantu dengar (bila sesuai)
b. Menerima pesan-pesan melalui metode alternatif (misalnya komunikasi tertulis,
bahasa isyarat, bicara dengan jelas pada telinga yang baik)
c. Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi
d. Meningkatkan kemampuan untuk mengerti
e. Mengatakan penurunan frustasi dalam berkomunikasi
6. Intervensi
a. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pengertian
 Bicara dengan terang dan jelas, menghadap ke klien
 Kurangi suara-suara dalam ruangan yang tidak perlu:
 Hanya satu orang yang bicara
 Waspada pada latar belakang suara-suara berisik (misalnya menutup pintu,
mematikan TV atau radio)
 Ulangi, kemudian persingkat, bila klien kelihatan tidak mengerti semua maksud
 Gunakan sentuhan dan gerakan untuk meningkatkan komunikasi
 Jika klien hanya dapat mengerti bahasa isyarat, hadirkan interpreter. Penerjemah
sesering mungkin
 Jika klien berada dalam kelompok, tempatkan klien di barisan terdepan
 Dekati klien dari sisi dimana fungsi pendengaran lebih baik
 Jika klien bisa membaca gerak bibir, berhadapan dengan klien dan bicara secara
perlahan-lahan dan jelas
b. Berikan metode alternatif komunikasi yang lain
 Gunakan kertas dan pensil, huruf alphabet, isyarat tangan, kedipan mata,
anggukan tangan, bel isyarat
 Buat kartu-kartu dengan gambar-gambar atau kata-kata ungkapan yang biasa
digunakan (misalnya: pindahkan kaki saya, segelas air, pispot)
 Anjurkan klien untuk menunjuk, gunakan gerakan dan pantomim
 Konsulkan ke ahli patologi wicara untuk bantuan dalam mendapatkan kartu yang
berisi kata-kata atau gambar-gambar
c. Berikan lingkungan tenang
 Gunakan suara yang normal dan bicara tidak terburu-buru dengan frase singkat
 Anjurkan orang untuk menggunakan waktu bicara yang cukup dan menggunakan
kata secara hati-hati dengan gerakan bibir yang jelas
 Kurangi gangguan eksternal
 Tunda percakapan jika klien lelah
d. Gunakan teknik-teknik untuk meningkatkan pengertian
 Tatap wajah individu dan pertahankan kontak mata, jika mungkin
 Gunakan perintah satu tahap yang tidak rumit dan langsung
 Pastikan hanya satu orang yang bicara
 Anjurkan penggunaan gerakan dan pantomime
 Cocokkan kata-kata dengan gerakan, gunakan gambar-gambar
e. Buat suatu upaya bersama untuk mengerti saat individu tersebut berbicara
 Berikan waktu yang cukup untuk mendengar jika individu berbicara perlahan
 Ulang pesan individu dengan keras untuk memastikan
 Berikan respons pada semua upaya untuk bicara meskipun tidak dapat dipahami
(misalnya, “saya benar-benar tidak tahu apa yang Anda katakana, dapatkan Anda
mengatakannya sekali lagi?”)
 Abaikan kesalahan dan kata-kata tidak sopan
 Jangan pura-pura mengerti jika Anda tidak mengerti
 Berikan individu untuk berespons, jangan memotong, berikan kata-kata hanya
kadang-kadang
f. Ajarkan teknik-teknik untuk memperbaiki bicara
 Minta individu untuk memperlambat bicara, dan ucapkan setiap kata dengan jelas,
sementara memberikan contoh
 Anjurkan individu untuk bicara dengan frase yang singkat
 Anjurkan untuk berbicara dengan kecepatan lebih lambat atau bernapas sebelum
bicara
 Anjurkan individu untuk mengambil waktu dan berkonsentrasi pada pembentukan
kata
 Mintalah individu untuk menulis pesan-pesan atau membuat gambar jika sukar
melakukan komunikasi verbal
 Anjurkan individu untuk berbicara dalam kalimat pendek
 Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”
 Fokuskan pada saat sekarang; hindari topik-topik kontroversial, emosional,
abstrak, atau terlalu panjang
g. Ungkapkan masalah frustasi terhadap ketidakmampuan untuk berkomunikasi,
jelaskan bahwa kesabaran diperlukan oleh perawat maupun individu yang sedang
mencoba berbicara
h. Berikan kesempatan untuk membuat keputusan tentang perawatan (misalnya: “apakah
Anda lebih menyukai jus jeruk atau jus apel?”)
i. Ajarkan teknik-teknik kepada orang terdekat dan pendekatan berulang untuk
meningkatkan komunikasi
j. Jika perlu seorang penerjemah, coba rencanakan kunjungan rutin seseorang mengerti
bahasa individu tersebut

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Azrul.1988.Pengantar administrasi Kesehatan edisi kedua.Jakarta:Binapura Aksara


2. Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta:EGC.
3. Keliat, Anna.1996.Hubungan Terapeutik.Jakarta:EGC.
4. Nurhasanah, Nunung. 2010. Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
5. Potter and Perry.2005.Fundamental Keperawatan Volume 1.Jakarta:EGC.
6. Widjaja.2000.Ilmu Komunikasi.Jakarta:Rineka Cipta.

You might also like