Professional Documents
Culture Documents
Adeng Hudaya
Zainal Arifin H. Masri
Email : adeng.hudaya87@gmail.com
zarifin243@yahoo.com
ABSTRAK
Indonesia dianugerahi laut yang begitu luas dengan berbagai sumber daya ikan di
dalamnya. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas
laut dan jumlah pulau yang besar. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai
negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan
keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Ikan kerapu (Groupers)
merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan
Indonesia. Tujan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis keuangan dari budidaya
ikan kerapu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan
analisis keuangan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder yang diperoleh dari narasumber yang diperlukan yaitu Suku Dinas
Kelautan dan Perikanan Kel. Pulau Tidung Kec. Kep. Seribu Selatan Kab. Adm. Kep.
Seribu, Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis keuangan untuk ikan kerapu
macan nilai BEP = Rp 41.118.421, B/C = 3.1 dan ROI = 1,74 atau 174 %. Sedangkan
untuk kerapu bebek nilai BEP = 75,48 Kg, B/C = 2,8, ROI = 1,50 atau 150 %. Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan usaha budidaya kerapu memperlihatkan perolehan
keuntungan yang sangat baik.
Kata Kunci : Indonesia, Sumberdaya Kelautan, Budidaya Ikan Kerapu dan Analisis
Keuangan.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 13.000
pulau, sekitar 75% (5,8 mill km persegi) dari total luas ditutupi oleh laut. Memiliki garis
pantai terpanjang di dunia berkisar 80.000 km. Diperkirakan area untuk budidaya laut di
sekitar 62.629 ha, dengan produksi tahunan sebesar 890.074 MT. Perairan Indonesia
terletak di antara dua Samudera, Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan
panjang garis pantai lebih dari 80.000 km yang banyak terdiri dari perairan karang
sehingga dapat dijumpai berbagai jenis ikan karang, termasuk ikan kerapu (Serranidae).
Ikan tersebut bersifat karnifora, rakus dan dapat memangsa berbagai jenis ikan,
cephalopoda, crustacea, dan lain-lain (Munro, 1967:651).
Indonesia adalah produsen utama kerapu, dimana produksi ikan kerapu budidaya
pada tahun 1999 sebesar 759 ton, meningkat menjadi 6.493 ton pada tahun 2005
1
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
dengan nilai total sekitar Rp. 116.891.489.000. Budidaya kerapu di Indonesia tersebar
dari Sumatera sampai Papua dan terkonsentrasi di beberapa provinsi seperti Sumatera
Utara, Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur, Bali, Lombok dan Sulawesi Utara.
Total produksi ikan kerapu di Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur dan Bali pada
tahun 2005 masing-masing sebesar 4.496 ton, 388 ton 24 ton dan 180 ton (DKP, 2006).
Ketersediaan benih merupakan komponen penting dalam pengembangan budidaya
kerapu. Sejumlah balai benih ikan dibangun baik oleh pemerintah dan swasta untuk
memenuhi permintaan benih kerapu itu.
Biaya produksi adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas
pada budidaya kerapu. Biaya benih, pakan dan tenaga kerja adalah pengeluaran
signifikan pada budidaya kerapu. Pomeroy et al. (2006:111-130) melaporkan bahwa
benih, pakan dan tenaga kerja mencapai 61-74% dari total biaya produksi usaha
budidaya kerapu macan dan kerapu bebek. Harga beli benih kerapu macan dan bebek
masing-masing berkisar Rp. 1.700,-/cm dan Rp.2.200/cm. Pakan merupakan biaya
terbesar kedua dan menyumbang 25% dari total biaya produksi dan ikan rucah sebagai
sumber asupan nutrisi. Biaya benih adalah biaya terbesar dan mencapai 36,5% dan
36,72% dari total biaya produksi untuk budidaya kerapu macan dan kerapu bebek
secara berurutan (DKP, 2001). Tacon et al. (1991: 165:165-182) melaporkan bahwa
ikan rucah yang umum digunakan di Indonesia adalah sarden (Sarden lemuru), kuwe
(Caranx sp.) pepetek (Leiognathus sp.), layang (Decapterus) teri (Engraulis sp.). Biaya
tenaga kerja adalah biaya terbesar ketiga dan mencapai 12,3% dari total biaya produksi
(Manadiyanto et al., 2002).
Di sisi lain laju pertumbuhan ikan kerapu yang dibudidaya sangat lambat, seperti
yang dilaporkan oleh Soni (2002:9) ikan kerapu macan laju pertumbuhannya 0,45
g/hari dan sebesar 0,60 g/hari, sedangkan kerapu lumpur sebesar 0,61 g/hari. Laju
pertumbuhan tersebut dapat menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi sehingga
kurang menguntungkan secara ekonomis. Namun demikian sebagian pertumbuhan ikan
kerapu akhir-akhir ini sudah menunjukkan peningkatan. Akbar dan Sudaryanto
(2001:104) melaporkan bahwa ikan kerapu macan laju pertumbuhannya 2,30 g/hari,
sedangkan laju pertumbuhan ikan kerapu lumpur 3,59 g/hari.
Walaupun prospek bisnis ikan kerapu begitu cerah tetapi dalam upaya
pengembanganya masih banyak kendala yang di hadapi menyangkut teknik budidaya,
ketersediaan bibit yang berkualitas. Selain itu di bagian pengolahan, faktor pengetahuan
tentang pentingnya kulitas kerapu menjadi kendala utama.
LANDASAN TEORI
Klasifikasi Ikan Kerapu Macan
Menurut Binohlan (2010) ikan kerapu macan digolongkan pada :
kelas : Chondrichthyes subkelas
: Ellasmobranchii ordo :
Percomorphi
divisi : Perciformes
famili : Serranidae
genus : Epinephelus
spesies : Epinepheus fuscoguttatus (Forsskal, 1775)
sinonim : Brown-marbled grouper, tiger grouper; nama lokal Indonesia:
kerapu macan, balong macan.
Menurut Heemstra dan Randall (1993) tinggi ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus Forsskal, 1775) lebih panjang dari panjang kepalanya. Area
2
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
3
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Penebaran Benih
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih.
Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan
budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah : (a) waktu
penebaran (sebaiknya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh), (b) sifat kanibalisme
yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan (c) aklimatisasi, terutama
suhu dan salinitas.
4
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari
hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5x3x3 m
dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran)
dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring
sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu
dipindahkan ke jaring besar ukuran 3x3x3 m dengan kepadatan optimum 500 ekor
untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran
konsumsi (500 gram).
Pakan dan Pemberiannya
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu
dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan
mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan
diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan
yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara
ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total
berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami
dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan
lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk
jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet
dapat dicampur dengan ikan rucah.
Hama dan Penyakit
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu adalah ikan
buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan
kerapu adalah : (a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan
flatworm, (b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis,
(c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis, (d)
penyakit akibat serangan bakteri, (e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral
Neorotic Nerveus).
Panen dan Penanganan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan untuk menjaga kualitas ikan kerapu,
antara lain : penentuan waktu panen,peralatan panen, teknik panen, serta penanganan
pasca panen. Watu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran
super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai
nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore hari sehingga dapat
mengurangi stress ikan pada saat panen. Peralatan yang digunakan pada saat panen,
berupa : scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan
aerasi. Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dengan
metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan
yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga
tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya
dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah
memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di
tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam
kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan
pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau
dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya
berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3
bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan
5
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
yaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar
50kg/wadah.
Ditjen Perikanan Budidaya in Badri (2008) menyatakan dalam budidaya ikan
ini mempunyai laju pertumbuhan 2,5-3 gram/hari (hasil kajian Balai budidaya
Laut Lampung). Kerapu bebek yang dipelihara dengan berat awal 1,3 gram dan
panjang total 4 cm akan mencapai berat antara 400-500 gram selama 12- bulan,
sedangkan kerapu macan dapat dipanen pada bulan ke tujuh dengan berat 525
gram. Pertambahan berat kerapu bebek relatif lebih lambat dibanding kerapu macan
hal ini dimungkinkan karena secara genetik memang lambat tumbuh. Menurut
Effendie MI (1997:92) bahwa faktor keturunan merupakan salah satu faktor internal
yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, dan faktor tersebut rupakan hal yang sulit
untuk dikontrol.
Pembiayaan
Pembiayaan dalam suatu usaha adalah upaya yang telah dikeluarkan dengan
prediksi nilai uang untuk mencapai tujuan tertentu, baik barang maupun jasa.Secara
umum pembiayaan suatu usaha dapat dikelompokan menjadi suatu pengeluaran pada
biaya tetap (Fixed Cost) dan seluruh pengeluaran pada biaya tidak tetap atau variabel
(Variable Cost).
Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah seluruh jenis biaya yang selama satu periode
kerja/produksi, tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan. Biaya tetap tidak
berubah meskipun volume produksi berubah, sebagai contoh biaya tetap adalah
penyusutan yang ditetapkan dalam suatu aktiva dalam satu bulan per periode produksi
sebesar Rp. 100.000,- atau yang telah ditetapkan misalnya 200.000,- per bulan. Jadi
biaya tetap tersebut biasanya meliputi penyusutan, gaji, asuransi, sewa, pemeliharaan
dan biaya-biaya tidak langsung lainnya.
Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya tidak tetap adalah jenis biaya yang naik atau turun bersama-sama dengan
volume kegiatan, produksi bertambah maka biaya variabel pun bertambah demikian
pula sebaliknya apabila produksi turun.
Biaya Total
Biaya total merupakan gabungan dari penambahan seluruh biaya tetap dan biaya
tidak tetap, dimana biaya total ini diperhitungkan setiap periode produksi atau
berdasarkan waktu misalnya ditetapkan setiap tahun.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
yang diperoleh dari narasumber yang diperlukan yaitu Suku Dinas Kelautan dan
Perikanan Kel. Pulau Tidung Kec. Kep. Seribu Selatan Kab. Adm. Kep. Seribu,
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan dan
dokumentasi.
Variabel Operasional
Variabel operasional yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Teknik
budidaya yang digunakan, Biaya yang diperlukan dan Hasil yang diperoleh.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis
deskriptif dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dengan pihak-pihak terkait. Analisis ini diharapkan dapat memberikan
6
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
gambaran tentang teknik budidaya kerapu, biaya yang diperlukan dan hasil yang
diperoleh.
7
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk 1 (satu) kali proses
produksi. Secara umum biaya produksi suatu usaha dapat dikelompokan menjadi biaya
tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap atau variabel (Variable Cost).
8
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Biaya Total
Biaya total merupakan gabungan dari penambahan seluruh biaya tetap dan biaya
tidak tetap, dimana biaya total ini diperhitungkan setiap periode produksi. Biaya total
merupakan biaya produksi. Biaya total untuk usaha budidaya kerapu macan maupun
kerapu bebek di KJA disajikan pada table 5 dan table 6 sebagai berikut :
Pendapatan
Pendapatan adalah hasil penjualan seluruh hasil produksi dikalikan dengan harga
per unit produksi. Didalam menghitung pendapatan ini terdapat beberapa kriteria yaitu
pendapatan kotor atau pendapatan marginal dan pendapatan bersih atau disebut sebagai
laba. Pendapatan marginal adalah seluruh pendapatan dikurangi biaya produksi (biaya
tetap + biaya variabel). Sedangkan pendapatan bersih adalah pendapatan marginal
dikurangi pajak penghasilan. Pendapatan bersih untuk usaha budidaya ikan kerapu
macan maupun ikan kerapu bebek di KJA disajikan pada table 7 dan tabel 8 sebagai
berikut :
9
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Analisis Keuangan
Break Event Poin (BEP)
BEP merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya
produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan dengan demikian pada saat itu
pengusaha mengalami impas. BEP ikan kerapu macan adalah Rp 41.118.421,- : Rp
370.000,- = 111,13 Kg sedangkan ikan kerapu bebek nilai BEP nya adalah Rp
45.289.855,- : Rp 600.000,- = 75,48 Kg
Benefit Cost Ration (B/C)
Dengan B/C dapat dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya satu berarti usaha
tersebut belum mendapatkan keuntungan. Semakin kecil nilai ratio ini, makin besar
kemungkinan perusahaan menderita kerugian. Nilai B/C ikan kerapu macan adalah :
3,1. Dengan nilai tersebut berarti biaya produksi Rp. 121.250.000,- diperoleh hasil
penjualan sebesar 3,1 kali, Dan nilai B/C ikan kerapu bebek : 2,8, Dengan nilai tersebut
berarti biaya produksi Rp. 217.250.000,- diperoleh hasil penjualan sebesar 2,8 kali.
Return Of Invesment (ROI)
ROI adalah nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang
yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Dengan analisis ROI dapat mengukur
sampai seberapa besar kemampuan dalam mengembalikan modal yang telah
ditananamkan. Besar ROI pada ikan kerapu macan : 1,74 atau 174 %. Artinya : dari
modal Rp 100,- yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar 174 %.
Dan besar ROI ikan kerapu bebek : 1,50 atau 150 %. Artinya : dari modal Rp 100,-
yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar 150 %.
10
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
c. Harga benih yang murah yang dapat diperoleh dari Balai Penelitian Laut dan
Perikanan (BPLP) Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Adminstratif
Kepulauan Seribu dengan harga Rp 1.700,- per cm untuk kerapu macan dan Rp
2.200,- per cm untuk kerapu bebek
d. Biaya pemasaran rendah bahkan tidak ada biaya pemasaran. Hal ini disebakan
karena pihak pembeli datang langsung ke lokasi budidaya sehingga biaya pemasaran
ditanggung oleh pihak pembeli. Nelayan hanya bertanggung jawab terhadap
kesegaran atau kehidupan ikan hanya sampai Pelabuhan Muara Karang atau selama
8 (delapan) jam.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diberikan beberapa saran
sebagai berikut :
a. Ketersediaan benih kurang, untuk itu BPLP harus meningkatkan volume
ketersedian benih untuk nelayan dan lebih mengutamakan nelayan setempat dalam
penjualan benih ikan kerapu.
b. Kurangnya sumberdaya manusia yang terampil, oleh karena itu frekuensi pelatihan
dan penyuluhan budidaya kerapu yang dilakukan oleh BPLP untuk nelayan setempat
harus lebih ditingkatkan.
c. Mengingat besarnya modal yang harus disediakan oleh nelayan, maka Pemerintah
Daerah Kabupaten Adminstratif Kepulauan Seribu harus berinisiatif
menghubungkan pihak bank atau lembaga keuangan lainnya agar dapat memberikan
pinjaman/kredit dengan bunga yang ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. dan Sudaryanto, 2001. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Bebek.
Penebar Swadaya. Jakarta.
DKP. 2001. Pembesaran kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus) dan kerapu tikus
(Cromileptes altivelis) di karamba jaring apung. Balai Budidaya Laut Lampung,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan
Indonesia. Jakarta.
Heemstra PC, Randall JE. 1993. FAO species catalogue. Vol. 16. Groupers of the
world (Family Serranidae, Subfamily Epinephelinae). An annotated and
11
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Munro, I. S. R. 1967. The fishes of New Guinea, Departement of Agriculture Stock and
Fisheries Port Moresby.
Pomeroy, R.S., J.E. Parks, C.M. Balboa. 2006. Farming the reef: is aquaculture a
solution for reducing fishing pressure on coral reef? Marine Policy.
Tacon, A.G.J., N. Rausin, , M. Kadari, P. Cornelis. 1991. The food and feeding of
tropical marine fishes in floating net cages: Asian seabasss, Lates calcarifer
(Bloch), and brown-spotted grouper, Epinephelis tauvina (Forskal). Aquaculture
and Fisheries Management, 22: 165-182.
Tim Peneliti Lembaga penelitian undana, 2009. Analisis Komoditas Unggulan dan
Peluang Usaha (Budidaya Ikan Kerapu). Http://google.com
12
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Ai Annisaa Utami
Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasata PGRI Jakarta
Email: annisaa_utamiz@yahoo.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Selama beberapa dekade terakhir, perkembangan keuangan Islam menunjukkan
perubahan dan dinamika dramatis yang cepat. Industri perbankan berkembang sangat
cepat, terkhusus pada perbankan syariah yang perkembangannya dalam sepuluh tahun
terakhir cukup mencengangkan, hal ini dilihat dari jumlah Bank Umum Syariah (BUS)
yang bertambah dari 5 (lima) BUS pada Tahun 2008 menjadi 12 (sebelas) BUS pada
posisi bulan Desember Tahun 2014.
Laba yang berhasil dihimpun juga cukup fantastis, yakni menembus angka Rp
1,11 triliun. Angka itu naik hampir 2 (dua) kali lipat dari Tahun 2009 yang hanya Rp
634 miliar,. Saat ini sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah
(UUS), dan 149 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dengan Aset, Pembiayaan
dan Simpanan Dana Pihak Ketiga yang dapat dilihat pada tabel berikut :
13
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
14
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 1,2
Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja
Sumber : BPS-Litbang KJ.
Penyerapan Tenaga Kerja Indeks Gini
Tahun PDB Inflasi Terhadap PDB (Point)
(%) (%) Jumlah Elastisitas
KAJIAN PUSTAKA
Konsep Pembiayaan Syariah
Perbedaan antara prinsip bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah
terletak pada pola pembiayaan dan pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank
maupun investor. Jika dilihat pada bank umum, pembiayaan disebut loan atau pinjaman,
sementara di bank syariah disebut financing atau pembiayaan (Rivai, 2009). Artinya
pada bank umum pemberian pembiayaan lebih didasarkan pada kerjasama transaksi
(untungrugi), sedangkan pada bank syariah lebih didasarkan pada kerjasama kemitraan.
Sedangkan balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga
(interest loan atau deposit) dalam prosentase pasti. Sementara pada bank syariah dengan
15
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
sistem syariah, hanya memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad)
bagi hasil.
Dalam perbankan syariah dikenal istilah mudharabah, murabahah dan
musyarakah untuk program pembiayaan. Mudharabah yaitu jenis pembiayaan dimana
bank dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja hingga 100%,
sedangkan nasabah menyediakan usaha manajemennya, keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan bersama dalam bentuk nisbah (prosentase) dari keuntungan. Murabahah
yaitu produk perbankan Islam dalam pembiayaan pembelian barang lokal ataupun
international, keuntungan diperoleh dari harga barang yang dinaikkan (bank melakukan
suatu mark-up sebelum menjual barang tersebut kepada nasabahnya atas dasar cost plus
profit ). Musyarakah adalah pembiayaan sebagian (50%) dari modal usaha keseluruhan,
dalam jenis pembiayaan ini bank dapat dilibatkan dalam proses manajemen. Pembagian
keuntungan berdasarkan perjanjian yang disepakati bersama (Wibowo, dkk., 2005).
16
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 2.1
Kriteria UMKM
No Uraian Kriteria
Aset Omzet
1 Usaha Mikro Maks 50 Juta Maks 300 Juta
2 Usaha Kecil 50 juta -500 juta 300 juta- 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah 500 juta- 10 Miliar. 2,5 Miliar – 50 Miliar
Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM
PEMBAHASAN
Eksistensi UMKM dalam proses pembangunan ekonomi tidak perlu lagi
diragukan. Alasannya adalah : (1) masih adanya pasar yang tergolong kecil, dan (2)
produk dari usaha mikro, kecil, dan menengah masih dikonsumsi masyarakat. Usaha-
usaha demikian dapat bertahan disebabkan industri tersebut memiliki segmentasi pasar
tersendiri yang melayani kelompok pembeli tertentu (Tambunan, 2003).
Salah satu hal yang dihadapi UMKM yang sampai saat ini dan selalu
diperdebatkan adalah masalah permodalan. Dalam pendanaan kepada nasabah dalam
bentuk pemberian kredit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
penilaian kredit, oleh karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat
mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Penilaian kredit harus memenuhi beberapa
kriteria sebagai berikut (Rahardja, 1997) :
1. Keamanan kredit (safety). Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut
dapat dilunasi kembali.
2. Terarahnya tujuan penggunaan kredit (suitability). Kredit akan digunakan untuk
tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
3. Menguntungkan (profitable). Kredit yang diberikan menguntungkan bagi bank
maupun bagi nasabah.
17
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel
Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
2014
Akad 2008 2009 2010 2011 2012
Nov
Akad Mudharabah 6.205 6.597 8.631 10.229 12.023 14.307
Akad Salam 0 0 0 0 0 0
Lainnya 0 0 0 0 0 0
Sumber SPSI BI
Berdasarkan gambaran data diatas, nampak bahwa UMKM dan perbankan
syariah menjadi dua komposisi yang saling membantu satu sama lain. UMKM di
untungkan dengan pembiyaan yang diberikan oleh pihak bank, dan keberlangsungan
usaha bank sebagai lembaga intermediasi semakin maju, karena perputaran modal
mereka semakin berkembang. Bagi beberapa UMKM yang dianggap tidak bankable,
bank-bank syariah membantu melalui program linkage bank syariah melalui BPRS.
Berdasarkan data statistik menunjukan bahwa kucuran dana ke UMKM dari sektor
BPRS mengalami trend kenaikan yang cukup signifikan sejak tahun 2005 sampai
dengan tahun 2014. Berikut data lengkap terkait dengan perkembangan kucuran modal
yang diberikan oleh BPRS untuk UMKM.
18
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SIMPULAN
Pengembangan Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) biasanya diiringi
dengan kebutuhan modal. Di sinilah pentingnya lembaga pemberi modal memainkan
peranannya, sekaligus melakukan pendampingan. Bank syariah dengan berbagai
produk-produknya membantu UMKM dalam memberikan modal berdasarkan prinsip
syariah, sedangkan BPRS lembaga penunjang linkage bank syariah membantu
menyalurkan dana untuk UMKM yang dianggap tidak bankable. Trend yang muncul
dari data statistik menunjukan bahwa terjadi kenaikan kucuran dana yang dilakukan
oleh BPRS maupun bank-bank syariah untuk UMKM
DAFTAR PUSTAKA
Brata, A. G. 2003. Distribusi SpasiaL UKM di Masa Krisis Ekonomi. Jurnal Ekonomi
Rakyat, Th. I No. 8.
Rivai, Veithzal & Andi Buchari. Islamic Economics (Ekonomi Syariah Bukan Opsi,
tetapi Solusi). Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sri Adiningsih, 2002. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah, UGM :
yogyakarta.
Tambunan, Tulus T.H. 2003, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu
Penting. Jakarta : Salemba Empat.
Tambunan, Tulus T.H., 2005, ‖Perdagangan Internasional, Daya Saing, dan Kegiatan
Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia‖. Makalah dalam Kuliah Umum di
Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen, Medan 19 Agustus 2005.
19
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Wibowo, Edy & Untung Hendy Widodo. Mengapa Memilih Bank Syariah?, Cet. I.
Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
www.depkop.go.id
Laporan Statistik Perbankan‖, Bank Indonesia. www.bi.go.id .
20
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Achiruddin Akiel
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Fenomena rendahnya minat dan motivasi pemuda Indonesia untuk berwirausaha
dewasa ini menjadi pemikiran serius berbagai pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan,
dunia industri, maupun masyarakat.Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa
kewirausahaan terutama merubah mindsetpara pemuda yang selama ini hanya berminat
sebagai pencari kerja (job seeker)apabila kelak menyelesaikan sekolah atau kuliah
mereka.Hal ini merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai
lembaga penghasil lulusan. (Lestari danTrisnadi; 2012).
Wirausaha adalah salah satu jawaban untuk menjawab ketimpangan antara
pertumbuhan penduduk usia produktif dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Disisi
lain pemahaman dan minat berwirausaha di Indonesia masih sangat minim, bahkan
jumlah wirausaha di Indonesia masih dibawah 2%.
Dunia pendidikan berkewajiban untuk dapat mencetak generasi – generasi yang
memiliki kemandirian, termasuk kemandirian secara ekonomi dengan kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kelak, tetapi dunia pendidikan sendiri tidak dapat
memberikan jaminan bahwa semua anak didiknya akan terserap didunia kerja.
Sekolah, kampus juga media pendidikan informal lainnya bukan hanya berfungsi untuk
berbagi ilmu dengan teori – teorinya maupun ketrampilan dengan praktek –
prakteknya.Tetapi jika dikaitkan dengan masih rendahnya pemahaman dan minat
21
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
tentang dunia wirausaha, dunia pendidikan dapat difungsikan juga sebagai media
informasi untuk meningkatakan pemahaman dan minat anak didiknya pada dunia
kewirausahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengukur efektifitas pendidikan kewirausahaan yang sudah diterapkan oleh Universitas
Indraprasta PGRI. Hal ini merupakan hal yang penting untuk mengevaluasi pendidikan
kewirausahaan yang sudah diterapkan agar dapat meningkatkan minat mahasiswa
terhadap dunia wirausaha.
KAJIAN PUSTAKA
Angkatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
AngkatanKerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif
yangmemacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berartiakan
menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebihbesar berarti
ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebutmasih dipertanyakan
apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar- benarakan memberikan
dampak positif atau negatif dari pembangunanekonominya.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari
pertumbuhanpenduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah
tersebutdalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga
kerjatersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasimodal
dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerialdan
administrasi.
Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada
umumnyapengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat
homogen.Menurut Lewis, angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap
biasbergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar
dandalam jumlah terbatas. Dalam keadaan demikian penawaran tenaga
kerjamengandung elastisitas yang tinggi.Meningkatnya permintaan atas tenaga
kerja(dari sectortradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern.
Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhanekonomi adalah tenaga kerja.Menurut Nicholson W. (1991) bahwa suatu
fungsi produksi suatu barangatau jasa tertentu (q) adalah q = f (K, L) dimana k
merupakan modal dan L adalahtenaga kerja yang memperlihatkan jumlah maksimal
suatu barang/jasa yang dapatdiproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif
antara K dan L makaapabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan
masukan lainnyadianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat
diproduksi.Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk
fisikmarjinal (Marginal Physcal Product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabilajumlah
tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi laindipertahankan konstan,
maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatanproduktivitas namun pada suatu
tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunanproduktivitasnya serta setelah mencapai
tingkat keluaran maksimal setiappenambahan tenaga kerja akan mengurangi
pengeluaran.Payaman J. Simanjuntak (1985) menyebutkan bahwa tenaga kerja
adalahmencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari
pekerjaandan melakukan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Menurut BPS penduduk berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai
AngkatanKerja (AK) dan bukan AK.Angkatan Kerja dikatakan bekerja bila
merekamelakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
22
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Sebuah kenyataan bahwa sebanyak 7,1 juta penduduk Indonesia pada februari
tahun 2013 tercatat sebagai pengangguran terbuka atau sebanyak 5,92 persen. Walau
mengalami penurunan secara jumlah dimana tahun sebelumnya pengangguran terbuka
sebanyak 7,6 juta pada februari tahun 2013 dan 7,2 juta pada agustus 2013, tetapi
jumlah pengangguran terbuka yang cukup besar akan memberi dampak baik secara
sosial maupun secara ekonomi baik. (Anata, 2013; Susetyo dan Amanda, 2011).
Diakui memang akan sangat sulit untuk menciptakan kondisi dimana semua penduduk
usia produktif dapat 100 persen terserap di dunia kerja. Dengan demikian
23
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Pengertian UMKM
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dan
kriteria asset omzet usaha mikro Max 50 Jt Max 300 jt, usaha kecil > 50 jt - 500 jt > 300
jt - 2,5 M dan usaha menengah > 500 jt - 10 M > 2,5 M - 50 M
UMKM di Indonesia
Pembangunan dan pertumbuhan UMKM merupakan penggerak bagi
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perkembangan UMKM yang
baik maka akan membawa kemajuan bagi perekonomian suatu negara.Pada tahun akhir
tahun 2010 diperkirakan ada sekitar 53.823.732 UMKM (98,85 %) dari seluruh usaha di
Indonesia. Kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja sekitar 97,22% dan
sumbangan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 57,83%.
Mengingat keberadaan UMKM dan perannya sangat besar dalam perekonomian
Indonesia, maka diperlukan pemerdayaan UMKM (Estiningsih dan Zaenal; 2014)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah wirausaha per Januari 2012
mencapai 3,75 juta orang atau 1,56 persen dari total penduduk Indonesia. Pada 2010,
tercatat masih 0,24 persen. Namun angka ini masih kalah jauh dibanding negara Asia
lain, seperti Cina dan Jepang, yang memiliki wirausaha lebih dari 10 persen jumlah
populasi. Di regional Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dibanding Malaysia (5
persen) atau Singapura (7 persen). Minimnya jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) dinilai mengancam ketahanan perekonomian nasional. Kondisi
ekonomi menjadi kurang sehat terhadap ancaman krisis
Usaha peningkatan jumlah UMKM dilakukan dengan mendorong program-
program pengembangan wirausaha. Program penciptaan wirausaha yang diusung
Kemenkop dan UKM. Seperti Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Indonesia pada
tahun 2011, telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), dengan
tujuan untuk meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia, mengingat jumlah wirausaha
Indonesia baru berkisar 0,24% dari populasi penduduk. Diharapkan dengan GKN dapat
mencapai sekurang-kurangnya 1% dari populasi penduduk Indonesia pada tahun 2014
dan akhirnya mencapai rasio ideal 2% dari populasi penduduk (Clelland,1961).
Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan serangkaian kebijakan dan
rencana aksi untuk mendukung program-program peningkatan kualitas dan kuantitas
kewirausahaan di Indonesia, agar mampu menjadi salah satu pilar ekonomi nasional
yang tangguh menghadapi krisis ekonomi global, sekaligus solusi mengurangi
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.
24
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
25
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
26
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
27
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data yang utama. Variabel yangakan dijelaskan adalah program pendidikan
kewirausahaan di Perguruan Tinggi dan minat mahasiswa terhadap dunia wirausaha.
28
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
menikah
Bekerja
Bekerja
Jakarta
Jakarta
Diluar
Tidak
Tidak
Jumlah 12 18 5 25 4 15 19 11
Sumber : Data diolah (2014)
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah
perempuan, dana status pekerjaannya saat ini adalah belum atau tidak bekerja.
Mayoritas responden single dan berdomisili di Jakarta.
29
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
4 Entrepreneurial intention 0 0 1 4 25 30
Sub Jumlah 0 1 8 29 82
Sumber : Data diolah (2014)
Secara keseluruhan mayoritas responden setuju dan sangat setuju terhadap
semua isi kuestioner terkait keempat instrumen yang ditanyakan. Dengan demikian
dapat dilihat bahwa mahasiswa merespon dengan cukup baik perndidikan
kewirausahaan yang ada di Universitas Indraprasta PGRI.
Respon mahasiswa terhadap instrumen personal attitude dapat dilihat pada grafik
berikut:
Grafik 1. Instrumen personal attitude
1
2
3
4
5
16,67 % mahasiswa setuju dan 73,33 % mahasiswa sangat setuju bahwa pendidikan
kewirausahaan yang sudah diimplementasikan pada Universitas Indraprasta PGRI sudah
cukup memberikan gambaran tentang sikap dan prilaku yang harus dikembangkan
sebagai seorang wirausaha.
Respon mahasiswa terhadap instrumen personal attitude dapat dilihat pada grafik
berikut:
1
2
3
4
5
30
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa 13,33 % mahasiswa setuju dan 83,33 %
mahasiswa sangat setuju bahwa secara keseluruhan isi kurikulum pendidikan
kewirausahaan di Universitas Indraprasta PGRI dapat terserap dengan baik dan
mahasiswa mampu memahami pentingnya pendidikan kewirausahaan bagi mahasiswa.
31
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
Anata, Firdaus. (2013).Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, PDRB Perkapita,
Jumlah Penduduk dan Index Williamson Terhadap Tingkat Kriminalitas (Studi
Pada 31 Provinsi di Indonesia tahun 2007 - 2012). Malang:Jurnal Ilmiah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya.
Lestari, Retno Budi dan Trisnadi Wijaya, 2012, Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan
TerhadapMinat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan
STIE MUSI, Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 1No. 2Maret 2012, p. 112-119.
32
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
33
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Ana Rusmardiana
Email : ana.irawan@yahoo.co.id
anairawan93@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
34
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kemanapun dan dimanapun kita arahkan pandangan,
akan kita temukan produk atau barang hasil dari percetakan, misalnya: buku-buku,
nota/faktur yang biasa kita peroleh sewaktu belanja di toko atau supermarket, kwitansi,
dus-dus kemasan makanan, kartu nama, kartu undangan, kalender, label, kop surat,
amplop, sticker, poster, ID card, brosur, company profil, majalah, bulletin, tabloid,
spanduk, reklame dan lain lain. Oleh karenanya dengan persaingan bisnis yang semakin
ketat saat ini, hampir semua jenis usaha berusaha untuk memberikan kepercayaan
terhadap konsumennya agar loyal, seperti halnya dalam usaha percetakan.
Penelitian dilakukan pada sebuah usaha UKM penyedia jasa percetakan digital
yang juga menggunakan pasta, untuk nama perusahaannya disamarkan sebagai
―CV.ABC‖ berlokasi didaerah Jakarta. Adapun pengambilan tema didasarkan pada
tingkat sektor ini cukup pesat perkembangannya dan usaha percetakan dengan
menggunakan tinta pasta masih jarang, sehingga menurut pengamat penulis dapat
memungkinkan bagi konsumen untuk loyal
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: bagaimana proses terbentuknya kepercayaan konsumen dalam
sektor usaha kecil menengah yang bergerak dibidang percetakan pada ―CV.ABC‖ di
Jakarta. Dan tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi proses dan pengujian
kepercayaan konsumen yang terdapat pada UKM yang bergerak dibidang percetakan
pada‖CV.ABC‖.
Dalam pengumpulan data menggunakan teknik wawancara in depth semi
terstuktur, dalam hal ini responden diberikan kebebasan dalam memberikan jawaban
dengan teknik panduan pertanyaan yang sama untuk tiap unit analisis. Untuk
selanjutnya dibuatkan dalam bentuk transkip permbicaraan dan dianalisis dengan
mengacu pada variabel operasional guna memetakan jawaban dari setiap responden dan
menemukan model yang menggambarkan bagaimana kepercayaan dari masing-masing
unit analisis terbentuk.
KAJIAN PUSTAKA
Kepercayaan-Loyalitas
Kepercayaan konsumen menurut Mowen (2002:312) adalah semua pengetahuan
yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang
objek, atribut, dan manfaatnya. Kepercayaan ini tidak begitu saja dapat diakui oleh
pihak lain maupun mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan harus
dapat dibuktikan. Sedangkan pengertian loyalitas menurut Kotler (2009:138) merupakan
komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali
produk atau jasa yang disukai di masa depan walaupun pengaruh situasi dan usaha
pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.
Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pelanggan yang loyal tidak diukur dari
berapa banyak dia memesan, tetapi dari berapa sering ia melakukan pemesanan ulang,
termasuk disini merekomendasikan orang lain untuk memesannya. Bila seseorang
merupakan konsumen loyal, ia menunjukkan perilaku pemesanan yang didefinisikan
sebagai pemesanan teratur yang dilakukan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit
pengambilan keputusan. Loyalitas menunjukkan kondisi dari durasi waktu tertentu dan
mensyaratkan bahwa tindakan pemesanan terjadi tidak kurang dari dua kali.
Kepercayaan dianggap sebagai cara yang paling penting untuk membangun dan
memelihara hubungan dengan konsumen/pelanggan dalam jangka panjang. Semakin
35
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
tinggi tingkat kepercayaan yang diberikan kepada pelanggan, maka semakin tinggi pula
tingkat loyalitasnya, dengan demikian antara kepercayaan dan loyalitas memiliki kaitan
sebagai tampak dalam gambar sebagai berikut:
Kepercayaan Kepercayaan
Sebelum Kepuasan/ Sesudah Loyalitas
menerima tidak kepuasan menerima
layanan layanan
Percetakan Digital
Percetakan digital umumnya digunakan untuk pencetakan dalam volume jumlah
sedikit dengan memerlukan penyelesaian waktu yang sangat cepat daripada
menggunakan cara offset. Dalam percetakan digital tidak memerlukan film dan pelat
cetak (almunium Plate) seperti dalam cetak offset. Dalam cetak offset kedua jenis
tersebut akan dimanfaatkan sebagai media transfer document yang hendak dicetak ke
permukaan media kertas, plastik, dan lain-lain. Satu pelat mewakili satu bidang
dokumen satu warna dan jenis, semakin banyak jenis dokumen dan warna yang
digunakan, jumlah biaya yang harus dibayarpun semakin besar. Selain pelat, harga
percetakan offset juga ditentukan oleh jenis kertas, paduan warna, ukuran kertas dan
kualitas warna. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini.
36
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Cetak digital
Karakteristik
Tinta cair Tinta toner Tinta pasta
Luntur jika terkena luntur Tidak Tidak
air
Ukuran kertas Semua ukuran Maksimal A3 Maksimal A3
Karakteristik Hanya kertas yg Menyebabkan Kurang maksimal
lainnya memiliki daya adanya ketebalan untuk desain
serap tinggi tertentu dari hasil dengan warna
cetak abu-abu
PEMBAHASAN
―CV.ABC‖ merupakan salah satu UKM yang bergerak dalam usaha percetakan
digital maupun offset yang berada didaerah Jakarta. Dalam susunan organisasi
―CV.ABC‖ memiliki beberapa 3 devisi yaitu devisi percetakan/ devisi percetakan digital
(divisi X), divisi yang menyediakan jasa percetakan offset (Divisi Y) dan divisi yang
menyediakan jasa percetakan undangan berikut perlengkapannya (divisi Z). Guna
keperluan produksinya ―CV.ABC‖ menggunakan mesin cetak digital yaitu HP indigo
Press 1050 yang memiliki kemampuan mencetak perjam sebanyak 1500 lembar full
color A3 dan hanya 1(satu) lembar dalam mencetak poster, album foto, katalok produk.
Oleh karenanya agak sangat baik mesin digital tersebut untuk order-order pemesanan
dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan offset.
Untuk operasionalisasi dilakukan terhadap fase kepercayaan itu sendiri dalam 4
bentuk yakni:
1. Harapan,yakni pernyataan mengenai harapan yang dapat diperoleh berupa kualitas,
harga dan hal-hal yang dianggap penting oleh konsumen. Pada fase ini masih
terdapat konsumen yang meragukan akan kemampuan salah satu divisi dalam
―CV.ABC‖
2. Keyakinan, diidentifikasikan dalam permasalahan ini dengan hilangnya keraguan dan
keinginan konsumen untuk mencetak. Diprediksi, keraguan yang terjadi pada
beberapa konsumen pada ―CV.ABC‖ dikarenakan pertimbangan waktu, karena
memang ―CV.ABC‖ tidak melayani delivery order.
3. Tindakan dan loyalitas, yakni suatu aksi konsumen kepada salah satu devisi sebagai
bukti kepercayaan dan menyerahkan pekerjaan percetakan kepada salah satu devfisi
ataupun semua devisi hingga akhirnya terbentuk suatu hubungan khusus antara
konsumen dengan penyedia jasa.
Dari hasil random in dept interview dari 30 konsumen diberbagai tempat
percetakan digital di Jakarta, diperoleh informasi bahwa sektor percetakan digital di
37
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
38
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
swasta
Dari tabel diatas tingkat kepercayaan konsumen akan hasil output yang diberikan
―CV.ABC‖ memiliki sikap cukup positif yakni diatas 68% atau 15 responden yang
secara umum tahu dan mengerti bagaimana cara kerja mesin cetak HP indego dan
sejenisnya, sementara 32 % atau sebanyak 7 responden hanya mengetahui output yang
dihasilkan oleh CV. ABC bersama divisi-divisinya tanpa mengetahui bahwa semuanya
merupakan hasil dari mesin cetak HP indego dan sejenisnya.
Namum demikian secara keseluruhan 22 responden tersebut masih loyal dan
kondisi tersebut dapat dipahami melalui runtuntan pemesanan dan dapat dilihat dari
lamanya pengalaman dengan ―CV.ABC‖. Konsumen menyadari adanya kebutuhan dan
untuk selanjutnya melakukan proses pencarian informasi (tabel 3), melakukan evaluasi
alternatif berdasarkan informasi yang sudah konsumen miliki dan kemudian
memutuskannya. Semua proses runtutan tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yakni
proses psikologis, faktor lingkungan dan perbedaan individu
Dari hasil wawancara dengan 22 responden yang loyal, tigkat prosentase atas
penilaian ―CV.ABC‖ adalah sebagai berikut:
1. 70% responden menyatakan bahwa mereka tidak hanya menerima brosur ataupun
price list tapi juga memperoleh pendekatan yang cukup ramah dan personal.
2. 75% responden menyatakan bahwa mereka tidak dibohongi yakni tidak hanya
sekedar tip service yang didapat/ dijajikan sesuatu yang tidak bisa dipenuhi.
3. 90 % responden yang puas dan yakin atas produk dan jasa yang ditawarkan dan
bahkan mereka mendapat jaminan dengan memperoleh nomor telpon ataupun akses
email apabila akan komplain.
SIMPULAN
Pada akhirnya ―CV ABC‖ harus tetap berupaya untuk mempertahankan konsumen
sesuai pendapat dari Gaspersz (2005:142) yaitu andal, terpercaya, memikat dan
bertanggungjawab. Namum demikian kuncinya adalah tetap pada kepercayaan, apabila
konsumen/pelanggan telah sangat percaya pada mutu suatu produk atau jasa dan tidak
39
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
ragu untuk menggunakannya bahkan ada suatu kebanggaan dalam menggunakan produk
dan jasa tersebut. Dalam permasalahan diatas, cukup besar responden percaya dengan
cara kerja ―CV. ABC‖ bersama para devisinya dalam upaya mempertahankan tingkat
kepercayaan akan hasil percetakan dengan menggunakan mesin cetak HP Indego.
Dalam penelitian ini ditemukan faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap
kepercayaan konsumen yakni proses psikologis, perbedaan pribadi dan faktor
lingkungan.
Guna menarik minat konsumen akan output yang dihasilkan CV. ABC, sebaiknya
CV ABC juga meningkatkan dalam hal promosi, hal ini mutlak diperlukan bagi suatu
perusahaan bila ingin bersaing menarik pelanggan, mengingat bisnis ini tidak pernah
sepi.
DAFTAR PUSTAKA
Bramson, Dr Rabert. (2005), Customer Loyality, Jakarta- Prestasi Pusaka.
Cravens, D.W. and Piercy, N.F. (2006), Strategic Marketing, 8th Edition, McGraw-Hill,
New York
Mentzer, T.J. and Min, S. (2000), "The nature of interfirm partnering in supply chain
management", Journal of Retailing, Vol. 76, No. 4.
Mowen. John C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid satu, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Peter,J.Paul and Jerry C.Olson. 2000. Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan
Strategi pemasaran. Diterjemahkan oleh Damos Sihombing dan Peter Remy. Jakarta:
Erlangga.
Spector, M.D. and Jones, G.W. (2004), "Trust in the workplace: Factors affecting frust
formation between team members", The Journal of Social Psychology, Vol. 144, No.3.
Walker, O.C., Mullins, J.W. and Boyd, H.W. (2006), Marketing Strategy: A Decision-
Focused Approach, 5th Edition, McGraw-Hill
http://amarhamdani.blogspot.com/2014/12/memulai-bisnis-dengan-modal-kecil-
dan.html
40
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
arifyusufhamali@yahoo.co.id
budihas20mei@yahoo.com
ABSTRACT
This research was conducted at PT BPR MKS Bandung, was aimed to determine how
Compensation and job satisfaction, and also to know the influence of Compensation to
Job Satisfaction at PT BPR MKS Bandung. Respondents of this research are 50, with
census sampling techniques. The method used is descriptive and associative method,
which test the connection using Spearman rank correlation analysis, and also done to
determine the accuracy of measurement of validity and reliability test. The results of
validity and reliability test of variables X and Y are valid and reliable. Calculations
were performed using SPSS software ver. 19.The results of this study showed
compensation is in the category of enough good and Job Satisfaction is in the category
of good, based on criteria of value standard. The results showed the influence of
Compensation to Job Satisfaction at PT BPR MKS Bandung, with a correlation
coefficient = 0.576, based on the criteria Champion, this relationship is in the criteria
fairly strong relationship. The results of this calculation showed the coefficient of
determination = 33.18%, it showed that the hypothesis is proved, there is an influence
of Compensation to job satisfaction at PT BPR MKS Bandung.
PENDAHULUAN
Setiap anggota dari suatu organisasi mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri
ketika seseorang bergabung pada organisasi tersebut. Bagi sebagian pegawai, harapan
untuk mendapatkan uang adalah satu-satunya alasan untuk bekerja, namun yang lain
berpendapat bahwa uang hanyalah salah satu dari banyaknya kebutuhan yang terpenuhi
melalui kerja. Seseorang yang bekerja akan merasa lebih dihargai oleh masyarakat di
sekitarnya, dibandingkan yang tidak bekerja. Untuk mencapai keselarasan tujuan,
pimpinan organisasi bisa memberikan perhatian dengan memberikan kompensasi,
karena kompensasi merupakan bagian dari hubungan timbal balik antara organisasi
dengan sumber daya manusia.
Kompensasi adalah penghargaan atau ganjaran kepada para pekerja yang telah
memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut
bekerja. Kompensasi juga merupakan penghargaan yang diberikan pegawai, baik
langsung maupun tidak langsung, finansial ataupun non-finansial yang adil kepada
41
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
42
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 1
Fenomena Pemberian Kompensasi berdasarkan Survei Awal Pendapat 25 Orang
Karyawan
Tabel 2
Fenomena Kepuasan Kerja berdasarkan Survei Awal Pendapat 25 Orang
Karyawan
43
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan dan data-data di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana kompensasi dan
kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung, dan bagaimana pengaruh
kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompensasi dan kepuasan
kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung dan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung
secara positif dan signifikan.
KAJIAN PUSTAKA
Kompensasi
Istilah kompensasi merujuk pada pemahaman terhadap manajemen imbalan
(reward management) dan sistem imbalan (reward system). Manajemen imbalan adalah
manajemen yang berkenaan dengan strategi-strategi, kebijakan-kebijakan, dan proses-
proses yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa nilai dan kontribusi diberikan oleh
anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi, departemental dan tim diakui dan
diberikan imbalan (Armstrong, 2010: 266-270). Sistem imbalan adalah proses-proses
dan praktek-praktek yang saling berhubungan dan berkombinasi, untuk meyakinkan
bahwa manajemen imbalan diterapkan secara efektif demi keuntungan organisasi dan
orang-orang yang bekerja di dalamnya. Komponen-komponen sistem imbalan terdiri
dari: a) imbalan stratejik; b) imbalan menyeluruh; c) imbalan finansial dan non
finansial; d) penilaian pekerjaan melalui evaluasi kerja dan harga pasar; e) struktur
peringkat dan pembayaran; f) kemajuan pembayaran melalui skema pembayaran
bergantung yang berhubungan dengan jasa; g) skema-skema pengakuan; dan h)
tunjangan karyawan dan pension. Kerangka kerja manajemen imbalan menurut
Armstrong disajikan dalam bagan 1.
Pengertian kompensasi menurut Veithzal Rivai (2005: 357) adalah setiap bentuk
imbalan yang diterima individu sebagai akibat dari kinerja tugas-tugas organisasional.
Kompensasi juga merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti
kontribusi jasa karyawan kepada perusahaan. Kompensasi yang dikelola dengan baik
akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan dan memperoleh, memelihara, serta
menjaga karyawan dengan baik. Pembayaran kompensasi yang tidak cukup, akan
membuat karyawan untuk meninggalkan perusahaan dan untuk melakukan penempatan
kembali tidaklah mudah.
Dampak dari ketidakpuasan karyawan terhadap pembayaran kompensasi yang
dirasa kurang memadai, akan menurunkan kinerja, meningkatkan keluhan-keluhan,
mogok kerja, dan mengarah pada tindakan-tindakan fisik dan psikologis, seperti
meningkatnya derajat ketidakhadiran dan perputaran karyawan, yang pada gilirannya
akan menurunkan kesehatan jiwa karyawan yang semakin parah. Pembayaran
kompensasi yang berlebih, juga akan menyebabkan perusahaan dan individu berkurang
daya kompetisinya dan menimbulkan kegelisahan, perasaan bersalah, dan suasana yang
tidak nyaman di kalangan karyawan.
Dimensi kompensasi menurut Veithzal Rivai (2005: 357) terdiri dari:
1) Kompensasi finansial, terdiri dari dua, yaitu kompensasi langsung dan tidak
langsung. Yang dimaksud dengan kompensasi langsung adalah pembayaran
karyawan dalam bentuk upah, gaji, bonus, atau komisi. Kompensasi tidak langsung
44
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
(benefit) adalah semua pembayaran yang tidak tercakup dalam kompensasi finansial
seperti liburan, berbagai macam asuransi, jasa (perawatan anak, kepedulian
keagamaan).
2) Kompensasi non finansial. Yang dimaksud kompensasi non finansial seperti pujian,
menghargai diri sendiri, pengakuan yang dapat mempengaruhi motivasi kerja
karyawan, produktivitas dan kepuasan.
Dimensi kompensasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah kompensasi
finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial yang terdiri dari gaji,
komisi, bonus, asuransi kesehatan, dan lembur, sedangkan kompensasi non finansial
terdiri dari pelatihan manajerial, fasilitas dinas, peluang promosi jabatan, penghargaan
prestasi, dan rekreasi keluarga.
45
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Kepuasan Kerja
Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) berhubungan dengan sikap-sikap dan
perasaan yang dimiliki oleh seseorang yang berkenaan dengan pekerjaannya. Sikap-
sikap positif dan menyenangkan terhadap suatu pekerjaan menunjukkan kepuasan kerja,
sedangkan sikap-skapi negatif dan tidak menyenangkan terhadap suatu pekerjaan
menunjukkan ketidakpuasan kerja (Armstrong, 2006: 264). Kepuasan kerja dipengaruhi
oleh faktor-faktor motivasi intrinsic dan ekstrinsik, kualitas pengawasan, hubungan
sosial dengan kelompok kerja dan derajat keberhasilan atau kegagalan individu di dalam
melaksanakan pekerjaannya. Purcel, dkk (2003) dalam Armstrong (2006: 264)
menyatakan bahwa karyawan yang dimotivasi dengan baik dan memiliki komitmen
terhadap organisasi maka karyawan tersebut akan memberikan tingkat kepuasan yang
tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja berdasarkan penelitian
Purcell, dkk, terdiri dari peluang-peluang karir, pengaruh pekerjaan, kerja tim, dan
tantangan kerja.
Kepuasan kerja memfokuskan pada sikap karyawan terhadap pekerjaannya, yang
memiliki tiga dimensi penting yaitu: a) kepuasan kerja dapat diukur melalui tanggapan
emosional terhadap situasi kerja yang tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga; b)
kepuasan kerja berhubungan dengan sesuatu yang sebenarnya didapat oleh seseorang
dan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang untuk mendapatkannya. Jika perbedaan
antara imbalan aktual dan ekspektasi minimum atau tidak berarti, maka seseorang akan
menunjukkan sikap negative terhadap pekerjaannya dan tingkat kepuasan akan rendah;
dan c) kepuasan kerja berhubungan dengan dimensi pekerjaan, yang dapat diekspresikan
dalam muatan pekerjaan, remunerasi, sikap bawahan peluang untuk maju yang
diberikan lewat promosi (Kondalkar, 2007: 89).
Faktor-faktor penting yang menentukan kepuasan kerja karyawan di dalam
organisasi menurut Kondalkar (2007: 90-91) adalah : a) Muatan kerja; b) Kebijakan
pembayaran dan promosi; c) Kondisi kerja yang mendukung; d) Kelompok-kelompok
kerja; e) Supervisi; dan f) Kecocokan kerja pribadi.
Pengertian kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat
individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya (Veithzal Rivai, 2005: 475). Kepuasan kerja
merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang
atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Dimensi-dimensi kepuasan kerja
menurut Veithzal Rivai (2005: 479) terdiri dari: a) supervisi; b) kesempatan untuk maju;
c) gaji; d) rekan kerja; e) kondisi pekerjaan.
Dimensi kepuasan kerja yang diteliti dalam penelitian ini adalah a) kesempatan
untuk maju terdiri dari peluang promosi jabatan, pendidikan dan pelatihan, dinas luar; b)
supervisi terdiri dari pengawasan pimpinan dan penegakan disiplin kerja; c) gaji terdiri
dari waktu pemberian gaji dan jumlah gaji yang diterima; d) rekan kerja terdiri
hubungan dengan pimpinan dan hubungan dengan sesama bawahan; dan e) kondisi
pekerjaan terdiri dari beban kerja dan fasilitas kerja.
Paradigma Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian pada kajian literatur tentang variabel kompensasi dan
variabel kepuasan kerja yang diteliti dalam penelitian ini, maka paradigma penelitian
dapat disajikan pada bagan 2.
46
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dirumuskan penelitian sebagai
berikut:
―Diduga kompensasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung.‖
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dan penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif pada dasarnya merupakan
proses generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel, dan variabel
penelitiannya bersifat mandiri, sehingga hipotesis penelitiannya tidak berbentuk
perbandingan ataupun hubungan antar dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006: 91).
Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan antar
variabel dalam populasi, melalui data hubungan variabel dalam sampel, dan pengujian
hipotesisnya adalah menguji koefisiensi korelasi yang ada pada sampel untuk
diberlakukan pada seluruh populasi di mana sampel diambil (Sugiyono, 2006: 209).
Populasi dari penelitian ini adalah karyawan PT BPR MKS Bandung sebanyak
50 orang, karena ukuran populasi yang terjangkau oleh peneliti maka semua anggota
populasi dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampelnya adalah sensus atau sampel
jenuh. Teknik sensus atau sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2006: 61).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data
sekunder. Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
terhadap objek yang diteliti untuk memperoleh jawaban dari responden. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari perusahaan, literatur, dan informasi lain yang dianggap
relevan dan menunjang dengan penelitian ini. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dengan sistem tertutup, artinya
setiap pertanyaan telah disediakan jawabannya. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala dibuat dengan gradasi dari sangat tidak
setuju (skor = 1) sampai dengan sangat setuju (skor = 5).
47
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
6 d i 2
rs 1 3 (2)
N N
dimana :
di = selisih rangking kedua variabel
N = ukuran populasi
48
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Korelasi atau keeratan hubungan antar variabel bebas maupun variabel terikat
diklasifikasikan oleh Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2007: 62) sebagai
berikut:
49
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
50
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
51
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
menganggap bahwa peluang untuk menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi di
perusahaan sangat kecil karena keterbatasan posisi pada level supervisor ke atas.
Karyawan juga menganggap bahwa perusahaan belum memberikan penghargaan
prestasi kepada karyawan yang telah dinilai baik kinerjanya hasil kegiatan evaluasi
kinerja sebagai implementasi dari pemberian kompensasi non finansial.
Hasil analisis statistik menggunakan program software SPSS versi 19 diperoleh
deskripsi rata-rata pembobotan untuk variabel kepuasan kerja sebagai berikut:
Rata-rata 192
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2013
tidak seimbang dengan beratnya jenis pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai.
Ketidakpuasan kerja karyawan juga disebabkan oleh hubungan kerja dengan pimpinan
yang kurang komunikatif. Karyawan menganggap bahwa pimpinan yang ada tidak
menjalankan peran kepemimpinan dengan baik, yaitu memberikan pengarahan dan
bimbingan kerja kepada bawahannya. Ketidakpuasan juga disebabkan oleh hubungan
kerja dengan sesama bawahan yang belum terjalin dengan baik, karena masing-masing
karyawan lebih mengedepankan prestasi individu daripada menciptakan kerjasama tim.
Faktor terakhir yang menimbulkan ketidakpuasan kerja karyawan adalah kondisi
pekerjaan berupa beban kerja yang terlalu berat dibebankan kepada karyawan dan
terkadang tidak sesuai dengan deskripsi tugas pada jabatan yang diduduki oleh
karyawan.
Pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS
Bandung dapat diketahui dengan menggunakan analisis korelasi Spearman Rank. Hasil
analisis korelasi dengan menggunakan Software SPSS versi 19, diperoleh nilai r = 0,576
seperti disajikan pada tabel berikut.
KD = r2 x 100%
= (0,576)2 x 100% = 33,18%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai 33,18% artinya pada penelitian ini
Kompensasi memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kepuasan kerja
sebesar 33,18% sedangkan sisanya sebesar 66,82% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
53
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
tanggapan responden terhadap penilaian kompensasi menunjukkan nilai bobot rata-rata
sebesar 162, berdasarkan rentang klasifikasi termasuk dalam katagori cukup baik. Hal
ini berarti bahwa secara keseluruhan pemberian kompensasi pada PT BPR MKS
Bandung cukup baik, namun dimensi kompensasi finansial dan non finansial memiliki
nilai bobot di bawah bobot rata-rata variabel Kompensasi, hal ini disebabkan oleh faktor
ketidaksetujuan responden terhadap indikator-indikator gaji, komisi, bonus, peluang
promosi jabatan, dan penghargaan prestasi.
Hasil tanggapan responden terhadap penilaian kepuasan kerja menunjukkan nilai
bobot sebesar 192, berdasarkan rentang klasifikasi termasuk dalam katagori baik. Hal
ini berarti bahwa secara keseluruhan kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS
Bandung sudah baik, namun dimensi-dimensi kesempatan untuk maju, gaji, rekan kerja,
dan kondisi pekerjaan memiliki nilai bobot di bawah bobot rata-rata variabel Kepuasan
Kerja, hal ini disebabkan oleh faktor ketidaksetujuan responden terhadap indikator-
indikator peluang promosi jabatan, jumlah gaji yang diterima, hubungan dengan
pimpinan, hubungan dengan sesama bawahan, dan beban kerja.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS
Bandung secara positif dan signifikan dengan koefisien korelasi r = 0,576. Berdasarkan
kriteria Champion dengan nilai 0,576 maka hubungan ini termasuk ke dalam kriteria
hubungan yang cukup kuat. Berdasarkan koefisien determinan (KD) diperoleh r 2 =
0,3318 artinya pada penelitian ini kompensasi memberikan pengaruh terhadap kepuasan
kerja karyawan sebesar 33,18% sedangkan sisanya 66,82% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil tersebut membenarkan
hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu terdapat pengaruh kompensasi terhadap
kepuasan kerja karyawan pada PT BPR MKS Bandung secara positif dan signifikan.
SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan kepada manajemen PT BPR MKS Bandung
sebagai upaya perbaikan manajemen dalam pemberian kompensasi finansial dan non
finansial kepada karyawan, serta upaya untuk memberikan kepuasan kerja kepada
karyawan adalah sebagai berikut: a) manajemen perusahaan sebaiknya menyusun
kembali kebijakan penggajian karyawan yang besarannya disesuaikan dengan berat-
ringannya beban dan tanggung jawab kerja yang diberikan kepada karyawan; b)
manajemen perusahaan sebaiknya merealisasikan pemberian komisi kepada karyawan
yang telah berhasil menjual produk perbankan perusahaan sesuai besaran persentase
yang telah dijanjikan; c) manajemen perusahaan juga sebaiknya memberikan bonus
prestasi kerja kepada karyawan berprestasi yang telah berhasil mencapai target kerja
hasil kegiatan evaluasi kinerja selain pemberian bonus di akhir tahun; d) manajemen
perusahaan sebaiknya memberikan solusi alternatif dalam memberikan kesempatan
untuk maju kepada karyawan, apabila program promosi jabatan sebagai peluang bagi
karyawan untuk mengembangkan karirnya di perusahaan masih terbatas; e) Pimpinan
yang ada sebaiknya mengoptimalkan perannya sebagai seorang pemimpin dengan
menciptakan suasana kerja yang kondusif dan hubungan kerja yang harmonis, baik
antara pimpinan dengan bawahan maupun antara sesama bawahan dalam pelaksanaan
tugas-tugas kerja; dan f) manajemen perusahaan sebaiknya menyusun deskripsi kerja
yang jelas dan dapat dipahami oleh karyawan agar tugas-tugas kerja yang dibebankan
kepada karyawan menjadi jelas batasannya.
54
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Saran-saran yang dapat diberikan kepada peneliti yang akan datang adalah
mengingat hasil penelitian menunjukkan Kompensasi memberikan peranan terhadap
Kepuasan Kerja sebesar 33,18% sedangkan sisanya 66,82% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, maka kepada peneliti yang akan
datang diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel bebas (X) yang berbeda,
seperti kepemimpinan, iklim organisasi, atau budaya organisasi.
Pengukuran untuk variabel kompensasi dan kepuasan kerja diukur dengan
persepsi responden terhadap kompensasi yang diterimanya dan kepuasan kerjanya
sendiri, sehingga jawaban bisa saja menjadi bias, karena karyawan tersebut cenderung
untuk menilai dirinya sendiri baik. Penelitian mendatang diharapkan pengukuran
variabel kompensasi dan kepuasan kerja dapat menggunakan kuesioner yang tidak
hanya ditujukan kepada responden sebagai karyawan bawahan dan rekan sekerjanya,
tetapi juga kuesioner yang ditujukan kepada pimpinan atau atasan langsung dari
responden yang bersangkutan. Penelitian mendatang juga diharapkan dapat melakukan
pengujian model yang sama pada kelompok sampel yang lebih besar lagi yang masih
berada di bawah unit kerja PT. BPR MKS Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
55
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai
Analisis Jalur (Path Analysis). Cetakan pertama. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Cetakan kesembilan. Bandung:
Alfabeta.
Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional. Edisi kesatu. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET.
Yusriyati Nur Farida. (2001). Pengaruh Job Insecurity dan Kompensasi terhadap
Kepuasan Kerja. Tesis. Semarang: Program Studi magister Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Veithzal Rivai. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : Dari
Teori Ke Praktik, Jakarta : Penerbit PT. Rajagrafindo Persada.
Wexley, K.N., & Yukl, G.A. (1992). Perilaku Organisasi dan Psikologi Perusahaan.
Terjemahan Shobarudin. Jakarta: Rineka Cipta.
56
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Asril Basry1
Essy Malays Sari2
ABSTRAK
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi
terbesar dalam perekonomian Indonesia serta bisa dikatakan sebagai sumber
utama pendapatan Negara, bisa menciptakan banyak entrepreneur atau wiraswasta
dan membuka banyak kesempatan kerja dimana dapat menjadi sektor usaha yang
paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional. Dalam usaha
meningkatkan produktifitas dan efisiensi dari UMKM maka dapat memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK ) secara efektif memberikan pengaruh
langsung kepada UMKM. Pengaruh positif pada UMKM dapat menikmati berbagai
keuntungan dari penggunaan TIK. Dimana UMKM dapat melakukan komunikasi
secara cepat, meningkatkan produktifitas, membangun peluang bisnis baru, dan
mereka juga dapat terhubung ke jaringan global dengan jangkauan secara
internasional. Implementasi dari TIK bisa dilakukan dengan menggunakan websites
dan e-mail untuk meningkatkan kualitas layanan dan memperbanyak jaringan
pelanggan. TIK juga dapat membantu UMKM dalam penghematan pengeluaran biaya
operasional. Adapun pemanfaatan penggunakan TIK pada UMKM di Indonesia saat
ini sudah didukung oleh ketersediaan infrastruktur seperti koneksi internet, jaringan
telekomunikasi, harga yang kompetitif diantara operator dan internet provider serta
keamanan dalam penggunaan TIK dimana tidak hanya menyangkut pengamanan
secara fisik, tetapi juga pengamanan non fisik seperti lalu-lintas atau transaksi
melalui jaringan komunikasi. Menghadapi mekanisme pasar yang makin terbuka
dan kompetitif, penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya
saing dimana salah satu yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan TIK
pada Usaha Mikro , Kecil dan Menenah ( UMKM ).
PENDAHULUAN
Teknologi informasi dan komputer merupakan bentuk teknologi yang digunakan
untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala
bentuknya. Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil
57
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
maupun menengah dapat memasuki pasar global. Bnyak perusahaan yang awalnya
kecil menggunakan teknologi informasi saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya
dalam waktu singkat karena memanfaatkan teknologi informasi dalam mengembangkan
usahanya teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering dikenal dengan
istilah e- commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas dalam
produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat untuk produk
perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penawaran secara cepat dan hemat, serta
mendukung transaksi cepat tanpa kertas. Pemanfaatan TIK dalam hal ini internet
memungkinkan UMKM melakukan pemasaran dengan tujuan pasar global, sehingga
peluang menembus ekspor sangat mungkin. Menurut Internet World States, pada
tahun 2010 pemakai internet dunia mencapai angka 1.245.268.000 pengguna dimana di
Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta orang. Jumlah pemakai terbesar di Tiongkok
dan Amerika Serikat, yaitu mencapai 61,3% dari jumlah penduduknya. Penggunaan
Komputer dalam bidang pemasaran dan penjualan dalam beberapa tahun terakhir
berkembang dengan pesatnya.
Pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, juga
banyak diupayakan untuk meningkatkan daya saing UMKM dengan menekankan
pada pengelolaan informasi sisi hilir (konsumen/pasar), yang disinyalir menjadi salah
satu faktor penyebab lemahnya daya saing UMKM, dan juga pada sisi hulu
(pemasok). Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam implementasi manajemen rantai
pasok adalah adanya kolaborasi antara entitasnya seperti mitra dalam sistem rantai
pasok; UMKM itu sendiri, pemasok, dan penyalur. Oleh karena itu, UMKM perlu
berkolaborasi supaya dapat memecahkan permasalahan bersama tersebut.
Meskipun peran UMKM sangat strategis, namun ketatnya kompetisi, terutama
menghadapi perusahaan besar dan pesaing modern lainnya telah menempatkan UMKM
dalam posisi yang tidak menguntungkan. Di Indonesia, sebagian besar UMKM
menjalankan usahanya dengan cara-cara tradisional, termasuk dalam produksi dan
pemasaran. Namun demikian, masalah yang dihadapi oleh UMKM di negara-negara
berkembang sebenarnya bukanlah karena ukurannya, tetapi lebih karena isolasi yang
menghambat akses UMKM kepada pasar, informasi, modal, keahlian, dan dukungan
institusional. Kurangnya pemahaman peran strategis yang dapat dimainkan oleh TIK
terkait dengan pendekatan baru pemasaran, berinteraksi dengan konsumen, dan
bahkan pengembangan produk dan layanan diduga sebagai sebab rendahnya adopsi
TIK oleh UMKM di Indonesia. Berdasar survei yang dilakukan oleh Indarti (2007)
terhadap UMKM di Yogyakarta, alasan UMKM yang belum menggunakan komputer
adalah karena tidak merasa butuh (82,2%), dukungan finansial yang terbatas (41,1%),
dan karena tidak memiliki keahlian untuk menggunakan (4,1%).
Salah satu kunci keberhasilan usaha mikro, kecil dan menengah adalah adalah
tersedianya pasar yang jelas bagi produk UMKM. Sementara itu kelemahan mendasar
yang dihadapi UMKM dalam bidang pemasaran adalah orientasi pasar rendah, lemah
dalam persaingan yang kompleks dan tajam serta tidak memadainya infrastruktur
pemasaran. Menghadapi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif,
penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing. Oleh karena
itu, peran pemerintah diperlukan dalam mendorong keberhasilan UMKM untuk
memperluas akses pasar melalui pemberian fasilitas teknologi informasi berbasis web
yang dapat digunakan sebagai media komunikasi bisnis global. Dengan adanya internet
dan TIK proses pemasaran dan penjualan dapat dilakukan kapan saja tanpa terikat ruang
dan waktu. Salah satu penerapan TIK dan internet dalam bidang bisnis dan
perdagangan adalah electronic commerce (e-commerce)..
58
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
KAJIAN PUSTAKA
Pemakaian Teknologi Informasi (IT) dalam memasarkan produk UMKM telah
berhasil dikembangkan oleh sejumlah Negara seperti Cina, Jepang, dan India. Bahkan
Konfederasi Industri India atau Confedration of Indian Industry (CII) merilis hasil
survey yang memperlihatkan bahwa peranan Teknologi Informasi (IT) telah mengubah
peruntungan segmen UMKM di India. Menurut hasil survey tersebut penggunaan IT di
kalangan UMKM telah menghasilkan peningkatan pendapatan yang signifikan, yakni 78
% dari responden mengindekasikan peningkatan pendapatan akibat penggunaan
IT(Nofie, 2007). Sementara itu Cina menerapkan TIK sebagai upaya untuk
meningkatkan daya saing penjualan produk UMKMnya. Dalam banyak literatur istilah
penguasaan teknologi (technological acquisition) didefinisikan sebagai kemampuan
dalam menghasilkan dan mengelola proses perubahan teknologi. Proses penguasaan ini
melalui tahapan memilih, mendapatkan, menerapkan, mengelola, mengadopsi,
mengimitasi, mengakuisisi, meng-up grade dan menguasai teknologi dari luar yang
sudah lebih maju secara efektif dan efisien. UMKM perlu memanfaatkan TIK
untuk meningkatkan daya saing perusahaan, mengingat di era globalisasi ini arena
persaingan menjadi sangat kompetitif, dan bersifat global/ mendunia, usaha kecil dan
menengah (UMKM) harus mampu bersaing di tengah persaingan ini, untuk itu
diperlukan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Dewasa ini TIK
menjanjikan solusi bagi banyak permasalahan di dunia usaha. Aplikasi TIK dapat
memberikan keuntungan pada proses dan transaksi bisnis baik secara internal maupun
eksternal. Meningkatkan informasi dan pengetahuan di bidang tersebut untuk mengelola
perusahaan dapat mengurangi biaya transaksi, meningkatkan kecepatan transaksi antar
bisnis begitu juga antara bisnis dan pelanggannya. TIK juga merupakan perangkat
efektif untuk meningkatkan komunikasi eksternal dan kualitas pelayanan kepada
pelanggan. Sangat disayangkan penggunaan TIK di kalangan UMKM masih sangat
terbatas. Ada beberapa alasan minimnya aplikasi di bidang ini. Alasan utama adalah
UMKM memiliki modal terbatas sehingga kemampuan untuk membeli juga terbatas.
Lainnya, beberapa UMKM masih ragu berinvestasi karena belum begitu mengerti
tentang teknologi tersebut, disamping juga tidak memiliki sumber daya manusia untuk
mengaplikasikannya.
Berbagai studi menunjukkan bahwa persepsi dan perilaku penggunaan TIK lebih
banyak dipengaruhi ketidaktahuan para pelaku usaha kecil mengenai fungsi dan
manfaatnya. Jika ketidaktahuan atau kekurangan informasi tersebut bisa diatasi maka
masih terbuka peluang pemanfaatan internet oleh pelaku usaha kecil. Disinilah peranan
sosialisasi dan pelatihan TIK terhadap pelaku usaha kecil sangat diperlukan di Indonesia.
Kebijakan penerapan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya TIK harus
bersifat sistematis, integratif, dan menyeluruh. Sistematis dalam artian didukung
dengan kerangka kerja yang menitikberatkan pada proses berorientasi pada kebutuhan
dan karakteristik usaha serta penetapan target keberhasilan kegiatan yang dilakukan.
Internet marketing adalah proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan dengan
konsumen melalui kegiatan–kegiatan online dengan memfasilitasi pertukaran ide,
produk dan jasa yang memuaskan kedua pihak Menurut Igbaria dkk (dalam Gautama,
1999), Hambatan bisnis kecil dalam mengimplementasikan IT adalah:
1. Biaya IT
2. Ketiadaan waktu untuk melakukan implementasikan dan pemeliharaan TIK
3. Tidak ada konsultan dan pemasok- pemasok eksternal
4. Perspektif manajemen yang bersifat jangka pendek
5. Kurangnya pemahaman tentang kegunaan TIK dan Bagaimana untuk mengukur
keuntungannya.
59
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan TIK di UMKM, diantaranya
adalah (a) banyaknya komputer yang dimiliki oleh UMKM, (b) bidang penggunaan TI
di UMKM, dan (c) level penggunaan internet di UMKM. Berkaitan dengan poin (a),
padadasarnya setiap UMKM telah memiliki computer untuk membantu proses usahanya
dengan komposisi1 s.d. 3 sekitar 69%, 4 s.d.10 sebesar 11%, lebih dari 10 sebesar 18%,
dan hanya 2% UMKM yang tidak memiliki komputer. UMKM yang memiliki komputer
dalam membantu sistem usahanya, berarti mereka telah memahami pentingnya TIM
untuk meningkatkan produktivitas UMKM yang nantinya akan bermuara pada
pembentukan UMKM yang berdaya saing. Persentase tentang hal ini tersaji pada gambar
1di bawah ini:
60
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
supplier bahan makanan misalnya untuk melakukan order atau sebaliknya pihak
supplier yang melakukan komunikasi dengan UMKM. Komunikasi disini bisa
bermacam- macam, salah satu yang sudah dibahas tadi misalnya penggunaan e-mail.
Internet dapat digunakan sebagai sarana promosi jasa atau produk yang ditawarkan oleh
UMKM. Sebagai contoh misalnya UMKM di bidang rent car (persewaan kendaraan)
bisa mempromosikan produk atau jasanya melalui website atau juga melalui mailing
list. Promosi melalui internet disini bisa dilakukan melalui berbagai cara yaitu:
a. Website, UMKM bisa membuat website bagi jasa atau produk yang akan dijual dan
masukkan
b. website tersebut ke dalam search engine.
c. Mailing list, UMKM bisa mengirimkan promosi jasa atau produk Anda dalam
bentuk e-mail ke mailing list yang relevan dengan yang ditawarkan.
d. Chat, UMKM bisa menggunakan sarana chattinguntuk menawarkan produk atau
jasa
Kemajuan Teknologi Informasi (TI) perlu dimanfaatkan para pelaku Usaha Kecil
dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan bisnisnya melalui e- Commerce,
peluangnya terbuka lebar dan secara teknis mudah dijalankan, Teddy Sukardi, Ketua
Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) mengatakan dalam perbincangan
dengan Business News.
61
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SIMPULAN
UMKM perlu memanfaatkan TIK untuk meningkatkan daya saingnya,
mengingat di era globalisasi ini arena persaingan semakin kompetitif,dan bersifat
mendunia. Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu strategi untuk meningkatkan
dayasaing UMKM adalah dengan melalui pemanfaatan TIK. Dengan pemanfaatan TIK
akan mendorong UMKM untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis
lainnya.
Dalam konteks bisnis, internet membawa dampak transpormasional yang
menciptakan paradigma baru dalam berbisnis, berupa digital marketing atau internet
marketing . Istilah internetisasi mengacu pada proses sebuah perusahaan terlibat dalam
aktivitas-aktivitas bisnis secara elektronik (e-commerce atau e-bisnis), khususnya dengan
memanfaatkan internet sebagai media, pasar, maupun infrastrukturpenunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Rahmana., 2009, Penerapan Teknologi Iinformasi dalam peningkatan daya saing
usaha menegah, SNATI 29 Juni 2009.
62
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
63
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Deta Muliyani1
Khusnul Khotimah2
Perdana Afif Luthfy3
1
Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana UNJ
2
Dosen Unindra
3
Dosen UII
Email: khusnul_uul.eclair@yahoo.com
deta_mulyani@yahoo.com
perdana_afif@yahoo.com
ABSTRAK
64
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
PENDAHULUAN
Tantangan baru bagi pendidikan Indonesia adalah globalisasi di segala bidang
baik industri, ideologi, politik, ekonomi, dan pendidikan. Menciptakan manusia yang
berdayasaing agar dapat mengikuti arus globalisasi merupakan beban baru bagi
pendidikan Indonesia. Pendidikan merupakan kunci pokok untuk menghadirkan
manusia Indonesia yang dapat berkompetisi disegala bidang bersama negara-negara
lainnya. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam
lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus
menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi ―budak‖ di negeri
sendiri.Globalisasi tentunya memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Satu sisi menjadi
upaya untuk menuju kualitas yang dapat disamakan dengan negara lain, sisi lain juga
menciptakan penjajahan baru bagi negara yang tidak meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang dimilikinya. Persaingan globalisasi menuntut sumber daya manusia
mampu berdaya saing dengan negara lain di negara sendiri.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi,
sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat
membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan
keterampilan daya cipta yang tinggi. Berbekal kurikulum kewirausahaan yang wajib ada
di perguruan tinggi diharapkan mampu menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi
lulusannya. Melihat angka pengangguran di Indonesia menempati peringkat ke dua
dibandingkan dengan negara-negara Asean. Masalah pengangguran ini merupakan
wajah baru tersendiri bagi negara-negara berkembang. Pada tahun 2013 angka
pengangguran terbuka mencapai 7,28 juta jiwa. Di Indonesia, angka pengangguran
terbanyak justru diciptakan oleh kelompok terdidik yang seharusnya pendidikan mampu
mengurangi angka pengangguran dengan asumsi pendidikan memberikan lulusan
perguruan tinggi mampu memiliki kompetensi untuk masuk di dunia kerja. Salah satu
cara yang bisa dilakukan adalah perlu dikembangkannya karakter kewirausahaan sedini
mungkin pada semua jenjang pendidikan formal, karena suatu bangsa akan maju
apabila. jumlah wirausahanya paling sedikit 2% dari jumlah penduduk. Maka konsep
kewirausahaan tidak haya cukup dengan adanya kurikulum kewirausahaan di perguruan
tinggi atau menjadi mata kuliah wajib yang harus ditempuh dengan tekstual
pembelajaran. Kewirausahaan membutuhkan lebih dari sekedar konsep tekstual dalam
literatur bacaan atau presentasi makalah yang pada akhirnya menjadi tacit knowledge
yang tidak dapat ditransfer menjadi explicit knowledge.
Kebijakan pemerintah dalam mendukung lahirnya wirausahawan muda mulai
nampak pada program-program UMKM atau Mahasiswa Kewirausahaan. Dalam bidang
pendidikan juga mencoba untuk diintegrasikan konsep kewirusahaan di setiap jenjang
pendidikan bahkan menjadi mata kuliah wajib di level perguruan tinggi. Upaya
pemerintah dengan pendekatan kurikulum ini diharapkan mampu untuk menciptakan
wirausaha-wirausaha muda sedini mungkin. Walaupun pada kenyataannya pendekatan
kurikulum ini masih menghasilkan konteks tekstual yang belum wujud aplikasinya.
Mengingat begitu besar potensi negara ini, jika konsep kewirusahaan tidak hanya
sekedar wacana dalam kelas maka akan menghasilkan usaha-usaha kreatif sesuai
dengan ciri khas daerah masing-masing.
Konsep Kewirausahaan
Kebanyakan orang akan menilai bahwa wirausaha itu sekedar berdagang,
mengikuti trend pasar, menghasilkan kerajinan dan kemudian melakukan perdagangan
di komunitas-komunitas. Sebagian besar lagi akan menyamakan antara entrepreneur
dengan entrepreneurship padahal secara teoritis memiliki makna yang berbeda. Ketika
65
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
berbicara kewirusahaan di mata kuliah atau di mata pelajaran sekolah yang akan
ditekankan adalah pola belajar tekstual. Praktik mahasiswa di universitas ataupun di
sekolah masih seputar koperasi dan atau dagang di wilayah kampus. Kewirusahaan
(entrepreneurship) bukan hanya sekedar menghasilkan produk yang untuk di jual.
Mengutip pendapat Jeffery Timmons (1990);
“Entrepreneurship is the ability to create and build a vision from practically
nothing. Fundamentally, it is a human, creative act. It is the application of energy
to initiating and building an enterprise or organization, rather than just watching
or analyzing. This vision requires a willingness to take calculated risks – both
personal and financial, and then to do everything possible to reduce the chances
of failure. Entrepreneurship also includes the ability to build an entrepreneurial
or venture team to complement your (the entrepreneur) own skills and talents. It is
the knack for sensing an opportunity where others see chaos, contradiction, and
confusion. It is possessing the know-how to find, marshal and control resources,
often owned by others.”
66
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
ada sebagai sebuah keuntungan atau kesempatan yang dapat dikembangkan melalui
inovasi produk.
67
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
i. Optimistic
j. Gregarious
k. A Leader by Example
l. Not Afraid of Risk or Success
2. Pendekatan Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai: tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. Dengan demikian
pendekatan paling mungkin untuk meningkatkan minat berwirausaha adalah melalui
kurikulum yang berbasis entrepeneruship. Minat ini bukan sesuatu yang bisa
dipaksakan untuk diikuti oleh seluruh peserta didik. Dengan pendekatan kurikulum
ini merupakan stimulus untuk mencari bibit yang berbakat dalam mengembangkan
wirausaha mandiri sejak dini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jeff Kee et al,
mencoba untuk mendesain kurikulum kewirausahaan di dunia pendidikan. Korelasi
pendidikan keriwausahaan dengan perkembangan ekonomi menjadi keuntungan
yang diperoleh bagi suatu bangsa. Pendidikan kewirausahaan akan melahirkan
generasi muda yang memberikan kontribusi bagi negaranya. Dengan adanya
simulasi dan fasiltas kegiatan kewirausahaan dapat menghasilkan angka
pengangguran yang rendah. Selain itu dapat menguatkan perusahaan baru dan
banyak lagi keuntungan mengembangkan kosnep kewirausahan dalam pendidikan.
Maka, desain kurikulum dapat diintegrasikan dengan baik terhadap konsep
kewirausahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jeff Kee, kurikulum ini menhadapi
empat tantangan; (1) identifikasi dari target grup, (2) mendefiniskan dan mengukur
kewiraushaan atau mengidentifikasi karakter kewirausahaan, (3) memutuskan fakta-
fakta pedagogi dan (4) konten dari kurikulum.
Dalam pedagogi hal-hal yang perlu dilakukan adalah mencoba mereduksi
keterampilan bisnis dan karakteristik entrepreneurial ke dalam pembelajaran. Dua
kata kunci ini merupakan sebuah lingkaran untuk mempelajari perilaku
kewirausahaan.
68
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
lajaran Berbasis
Research and
Kewirausahaan
Development
69
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SIMPULAN
1. Pendekatan kurikulum yang digunakan adalah experential learning cycles untuk
menerapkan pembelajaran kewirausahaan berdasarkan pengelaman yang
dikembangkan oleh Kolbe. Kurikulum ini merupakan desain yang dikembangkan
oleh guru untuk memberikan simulasi atau latihan terhadap praktek kewirausahaan.
2. Model kolaborasi antara unversitas sebagai pusat penelitian dengan sekolah-sekolah
yang mengembangkan konsep kewirasuahaan merupakan model yang dibangun
untuk mensinergikan teori dan aplikasi di bawah unit bisnis yang dikelola secara
profesional.
3. Pendekatan kewirausaan dalam pendidikan ini masih perlu dikembangkan dan diuji
coba untuk penegmbangan model yang lebih baik.
DAFTAR Pustaka
Jeff Kee, et al, 2006, Entrepreneurship Curriculum, Tokyo: JIP Foundation
http://www.actioncoach.com/_downloads/whitepaper-FranchiseRep5.pdf
http://www.utdallas.edu/~plewin/Entrepreneurial%20Paradoxes%20OS.pdf
70
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Dewi Lesatri
Ardi Kurniawan
Email:dewilesatri15@yahoo.com
ABSTRAK
Aktifitas masyarakat Lampung pada umumnya berkebun dan perkebunan yang cukup
luas salah satunya adalah perkebunan karet.Dari pohon karet tersebut dapat diambil biji
karetnya kemudian diolah menjadi keripik bijij karet. Pengolahan biji karet harus
dengan cara yang benar, jika tidak biji karet akan menjadi beracun untuk dikonsumsi.
Dengan adanya keripik biji karet dari daerah lampung, akan menjadi makanan ciri khas
daerah Lampung yang diberi nama Kejiret Lampung. Tujuan dari penulisan ini adalah
untuk menjadikan biji karet yang pada awalnya bisa dikatakan limbah menjadi bahan
pangan olahan dan meningkatkan produk pangan lokal didaerah Lampung.
Kata Kunci: Keripik Biji Karet (Kejiret), inovasi, Produk Pangan Lokal
PENDAHULUAN
Lampung merupakan suatu daerah yang wilayahnya cukup luas. Lampung
memiliki luas wilayah 35.384 Km2 (Badan Pusat Statistik,2012). Aktifitas masyarakat
Lampung pada umumnya berkebun dan perkebunan yang cukup luas salah satunya
adalah perkebunan karet. Menurut data yang didapat dari Badan Pusat Statistik, Luas
perkebunan karet di mencapai 94.619 Ha dan perbulannya dapat memproduksi karet
sebanyak 50.378 Ton. Jika getah karet sudah pasti dapat diproduksi, sama halnya
dengan biji karet. Biji karet juga dapat diproduksi untuk dijadikan makanan yang layak
konsumsi, salah satunya adalah keripik biji karet atau dapat disebut dengan Kejiret
Lampung, yang artinya adalah Keripik Biji Karet yang berasal dari daerah Lampung.
Mendengar kata Kejiret pasti banyak pertanyaan dalam diri kita mengenai arti
dari Kejiret tersebut. Kejiret bukanlah makna dari bahasa jawa atau yang lainnya.
Kejiret yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Keripik Biji Karet.Jika mendengar kata
karet sudah tidak asing lagi bagi kita, karet banyak digunakan di kehidupan sehari-hari.
Bahan dasar karet yang digunakan biasanya sudah berbentuk bahan yg siap pakai seperti
karet ban, pembuatan pipa karet, pembungkus kabel dan lain-lain. Namun dalam tulisan
ini bukan membahas mengenai hasil dari karet tersebut. Dalam tulisan ini akan
membahas mengenai biji karet yang layak konsumsi. Banyak anggapan bahwa biji karet
tidak layak konsumsi dan beracun.Namun pada kenyataannya biji karet dapat dijadikan
sebuah makanan yang lezat.Banyak para penyadap karet yang membiarkan biji karet
berjatuhan dan membusuk, padahal jika mereka mau mancari biji karet tersebut banyak
keuntungan yang mereka dapat.Mereka bisa mengambil biji karet diselah-selah waktu
71
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
luang untuk menyadap karet. Menurut pernyataan salah satu penyadap karet yang ada di
daerah Lampung bernama Iyon, pagi hari mereka menyadap karet pada pukul 06.00 s.d.
10.00 WIB, setelah selesai menyadap karet mereka berhenti untuk menunggu getah
karet terisi penuh. Biasanya getah karet terisi penuh pada waktu sore hari, sedangkan
siang harinya mereka istirahat.Untuk mengisi waktu istirahatnya, mereka bisa
menggunakan waktunya untuk mengambil biji karet.Namun sayangnya mereka masih
belum mengetahui fungsi dari biji karet yang bisa dijadikan makanan layak konsumsi,
mereka beranggapan bahwa mencari biji karet hanya membuang waktu saja dan
pengolahan biji karetpun tidak mudah.Setelah menyadap karet, mereka lebih suka untuk
pulang kerumah dan istirahat sambil menunggu waktu pengambilan getah karet yang
telah terisi penuh.
Kegunaan biji karet saat ini masih banyak belum diketahui oleh masyarakat
disekitar perkebunan terutama penyadap karet itu sendiri.Saat ini biji karet masih
dianggap tidak penting bahkan bisa dikatakan sebagai limbah. Pemanfaatan dan cara
pengolahannya yang dianggap cukup sulit. Padahal jika dikembangkan, biji karet bisa
diolah menjadi makanan yang unik dan lezat.Bahkan biji karet bisa dijadikan sebagai
produk makanan lokal masyarakat Lampung itu sendiri salah satunya adalah keripik biji
karet. Oleh sebab dalam tulisan ini akan dibahas mengenai keripik biji karet sebagai
inovasi peningkatan produk pangan lokal masyarakat Lampung.
KAJIAN PUSTAKA
Keripik Biji Karet (Kejiret)
Biji karetdidapat dari pohon karet dan diambil dari biji yang sudah terjatuh.Pohon
karet merupakan salah satu pohon yang cukup tinggi dan tidak memiliki banyak ranting.
Karet adalah tumbuhan besar yang tinggnya mencapai 25 meter dan kulit batangnya
menghasilkan getah yang digunakan sebagai bahan pembuat ban, bola dan sebagainya
(KBBI:190). Namun dalam hal ini kaitannya dengan biji karet yang diolah menjadi
makanan siap saji yaitu keripik biji karet
Keripik yaitu olahan makanan yang digoreng kering sehingga teksturnya menjadi
renyah.Sering kita menedengar kata-kata keripik yang identik dengan keripik singkong
dan keripik pisang. Namun tidak hanya itu, biji karetpun bisa dijadikan sebagai keripik
karena teksturnya yang hampir sama dengan singkong ataupun pisang dan biji karet
juga dikatakan lebih mirip dengan kacang. Tekstur biji karet tersebut yaitu tidak
lembek namun tidak terlalu keras dan tidak mengandung banyak air. Oleh sebab itu, biji
karet juga dapat diolah menjadi keripik.
72
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Inovasi
Setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda.Namun, dari pemikiran
tersebut dapat berkembang dan kemudian dapat menemukan hal-hal yang baru yang
dapat disebut dengan inovasi.Penemuan baru tersebut bisa didapat dari sebuah
pengalaman maupun pengamatan. Inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat)
(KBBI:538). Inovasi yang didapatkan seseorang kemudian dikembangkan dan pada
akhirnya dapat menjadi kebermanfaatan.
PEMBAHASAN
Melihat berbagai wilayah di Indonesia, Indonesia memiliki wilayah yang sangat
luas.Dari berbagai wilayah tersebut tentunya memiliki ciri khas yang berbeda-beda di
setiap daerahnya.Baik dari segi adat istiadat, budaya, maupun produk pangan
lokalnya.Berbicara mengenai produk pangan lokalnya, Indonesia memiliki banyak
produk pangan lokal dari masing-masing daerah tersebut. Biasanya produk pangan lokal
membawa nama daerah itu sendiri. Seperti dodol Garut, durian Makasar, empek-empek
Palembang, kopi Lampung dan lain-lain.Banyak wilayah di Indonesia yang memiliki
sesuatu yang berharga namun belum diketahui oleh masyarakat.Contohnya biji karet
yang dapat diolah menjadi makanan yang siap saji.Untuk mendapatkan biji karet
tersebut banyak terdapat didaerah Lampung.Karena selain terkenal dengan tanaman
lada, kopi, Lampung juga terkenal dengan tanaman karet yang yang cukup luas.Dari
pohon karet tersebut, dapat menghasilkan biji karet yang kemudian diolah menjadi
makanan siap saji yaitu keripik biji karet.Biji karet memiliki tekstur yang yang tidak
keras namun juga tidak lembek jika sudah dikeluarkan dari cangkangnya.Karena yang
memiliki tekstur sangat keras itu adalah cangkang biji karet.
Banyak orang yang belum tahu bahwa biji karet itu layak dikonsumsi, mereka
menganggap biji karet itu beracun.Namun, tidak semua masyarakat beranggapan seperti
itu. Di suatu desa tepatnya desa Tanjungsari, Kecamatan Bungamayang, Kabupaten
Lampung Utara terdapat keluarga yag sudah biasa mengkonsumsi biji karet.
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah seorang dari keluarga tersebut yang benama
Lucky, beliau memaparkan bahwa beliau sudah sering mengkonsumsi biji karet sejak
kecil.Ibunya biasa mengolah biji karet dan kemudian digoreng juga dimasak menjadi
sambal biji karet untuk lauk makan. Beliau memaparkan bahwa sesungguhnya biji karet
tersebut tidak beracun jika dimasak dengan cara yang benar. Karena didalam biji karet
tersebut terdapat kandungan yang menyebabkan keracunan. Walaupun mereka tidak
mengetahui nama kandungan racun yang terdapat pada biji karet, tetapi mereka tahu
bagaimanacara agar biji karet tersebut tidak beracun ketika dikonsumsi. Mereka
mengetaui cara menghilangkan zat beracun dari biji karet karena sejak ibu dari Lucky
73
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
masih kecil-pun sering mengkonsumsi biji karet. Lucky juga memaparkan beberapa
tahapan untuk mengolah biji karet dan menghilangkan racunnya yaitu sebagai berikut:
1. Ambil biji karet yang berjatuhan dan kemudian pecahkan cangkannya, kemudian
ambil biji karet dari cangkangnya
2. Rebus biji karet yang sudah tidak bercangkang
3. Belah bijikaret menjadi dua bagian, kemudian buang bagian tengah yang menempel
didalam biji karet. Bagian tengah tersebut yang dapat menyebabkan adanya racun
4. Rendam biji karet selama 3 hari
5. Selama proses merendam, gantilah air rendaman setiap harinya di pagi hari dan sore
hari. Agar biji karet benar-benar bersih dan juga kandungan racun dapat hilang.
6. Setelah 3 hari direndam, tiriskanlah kemudian langsung digoreng ataupun disambal
sesuai dengan selera.
Sedangkan untuk membuat keripik biji karet, setelah proses menggoreng dapat
langsung membuat bumbu keripik pedas. Caranya yaitu:
1. Tumis bumbu yang sudah dibuat, bumbu dibuat dari cabai, bawang putih, bawang
merah, tomat, penyedap rasa, garam dan gula.
2. Setelah bumbu selasai ditumis kemudian langsung masukkan biji karet yang sudah
digoreng kedalam bumbu.
3. Tambahkan gula putih dan penyedap rasa.
4. Keripik biji karet siap disantap.
Dengan melalui proses tersebut, kandungan racun dapat hilang. Dengan
memanfaatkan biji karet menjadi sebuah makanan siap saji.Bahkan keripik biji karet
dapat dijadikan sebagai produk pangan lokal ciri khas daerah lampung. Keripik biji
karet bias diberi nama Kejiret Lampung.
SIMPULAN
Keripik biji karet merupakan hasil dari olahan biji karet yang dijadikan makanan
ringan yang menjadi ciri khas daerah Lampung. Jika dalam mengolah biji karet dengan
cara yang salah, maka dari biji karet akan menyebabkan racun. Jika keracunan biji karet
biasanya akan merasakan pusing. Namun jika cara pengolahan dilakukan dengan cara
yang benar, maka biji karet aman dikonsumsi. Dengan memaksimalkan hasil olahan biji
karet, akan meningkatkan daya jual dan menambah jenis produk pangan lokal didaerah
lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Keempat. 2011. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Internet :
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201120.pdf
https://www.scribd.com/doc/211288627/Paper-Pengertian-Pangan-Lokal-Dan-
Ketahanan-Pangan-K-1 (diakses pada: 8 Februari 2015, 12.20)
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodityarea.php?ia=18&ic=4
(diakses pada: 8 Februari 2015, 13.50)
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=153&no
tab=1 (Diakses pada: 9 Februari 2015, 00.43)
74
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=169140&val=3913&title=PEMBU
ATAN%20BIODIESEL%20DARI%20MINYAK%20BIJI%20KARET%20ME
NGGUNAKAN%20KATALIS%20BERBAHAN%20DASAR%20GULA
(diakses pada: 10 Februari 2015, 15.15)
75
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Dian Annisa
ABSTRAK
Keyword : Strategi Kerajinan Kulit Telur, Saluran Distribusi, Kerajinan Kulit Telur dan
MEA.
PENDAHULUAN
Untuk menghadapi MEA, dunia usaha di Tanah Air tentu harus mengambil
langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara ASEAN
lainnya, tak terkecuali sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM).
Salah satu contoh UKM yang mulai merintis usaha adalah para penggiat
kerajinan kulit telur. Para pengrajin ini memiliki kemampuan mengolah sampah dapur
rumah tangga berupa cangkang kulit telur menjadi sebuah produk seni recycle dan
bernilai jual tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM
yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu
meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing
tinggi. Pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan juga terkait dengan strategi
distribusi dan penetapan saluran distribusi bagi para pelaku KUKM termasuk para
pengrajin kulit telur ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap strategi saluran distribusi
yang tepat bagi UMKM kerajinan cangkang/kulit telur di Indonesia, khususnya yang
ada di Jakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaku
UMKM kerajinan cangkang/kulit telur Indonesia khususnya di Jakarta.
76
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
TINJAUAN PUSTAKA
Kerajinan Kulit Telur
Banyak hal menarik yang bisa didapat dari sampah. Tanpa isi, cangkang/kulit
telur sejatinya adalah sampah, namun bila diberi sentuhan kreativitas dan diolah dengan
imajinasi dan ketekunan, cangkang/kulit telur pun dapat disulap menjadi karya yang
indah dan berharga. Mungkin hanya sedikit orang yang jeli melihat peluang untuk
berkarya seni sekaligus berbisnis menggunakan cangkang/kulit telur. Beberapa kulit
telur hewan yang dapat dijadikan kerajinan kulit telur antara lain: telur ayam, telur
bebek, telur burung puyuh, hingga yang terbesar telur burung onta.
Kerajinan kulit telur memiliki kelebihan tahan terhadap api, tidak akan dimakan
oleh rayap atau hama lainnya, serta tahan terhadap pergantian cuaca. Begitu pula bila
terkena sinar matahari tidak akan memudarkan warnanya. Karena cangkang/kulit telur
mudah pecah, maka proses pengerjaannya harus hati-hati.
Saluran Distribusi
Saluran distribusi adalah suatu set organisasi yang independen yang terlibat pada
proses penyediaan barang dan jasa sehingga dapat dikonsumsi konsumen. Saluran
distribusi merupakan sebuah alur produk atau jasa setelah proses produksi, dijual dan
digunakan oleh pengguna. Saluran distribusi pemasaran merupakan saluran pemasaran
yang dibutuhkan oleh perusahaan.Keputusan mengenai saluran distribusi pemasaran
merupakan salah satu keputusan yang penting yang harus dibuat oleh
manajemen.Saluran distribusi menjadi penting karena sebuah saluran distribusi tidak
hanya melayani pasar tetapi juga membuat pasar. Sehingga saluran distribusi juga
merepresentasikan opportunity cost (biaya kesempatan). Pemilihan saluran distribusi
dapat berimbas pada semua keputusan pemasaran. Memutuskan saluran distribusi apa
yang akan digunakan mungkin bukanlah sebuah masalah yang besar namun meyakinkan
bahwa perantara yang digunakan tepat dan sesuai menjadi sebuah masalah yang penting
untuk dipertimbangkan.
Pada saat ini perusahaan-perusahaan yang sukses menggunakan hybrid channel
atau saluran distribusi hybrid yang memiliki jumlah yang lebih banyak dan berlipat dari
biasanya. Perusahaan yang menggunakan hybrid channel harus yakin bahwa saluran
distribusi yang dipilih berjalan baik dan sesuai dengan target market yang dipilih.
Konsumen berharap saluran distribusi yang terintegrasi akan memungkinkan konsumen
untuk:
a. Memiliki kemampuan untuk memesan barang secara online dan mengambilnya di
toko pengecer di lokasi yang sesuai dengan pemesanan
b. Mengembalikan atau meretur barang dipesan secara online ke toko terdekat
c. Mendapatkan diskon pada pembelian online maupun offline
Menurut Nunes dan Caspede, pembeli terbagi menjadi 4 kelompok utama yakni:
a. Habitual shopper (pembeli yang rutin): pembeli ini akan membeli barang ditempat
dia biasa membeli barang (toko yang sama setiap kali membeli kebutuhannya)
b. High value deal seeker (pembeli yang mencari nilai terbaik) adalah pembeli yang
selalu tahu kebutuhannya dan mencari nilai terbaik sebelum membeli
c. Variety loving shopper adalah pembeli yang suka mendapatkan berbagai macam
informasi dari berbagai saluran pemasaran, mengambil keuntungan dari pelayanan
yang terbaik, dan membeli dari saluran pemasaran favorit mereka tanpa
memperdulikan harga
d. High involvement shopper adalah pembeli yang terlibat secara langsung dalam
mendapatkan semua informasi sehingga dapat membeli dengan harga yang rendah
77
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
dari saluran pemasaran yang tersedia tetapi juga mengambil keuntungan dari
pelayanan terbaik saluran pemasaran.
78
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
METODOLOGI
Metode yang diambil untuk penelitian ini adalah dengan studi pustaka atau
library research dimana peneliti melakukan kajian melalui literature-literatur yang telah
ada, seperti dari kajian ilmiah, jurnal ekonomi dan bisnis, serta literature lain yang
mendukung penelitian ini.
Adapun data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder yang sudah
dihimpun dari beberapa kajian jurnal ekonomi sehingga dapat mengangkat dan
mengungkap permasalahan yang terkait strategi saluran distribusi UMKM kerajinan
cangkang/kulit telur.
PEMBAHASAN
Teknik pemasaran boleh dikatakan sebagai kunci keberhasilan dari penjualan
produk.Kemampuan yang handal dalam memasarkan produk atau jasa bisa jadi lebih
penting dari produk itu sendiri.Teknik pemasaran yang baik didukung oleh strategi
pemasaran yang efektif. Dengan strategi tersebut, proses marketing dapat
dipertahankan, bahkan cara baru dalam memasarkan produk juga bisa kita temukan dan
membuat pelanggan semakin loyal. Tentu saja, jangan abaikan faktor kualitas produk
yang merupakan poin penting bagi pemasaran itu sendiri.
Maka, setelah dipastikan kualitas produknya, rancanglah strategi pemasaran
yang efektif agar proses pemasaran dapat berjalan secara terkontrol, dinamis, dan
kreatif.
Alternatif Pilihan Saluran Distribusi yang dapat digunakan Untuk Pemasaran
Kerajinan Cangkang/Kulit Telur
a. Distribusi Intensif, distribusi ini dapat dilakukan oleh perusahaan yang menjual
barang konvinien. Strategi yang diterapkan adalah dengan menggunakan penyalur
terutama memperbanyak pengecer untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan
konsumen (cocok untuk perusahaan industry besar).
b. Distribusi Selektif, perusahaan yang menggunakan distribusi selektif ini berusaha
memilih suatu jumlah pedagang besar/pengecer yang terbatas dalam suatu daerah
geografis. Biasanya saluran ini digunakan untuk pemasaran produk baru, barang
shopping/barang special dan jenis accessory equipment.
c. Distribusi Eksklusif, distribusi ini hanya menggunakan satu pedagang besar atau
satu pengecer saja. Saluran distribusi ini biasa digunakan untuk barang-barang
special, apabila penyalur bersedia membuat persediaan dalam jumlah besar, apabila
produk yang dijual memerlukan layanan setelah penjualan.
SIMPULAN
Dikarenakan kerajinan cangkang/kulit telur masih sedikit jumlah pengrajin yang
membuatnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa untuk memasarkan produk
kerajinan cangkang/kulit telur para pengrajin dapat memilih :
1. Distribusi Intensif, saluran ini dapat digunakan jika kerajinan cangkang/kulit telur
sudah menjadi barang kerajinan yang mem-booming seperti batu alam. Karena
79
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
distribusi jenis ini dapat dilakukan jika hasil produksi melimpah dan konsumen yang
tetap.
2. Distribusi selektif, tepat digunakan untuk pemasaran kerajinan cangkang/kulit telur
karena pemasaran produk dilakukan pada satu sentra wilayah saja. Sehingga produk
yang dipasarkan memiliki cirri dan corak yang khas.
3. Distribusi Eksklusif, jenis saluran distribusi ini dapat dilakukan para pengrajin untuk
memasarkan kerajinan cangkang/kulit telur jika ingin memperkenalkan produk
mereka kepada pasar luar, seperti melalui pameran kerajinan tangan ―Inacraft‖.
Sehingga memiliki pangsa pasar yang jelas, yaitu para pecinta seni craft bbaik dari
dalam maupun luar negeri.
SARAN
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pelaku UMKM kerajinan
cangkang kulit telur adalah :
1. Dalam hal pemilihan saluran distribusi harus disesuaikan dengan jumlah produksi
kerajinan cangkang/kulit telur yang telah dihasilkan. Karena untuk distribusi intensif
pengrajin harus meliki stok barang produksi yang banyak dikarenakan jumlah
konsumen yang banyak pula.
2. Distribusi selektif hanya mungkin dilakukan oleh para pengrajin cangkang/kulit
telur yang mau berinovasi dan mengangkat satu corak dan cirri khas tertentu
wilayahnya sebagai identitas produknya.
3. Jika para pengrajin cangkang/kulit telur ingin menggunakan saluran distribusi
eksklusif, maka para pengrajin harus siap mengeluarkan pembiayaan yang cukup
besar untuk ikut serta dalam pameran selain itu juga untuk memperbanyak produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurfarkhana, Anna dan Endah Widati. Manajemen Pemasaran 2. UNINDRA PRESS.
https://www.maxmanroe.com/6-bisnis-ukm-usaha-kecil-menengah-yang-
menjanjikan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah
http://news.liputan6.com/read/80066/karya-seni-tinggi-dari-kulit-telur
https://buletinbisnis.wordpress.com/2007/07/13/eksotika-kulit-telur/
https://anisaarahman.wordpress.com/tag/kesiapan-indonesia-menghadapi-mea/
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2014/04/28/200112/UMKM-
Rapatkan-Barisan-Hadapi-MEA-2015
http://slide123.weebly.com/tulisan-4.html
http://www.smartbisnis.co.id/insight/ekspansi-bisnis/6-strategi-pemasaran-yang-efektif-
http://ahzamedia.biz/nilai-ekonomis-dari-kreasi-seni-limbah-cangkang-telur/
80
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Elin Karlina
Email : elinkarlina27@yahoo.com
ABSTRAK
Peserta didikmerupakan generasi muda yang nantinya menjadi generasi penerus dalam
pembangunan, oleh sebab itu para peserta didik harus memiliki cita-cita untuk menjadi
orang yang sukses. Berwirausaha merupakan salah satu cara untuk dapat meraih
keinginan yang dicita-citakannya. Namun, berdasarkan hasil pra penelitian yang
dilakukan, fenomena yang terjadi adalah setelah para peserta didik lulus nanti, baik itu
dari tingkat Sekolah Menengah Atas ataupun dari tingkat Perguruan Tinggi, mereka
cenderung lebih memilih untuk bekerja daripada menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri. Oleh sebab itu, jiwa kewirausahaan, minat dan motivasi berwirausaha perlu
dibangun agar peserta didik memiliki kemandirian hidup sebagai bekal dalam meraih
cita-cita untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membangun jiwa kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat dan motivasi
berwirausaha terhadap kemandirian hidup peserta didik. Data yang dikumpulkan adalah
data primer yang didapatkan dari penyebaran angket kepada peserta didik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel yang digunakan sebagai prediktor
kemandirian hidup peserta didik adalah variabel jiwa kewirausahaan teridentifikasi
sebagai variabel terkuat yang mempengaruhi kemandirian hidup peserta didik dibanding
dengan variabel minat dan motivasi berwirausaha, karena variabel jiwa kewirausahaan
berpengaruh langsung dengan kemandirian hidup peserta didik, sedangkan variabel
minat berwirausaha tidak berpengaruh secara langsung dengan kemandirian hidup,
karena dibutuhkan variabel motivasi berwirausaha sebagai variabel interveningnya.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan
cepat, menuntut satiap orang untuk saling berkompetisi dalam menghadapi persaingan
hidup. Oleh karena itulah, orang yang mampu bertahan adalah mereka yang memiliki
kreatifitas dan daya inovasi yang tinggi untuk dapat mengambil semua peluang yang
ada melalui keterampilan yang dimilikinyasehingga dapat mengembangkan segala
81
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
potensi yang ada dalam dirinya untuk menciptakan suatu kreasi yang dapat memberikan
manfaat baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain.
Sesorang yang bisa mencipta dan menghasilkan sesuatuberarti orang tersebut
dapat dikatakan memiliki jiwa kewirausahaan, hal itulah yang saat ini sedang
diupayakan tertanam dalam diri peserta didik untuk dapat meraih kehidupan yang lebih
baikdimasa depan yaitu melalui kemandirian hidup. Oleh sebab itu pendidikan
kewirausahaan yang ada di sekolah sangat membantu peserta didik untuk lebih
memahami tentang kewirausahaan.
Pada kurikulum 2013 yang masih dilaksanakan dibeberapa sekolah ini
mencantumkan mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan menjadi salah satu mata
pelajaran wajib yang harus dipelajari salah satunya di tingkat SMA. Mata pelajaran
prakarya dan kewirausahaan di SMA digolongkan sebagai pengetahuan transcience-
knowledge, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan melatih keterampilan
kecakapan hidup berbasis seni, teknologi dan ekonomi.
Adapun manfaat dan tujuan mengapa peserta didik harus belajar kewirausahaan
yaitu agar dapat menerapkan perilaku tepat waktu dan tepat janji, membentuk pribadi
yang disiplin, ulet dan mau bekerja keras serta memiliki jiwa toleran dan mau
menolong sesama, mengasah keterampilan peserta didik agar mampu mencipta dan
membuat sesuatu, serta meningkatkan kreatifitas dan daya inovasi peserta didik.
Oleh sebab itu pendidikan kewirausahaan sangat penting guna merubah pola
pikir peserta didik sehingga jiwa kewirausahaan bisa tertanam sehinggadapat
meningkatkan minat dan motivasi berwirausaha untuk kemandirian hiduppeserta didik
nanti setelah mereka lulusdari SMA.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun jiwa kewirausahaan yang ada pada
diri peserta didik dalam upaya meningkatkan minat dan motivasi berwirausaha untuk
kemndirian hidup peserta didik.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Jiwa Kewirausahaan
Wirausaha merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat
dan menilai kesempatan serta mengambil peluang yang ada, mengumpulkan sumber
daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil
keuntungan dalam rangka meraih sukses di masa depan.
Menurut Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan Nasional (2010:2),
menyatakan bahwa:
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata
kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan. Entrepreneur
berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya memulai atau
melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata: Wira: utama, gagah berani,
luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif.
Pendidikan kewirausahaan perlu diberikan sejak dini.Untuk menjadi seorang
wirausahawan yang tangguh, seseorang harus memiliki beberapa ciri tertentu antara lain
sebagai berikut: memiliki keberanian untuk mengambil risiko, memiliki daya kreasi,
imajinasi dan kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan,
memiliki semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi,
mengutamakan efisiensi, memiliki kemampuan untuk memotivasi, sertamemiliki cara
analisis yang tepat dan sistematis.
82
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Jiwa kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui proses
pembelajaran, oleh karena itu pendidikan kewirausahaan penting bagi setiap orang. Jiwa
kewirausahaan dapat dibentuk, dilatih, dididik, dikembangkan dan ditingkatkan
jumlahnya.
Seorang yang berjiwa wirausaha menjadikan dirinya menjadi seorang manusia
yang berkepribadian dan berwatak unggul, memberikan kemampuan untuk
membersihkan sikap mental negatif, serta meningkatkan daya saing dan daya juang
untuk mencapai kemajuan. Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi
seseorang dalam menjalani kehidupan dan jiwa kewirausahaan ini sebenarnya dimiliki
oleh setiap orang, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Oleh karena
ituperlu dikembangkan serta harus diasah dan dipraktikkan.
Tujuan pendidikan kewirausahaan yaitu untuk menyiapkan lulusan memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan masalah, beradaptasi dan mampu mencipta, selain itu
juga mendidik agar peserta didik menjadi generasi baru yang terbuka dan mandiri,
mampu melihat, mencari, dan menciptakan peluang dengan berpikir kritis dan kreatif
yang menghasilkan ide-ide yang inovatif.
Di masa depan, setelah lulus nanti peserta didik akan menghadapi tantangan
berat karena kehidupan dalammasyarakat selalu mengalami perubahan setiap saat.
Menghadapi hal tersebut, peserta didik perlu diberikan bekal kemampuan yang
memadai, keberanian dalam bertindak dan perlu dilatih sedini mungkin agar anak
memiliki ketrampilan yang cukup di masa depan.
Pengertian Minat
Minat merupakan suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu.
Menurut Slameto (2003: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena
pengaruh dari beberapa faktor. Menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2003: 151) 1)
Faktor dari dalam:Faktor internal adalah ‖pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi,
dan kebutuhan‖. 2) Faktor dari luar:Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat
siswa berminat yang datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan
dari guru, rekan, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan keadaan
lingkungan.
Minat peserta didik untuk berwirausaha merupakan kekuatan yang akan
mendorong peserta didik untuk berwirausaha. Peserta didik yang berminat, maka akan
menunjukan sikap senang untuk berwirausaha.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap
sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Orang yang
berminat terhadap sesuatu, maka dia akan berusaha untuk mendapatkannya. Demikian
pula peserta didik yang berminat untuk berwirausaha, maka dia akan berusaha dan
berkorban semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkannya yaitu memnjadi seorang
wirausaha yang sukses.
Pengertian Motivasi
Seseorang yang mempunyai motivasi maka dia akan bertindak dengan arah dan
tujuan yang jelas.Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2007 : 73), menyatakan bahwa
Motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam
kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
83
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Dari kutipan di atas, jika dikaitkan dengan motivasi berwirausaha, dapat disimpulkan
bahwa motivasi berwirausaha adalah daya energi yang sangat kuat yang datang dari
dalam ataupun luar diri peserta didik untuk belajar mengenai kewirausahaan dengan giat
sehingga tujuan yang akan dicita-citakan dapat tercapai, yaitu menjadi wirausaha
sukses.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan
pendekatanpath analisys,alat pengumpulan datayang digunakan berupa kuesioner yang
diberikan pada peserta didik di SMAN 46 Jakarta yang tetap menggunakan kurikulum
2013 padatahun pelajaran 2014/2015.
84
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 2. ANOVAb
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
818.628 2 409.314 6.931 .006a
1003.922 17 59.054
1822.550 19
a. Predictors: (Constant), x2, x1
b. Dependent Variable: x3
Tabel 3. Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 52.750 19.152 2.754 .014
x1 .295 .159 .354 1.848 .082
x2 .261 .109 .460 2.398 .028
a. Dependent Variable: x3
85
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Penjelasan :
Sub Struktural 1
1. Secara simultan jiwa kewirausahaan dan minat berpengaruh positif dan signifikan
terhadap motivasi berwirausaha, besaran pengaruh simultan adalah sebesar 44,9%
merupakan kontribusi dari variabel jiwa kewirausahaan dan minat terhadap motivasi
berwirausaha sedangkan sisanya 53,1% dipengaruhi faktor lain di luar model.Model
simultan ini terjadi secara signifikan.
2. Pengujian secara individual melalui parameter statistik jiwa kewirausahaan (X1)
tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi berwirausaha (X3), sedangkan minat
(X2) berpengaruh signifkan terhadap motivasi berwirausaha (X3).
3. Lebih lanjut pengaruh kausal empiris antara variabel X1 dan X2 ini dapat
digambarakan melalui persamaan sub struktural 1 yaitu :
X3=0,354X1+0,460X2+0,742e1
X1 berkontribusi terhadap X3 sebesar 35,4% sedangkan sisanya sebesar 64,6%
dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan X2 berkontribusi terhadap X3 sebesar 46%
dan sisanya sebesar 54% depengaruhi oleh faktor lain.
Sub struktural 2
1. Secara simultan pengaruh jiwa kewirausahaan, minat dan motivasi terhadap y
kemandirian hidup sebesar 39,1 dan sisa nya sebesar 60,9
Karena signifikannya lebih kecil dari 0,05, maka X1,X2 dan X3 berpengaruh
terhadap Y
2. Setelah model simultan terbukti signifikan ,maka dilakukan penelusaran jalur
pengaruh parsial.
X1 secara langsung berpengaruh signifikan terhadap Y karena signifikannya lebih
kecil dar1 0,05, X1 menyumbang terhadap Y sebesar 51,3% sisanya sebesar 49,7%
dipengaruhi faktor lain
X3 secara tidak langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap Y
karenasignifikannya lebih besar dari 0,05, X3 menyumbang terhadap Y sebesar
29,9% sisanya sebesar 70,1% dipengaruhi faktor lain.
X2 secara tidak langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap Y, karena
signifikannya lebih besar dari 0,05, X2 menyumbang terhadap Y sebesar - 28,5%
sisanya sebesar 71,5% dipengaruhi faktor lain
3. Dari ketiga variabel yang digunakan sebagai prediktor kemandirian hidup, variabel
jiwa kewirausahaan teridentifikasi sebagai variabel terkuat yang mempengaruhi
kemandirian hidup dibanding dengan minat dan motivasi berwirausaha.
4. Secara keseluruhan, pengaruh yang dibentuk dari sub struktural 2 dapat
digambarkan melalui persamaan struktural 2 yaitu :
Y = 0,513X1 – 0,285X2 + 0,299X3 + 0,780el
86
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.2005. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: Rineka Cipta.
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
.................DirektoratPembinaanKursusdanKelembagaanDirektoratJenderalPendidikanN
onformaldan Informal KementrianPendidikanNasional. 2010 . Konsep Dasar
Kewirausahaan. Jakarta
Suprijanto, H. 2007. Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
87
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Email : nur_amega@yahoo.com
ABSTRAK
UMKM adalah sektor mikro yang memiliki potensi besar dalam pengembangannya.
Dalam perkembangannya, sektor UMKM banyak menjadi pilihan bagi wanita untuk
menunjukkan eksistensinya di bidang usaha. Banyak alasan mengapa wanita lebih
memilih menggeluti sektor UMKM daripada berkarir di luar rumah. Dan yang paling
banyak menjadi pilihan para wanita adalah onlineshop, karena lebih mudah dijalankan
di rumah. Oleh sebab itu kajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran teoritis
tentang peranan sektor UMKM dalam ikut memberdayakan wanita Indonesia. Kajian ini
berupa sebuah conseptual paper dan menggunakan sumber data sekunder berupa tema
kajian. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi sebuah referensi bagi kajian tentang
perempuan dan sektor UMKM di Indonesia.
PENDAHULUAN
Internet memilik iperanan yang vital dalam kehidupan saat ini di era tekhnologi
dan informasi, dimana banyak kemudahan yang dapat diperoleh melalui internet.
Banyak kegiatan yang sering dilakukan dengan menggunakan jejaring sosial, seperti
mencari informasi tentang sesuatu maupun menyampaikan informasi yang terupdate
saatini. Penggunaan jaringan internet ini kemudian dimanfaatkan juga dalam dunia
bisnis/perdagangan. Murahnya biaya akses dan kemudahan penggunaan jaringan
membuat banyak orang berlomba-lomba menjual produk barang/ jasa melalui internet
atau secara online. Dengan melakukan jualbeli melalui internet atau secara online, maka
tidak lagi terdapat batasan ruang/jarak antara penjual dan pembeli. Transaksi dapat
dilakukan dengan mudah dan singkat walaupun antara penjual maupun pembeli berbeda
wilayah/negara. Pembayaran bias dilakukan melalui transfer dan kemudahan keuangan
lainnya.
88
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Hal tersebut berlaku pula di Indonesia. Maraknya bisnis online shop di Indonesia
membuat dunia bisnis menjadi semakin ramai, sifatnya yang fleksibel dan mudah
dilakukan dimana saja dan kapan saja menambah banyaknya minat konsumen untuk
menggunakan jasa layanan tersebut. Hasil survey terakhir (December 2011)
menunjukkan bahwa 36% dari seluruh transaksi perdagangan yang terjadi di Indonesia
di lakukan secara online atau online shop. Diperkirakan 80% dari transaksi online
tersebut ternyata dilakukan oleh bisnis online berskala Mikro Kecil (UMK). Omzet dari
bisnis online berskala UMK ini mulai dari 2juta per bulan, hingga puluhan juta per
bulan, namun karena jumlahnya sangat banyak, maka omzet keseluruhan UMK online
mampu mencapai 80% dari keseluruhan transaksi online.(Bonafide Logo, 2012)
Online shop di Indonesia lebih banyak dilakukan oleh para wanita usia produktif,
hal ini dikarenakan kegiatannya yang tidak menyita banyak waktu dan mudah dilakukan
di manasaja. Para wanita yang sudah berumah tanggamaupun bekerja di luar rumah juga
bias memanfaatkan online shop untuk menambah penghasilannya tanpa mengganggu
89
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
kegiatan utamanya. Dengan berjualan secara online, modal yang dibutuhkan juga tidak
terlalu besar, namun jika dijalankan dengan baik maka akan mendatangkan keuntungan
yang sanga ttinggi. Perlahan namun pasti, dengan adanya online shop maka kegiatan
perekonomian diharapkan dapat meningkat.
Online Shop
Nielsen pada tahun 2014 telah melakukan penelitian dengan mensurvey lebih dari
60 responden yang memiliki akses internet di 60 negara untuk mempelajari intensi
belanja online dari konsumen di seluruh dunia. Penelitian ini untuk mengetahui
mengenai intensi konsumen untuk membeli baik barang yang habis digunakan
(consumable) maupun yang tidak habis digunakan (non-consumable) dalam lanskap e-
commerce yang sedang tumbuh. Penemuan hasil survey ini mengungkapkan bahwa jasa
travel adalah yang paling banyak direncanakan oleh konsumen untuk dibeli secara
online, bersama dengan jasa penjualan tiket acara seperti tiket acara seperti tiket
bioskop, pertunjukkan, pameran dan pertandingan olahraga, dimana kategori-kategori
tersebut termasuk kedalam urutan lima teratas yang ingin dibeli konsumen secara
online. Sekitar setengah dari konsumen Indonesia berencana untuk membeli
secara online tiket pesawat (55%) serta melakukan pemesanan hotel dan biro perjalanan
(46%) dalam enam bulan kedepan. Empat dari sepuluh konsumen (40%) berencana
untuk membeli buku elektronik (ebook), hampir empat dari sepuluh konsumen
berencana untuk membeli pakaian/aksesori/sepatu (37%), dan lebih darisepertiga
konsumen merencanakan untuk membeli tiket acara (34%) secara online.
Grafik: Keinginan Untuk Membeli Produk/Jasa Secara Online Dalam Enam Bulan Ke
Depan (Top 5 Teratas)
90
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Di Indonesia sendiri online shop muncul di awal tahun 2000an dan baru populer di
tahun 2006, kemudian pada tahun 2008 jumlah online shop meningkat hingga puluhan
hingga ratusan persen dari sebelumnya. Meningkatnya penggunaan Internet di Indonesia
menjadi salah satu faktor pemicu menjamurnya online shop yang awalnya pengguna
internet hanya sekitar 2.000.000 orang pada tahun 2000 menjadi 25.000.000 pengguna
pada tahun 2008 (internetworldstats.com). koneksi internet yang murah dan mudah serta
banyaknya pendidikan dan pelatihan pembuatan online shop dengan harga terjangkau
juga menjadi penyebab meningkatnya online shop di Indonesia.
Online shop yang ada di Indonesia saat ini diperkirakan sudah mencapai ratusan
dengan banyaknya jumlah produk yang ditawarkan, mulai dari fashion, makanan,
keperluan rumah tangga, travel sampai gadget dll. Dengan banyaknya online shop yang
berkembang saat ini menyebabkan perubahan pola hidup masyarakat yang menjadi
lebih semakin konsumtif. Dari yang tadinya berbelanja secara konvensional kini lebih
menjadi modern hanya dengan cukup memilih melalui web/blog yang ada. Ditambah
lagi dengan selalu disajikannya informasi yang terupdate dan informasi yang jelas dari
online shop tersebut menambah ketertarikan konsumen/pengguna.
UMKM
Sektor UMKM telah terbukti mampu hidup dan berkembang dalam menghadapi
badai krisis selama lebih dari enam tahun. Keberadaannya telah dapat memberikan
kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan ekspor. Berdasarkan data Badan Produk Domestik Bruto (PDB)Pusat
Statistik (BPS) pada 2009, jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 520.220 unit,
sedangkan jumlah koperasi sampai dengan pertengahan 2009 sebanyak 166.100 unit
yang tersebar di seluruh Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan.
(www.suaramedia.com). Prospek bisnis UMKM dalam era perdagangan bebas dan
otonomi daerah sangat tergantung pada upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam
mengembangkan bisnis UMKM. Untuk mencapai iklim usaha yang kondusif ini,
diperlukan penciptaan lingkungan kebijakan yang kondusif bagi UMKM. Kebijakan
yang kondusif dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan kebijakan yang transparan
dan tidak membebani UMKM secara finansial bicara berlebihan. Ini berarti berbagai
campur tangan pemerintah yang berlebihan, baik pada tingkat pusat maupun daerah
harus dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan persyaratan
administratif yang rumit dan menghambat kegiatan UKM. (Firdausy, 2000) Tetapi
permasalahan utama yang dihadapi UMKM adalah kesulitan dalam mengakses kredit
untuk modal usaha. Hal ini disebabkan karena pihak perbankan menganggap UMKM
tidak layak untuk mendapatkan kredit, karena sektor UMKM sulit berkembang dan
adanya kekhawatiran terjadinya kredit macet.
Saat ini perkembangan UMKM jauh lebih besar daripada usaha dengan skala besar
(UB). Sehingga perhatian pemerintah terhadap perkembangan UMKM di dalam negeri
sangatlah besar. Karena UMKM lebih padat tenaga kerja dari pada usaha besar (UB),
UKM dianggap sangat penting sebagai sumber kesempatan kerja atau pendapatan. Oleh
karenanya, kelompok usaha tersebut diharapkan dapat berperan penting dalam upaya-
upaya nasional menanggulangi pengangguran, yang setiap tahunnya terus meningkat.
Online shop sangat identik dengan UMKM, baik dari segi permodalan maupun
manajemennya, perbedaan yang ada hanya di penggunaan media saja. Jika UMKM
91
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
menganut media offline, maka online shop menggunakan media online. Namun masih
ada hal yang sangat penting disini bahwa belum adanya lembaga yang mampu
mewadahi dan mampu melindungi onlie shop yang ada di Indonesia. Yang ada saat ini
baru hanyalah komunitas-komunitas online shop.
WANITA
92
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
atau computer/laptop mereka dapat menjalankan bisnisnya tanpa harus kelua rrumah
dan bertemu langsung dengan pembeli/konsumen.
Banyak pilihan produk yang akan mereka jual, kemudahan dalam pemasarannya
yang bisa menggunakan media social facebook, twitter, atau instagram, segmentasi
pasar yang jelas dan juga merupakan bisnis yang paling simple dibandingkan bisnis
lainnya menjadi alasan mengapa mereka memilih bisnis ini.
SIMPULAN
Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas bisnis yang sering
dilakukan oleh para wanita dalam menunjang kegiatan perekonomian Negara adalah
online shop. Dimana online shop ini juga merupakan bagian dari UMKM. Kegiatannya
yang mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja membuat para wanita meras
anyaman dalam menjalankan bisinis ini. Segi permodalan yang cukup kecil juga
mendukung alas an untuk melakukan bisnis ini, dan keuntungan yang lumayan besar
juga menarik para penggiat bisnis ini. Tanpa harus keluar rumah dan bekerja sepanjang
hari wanita membuktikan bahwa mereka juga bisa berperan dalam meningkatkan
perekonomian rumah tangga dan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Tulus. 2009. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia
(2012,June18). Retrieved July 2, 2012, from DuniaUKM:
Retrieved July2012,fromhttp://bonafidelogo.blogspot.com/2012/06/apakah-bisnis-
online-juga-membutuhkan.html
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-nahiyah-jaidi-mpd/peran-serta-
perempuan-dalam-umkm.pdf
93
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
94
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Heri Susilo
ABSTRAK
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi salah satu factor pendorong memajukan
sektor perekonomian di Indonesia, hal ini dapat terlihat pada peran UKM yang banyak
membantu mengurangi pengangguran, menekan angka kemiskinan, membantu
menyuplai dana untuk Negara, meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain
sebagainya.Peran UKM sangatlah besar pada tahun 2007 (KOMPAS, 14 Desember
2007) disebutkan bahwa UKM membantu penyerapan kerja hampir 85 juta orang dan
membantu menambah pendapatan domestic sebesar 52,28 persen.Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui kesiapan UKM dalam daya saing dan kualitas diri
berdasarkan pengukuran Human Developmant Index (HDI).Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah
bahwa daya saing Indonesia terhadap Negara ASEAN dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, dan hendaknya disertai peningkatan dalam HDI Indonesia.
PENDAHULUAN
Usaha Kecil dan Menengah merupakan bentuk usaha yang saat ini mengalami
globalisasi dalam perekonomian Indonesia, UKM menjadi salah satu factor pendorong
memajukan sector perekonomian di Indonesia, hal ini dapat terlihat pada peran UKM
yang banyak membantu mengurangi pengangguran, menekan angka kemiskinan,
membantu menyuplai dana untuk Negara, meningkatkan pendapatan masyarakat dan
lain sebagainya. Peran UKM sangatlah besar pada tahun 2007 (KOMPAS, 14 Desember
2007) disebutkan bahwa UKM membantu penyerapan kerja hamper 85 juta orang dan
membantu menambah pendapatan domestic sebesar 52,28 persen.
Dengan segera diberlakukannya kesepakatan ASEAN Economic Community pada
tahun 2015 ini membuat seluruh sector industry perlu bersiap untuk menghadapi
prsaingan tinggi yang bakal tercipta. Oleh sebab itu pelaku usaha di Indonesia harus
segera bersiap dan meningkatkan kualitas diri, termasuk kalangan Usaha Kecil dan
Menengah yang perlu mengetahui seluk beluk dan mempelajari kondisi pasar di Negara-
negara lain dan Negara ASEAN. Ketahanan dan daya saing UKM di Indonesia menjadi
poin penting yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan ASEAN Economic
Community 2015. Keadaan tersebut karena UKM selama ini menjadi tulang punggung
yang banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan
kemiskinan serta meningkatkan pendapatan domestic Negara.
95
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tujuan dari penelitian tentang UKM dalam mempersiapkan kualitas diri untuk
menghadapi Asean Economic Community adalah agar para pelaku UKM yang ada di
Indonesia mempersiapkan diri dengan meningkatkan kualitas dari usaha yang sudah
dibangun sehingga para wirausahawan dapat mencermati melihat dan mendalami cara
berbisnis Negara-negara lain dalam meningkatkan kualitas diri mereka melalui cara
mereka memasarkan produk, menata manajemen perusahaan yang baik dan lain
sebagainya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku UKM
daalam hal peningkatan kualitas diri melalui upaya daya saing ekonomi dari Negara-
negara lain.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ASEAN Economic Community
ASEAN Economic Community adalah suatu komunitas Negara-negara ASEAN
dalam bidang perekonomian. Pada tahun 1997 para kepala Negara yang tergabung
didalam ASEAN menyepakati sebuah visi yang di bicarakan bersama yaitu visi untuk
mewujudkan kawasan yang stabil dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhan
ekonomi yang merata (ASEAN Vision 2020). Komunitas tersebut sebenarnya akan
diterapkan pada tahun 2020 namun dipercepat menjadi tahun 2015 yang disesuiakan
dengan keadaan globalisasi dan melalui persetujuan Negara-negara ASEAN. (Triansah
Djani 2007:32 dalam Sholeh).
Dengan segera diberlakukan nya kesepakatan ASEAN Economic Community pada
tahun 2015 ini membuat seluruh sector industry perlu bersiap untuk menghadapi
prsaingan tinggi yang bakal tercipta. Oleh karena adanya aturan baru dari masyarakat
ekonomi ASEAN (MEA) yang menyebutkan bahwa dengan dibentuknya komunitas ini
akan semakin memudahkan kerja sama dalam peredaran barang dan jasa di seluruh
kawasan ASEAN tanpa adanya system bea masuk dan barrier lainnya. Oleh sebab itu
pelaku usaha di Indonesia harus segera bersiap dan meningkatkan kualitas diri,
termasuk kalangan UKM yang perlu mengetahui seluk beluk dan mempelajari kondisi
pasar yang di Negara-negara lain dan Negara ASEAN. Ketahanan dan daya saing UKM
di Indonesia menjadi poin penting yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan
ASEAN Economic Community 2015. Keadaan tersebut karena UKM selama ini
menjadi tulang punggung yang banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi
pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan pendapatan domestic Negara.
Definisi Daya Saing
Pengertian daya saing sendiri menurut World Economic Forum (WEF) adalah
sebagai kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkelanjutan. Indikator daya saing secara global diukur dari kondisi
ekonomi makro, birokrasi, serta teknologi suatu negara. Sedangkan daya saing menurut
Michael Porter adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output yang dihasilkan
oleh tenaga kerja.Pengertian dari Porter mengenai daya saing lebih merujuk pada daya
saing perusahaan dalam industri.
Negara ASEAN
Negara-negara anggota ASEAN adalah negara-negara yang ada di Asia Tenggara.
ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nation, atau dalam
bahasa Indonesia disebut juga PERBARA yaitu singkatan dari Perhimpunan Bangsa-
bangsa Asia Tenggara. Sekretariat ASEAN berada di Kemayoran Baru, Jakarta Selatan.
ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand.
Pada 2010 ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) memiliki 10 negara
anggota, satu negara kandidat anggota, dan satu negara pengamat. Negara anggota
96
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
ASEAN saat ini adalah Brunai, Filippina, Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar,
Malaysia, Singapure, Thailand, Vietnam.
METODOLOGI
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data dalam penyusunan penelitian ini melalui studi literatur atau studi
pustaka. Studi pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data yang berasal dari karya
ilmiah, text book, pelaporan, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan penelitian. Studi pustaka atau studi literatur dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran mengenai permasalahan UKM Indonesia dalam hal daya saing
dan kualitas diri.
Data skunder yang digunakan dalam pengolahan data adalah datatime series daya
saing negara – negara anggota ASEAN. Dan data tersebut adalah data perbulan dari
tahun 2010 – 2012.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Peringkat Daya Saing Negara-negara ASEAN
Berdasarkan IMD World Competitivenes year book 2007, pada tahun 2003 daya
saing perusahaan Indonesia menempati posisi ke 49 dari 55 negara yang disurvei
kondisi ini terus turun ditahun tahun berikutnya menjadi peringkat 50 pada tahun 2005,
52 ditahun 2006, 54 ditahun 2007. Sedangkan menurut World Economic Forum laporan
daya saing global forum telah menerbitkan laporan daya saing Negara-negara ASEAN
pada tahun 2012-2013, sebagai berikut :
NAMA NEGARA PERINGKAT DAYA SAING
Indonesia 50
Malaysia 25
Singapura 2
Thailand 38
Philipina 65
Brunei 28
Cambodia 85
Laos -
Myanmar -
Vietnam 75
Table daya saing Negara-negara ASEAN 2012-2013
Pada tahun 2013 World Economic Forum kembali menerbitkan rangking daya saing
untuk tahun 2013, Indonesia berada pada posisi ke 38 dari 148 negara yang ikut serta
dan berada pada posisi ke 5 di kawasan Negara ASEAN dan Asia Selatan. sedangkan
untuk negara-negara ASEAN yang lain seperti Singapura yang berada di posisi ke-2,
Malaysia di posisi ke-24, Brunei di posisi ke-26, dan Thailand di posisi ke-37.
97
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
98
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
d. perbaikan infrastruktur
e. meningkatkan mutu pendidikan
f. pemberdayaan UKM
g. memanfaatkan teknologi internet
h. penguatan ketahanan ekonomi
i. peningkatan partisipasi semua unsur Negara
Saran
Dari strategi-strategi diatas yang dapat diterapkan untuk menhadapi ASEAN
Economic Community (AEC) bagi Indonesia, maka saran yang dapat peneliti
sampaikan adalah sebagai berikut :
a. Penguatan daya saing ekonomi
Penguatan daya saing ekonomi ini mengguanakan system MP3EI (Masterplan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, yang mampu
meningkatkan investasi sector riil sebesar 499,5 trilliun hasilnya perekonomian
Indonesia tumbuh 65% (2011).
b. Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
Program ini dijalankan untuk kampanye agar masyarakat mencintai produk buatan
dalam negri dan mengurangi penggunaan produk dari luar negri agar membantu
sector industry dalam mengahadapi AEC.
c. Penguatan sector UMKM
Sector UMKM yang memberikan banyak keuntungan Negara karena banyak
memberi pendapatan Negara dan mengurangi angka kemiskinan serta
pengangguran yang mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari sector
industry ekonomi yang lain.
d. Perbaikan infrastruktur
Perbaikan jalan, penggunaan alat transportasi yang lebih modern dan lain
sebagainya.
e. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Peningkatan ini dilakukan dengan menetapkan minimal 9 tahun pendidikan, melalui
pendidikan gratis yang digalangkan pemerintah Indonesia. Diharapkan seluruh
masyarakat Indonesia menyelesaikan pendidikan minimal 9 tahun agar sumber daya
manusia meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Barmana, M,A. 2011. Peningkatan MSS (Market Share Of Sharia) dalam Menghadapi
Mea (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015 Melalui IM (Islamic Microfinance ) dan IB
(Islamic Banking) di Indonesia. Yogyakarta.
Darwanto. 2012. Kesiapan Bank Pembangunan Daerah (Bpd) dalam Menghadapi Asean
Economic Community. Semarang.
Harjito, D, A. 2010. Perubahan Musiman (Seasonality) Pasar Modal dan Efek
Kontagion di Negara-Negara Asean. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 14, No. 1, Hal: 1–18.
Koesrianti. 2013. Pembentukan Asean Economic Community (Aec) 2015: Integrasi
Ekonomi Berdasar Komitmen Tanpa Sanksi. Jurnal Law Review, Volume XIII, No.
2.
Maryati, W. 2008. Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Entrepreneurship
untuk Mengembangkan Wirausahawan Kecil Menghadapi Persaingan Global.
Jombang.
99
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Nagel, F & Julius, P. 2012. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Surabaya.
Peningkatan Peran Indonesia dalam ASEAN Framework On Equitable Economic
Development (EED) dalam rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas
RI, Edisi 16, November 2013.
Ramadhani, F & Arifin, Y. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
Komunikasi Berbasis E-Commerce Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil
Menengah Guna Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean 2015. Economics Development Analysis Journal, Vol. 2, No.2.
Roida, H, Y. et all. 2010. Internasionalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) Ditinjau Dari Tipe Kepemilikan: Studi Empiris Di Jawa Timur. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 3, No. 2.
Sholeh. 2013. Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi Aec (Asean Economic
Community) 2015. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, hal :
509-522.
Suparyadi. 2003. Membangun Keunggulan Bersaing Industri Kecil Gula Merah Tebu
(IKGMT) : Kiat Bersaing Di Pasar Ekspor. Jurnal Siasat Bisnis. Vol 8, No. 2.
Umar, S. 2008. Implementasi Knowledge Management pada UMKM Indonesia untuk
Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Dunia Internasional. Jurnal Siasat Bisnis,
Vol. 12, No. 2, Hal: 149–160.
Wahyudin, D. -. Peluang atau Tantangan Indonesia Menuju Asean Economic
Community (Aec) 2015.
Wiyadi. 2009. Pengukuran Indeks Daya Saing Industri Kecil Menengah (Ikm) Di Jawa
Tengah. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No. 1, Hal: 77–92.
Wiyadi & Shahadan, F. 2009. Kinerja dan Kesiapan Industri Kecil dan Menengah
(IKM) Pemrosesan Makanan Di Indonesia dan Malaysia Menghadapi Tantangan
Globalisasi. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, Vol. 10, No. 2.
100
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
1
Maria A. Wikantari
2
Dhian Tyas Untari
1
Mahasiswa Program Doktor Universitas Pancasila, Jakarta
2
Mahasiswa Program Doktor Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat
E-mail : mwikantari@gmail.com
ABSTRAK
Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan
kebudayaan sebagai objeknya dimana terdapat 12 unsur didalamnya, termasuk unsur
makan dan kebiasaan makan. Makanan lebih dari sekedar makan, makanan berkaitan
dengan identitas, budaya, produksi, konsumsi dan lebih luas lagi merupakan isu dari
sebuah keberlanjutan. Terkait dengan pengembangan bisnis, sistem pemasaran yang
matang merupakan suatu hal yang mutlak untuk diperhatikan. Hal yang perlu
diidentifikasikan dalam menentukan strategi pemasaran adalah segmen dan target pasar
yang potensial. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan target pasar
potensial dalam pemasaran wisata kuliner di Setu Babakan. Penelitian ini bersifat field
research dengan menggunakan sampel responden sebanyak 66 orang yang didapatkan
dengan metode accidental sampling pada hari Sabtu dan Minggu. Adapun aspek yang
digunakan dalam penelitian adalah aspek sosial budaya, aspek geografis, aspek
demografis dan aspek psikologis. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan
bahwa target potensial pemasaran wisata kuliner di Setu babakan adalah wisatawan
remaja sampai remaja akhir dan dewasa yaitu usia 12 – 45 tahun, dimana mayoritas dari
mereka berstatus ekonomi menengah, status pendidikan juga menengah bahkan banyak
diantara mereka yang masih berstatus sebagai pelajar ataupun mahasiswa.
Kata kunci: Target, Pemasaran, Wisata, Kuliner, Setu Babakan
PENDAHULUAN
Jakarta sebagai tempat cikal bakal tumbuhnya budaya Betawi, memiliki
beberapa pemukiman komunitas warga Betawi. Kelompok komunitas warga asli ini
telah terbentuk dari sejak penguasaan Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sejak
tahun 1800 terjadi pemekaran pusat pemerintahan yang menyebabkan warga asli banyak
bergeser ke selatan dan beberapa membentuk konsentrat pemukiman warga asli di
tengah perkotaan. Pemukiman komunitas warga Betawi asli di Jakarta, oleh pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi dan
dikembangkan ke arah pelestarian budaya Betawi. Pemukiman Betawi terbesar di
masing-masing kotamadya antara lain: Condet - Jakarta Timur, Srengseng Sawah -
Jakarta Selatan, Kemayoran - Jakarta Pusat, Marunda - Jakarta Utara dan Srengseng -
Jakarta Barat. Diharapkan dengan dipertahankannya komunitas Betawi di lingkungan
cagar budaya, pelestarian budaya bisa berjalan dengan baik.
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kebutuhan hampir
seluruh manusia. Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat
memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah
101
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
102
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
indikator jumlah kunjungan wisman dan wisatawan nusantara (wisnus) serta rata-rata
lama tinggal. Dengan Strategi pemasaran yang baik dan dapat memaksimalkan potensi-
potensi pengembangan ekowisata kuliner yang ada di DKI Jakarta, sektor pariwisata
diharapkan dapat memberi manfaat yang baik secara ekologis, sosial dan ekonomi bagi
masyarakat DKI pada khususnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasikan profil Setu Babakan sebagai objek wisata budaya Betawi
2. Mengidentifikasikan profil wisatawan ekowisata kuliner Betawi di Setu Babakan
sehingga dapat teridentifikasi target pasar yang potensial.
Dengan teridentifikasikan profil wisatawan ekowisata kuliner Betawi di Setu
Babakan, maka dapat memudahkan strategi pemasaran terkait wisata dan kuliner
Betawi, karena segmentasi wisatawan sudah terbentuk sehingga target pasar potensial
dapat teridentifikasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Survei Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari survei primer, yaitu melakukan studi
terhadap permasalahan yang ada dengan mengamati secara langsung kondisi eksisting
sehingga dapat diketahui kondisi yang ada pada wilayah studi. Adapun jenis data yang
diperoleh melalui survei primer pada wilayah studi yaitu pada Setu Babakan. Untuk
memperoleh data primer itu dapat dilakukan beberapa teknik pengambilan data, yaitu
sebagai berikut:
1. Observasi lapangan.
Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002:133). Metode pengamatan/ observasi
dilakukan dengan mengamati langsung objek studi untuk mendapatkan informasi-
informasi yang akurat mengenai kondisi eksisting obyek penelitian. Metode ini
dipergunakan untuk memperoleh data dan informasi, yaitu dengan melakukan
pengamatan secara langsung dilapangan serta menyelaraskan antara informasi yang
diperoleh dari survei sekunder dengan kondisi di lapangan.
Pelaksanan observasi dilakukan pada tempat-tempat yang menjadi lokasi-lokasi objek
wisata. Pada observasi ditunjang dengan menggunakan teknik dokumentasi dalam usaha
untuk menggambil gambar dan merekam semua aktivitas yang ada di dalam objek
ekowisata kuliner Setu Babakan.
2. Kuisioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan
daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden dalam penelitian merupakan
sampel wisatawan yang berkunjung ke objek-objek ekowisata kuliner di Setu Babakan.
Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuisioner.
Penyebaran kuisioner ini dilakukan dengan teknik pendampingan dimana surveyor
mendampingi dan menunggu responden untuk mengisi kuisioner tersebut. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya salah persepsi dari responden, dan apabila
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti, maka responden dapat langsung
menanyakannya kepada surveyor.
Survei sekunder
Survei sekunder yang dilakukan merupakan studi kepustakaan dari buku-buku yang
berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian serta
103
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Mencari data melalui
instansi-instansi yang berhubungan dengan penyelengaraan kegiatan pariwisata di DKI
Jakarta. Data yang dibutuhkan misalnya jumlah wisatawan, kondisi objek wisata, dan
lain sebagainya.
T t0
n
t1
Keterangan :
n = Banyaknya sampel yang terpilih
T = Waktu yang tersedia untuk penelitian (20 hari x 24 jam = 480 jam/bulan)
t0 = Waktu tetap (5 jam/hari x 30 hari = 150 jam/bulan)
t1 = Waktu yang digunakan untuk sampling unit (1/6 jam/hari x 30 hari = 5
jam/bulan)
104
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian profil wisatawan akan dibagi menjadi bebarapa variabel, dan untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
105
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
106
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
buah khas Betawi (kecapi, belimbing, rambutan, sawo, melinjo, pepaya, pisang, jambu,
nangka, namnam) yang tumbuh sehat membumi dihalaman depan samping dan diantara
rumah-rumah penduduk Betawi menjadikan Perkampungan Budaya Betawi sebagai
obyek wisata yang paling lengkap dan menarik, serta menjadi pilihan utama bagi para
wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pengunjung ekowisata kuliner
di Setu Babakan adalah masyarakat non Betawi dengan jumlah 46 orang, lebih besar
dibanding masyarakat Betawi yang sebanyak 20 orang.
Secara georgafis, wisatawan akan diklaifikasikan menjadi tujuh klompok yaitu, DKI
Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor, Banten, Kota lain di Indonesia dan Wisatawan asing.
Hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas, wisatawan didominasi oleh wisatawan
berasal dari DKI Jakarta sebanyak 34,8% dan Depok 31,8%. Hal ini dikarenakan posisi
atau letak Setu Babakan yang memang terletak di Jakarta Selatan dan tidak jauh dari
Depok. Sedangkan wisatawan berasal dari Bogor juga cukup banyak yaitu 15,2%.
Sedangkan wisatawan yang berasal dari kota lain di Jakarta sangat sedikit yaitu hanya
3,03%, hal ini dikarenakan Setu Babakan sebagai pusat budaya Betawi dan
menyediakan keanekaragaman kuliner Betawi masih kurang dikenal secara luas, atau
dapat dikatakan Setu Babakan bukan menjadi tapak unggulan di DKI Jakarta.
Aspek demografi wisatawan, peneliti membagi dalam beberapa bagian yaitu usia,
gender, status perkawinan, pendapatan, pendidikan dan pekerjaan. Hasil dari
pengolahan data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
107
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Pelajar / Mahasiswa
Tidak Menikah
Diploma - S1
PNS/ ABRI
Wiraswasta
Karyawan
5 jt - 10 jt
Menikah
2 jt - 5 jt
Lainnya
< 2 juta
S2 - S3
12 - 25
26 - 45
46 - 65
> 10 jt
SMA
< 11
> 65
L
P
8 4 6 0 7 9 1 5 6 7 9 1 4 0
Sumber: Hasil diolah (2014)
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa mayoritas wisatawan ekowisata kuliner di Setu
Babakan berusia 12 – 25 tahun. Sedangkan menurut jenis kelamin mayoritas adalah
perempuan. Menurut status perkawinan mayoritas tidak menikah atau belum menikah,
dengan pendapatan lebih kecil dari dua juta dan antara dua juta sampai lima juta,
pendidikan terakhir adalah SMA dan status pekerjaannya saat ini mayoritas adalah
karyawan dan kemudian pelajar atau mahasiswa.
Untuk aspek psikologis, peneliti membagi dalam dua klasifikasi yaitu motivasi dan
pengetahuan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa target potensial pasar dari ekowisata kuliner
yang ada di Setu Babakan adalah wisatawan remaja sampai remaja akhir dan dewasa
yaitu usia 12 – 45 tahun, dimana mayoritas dari mereka berstatus ekonomi menengah,
108
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
status pendidikan juga menengah bahkan banyak diantara mereka yang masih berstatus
sebagai pelajar ataupun mahasiswa.
Hanya saja dari hasil penelitian terlihat bahwa promosi Setu Babakan sebagai salah satu
tapak wisata di DKI Jakarta yang mencerminkan budaya Betawi masih dirasa sangat
kurang sehingga masyarakat di luar Jakarta khususnya Jakarta Selatan, Depok dan
Bogor dapat mengetahui keberadaan Setu Babakan tersebut, dengan demikian
diharapkan Setu Babakan akan lebih dikenal dan dapat meningkatkan jumlah
pengunjung di Setu Babakan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Allan, Derek. 2009. Art and the Human Adventure. Rodopi B.V. Amsterdam - New
York, NY.
Avenzora, Ricky. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BRR NAD dan Nias. Banda
Aceh.
Barkun, Scott. 2005. The Art of Project Management. O‘Reilly Media Inc. USA.
Dittmer, Paul R dan Keefe, J. Desmond, 2009. Principles Of Food, Beverage And Labor
Cost Control, Ninth Edition, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Frochot, Isabelle, 2003. An Analysis of Regional Positioning and Its Associated Food
Images in French Tourism Regional Brochures, Journal of Travel & Tourism
Marketing, Volume 14.
Frewer, Lynn dan Trijp, Hans van, 2007. Understanding Consumers of Food Product.
Woodhead Publishing Limited. Abington Hall, Cambridge.
Fintay, Robert. 2010. The Pilgrim Art: Cultures of Porcelain in World History.
University of California Press, ltd, London, England.
Gunn, Clare A. 1994. Tourism Planning, Basic, Concepts, Case. Third Edition. Taylor
& Francis, Washington.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2002. Metode Penelitian Bisnis: Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Janianton, Damanik dan Helmut, F Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke
Aplikasi, Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM dan Penerbit ANDI
Yogyakarta.
109
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Kartajaya, Hermawan. 2010. Hermawan Kartajaya on Marketing, Jakarta, Mark Plus &
Co, PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2006. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Ketujuh.
Jakarta: Salemba Empat Prentice-Hall.
McKercher, Bob and Cros, Hilary du. 2002. Cultural Tourism: the Partnership between
Tourism andCulture Heritage Management. The Haworth Hospitality Press,
NewYork.
Purnamasari, Ika Kusuma. 2008. Industri Kreatif Salah Satu Aspek Pendukung
Kepariwisataan Nasional. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, ISSN; 1907-9419,
Vol.3 No.3
Rais, Sri Astuti. 2004. Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan di Provinsi
Kalimantan Barat. Buletin Plasma Nutfah Vol.10 No.1 Th.2004
Sumaryati, Enny. 2013. Wisata Kuliner Makanan Tradisional Sebagai Penunjang Desa
Ekowisata, Buku Panduan Seminar Nasional Ekowisata, Universitas Widyagama
Malang, 12 Nopember 2013.
Saleh, Ismail. 2012. Thesis, Sustainable Culinary Tourism in Puncak Bogor. IPB,
Bogor.
110
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tonfoni, Graziella dan Jain, Lakhmi, 2003. The Art and Science of Documentation
Management. Paperback, UK.
Untari. Dhian Tyas, 2012. ―Peningkatan Sektor Pertanian Melalui Kegiatan Wisata‖.
Prosiding Lokakarya dan Seminar Nasional FKPTPI, Bogor.
111
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Siti Marti’ah 1
Budi Satria 2
1
Teknik Informatika UNINDRA, Jakarta
2
Teknik Industri UNINDRA, Jakarta
Jl Nangka no 58Tanjung Barat, Jagakarsa- Jakarta Selatan
Email: martia_setiadi@yahoo.co.id, Budisatria111008@gmail.com
ABSTRAK
Industri Furnitur adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah
jadi dari kayu, rotan, dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang jadi furnitur
yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi. Industri furnitur di
Indonesia tersebar hampir di seluruh propinsi, dengan sentra-sentra yang cukup besar
terletak di Jepara, Cirebon, Sukoharjo, Surakarta, Klaten, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo,
Jabodetabek, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode
asosiatif dengan hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk
menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui
pengujian hipotesis. Uji yg digunakan Uji Normalitas. Dari hasil output SPSS pada
kolom Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa nilai signifikasi untuk setiap
variable lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variable
berdistribusi normal.Uji Multikolonearitas. Dari hasil analisis dapat diketahui nilai
variance inflation factor (VIF) kedua variable jumlah tenaga kerja dan biaya adalah
1,116 dan lebih kecil dari 5, sehingga bisa diduga bahwa antar variable independen
tidak terjadi multikolinear.Uji Heterokedastisitas. Karena nilai T hitung untuk variable
jumlah tenaga kerja 0,244 dan variable biaya tenaga kerja 1.199 dengan signifikasi 0,05
dua sisi t table 2.776, maka untuk kedua variable berlaku –T table < T hitung < T table.
Dengan demikian tidak ada gejala heterokedastisitas. Persamaan regresi yang dihasilkan
sebagai berikut, Y = 11,518 + 0,028 Jumlah tenaga kerja + 1,578 Biaya tenaga kerja
PENDAHULUAN
Industri Furnitur adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah
jadi dari kayu, rotan, dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang jadi furnitur
yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi. Industri furnitur di
Indonesia tersebar hampir di seluruh propinsi, dengan sentra-sentra yang cukup besar
terletak di Jepara, Cirebon, Sukoharjo, Surakarta, Klaten, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo,
Jabodetabek, dan lain-lain.
Industri pengolahan kayu dibagi menjadi dua kelompok antara lain kelompok
industri pengolahan kayu hulu dan kelompok industri pengolahan kayu hilir. Kelompok
industri pengolahan kayu hulu merupakan industri pengolahan kayu primer yaitu
112
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
industri yang mengolah kayu bulat/log menjadi berbagai sortimen kayu. Kelompok
industri pengolahan kayu hilir merupakan industri yang menghasilkan produk-produk
kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, wood-flooring, dan sejenisnya
(Kementrian Perindustrian, 2011).
Mengenai kinerja industri permebelan, tahun 2012 ekspor mebel Indonesia
sudah menyentuh angka US$1,8 miliar dan tahun 2013 targetnya bisa US$2 miliar, di
tambah ekspor kerajinan US$700 juta. Di awal tahun 2013, tepatnya per Januari 2013,
ekspor sudah naik tipis hanya 4% dengan realisasi US$164 juta. Meskipun nilai ekspor
naik, tapi produksi mebel di dalam negeri merosot hingga 10%. Pemicunya, ada
pergeseran karakter buyer yang cenderung memilih produk segmen menengah ke atas.
Jadi merosotnya produksi mebel banyak disumbang dari perajin mebel yang kecil-kecil.
Dengan adanya krisis, buyer ini juga terseleksi, khususnya buyer-buyer kecil (Inspirasi
Bangsa, 16 Agustus 2013).
Besarnya peluang pengembangan pasar furnitur memberikan peluang yang
cukup potensial bagi sektor usaha mikro dan usaha kecil di Indonesia, mengingat saat
ini usaha mikro dan usaha kecil merupakan sektor usaha yang cukup memberikan
kontribusi cukup besar bagi pembangunan Indonesia secara global. UMKM memiliki peran
dan kontribusi dalam ekspor nonmigas dan memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi
besar untuk dikembangkan. Tercatat terjadi peningkatan jumlah UMKM setiap tahunnya. Kelebihan
lain UMKM di Indonesia terletak pada produksinya karena sebagian besar tidak menggunakan bahan
baku dari luar/impor sehingga tidak terpengaruh kenaikan harga bahan baku impor, sehingga dapat
menjaga kelangsungan usahanya (Sidabutar, 2014).
Secara umum perkembangan UMKM yang meningkat dari segi kuantitas
tersebut belum diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan
klasik yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh
masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UMKM dalam
manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan
dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan,
informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Sedangkan masalah
eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah besarnya biaya transaksi akibat
iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku (Suyahya, 2014).
Berdasarkan permasalahan terkait pengembangan UMKM, maka penelitian
menfokuskan penelitian pada pengaruh kuantitas jumlah tenaga kerja dan biaya yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai output pada industri mikro dan industri
kecil (study case: subsektor industri furnitur).
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah
bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk
jasa. Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk.
Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu
sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara
optimal. UU Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan
rancangan bangun dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri
113
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia
(Sumaatmaja, 1981).
Faktor Pokok Dalam Industri
Berikut ini adalah faktor-faktor pokok yang menyebabkan suatu industri atau
perindustrian dapat berkembang dengan baik apabila dimiliki, antara lain adalah :
1. Modal digunakan untuk membangun aset, pembelian bahan baku, rekrutmen
tenaga kerja, dan lain sebagainya untuk menjalankan kegiatan industri. Modal
bisa berasal dari dalam suatu negara serta dari luar negeri yang disebut juga
sebagai penanaman modal asing (PMA).
2. Tenaga Kerja dengan jumlah dan standar kualitas yang sesuai dengan kebutuhan
suatu perindustrian tentu akan membuat industri tersebut menjadi lancar dan
mempu berkembang di masa depan. Jika suatu negara kelebihan tenaga kerja,
maka salah satu solusi yang baik adalah mengirim tenaga kerja ke luar negeri
menjadi tenaga kerja asing. Contohnya Indonesia dengan tenaga kerja Indonesia
(TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW). Jika suatu negara kekurangan tenaga
kerja maka salah satu jalan keluarnya adalah mendatangkan tenaga kerja asing
dari luar negaranya.
3. Bahan Mentah dan Bahan Baku adalah salah satu unsur penting yang sangat
mempengaruhi kegiatan produksi suatu industri. Tanpa bahan baku yang cukup
maka proses produsi dapat terhambat dan bahkan terhenti. Untuk itu pasokan
bahan mentah yang cukup baik dari dalam maupun luar negeri atau impor dapat
melancarkan dam mempercepat perkembangan suatu industri
4. Sarana transportasi sangat vitas dibutuhkan suatu industri baik untuk
mengangkut bahan mentah ke lokasi industri, mengangkut dan mengantarkan
tenaga kerja, pengangkutan barang jadi hasil output industri ke agen penyalur
atau distributor atau ke tahap produksi selanjutnya, dan lain sebagainya.
Terbayang bila transportasi untuk kegiatan tadi terputus.
5. Sumber Energi atau Tenaga Industri yang modern memerlukan sumber energi
atau tenaga untuk dapat menjalankan berbagai mesin-mesin produksi,
menyalakan perangkat penunjang kegiatan bekerja, menjalankan kendaraan-
kendaraan industri dan lain sebagainya. Sumber energi dapat berwujud dalam
berbagai bentuk seperti bahan bakar minyak atau BBM, batubara, gas bumi,
listrik, baterai, dan lain sebagainya.
6. Marketing atau Pemasaran produk hasil keluaran produksi haruslah dikelola oleh
orang-orang yang tepat agar hasil produksi dapat terjual untuk mendapatkan
keuntungan atau profit yang diharapkan sebagai pemasukan untuk pembiayaan
kegiatan produksi berikutnya, memperluas pangsa pasar memberikan dividen
kepada pemegang saham, membayar pegawai, karyawawan dan buruh, dan lain-
lain.
Pengertian UMKM
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
114
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. Dan kriteria asset omzet usaha mikro Max 50 Jt Max 300 jt, usaha kecil >
50 jt - 500 jt > 300 jt - 2,5 M dan usaha menengah > 500 jt - 10 M > 2,5 M - 50 M
115
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
METODOLOGI
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif dengan
hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan
sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis.
Menurut Sugiono (2004:1) penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka dapat
dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengontrol suatu gejala.
116
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Table 1. Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar Dan Sedang Menurut Sub Sektor,
2008-2013
Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013*
10 Makanan 685507 676773 675797 742195 884602 832411
11 Minuman 36 618 37 777 38 914 43 267 46 691 45 013
346 336 329 304 324 278
12 Pengolahan Tembakau
766 178 877 243 614 953
13 Tekstil 470 450 482 477 482 427
117
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
118
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa jumlah tenaga kerja sub sektor furniture tidak
terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan. Kontribusi tenaga kerja
sub sektor furniture dapar dilihat dari bagan berikut,
6000000
5000000
4000000
Series1
3000000
Series2
2000000 Series3
1000000
0
1 2 3 4 5 6
Bagan 1. Perbandingan jumlah tenaga kerja sub sektor furniture dengan keseluruhan
tenaga kerja
Dari bagan diatas terlihat bahwa kontribusi serapan tenaga kerja sub sektor furnitur rata
– rata pertahun hanya 0,04%.
Table 2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada sub sektor industri (Milyar
Rp)
Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013*
10 11 11 24 24 25
10 Makanan
486 457 952 284 167 371
1 1 1
11 Minuman 700 663 970
242 279 559
3 3 2 3 6 3
12 Pengolahan Tembakau
369 908 211 948 961 752
5 6 8 11 10 10
13 Tekstil
940 429 936 195 179 925
6 6 6 11 12 11
14 Pakaian Jadi
847 985 807 634 122 316
Kulit, Barang dari 3 3 4 10 6 8
15
Kulit dan Alas Kaki 552 590 402 628 737 650
Kayu, Gabus (Tidak
Termasuk Furnitur) 3 3 3 4 5 4
16
dan Anyaman dari 751 388 192 668 246 875
Bambu, Ro
Kertas dan Barang dari 2 3 3 5 4 5
17
Kertas 783 459 506 019 369 482
119
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Pencetakan dan
1 1 1 1 3
18 Reproduksi Media 956
112 130 277 440 403
Rekaman
Produk dari Batu Bara
19 dan Pengilangan 124 132 142 185 168 259
Minyak Bumi
Bahan Kimia dan
5 6 7 6 9 12
20 Barang dari Bahan
946 115 106 285 357 552
Kimia
Farmasi, Produk Obat
2 1 1 3 3 6
21 Kimia dan Obat
674 868 826 272 528 635
Tradisional
Karet, Barang dari 5 5 6 12 13 37
22
Karet dan Plastik 688 761 954 239 396 356
Barang Galian Bukan 3 4 5 6 8 6
23
Logam 913 466 732 100 367 132
3 4 4 3 4 7
24 Logam Dasar
908 493 038 519 006 868
Barang Logam, Bukan
4 3 3 5 5 8
25 Mesin dan
036 749 778 877 245 076
Peralatannya
Komputer, Barang 4 3 3 5 4 6
26
Elektronik dan Optik 363 261 387 307 661 912
2 2 2 5 9 6
27 Peralatan Listrik
347 369 823 176 376 785
Mesin dan 1 1 1 2 1 2
28
Perlengkapan ytdl 055 109 025 064 997 596
Kendaraan Bermotor,
3 2 3 6 6 27
29 Trailer dan Semi
497 388 624 112 595 687
Trailer
Alat Angkutan 1 1 1 3 2 2
30
Lainnya 774 718 604 089 912 904
2 2 2 3 5 3
31 Furnitur
035 192 723 970 046 564
1 1 1 3 3 3
32 Pengolahan Lainnya
858 902 982 299 682 998
Jasa Reparasi dan
33 Pemasangan Mesin 484 290 643 733 801 706
dan Peralatan
Bukan Kelompok
xx Industri Manufaktur 765 573 - - -
lagi di KBLI 2009
83 83 90 141 151 209
Jumlah
004 397 320 119 635 361
Sumber : BPS; 2014
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa jumlah total biaya untuk tenaga kerja semakin
tahun semakin tinggi. Peningkatan biaya untuk tenaga kerja sub sektor furniture dapat
dilihat dari bagan berikut,
120
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
6,000
5,000
4,000
3,000
Series1
2,000
1,000
0
1 2 3 4 5 6
122
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Nilai Output
30,000
25,000
20,000
15,000
Nilai Output
10,000
5,000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rekapitulasi data dari masing masing variable dapat dilihat pada table berikut,
Table 4. Rekapitulasi data
Tahun Variable X1 Variable X2 Variable Y
Jumlah T.K Biaya T.K Nilai output
2008 170.646 2 035 18.564
2009 166.398 2 192 17.686
2010 199.925 2 723 18.449
2011 191.356 3 970 25.310
2012 190.127 5 046 22.569
2013 174.103 3 564 23.707
Sumber : Data diolah , 2015
Pengolahan Data
Dengan menggunakan program SPSS dalam pengolahan data maka didapatkan
hasil sebagai berikut,
Uji Asumsi.
1. Uji Normalitas. Dari hasil output SPSS pada kolom Kolmogorov-Smirnov dapat
diketahui bahwa nilai signifikasi untuk setiap variable lebih besar dari 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa seluruh variable berdistribusi normal.
2. Uji Multikolonearitas. Dari hasil analisis dapat diketahui nilai variance inflation
factor (VIF) kedua variable jumlah tenaga kerja dan biaya adalah 1,116 dan lebih
kecil dari 5, sehingga bisa diduga bahwa antar variable independen tidak terjadi
multikolinear.
3. Uji Heterokedastisitas. Karena nilai T hitung untuk variable jumlah tenaga kerja
0,244 dan variable biaya tenaga kerja 1.199 dengan signifikasi 0,05 dua sisi t table
2.776, maka untuk kedua variable berlaku –T table < T hitung < T table. Dengan
demikian tidak ada gejala heterokedastisitas.
-
Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar
beberapa variabel jumlah tenaga kerja, biaya tenaga kerja dengan variabel terikat yaitu
123
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
variable nilai output. Berdasarkan outpun pengolahan SPSS didapatkan hasil sebagai
berikut,
Table 5. Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 11.518 19.935 .578 .604
jumlah .028 .114 .116 .244 .823
biaya 1.578 1.316 .573 1.199 .317
a. Dependent Variable: Output
Sumber : Data diolah, 2015
124
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Saran yang dapat peneliti berikan adalah selain meningkatkan proses alih
teknologi, pengusaha sub sektor furniture hendaknya semakin memperkuat finansial
pengusaha agar mempunyai capital gain untuk bersaing dengan pengusaha lain
khususnya pengusaha asing. Hal ini tidak akan lepas dari peranan pemerintah sebagai
pengampu kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
sidabutar, victor tulus pangapoi , 2014, peluang dan permasalahan yang dihadapi umkm
berorientasi ekspor, balai besar pendidikan dan pelatihan ekspor indonesia
direktorat jenderal pengembangan ekspor nasional kementerian perdagangan
republik indonesia, jakarta.
suyahya, indra, 2014, kelembagaan usaha mikro kecil dan menengah dan pembangunan
ekonomi masyarakat, journal applied business and economics, vol 1, september
2014. issn 2356-4849.
Basuki, 1997. Kajian Mengenai Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Domestik Indonesia Tahun 1969-1994.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.12,2,50-65, Universitas Gajah Mada,
1997
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Kuncoro, Mudrajat. 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP
AMP YKPN Yogyakarta.
Pancawati, Neni, 2000. Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja, Tingkat pendidikan, Stok
Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Tingkat lxiv Pertumbuhan GDP
Indonesia ; Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.15, No.02, Universitas
Gajah Mada, 2000
125
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Prasasti, Diah, 2006. Perkembangan PDRB per kapita 30 Propinsi di Indonesia Periode
1993-2003: Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi; Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia Vol.21, No.4, Universitas Gajah Mada, 2006
Ranis, Gustav. et. al. 2000. Economic Growth and Human Development. World
Development Vol.28,No.2,pp.197-219,2000
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.02, Universitas Gajah Mada, 2005
www.bps.go.id
www.kemenkop.go.ig
126
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) berbasis Koperasi dan kemitraan melalui program One Village One Product
(OVOP) dalam menghadapi pasar global. Peran Usaha Mikro, Kecil, Menengah
(UMKM) berkontribusi dalam perekonomian Indonesia sangatlah besar, dengan
pertumbuhan sebesar 7% (2012 ke 2013) telah melibatkan kurang lebih 107 juta tenaga
kerja yang sudah diberdayakan, dan jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah.
Dalam membangun UMKM salah satu masalah yang menjadi penghambat kemajuan
UMKM adalah kesulitan dalam bermitra. Bentuk badan hukum yang paling tepat dalam
hal ini adalah dengan mendirikan Koperasi, sedangkan untuk mengatasi hambatan
dalam bermitra salah satunya dengan melakukan program One Village One Product
(OVOP) selain sebagai penghasil produk lokal dengan memanfaatkan produk lokal juga
sekaligus menahan arus urbanisasi. Untuk menembus pasar global diperlukan
penggunaan teknologi berupa informasi dan komunikasi.
Dengan metode deskriptif menggunakan data sekunder serta ditunjang oleh data
primer dengan survei langsung dan wawancara dengan pihak terkait, diharapkan dapat
memberikan gambaran bahwa untuk menjadikan Koperasi yang mendunia salah
satunya dengan menjalankan strategi OVOP melalui kemitraan dalam hal ini
pemerintah, swasta, dan masyarakat, sehingga mempunyai daya saing terutama terhadap
negara-negara ASEAN.
Kata kunci: UMKM, Koperasi, Kemitraan, OVOP.
PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti yang sudah kita ketahui
sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika diamati di pasar
baik tradisional maupun swalayan diisi oleh produk-produk yang dihasilkan dari
UMKM, mulai produk makanan sampai produk bukan makanan. Sebagai contoh, kita
membeli camilan dengan tampilan yang menarik dari bentuk maupun rasa serta
dikemas begitu cantik, dalam benak kita pasti bukan buatan Indonesia, namun tidak kita
sangka bahwa makanan tersebut buatan dari suatu daerah di Indonesia. Sayuran, buah-
buahan, baik yang masih segar maupun olahannya, ragam produk kuliner sampai
kerajinan terutama handmade ikut meramaikan dunia usaha yang dihasilkan dari
UMKM. Hal tersebut meyakinkan kita bahwa keberadaan UMKM baik bentuk
usahanya maupun hasil produknya sudah dikenal masyarakat luas.
Menurut pakar UMKM, Budi S. Isman (Business Review. 2014: 44)
pertumbuhan UMKM sebesar 7% dari tahun 2012 ke tahun 2013, dan telah melibatkan
107 juta tenaga kerja dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar
127
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Rp.4.869.568,1 milyar atau hampir 60% dari total PDB Indonesia. Jadi pantaslah
apabila UMKM berkontribusi sangat besar terhadap perekonomian Indonesia, juga telah
terbukti bahwa UMKM tahan terhadap krisis ekonomi dan jumlah pelaku UMKM
semakin meningkat baik pada jumlah unit usahanya maupun pada pengusahanya
sehingga secara otomatis membuka lapangan pekerjaan dengan menyerap tenaga kerja
yang tidak sedikit.
Akan tetapi perkembangan jumlah UMKM yang meningkat masih belum
diimbangi dengan kualitas UMKM, yang diakibatkan dari permasalahan-permasalahan
yang dihadapi UMKM. Selain modal juga ‗mind set‘ dan sumber daya manusianya,
kesulitan bahan baku, mahalnya biaya logistik, distribusi, dan perijinan. Masalah yang
paling penting adalah mind set dan sumber daya manusianya, mind set diartikan sebagai
pola pikir yang sempit sehingga menyulitkan dalam mendapatkan mitra atau pihak lain
yang bisa membantu dalam menghadapi masalah yang menimpanya. Melihat
permasalahan yang terdapat dalam UMKM, maka bentuk badan hukum yang tepat
adalah Koperasi. Karena koperasi mempunyai tujuan dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi dengan memajukan kesejahteraan anggota yang secara pasti bisa diketahui
jumlah anggotanya untuk jangka waktu yang lama dan berkelanjutan.
Keberhasilan dari koperasi salah satunya terletak pada kemitraan yang salah
satunya dengan memberdayakan program One Village One Product (OVOP). Dalam
dunia usaha, kemitraan sangat diperlukan terutama pada badan hukum yang didirikan
atau dibentuk oleh sekelompok orang atau individu. Kemitraan menjadi solusi dalam
memecahkan permasalahan dalam dunia usaha, yang mencakup pembinaan, pelatihan,
penyaluran, promosi, evaluasi, monitoring, keuangan, dan sebagainya. Adapun yang
pihak yang terlibat dalam hal ini antara lain: BUMN, lembaga keuangan, perguruan
tinggi, pemerintah daerah setempat, komunitas, dan sebagainya. Dengan melakukan
program OVOP yang dikembangkan terutama di wilayah perdesaan yang mempunyai
sumber daya alam potensial dan sumber daya manusia setempat yang menghasilkan
produk unggulan baik tingkat lokal maupun global, hasilnya dapat meningkatkan nilai
ekonomis terutama di bawah payung koperasi. Sehingga masyarakat kita bisa
menghargai produk sendiri selain harga yang kompetitif dan terjangkau pada lapisan
masyarakat juga kebanggaan akan produk sendiri yang tidak kalah dari produk luar
negeri terutama negara ASEAN. Semakin tinggi daya beli masyarakat maka akan
semakin tinggi juga permintaan pasar, di sinilah UMKM berbasis koperasi
dipertaruhkan dalam menghadapi pasar global.
KAJIAN PUSTAKA
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terbagi atas 3 (tiga) ketentuan umum yang tertulis
pada Pasal 1 dan kriteria (Pasal 6), dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang dilengkapi
jangka waktu pinjaman dan jumlah tenaga kerja.
Pengertian Kriteria Jangka Waktu Jumlah
Pinjaman/ JWP Tng
Kerja
Usaha Mikro Kekayaan bersih: Maks. Kredit: 1 – 4
Adalah produktif milik orang < Rp.50jt tidak Rp.50jt orang
perorangan dan/ atau badan usaha termasuk tanah JWP Kredit:
perorangan yang memenuhi dan bangunan Investasi maks.
kriteria usaha mikro. tempat usaha, atau 5 th
Hasil penjualan/ Modal kerja
th: maks 1 th, dpt
128
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
129
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
membangun tatanan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Jadi dapat disimpulkan
bahwa koperasi adalah organisasi masyarakat yang dibentuk dengan aturan tertentu
dengan tujuan menyejahterakan anggotanya terlebih dahulu dan kemudian untuk
masyarakat.
Menurut Muhammad Hatta seperti yang dikutip oleh Bernhard Limbong (2010:
66), koperasi harus mengandung nilai-nilai sebagai berikut: a) rasa solidaritas; b)
menanam sifat individualita (tahu akan harga diri); c) menghidupkan kemauan dan
kepercayaan pada diri sendiri dalam persekutuan untuk melaksanakan self help dan
autoaktiva guna kepentingan bersama; d) mendidik cinta kepada masyarakat, yang
kepentingannya harus didahulukan dari kepentinrgan diri sendiri atau golongan sendiri;
dan e) menghidupkan rasa tanggungjawab moril dan sosial.
Dari 7 (tujuh) prinsip koperasi menurut UU Perkoperasian No.25 Tahun 1992
yang antara lain yaitu: 1) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2) pengelolaan
dilakukan secara demokratis; 3) pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding;
4) pemberian balas jasa yang terbatas modal; 5) kemandirian; 6) pendidikan
perkoperasian; dan yang akan dibahas pada makalah ini adalah prinsip yang ke 7)
kerjasama, prinsip kerjasama antara koperasi dan kemitraan dengan perusahaan atau
pihak ketiga lainnya. Prinsip kerjasama dan kemitraan merupakan strategi bisnis antara
koperasi dan atau perusahaan non koperasi supaya dapat meningkatkan kualitas, skala
bisnis, dan volume usaha (Bernhard Limbong. 2010:73).
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling
membutuhkan dan saling membesarkan. (Hafsah. 2003: 10). Masih menurut Hafsah
(2003: 54), kemitraan mempunyai 6 (enam) manfaat, yaitu: 1) produktivitas; 2)
efisiensi; 3) jaminan kualitas, kuantitas dan kontiunitas; 4) resiko; 5) sosial; dan 6)
ketahanan ekonomi nasional.
Maksud dan tujuan dari kemitraan adalah kesadaran dan saling menguntungkan
yang tidak diartikan bahwa partisipan dalam kemitraan harus memiliki kemampuan dan
kekuatan yang sama, akan tetapi disesuaikan dengan peran masing-masing. Untuk
menghadapi pasar bebas, koperasi harus mengembangkan kemitraan kepada pihak
terkait supaya posisi koperasi menjadi kuat dan tangguh. Adapun bentuk kerja sama
koperasi yang akan dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Jaringan
Kerjasama. Upaya kerjasama tidak hanya dilakukan antara koperasi primer, tetapi juga
terjadi antar koperasi sekunder dalam kerangka menyusun suatu jaringan. 2) Kelompok
Swadaya. Mampu menyusun kekuatan sendiri secara bersama supaya kehidupan
koperasi baik sendiri maupun sektoral yang berkualitas dan tidak tergantung kepada
pihak lain. 3) Badan Usaha Permanen. Koperasi harus memiliki visi yang
kuat untuk menjadi badan usaha yang permanen. 4) Pusat Pelayanan Anggota dan
Jaringan kerjasama yang dibangun harus mampu menghadirkan koperasi yang selalu
melayani kebutuhan dan kepentingan anggota dan mayarakat sehingga benar-benar
menjadi kekuatan riel dalam tata perekonomian nasional. Dan 5) Melahirkan Para
Wirakoperasi Profesional. Koperasi dituntut untuk mendidik dan menyiapkan para
wirakoperasi yang profesional untuk mengelola berbagai jenis bisnis koperasi.
(Bernhard Limbong. 2010: 166-168).
130
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Keputusan Rapat Kerja Kemenkop dan UKM dengan Komisi VI DPR-RI tahun 2008
agar OVOP dapat dikembangkan di Provinsi lain.
Tujuan utama dari OVOP adalah untuk peningkatan pendapatan, kebanggaan
dan kemandirian masyarakat.Tujuan OVOP lainnya adalah: 1) untuk menggali dan
mempromo- sikan produk inovatif dan kreatif lokal, dari sumber daya yang bersifat unik
khas daerah, bernilai tambah tinggi, dengah dan tetap menjaga kelestarian lingkungan,
memiliki imej dan daya saing tinggi; 2) pengembangan IKM yang berdaya saing tinggi
di pasar domestik dan global dengan mencari komoditas potensial di satu sentra yang
memanfaatkan potensi lokal.
Sasaran program OVOP adalah: a) pertumbuhan koperasi dan UKM yang
mandiri di daerah; b) penguatan koperasi dan UKM sebagai motor penggerak ekonomi
daerah dan nasional; c) peningkatan kemampuan pemasaran dan daya saing produk
koperasi dan UKM; d) penciptaan peran koperasi dan UKM dalam penciptaan lapangan
kerja; e) peningkatan perolehan nilai tambah produk unggulan untuk meningkatkan
pendapatan; dan f) peningkatan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat ke seluruh wilayah Indonesia.
Tahun 2009 dalam seminar di Bali, Hiramatsu Morihiko sebagai pelopor dan
pencipta OVOP di Jepang mengatakan bahwa dalam mengadopsi program OVOP ada 3
(tiga) aspek dasar yang harus dipenuhi, yaitu: 1) lokalitas produk mampu memenuhi
pasar global; 2) masyarakatnya mampu bekerja secara mandiri; dan 3) sumber daya
manusia memiliki mental siap didik dan dibina. Dari situlah maka program OVOP
mencetuskan 3 (tiga) prinsip gerakan OVOP: 1) Lokal tapi Global (Local yet Global);
2) Kemandirian dan Kreativitas (Self Reliance Creativity); dan 3) Pengembangan
Sumber Daya Manusia (Human Resources Development). Sehingga dengan memiliki
potensi yang sudah disebutkan di atas maka akan menghasilkan produk OVOP yang
merupakan produk unggulan dari daerah atau wilayah
dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia lokal yang memiliki
keunggulan kompetitif dan siap mengahadapi pasar global.
METODE
Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptif dan menggunakan data sekunder
kajian, text book, media publikasi dari instansi terkait, serta ditunjang oleh data primer
dengan survei langsung dan narasumber langsung melalui telepon dengan pihak terkait.
PEMBAHASAN
Data yang diolah oleh Kemenkop dan UKM tahun 2013, jumlah UMKM di
Indonesia 56,5 juta unit atau 99,9% dari total usaha di Indonesia. Dengan perincian
sebagai berikut:
Usaha Mikro 55,856 juta unit 98,79%
Usaha Kecil 629,418 unit 1,11%
Usaha Besar 48,997 unit 0,09%
Jadi UMKM menyumbang 57,94% Produk Domestik Bruto atau senilai dengan
Rp.4.303,57 triliun, dan investasi UMKM mencapai 830,9 triliun dengan tenaga kerja
yang diserap sebanyak 110,8 juta orang. Dengan ledakan jumlah usaha mikro yang
mendominasi usaha di Indonesia sudah saatnya mempunyai wadah badan hukum yang
sesuai dengan kebutuhan yaitu dengan mendirikan koperasi, apalagi Kementrian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) sudah memberikan
pernyataan bahwa pendirian koperasi akan bebas biaya mulai tahun ini (2015), yang
mana kebijakan ini bertujuan agar pelaku usaha kecil dan menengah semakin mudah
131
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
132
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Kec. Srumbung yaitu salak. Salak Indonesia mampu diekspor ke luar negeri terutama
China, namun masih dalam bentuk buah segar. Sebagai produk rintisan OVOP nantinya
buah salah akan dikembangkan menjadi produk olahan, seperti: tepung salak, manisan
salak, bahkan biji salak juga akan dkembangkan menjadi bubuk kopi salak yang dari
hasil penelitian mempunyai khasiat mengobati asam urat. Keberhasilan Kec. Srumbung
dalam melakukan program OVOP tidak lepas dari kemitraan dengan pihak pemerintah
daerah, instanti terkait, perguruan tinggi, dan lembaga keuangan setempat, melalui
pembinaan dan bimbingan.
SIMPULAN
Untuk mencapai usaha kecil atau menuju ke usaha besar masih terlihat sangat
lambat karena UMKM selama ini masih berjalan sendiri dalam menghadapi pasar
karena masih minimnya pembimbingan dan pembinaan, karena itu masalah yang
terdapat pada UMKM banyak yang belum dapat dipecahkan. Pada pembahasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa badan hukum yang tepat adalah koperasi, untuk lebih
berkembang sehingga menguasai pasar baik domestik maupun global harus melalui
kemitraan baik dengan pemerintah pusat maupun daerah (untuk memfasilitasi,
memberikan informasi, dsb), instansi terkait seperti Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
dsb, perguruan tinggi (penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dsb), perusahaan
besar (distributor, kemasan,dsb) dsb.
Majunya usaha rintisan OVOP tidak lepas dari sumber daya manusia setempat
yang sudah terbiasa mengolah secara turun temurun dan kalau melibatkan lebih banyak
lagi tenaga kerja maka arus urbanisasi bisa dibendung, akan tetapi untuk distribusi ke
pasar global harus didampingi oleh tenaga ahli yang membina dan membimbing dengan
memberikan informasi
yang up to date serta memperkenalkan teknologi yang sesuai, supaya produktivitasnya
meningkat baik dari sisi tenaga kerjanya maupun hasil produknya. Karena dari survei
pasar yang penulis temukan, produk carica dan salak olahan belum memenuhi pasar
domestik, hal tersebut bisa dilihat di beberapa toko dan supermarket saja yang menjual
produk rintisan OVOP tersebut.
Apabila permasalahan yang dihadapi koperasi dalam hal ini kemitraan bisa
diatasi maka akan tumbuh menjamur produk-produk rintisan OVOP yang mana andalan
Indonesia adalah dari agribisnis. Yang mana bisa dikembangkan supaya mempunyai
keunggulan kompetitif dalam mengadapi pasar global. Sesuai dengan moto OVOP: Jika
produk yang dihasilkan sama, maka produknya harus meuju Number One yang artinya
kualitas produk paling baik di daerah, di Indonesia, di antara negara ASEAN dsb. Tapi,
kalau produknya hanya berada di satu daerah saja, maka menjadi Only One, yang berarti
satu-satunya produk di daerah, di Indonesia, di Asia, dsb. Dalam hal ini seperti produk
Carica. Jadi makin tinggi lokalitasnya, semakin tinggi nilainya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
............ 2009. Undang-Undang UKM. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.
Harsono, Budi. 2014. Tiap Orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses dan Berkelas
Dunia Melalui UMKM. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
133
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Hafsah, Mohammad Jafar. 2003. Kemitraan Usaha. Konsepsi dan Strategi. Jakarta:
PT Pustaka Sinar harapan
134
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Muhammad Aqsa
M. Risal
Mahasiswa S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran
Muhammadaqsa28@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh dari iklan online
terhadap sikap dan minat beli konsumen secara online, survey dilakukan pada
mahasiswa pengguna internet di Kota Makassar. Penelitian dilakukan pada mahasiswa
perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Kota Makassar. Metode yang digunakan
adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive
sampling method dengan jumlah sampel 340 orang. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan metode structural equation modeling (SEM). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa iklan online mempunyai pengaruh terhadap sikap dan
minat beli konsumen secara online. Dimensi interactivity dari iklan online memberikan
pengaruh paling tinggi terhadap sikap dan minat beli konsumen secara online.
PENDAHULUAN
Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala
bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Dengan tingginya persaingan dalam
dunia bisnis ini menuntut suatu perusahaan untuk lebih kreatif dan memiliki keunggulan
kompetitif (competitive advantage) dibandingkan dengan perusahaan lain agar mampu
bersaing dalam bisnis global. Menurut Kotler (2012:96), persaingan baru bukanlah
antara apa yang diproduksi berbagai perusahaan dalam suatu pabrik, tetapi antara apa
yang ditambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan, pelayanan,
iklan, konsultasi bagi pelanggan, pendanaan, pengaturan pengiriman, pergudangan, dan
hal lain yang orang anggap bernilai. Persaingan antar produk di pasaran mendorong
produsen gencar berpromosi untuk menarik perhatian konsumen.
Salah satu strategi didalam pemasaran adalah iklan (advertisment). Menurut
Lee(2007:17:20) ; ―fungsi iklan menginformasikan suatu produk atau jasa ataupun
profit perusahaan, sebagai persuasif yaitu membujuk para konsumen untuk membeli
merek-merek tertentu dan sebagai media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu
produk ataupun jasa‖. Menurut Jefkinns (2001:96) iklan adalah : ―pesan-pesan
penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada para calon pembeli potensial
pada produk barang atau jasa tertentu dengan biaya tertentu pula‖. Oleh karena itu
perusahaan harus mampu merebut kesan konsumen terhadap produk yang akan dijual
dan terus menerus menyiasati bagaimana produk ini laku dipasaran. Agar suatu produk
dapat berfungsi memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen maka keberadaan
135
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
136
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
pengguna internet baik itu dari segi tampilan dan tata letak iklan tersebut. Sedangkan
faktor communicate berisi tentang bagaimana iklan online dapat memberikan informasi
yang jelas dan tepat kepada konsumen tentang produk yang diiklankan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada penelitian ini membagi kedalam dua bagian yang harus dimiliki oleh iklan
online yaitu: faktor communicate dan faktor content. Faktor communicate adalah
bagaimana sebuah iklan online menampilkan suatu informasi dan komunikasi tentang
produk tersebut sehingga pengguna memperoleh informasi tentang produk yang ada di
iklan tersebut, terdiri dari interactivity dan accessibility.
Interactivity pada media iklan online adalah sejauh mana tingkat komunikasi dua
arah yang mengacu pada kemampuan komunikasi timbal balik antara pengiklan dan
konsumen, dan respon terhadap masukan yang mereka terima. (Liu dan Shrum,
2002;2003; Mc Millan, 2002; Johnson, Bruner, Kumar, 2006; Zikham 2008).
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa variabel
interactivity merupakan komunikasi dua arah yang dilakukan melalui iklan lewat media
internet. Indikator yang digunakan pada variabel interactivity adalah: Persepsi
pengendalian, terkait dengan pengendalian yang dirasakan atas navigasi, konten dan
kecepatan interaksi.; Respon yang dirasakan, mengacu pada iklan online memberikan
respon yang diberikan.; Personalisasi, mengacu pada sejauh mana konsumen merasakan
bahwa tanggapan yang diberikan tepat dan relevan.
Accessibility adalah kemampuan pengguna untuk mengakses informasi dan
layanan yang disediakan oleh iklan online (Godwin – Jones, 2001; Hackett dan
Parmanto , 2009). Istilah accessibility umumnya berkaitan dengan bagaimana pengguna
dapat mengakses informasi dan isi dari iklan online. Misalnya, teks untuk konten
gambar dari suatu iklan , kecepatan download dan discoverability ( Godwin - Jones
2001; Hackett et al , 2004; Hackett dan Parmanto , 2009 ).
Faktor content adalah bagaimana bentuk, tata letak dan grafis yang ditampilkan
oleh iklan online sehingga menarik minat pengguna untuk melihat iklan online, terdiri
dari: entertaining, informativeness, irritation, credibility.
Entertainment merupakan kemampuan iklan untuk memberikan kesenangan atau
hiburan kepada konsumen iklan sambil menyisipkan informasi-informasi. (Ducoffe,
1996; Wang & Zhang, 2006; Wang & Sun, 2010; Mir, 2012; Yaakop, Hemsley &
Gilbert, 2011). Ini berkaitan dengan bagaimana iklan dapat mempengaruhi sikap
konsumen dengan hiburan atau tampilan yang menarik sehingga dapat membuat
konsumen tertarik terhadap iklan
Informativeness merupakan kemampuan iklan untuk menyuplai informasi
kepada konsumen, sehingga dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang
sebuah produk. Sehingga konsumen mendapatkan informasi yang lengkap tentang
produk yang ada diiklan. (Zhang, 2004; Ducoffe, 1996; BrackettdanCarr,2001;
Child,2004; Yazeer 2012).
Irritation merupakan gangguan yang timbul pada iklan online, seperti adanya
manipulasi terhadap iklan tersebut sehingga lebih mengarah kepada penipuan, atau
137
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
pengalaman buruk konsumen tentang iklan online. (Ducoffe, 1996; Yazeer, 2012;
Aaker, 1986;).
Credibility pada iklan online ialah bagaimana tingkat kepercayaan konsumen
terhadap iklan online yang muncul, atau sejauh mana iklan memberikan informasi pada
mereka dapat dipercaya, tidak memihak, kompeten, kredibel dan khusus.
(Metzger,2003; Abdulla et al , 2002; . Gass dan Seiter , 1999; Johnson dan Kaye ,
1998, 2000 , Jurma , 1981; Kiousis , 2001; Meyer , 1988; Ognianova , 1998; Peng ,
2005; Perloff , 1993; Wanta dan Hu , 1994; Yoon et al , 1998).
Interactivity pada media iklan online adalah sejauh mana tingkat komunikasi
dua arah yang mengacu pada kemampuan komunikasi timbal balik antara pengiklan
dan konsumen, dan respon terhadap masukan yang mereka terima. (Liu dan Shrum,
2002;2003; Mc Millan, 2002; Johnson, Bruner, Kumar, 2006; Zikham 2008).
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa variabel
interactivity merupakan komunikasi dua arah yang dilakukan melalui iklan lewat media
internet.
Accessibility adalah kemampuan pengguna untuk mengakses informasi dan
layanan yang disediakan oleh iklan online (Godwin – Jones, 2001; Hackett dan
Parmanto , 2009). Istilah accessibility umumnya berkaitan dengan bagaimana
pengguna dapat mengakses informasi dan isi dari iklan online. Misalnya, teks untuk
konten gambar dari suatu iklan , kecepatan download dan discoverability ( Godwin -
Jones 2001; Hackett et al , 2004; Hackett dan Parmanto , 2009 ).
Untuk mengetahui bagaimana sikap mempengaruhi minat terhadap iklan online
maka digunakan Theory Planned of Behaviour. Teori yang dikemukakan oleh Ajzen ini
banyak digunakan oleh para ahli untuk mempelajari bagaimana sikap konsumen
terhadap sesuatu dapat mempengaruhi minat konsumen. Dalam penelitian ini
bagaimana sikap konsumen terhadap iklan dapat mempengaruhi minat konsumen untuk
membeli secara online. Menurut Theory of Planned Behavior (TPB),
perilaku aktual seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu secara
langsung dipengaruhi oleh niat perilakunya, yang secara bersama-sama ditentukan
pula oleh sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku
persepsian (perceived behavioral control) terhadap perilaku tersebut. Niat
perilaku merupakan ukuran dari kemauan seseorang untuk mengerahkan usaha
saat melakukan perilaku tertentu (Lee, 2008). Sementara itu, Ajzen (1991)
mendefinisikan niat merupakan faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku yang
diindikasikan seberapa keras orang akan berusaha atau seberapa banyak usaha yang
dikeluarkan untuk melakukan suatu perilaku.
Sikap (at t it ude ) m erupakan proses pengorganisasian motivasi, emosi,
persepsi dan kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek
lingkungan disekitarnya. (Schiffman & Kanuk, 2008). Ini berkaitan dengan bagaimana
pandangan pelanggan tentang iklan online yang ada di internet. Yang berkaitan dengan
faktor kognitif dan afektif.
Minat pembelian secara rutin digunakan untuk ramalan penjualan produk dan
jasa (Armstrong, Morwitz & Kumar 2000). Baker, Lavy & Grewals‘ dikutip oleh
Changal (2005) menggunakan kesediaan untuk membeli (Willingness to buy) untuk
138
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Iklan Online
Interactivity Sikap Konsumen
Accessibility Kognitif
Minat Beli
Entertainment Afektif
Konsumen
Informativeness
Irritation Gambar 1. Model Penelitian
Credibility
139
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Uji Kausalitas
Setelah melakukan serangkaian pengujian data untuk memenuhi syarat
pengolahan model dengan SEM, maka melalui program SPSS Statistic AMOS 20 dapat
dianalisis dan dhitung nilai estimasi pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya
serta probabilitas yang menunjukkan tingkat signifikansi pengaruh dari satu variabel
terhadap variabel lainnya seperti yang ditunjukkanpada gambar dibawah ini:
140
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Besar Standar
Pengaruh t t-tabel Keputusan
Pengaruh Error
H0 : 1.1 ≤ 0
0,492 0,065 11,834 1,962 Tolak Hipotesis Nol
H1 : 1.1> 0
Berdasarkan uji satu pihak didapatkan nilai statitik t hitung sebesar 11,834 lebih
besar dari nilai uji t tabel sebesar 1,96 pada tingkat kekeliruan 5% sehingga dapat
disimpulkan hipotesis nol ditolak. Artinya iklan online berpengaruh secara signifikan
terhadap sikap konsumen. Besar pengaruh iklan online terhadap sikap konsumen adalah
positif sedang (49,2%). Artinya setiap peningkatan satu standar deviasi iklan online
akan meningkatkan nilai sikap konsumen, besar pengaruhnya adalah sedang dan sisanya
50,8% sikap konsumen dipengaruhi oleh variabel diluar iklan online.
Penyampaian pesan iklan yang baik dan akurat dari sesuatu produk merupakan
hal yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya pesan atau informasi iklan yang
bermanfaat bagi produk tersebut yang mencakup didalamnya kualitas produk, harga,
dan dimana produk tersebut bisa didapat serta cara penggunaan yang baik, sehingga
menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk membeli.
Berdasarkan hasil ini menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap iklan online
membentuk berbagai macam perasaan dan penilaian sebagai hasil dari tampilan iklan,
perasaan dan penilaian tersebut mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan
kepercayaan yang terkait dengan iklan online. Ini juga menggambarkan bahwa perilaku
konsumen sebelum bertindak, konsumen seringkali mengembangkan keinginan
berperilaku berdasarkan kemungkinan sikap atau tindakan yang dilakukan.
Iklan online yang baik dalam persepsi konsumen dapat membentuk sikap yang
baik terhadap iklan. Pengaruh iklan online terhadap sikap ketika konsumen membentuk
berbagai perasaan dan pertimbangan sebagai akibat keterbukaan terhadap iklan.
141
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Perasaan dan pertimbangan ini pada gilirannya mempengaruhi sikap konsumen terhadap
iklan. Pesan iklan yang baik mampu memberikan kontribusi terhadap sikap konsumen.
Berarti semakin bermutu pesan iklan yang disampaikan kepada para konsumen maka
akan timbul keyakinan konsumen yang kuat terhadap keberadaan produk tersebut dan
nilai produk akan menjadi lebih tinggi sehingga mampu mewujudkan sikap konsumen.
Teori iklan dan pengaruhnya terhadap sikap yang kemukakan oleh Schiffman, et
al (2008) juga menyatakan bahwa hubungan model dasar pengaruh iklan terhadap sikap
dapat ketika konsumen membentuk berbagai perasaaan (pengaruh) dan pertimbangan
(kognisi) sebagai akibat keterbukaan terhadap iklan. Perasaaan dan pertimbangan ini
pada gilirannya mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan dan keyakinan terhadap
merek yang diperoleh dari keterbukaan terhadap iklan. Ini menunjukkan bahwa iklan
online dapat mempengaruhi sikap konsumen. Untuk itu agar dapat menarik minat dan
membentuk persepsi yang positif sikap konsumen terhadap iklan online yang iklankan
haruslah dikemas secara menarik dan menghibur. Karena berdasarkan penelitian hal
pertama yang dilihat oleh konsumen online dari iklan adalah tampilan iklan tersebut
apakah menarik atau tidak. Selain itu bagaimana informasi yang diberikan dapat
memberi masukan dan gambaran tentang produk yang ditawarkan. Setelah persepsi
konsumen terhadap iklan online baik, maka sikap konsumen terhadap iklan juga akan
baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ng ka Po (2006:87),
dalam penelitiannya yang mempelajari bagaimana sikap konsumen terhadap iklan
online. Dalam penelitiannya digunakan faktor konten, faktor perasaan emosional dan
faktor merek terhadap efektivitas iklan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh
konten iklan yang berhubungan dengan isi iklan online membuat pengguna tertarik,
hasil juga menunjukkan bahwa sikap positf terhadap iklan online mengarah ke sikap
positif konsumen terhadap iklan online.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Abdul Azeem & Zia (2012), mereka meneliti
bagaimana iklan online mempengaruhi sikap konsumen, studi dilakukan pada negara
india. Mereka meneukan bahwa kesukaan mereka terhadap iklan, kepercayaan mereka
terhadap iklan online serta hiburan yang mereka anggap menarik dapat membuat sikap
konsumen terhadap iklan online menjadi baik. Yazeer & Akmal (2013) melakukan
penelitian tentang bagaimana iklan online mempengaruhi sikap konsumen terhadap
iklan online. Dalam penelitianya menggunakan variabel brand name, content, serta
keputusan pembelian konsumen. Hasilnya menemukan bahwa faktor konten atau isi dari
iklan online mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan secara kuat dan positif,
karena dengan informasi yang update dapat memberikan masukan kepada konsumen
dan membentuk sikap terhadap iklan online. Beberapa penelitian lainya tentang
pengaruh yang kuat dan positif iklan online terhadap sikap juga dilakukan oleh Sepstrup
(1991); Korgonkar&Walin (1999); Paparichaisi&Rubin (2000); Korgonkar&Walin
(2003); Eric, Donald & David (2004); Robert, Claire & Robin (2005); Damon & Ryan
(2008); Ping Zhang (2011); Morkeza & David (2012); Geoffrey & Lincoln (2012);
Kanbis & Amir (2012)
142
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 3.
Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli
Besar Standar
Pengaruh t t-tabel Keputusan
Pengaruh Error
H0 : 2.1 ≤ 0
0,686 0,063 11,179 1,962 Tolak Hipotesis Nol
H1 : 2.1> 0
Tabel diatas menunjukkan hasil uji satu pihak didapatkan nilai statitik t hitung
sebesar 11,179 lebih besar dari nilai uji t tabel sebesar 1,96 pada tingkat kekeliruan 5%
sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol ditolak. Artinya sikap konsumen berpengaruh
secara signifikan terhadap minat beli konsumen. Besar pengaruh iklan online terhadap
sikap konsumen adalah positif sedang (68,6%). Artinya setiap peningkatan satu standar
deviasi sikap konsumen akan meningkatkan nilai minat beli konsumen, besar
pengaruhnya adalah sedang dan sisanya 31,4% minat beli konsumen dipengaruhi oleh
variabel diluar sikap konsumen.
Hasil diatas juga menunjukkan bahwa ketika persepsi konsumen tentang suatu
produk yang dipromosikan baik maka akan membentuk sikap yang baik pula dalam
benak konsumen. Sikap yang baik itu akan mendorong minat dari konsumen untuk
melihat, mencari informasi tentang produk tersebut dan akhirnya akan menumbuhkan
minat untuk membeli produk tersebut. Sikap konsumen berkaitan dengan seberapa
besar konsumen menyukai sesuatu atau bagaimana perasaan mereka terhadap
sesuatu, ini akan mengungkap sikap mereka terhadap objek.
Minat beli konsumen juga dapat terbentuk karena kepercayaan dan keyakinan
konsumen akan iklan tersebut. Dengan penyampaian informasi yang tepat dan akurat
dalam tayangan iklan akan membawa kesadaran konsumen akan produk yang
diiklankan. Semakin tinggi keyakinan konsumen terhadap iklan maka akan berdampak
pada sikap konsumen terhadap iklan sehingga dapat membuat minat beli konsumen
akan meningkat. Mowen dan Minor (2001) menjelaskan hubungan kepercayaan,
sikap dan perilaku, yang menyatakan terdapat hubungan yang erat antara sikap
dan perilaku. Sikap konsumen dihubungkan dengan perspektif eksperiensial,
sehingga sikap secara langsung menimbulkan tanggapan emosional.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang disampaikan oleh Marsden dan Litler
(2008) yang menyatakan salah satu pendekatan yang mendominasi studi tentang
perilaku adalah dalam paradigma pemrosesan informasi yaitu cara dimana konsumen
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan memanggil kembali dan menggunakan
informasi dalam proses pembuatan keputusan. Hasil diatas juga menunjukkan bahwa
ketika persepsi konsumen tentang suatu produk yang dipromosikan baik maka akan
membentuk sikap yang baik pula dalam benak konsumen. Sikap yang baik itu akan
mendorong minat dari konsumen untuk melihat, mencari informasi tentang produk
143
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
tersebut dan akhirnya akan menumbuhkan minat untuk membeli produk tersebut. Sikap
konsumen berkaitan dengan seberapa besar konsumen menyukai sesuatu atau
bagaimana perasaan mereka terhadap sesuatu, ini akan mengungkap sikap mereka
terhadap objek (Mowen dan Minor, 2001). Sikap konsumen membentuk sebuah
kerangka kerja referensi dimana mereka menginterpretasikan dunianya. Mowen dan
Minor menjelaskan hubungan kepercayaan, sikap dan perilaku, yang menyatakan
terdapat hubungan yang erat antara sikap dan perilaku. Sikap konsumen
dihubungkan dengan perspektif eksperiensial, sehingga sikap secara langsung
menimbulkan tanggapan emosional.
Seperti diungkap secara teoritis bahwa konsumen adalah objek luar bagian
terpenting bagi setiap perusahaan. Perilaku konsumen menjadi perhatian bagi
perumus strategi perusahaan dalam setiap perusahaan. Salah satu perilaku
konsumen yang menarik bagi perusahaan adalah perilaku pembelian. Pembelian
konsumen merupakan tujuan bagi perusahaan (Siringoringo, 2004). Perilaku
pembelian akan memberikan gambaran niat untuk membeli, siapa yang dapat
mempengaruhi pembelian, siapa yang memutuskan pembelian dan siapa yang
mempengaruhi niat pembelian akan sangat bermanfaat dalam mendisain promosi
efektif yang akan digunakan. Perilaku konsumen ditentukan oleh sejauhmana
konsumen merespon terhadap strategi yang dikembangkan oleh pemasar. Beberapa
penelitian lainya terkait dengan hubungan sikap dan minat beli diantaranya,
Simamora (2002:131); Bowen dan Makens (1999:156); Peter/Olsen (2002); Schiffman
& Kanuk (2000); Zeithalm et al (1996).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka didapatkan bahwa:
1. Iklan online yang muncul diinternet selama ini mendapat persepsi yang baik dari
pengguna internet. Ini berkaitan dengan bagaimana tampilan dan desain dari
iklan dapat membentuk persepsi yang baik terhadap iklan online. Namun,
penempatan tata letak iklan online perlu mendapat perhatian karena pengguna
internet merasa terganggu dengan tata letak iklan online di internet.
2. Iklan online mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap konsumen.
Iklan oline yang didesain secara baik secara visual atau tampilan iklan yang
menarik serta pesan informasi iklan yang mencakup kualitas produk, harga serta
informasi lainnya membentuk berbagai macam perasaan dan penilaian sebagai
hasil dari tampilan iklan, perasaan dan penilaian tersebut mempengaruhi sikap
konsumen terhadap iklan dan kepercayaan yang terkait dengan iklan online. Ini
juga menggambarkan bahwa perilaku konsumen sebelum bertindak, konsumen
seringkali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan kemungkinan
sikap atau tindakan yang dilakukan
3. Sikap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat membeli secara online.
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap dirasakannya, maka
semakin kuat minat konsumen tersebut untuk melaksanakan pembelian yang
dimaksud. Sebaliknya minat dipandang sebagai suatu variabel penentu bagi
perilaku yang sesungguhnya, artinya semakin kuat minat konsumen untuk
144
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (1991), The theory of planned behavior, Organizational Behavior and Human
Decision Processes, Vol. 50, pp. 179-211.
Assael, Herry. 2008. Consumer Behaviour and Marketing Action, 8thedition, South-
Western College Publishing, New York University.
Bennett, P.D., 1999. Marketing and Strategy Marketing Management.New York: The
American Marketing Association‘
Corey, Cravens, 2001. Strategy Marketing.4th ed. Burr Ridge, Illinois: Richard D. Irwin,
Inc.
Carlos Flavia and Miguel Guinal, 2006. Consumer trust, perceived security and privacy
policy Three basic elements of loyalty to a web site. Industrial Management &
Data Systems Vol. 106 No. 5, 2006 pp. 601-620.
David S. Evans, 2009. The Online Advertising Industry: Economics, Evolution, and
Privacy. Journal of Economic Perspectives Volume 23, Number 3 Pages 37–
60.
Engel, JF., Blackwell, RD., & Miniard, PW., 1993. Consumer Behavior. Seventh
Edition. USA: The Dryden Press.
Fotini Patsioura, Maro Vlachopoulou and Vicky Manthou, 2009. A New Advertising
Effectiveness Model for Corporate Advertising Web Sites. Benchmarking: An
International Journal Vol. 16 No.3 pp.372-386.
145
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Gresi Sanje and Isil Senol, 2012. The Importance of Online Behavioral Advertising for
Online Retailers. International Journal of Business and Social Science Vol.3
No.18, 2012.
Giorgio Brajnik and Silvia Gabrielli, 2010. A Review of Online Advertising Effects on
the User Experience. Intl. Journal of Human-Computer Interaction, 26(10),971-
997, 2010.
Hyunjae Yu, Hye-Jin Paek and Bumjun Bae, 2008. Cross-cultural comparison of
interactivity and advertising appeals on antismoking web sites in the United
States and South Korea. Internet Research Vol. 18 No. 5, 2008 pp. 454-476.
Hair, Yoseph F. Jr., Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham & William C. Black, 1998.
Multivariate Data Analysis with Readings, Fourth Edition, New Jersey
Prentince-Hall, Inc.
Haigood, T. L., and Dacin, P. A. 1999. The Impact of Involvement and Argument Type
on the Persuasiveness of Popularity Claims in Advertising. In Proceedings of the
American Marketing Association Winter Educators‘ Conference, Vol. 10.
Chicago, IL: AmericanMarketing Association, 19-20.
Henry Maria, 2008. Integrative online shopping model: The mediating role of
advertising. ProQuest Dissertations and Theses: The Humanities and Social
Sciences Collection.
Howard, John A. and Seth, Jagdisth N., 1969. The Theory of Buyer Behavior. New
York: John Willey & Sonds, Inc.
Hardesty, D. M., Carlson, J. P., and Bearden, W. O. 2002. Brand Familiarity and
Invoice Price Effects on Consumer Evaluations: The Moderating Role of
Skepticism toward Advertising. Journal of Advertising, 31(2), 1-15.
Isbond, Peter Paul J, 2002. Consumer Behavior and Marketing Strategy. McGraw Hill
International, London.
Jae Jin Park, 2003. Understanding Consumer Intention to Shop Online. A Dissertation
presented to the Faculty of the Graduate School University of Missouri –
Columbia.
146
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
James Mathew , Peter M. Ogedebe and Segun M. Ogedebe, 2013. Influence of Web
Advertising on Consumer Behaviour in Maiduguri Metropolis, Nigeria. Asian
Journal Social of Social Sciences & Humanities.
Joonghwa Lee, M.A and Mira Lee, Ph.D, 2011. Factors Influencing the Intention to
Watch Online Video Advertising. Cyberpsychology, Behavior, and Social
Networking Volume 14, Number 10.
Jiang, Pingjun and Rosenbloom, Bert, 2005. Customer intention to return online
European Journal of Marketing; 2005; 39, 1/2; ABI/INFORM Complete pg. 150.
Kelman, H. C. 1961. Processes of Opinion Change. Public Opinion Quarterly, 25, 57-
78.
Kotler, P., 2003. Marketing Management. Elevent Edition. USA :Pearson Education,
Inc.
Kotler, P., Armstrong, G., Saunders, J., and Wong, V., 1999. Principles of Marketing.
2nd Edition. USA :Prentice-Hall, Inc.
Richards, Jef Curran and Catharine M, 2002. Oracles on "advertising": Searching for a
definition. Journal of Advertising 31, 2; ProQuest pg. 63.
Stern, B. L., Krugman, D. M., & Resnik, A. 1981. Magazine Advertising: An Analysis
of Its Information Content - Do ads inform or persuade?.Journal of Advertising
Research, 21 (2): 39-44.
147
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Schiffman, Leon G. and Kanuk, Leislie Lazar, 2000. Consumer Behavior. Seventh
Edition. USA :Prentice-Hall, Inc.
Sabatini and Joanna, 2000. Reebok makes its move into online marketing. Adweek; Jan
3 ; ProQuest Research Library pg. 28.
Terry, George R., 2004.Consumer Behavior and Desainer in Taking Decision. Six
Edition, Prentice Hall, New jersey.
Terri J. Seligman, 2004. Marketing through Online Promotions. The Computer &
Internet Lawyer Volume 21 , Number 4 April 2004.
Wilkie, Wieliam L., 1990. Consumer Behavior. 2nd. Edition. Canada: John Wiley &
Sons, Inc.
Wolin, Lori D, Korgaonkar and Pradeep, 2003. Web advertising: Gender differences in
beliefs, attitudes and behavior. Internet Research; 13, ProQuest pg. 375.
Wathen, C Nadine;Burkell, Jacquelyn, 2002. Believe it or not: Factors influencing
credibility on the Web. Journal of the American Society for Information Science
and Technology; Jan 15, 2002; 53, 2; ProQuest pg. 134.
Ying Wang and Shaojing Sun, 2009. Examining the role of beliefs and attitudes in
online advertising A comparison between the USA and Romania. International
Marketing Review Vol. 27 No. 1, 2010 pp. 87-107.
Zaltman, Gerald and Wallendorf, Melani, 1979. Consumer Behavior: Basic Findings
and Management Implications. USA : John Willey & Sons Inc.
148
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Zain-Ul-Abideen and Salman Saleem, 2010. Effective advertising and its influence on
consumer buying behavior. European Journal of Business and Management
ISSN 2222-1905 (Paper) ISSN 2222-2839 Vol 3, No.3.
149
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Nur Aulinah1
Akhmad Sefudin2
1
Mahasiswa Pendidikan Ekonomi
2
Dosen Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI
Email:aulinalynn@yahoo.com
akhmadsefudin@yahoo.co.id
ABSTRAK
The purpose of this study was to determine the alternative strategy that can be done in
the development of environmentally aware agro-tourism in the orchid garden of
Ragunan (TAR) with SWOT ((Strength, Weakness, Opportunities, dan Treats) analysis
approach and to determine the priority of its development strategy based on the method
QSPM. The research method used was qualitative and descriptive research method. The
result of this study showed that the combination of IFE (Internal Factor Evaluation)
matrix and EFE (External Factor Evaluation) matrix in the IE (Internal-External)
matrix showed positioning orchid garden of Ragunan (TAR) in which cells grow and
preserve IV. Based on SWOT analysis, produced 5 alternative development strategy
that be can done with QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) based analysis,
a strategy that has the highest priority was to improved service and quality human
resources termsof both safety and comfort in order to achieve the level of customer
satisfaction as it offers new products in each agro product with a score of 6,996.
Abstrak
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui alternatif strategi yang dapat dilakukan
dalam upaya pengembangan agrowisata yang berwawasan lingkungan di Taman
Anggrek Ragunan melalui pendekatan analisis SWOT dan untuk menentukan prioritas
strategi pengembangannya berdasarkan metode QSPM. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan deskriptif. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa kombinasi matriks IFEdan matriks EFEdalam matriks
IEmemposisikan Taman Anggrek Ragunan pada sel IV yaitu tumbuh dan bina.
Berdasarkan analisis SWOT, dihasilkan 5 alternatif strategi pengembangan yang dapat
dilakukan. Berdasarkan analisis QSPM, strategi yang memiliki prioritas tertinggi
adalahmeningkatkan pelayanan dan kualitas SDM (sumber daya manusia) baik dari segi
150
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
PENDAHULUAN
Peluang di sektor pariwisata cukup prospektif, selain sebagai salah satu
penghasil pertumbuhan ekonomi kreatif. Objek wisata merupakan penghasil devisa non-
migas yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Pandangan masyarakat
dalam menikmati objek wisata telah mengalami perubahan ke bentuk wisata yang
spesifik misalnya agrowisata. Agrowisatamerupakan rangkaian kegiatan wisata yang
memanfaatkan potensi pertanian sebagai objek wisata, baik potensi berupa
pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman
aktivitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Tanaman
hias memiliki prospek yang masih cukup cerah untuk dikembangkan baik di pasar
domestik maupun pasar mancanegara. Salah satu tanaman hias yang diminati oleh
masyarakat adalah anggrek.
Anggrek merupakan tanaman hias yang sangat populer karena memiliki jenis
yang beragam. Indonesia juga memiliki iklim yang cocok untuk budidaya anggrek. Hal
tersebut merupakan potensi dalam mengembangkan agribisnis anggrek. Anggrek dapat
diusahakan pada luas lahan yang terbatas dengan hasil yang optimal.
Taman Anggrek Ragunan (TAR) adalah salah satu objek agrowisata di DKI
Jakarta dan sudah berdiri sejak 34 tahun yang lalu. Taman anggrek Ragunan (TAR)
merupakan aset Pemda DKI Jakarta dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas
Pertanian DKI Jakarta. Keberadaan TAR menjadi salah satu objek agrowisata, yang
berfungsi sebagai tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman
anggrek baik dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk
mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek.Namun, dalam perkembangannya
keberadaan agrowisata Taman Anggrek Ragunan kurang dikenal dan diketahui
masyarakat. Apabila melihat potensi ekologis Taman Anggrek Ragunan, maka
mengembangkan agrowisata berwawasan lingkungan di Taman Anggrek Ragunan akan
lebih banyak manfaatnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang ―Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata
yang Berwawasan Lingkungan di Taman Anggrek Ragunan Jakarta Selatan‖.
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut : (1). Alternatif strategi apakah yang dapat dilakukan dalam upaya
pengembangan agrowisata yang berwawasan lingkungan di Taman Anggrek Ragunan
dengan pendekatan analisis SWOT? (2). Dari beberapa alternatif tersebut, strategi mana
yang harus diprioritaskan berdasarkan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matriks)?
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Pariwisata Berwawasan Lingkungan
―Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu tantangan baru bagi
umat manusia yang hidup di zaman baru, yakni zaman pembangunan yang sadar dan
tanggap lingkungan‖ (Soeriaatmadja, 2000:65). Sedangkan ―konsep pembangunan
yang berwawasan lingkungan adalah konsep pembangunan yang ingin menyelaraskan
antara aktivitas ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam (nature resources)”
(Yakin, 1997:19).
151
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Pengertian Agrowisata
―Dari perspektif pertanian, agrowisata atau agroturisme adalah suatu bentuk
pariwisata yang memanfaatkan usaha agro atau agribisnis sebagai objek wisata dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan wisata di
bidang pertanian‖ (Departemen Pertanian, 2005).
Lingkungan Internal
Lingkungan internal menggambarkan suatu kondisi yang berada di dalam
perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari aspek sumber daya manusia, pemasaran,
keuangan, manajemen, sistem manajemen informasi, produk, serta penelitian dan
pengembangan yang dapat diidentifikasikan menjadi faktor kekuatan dan kelemahan
perusahaan.
Lingkungan Eksternal
Lingkungan ekternal mempunyai unsur-unsur yang berpengaruh langsung
(lingkungan ekstern mikro) dan yang berpengaruh tidak langsung (lingkungan ekstern
makro). Lingkungan ekstern mikro terdiri dari para pesaing, penyedia, langganan,
lembaga-lembaga keuangan, pasar tenaga kerja dan perwakilan-perwakilan pemerintah.
―Unsur-unsur lingkungan ekstern makro mencakup teknologi, ekonomi, politik, dan
sosial yang mempengaruhi iklim dimana organisasi beroperasi dan mempunyai potensi
menjadi kekuatan-kekuatan sebagai lingkungan ekstern mikro‖ (Handoko, 2003:62).
152
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
IFE dan EFE. ―Matriks I-E juga dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan
dengan berdasarkan pada total skor internal dan eksternal‖ (Wheelen dalam Rangkuti,
2000:137).
METODOLOGI
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. ―Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian berdasarkan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagi instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi‖ (Sugiyono, 2007:14).
Selain itu, metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. ―Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi‖ (Sugiyono, 2007:206).
153
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Faktor internal yang sangat penting bagi TAR adalah penggunaan sistem
informasi manajemen (internet, fax, komputer) dengan bobot sebesar 0,1390, konsep
agrowisata yang berbasis konservasi, lingkungan hidup dan pendidikan dengan bobot
0,1335 serta pelayanan karyawan terhadap pengunjung dan (adanya variasi produk)
menawarkan produk agrowisata tanaman hias lainnya, memiliki bobot yang sama yaitu
sebesar 0,1205. Penggunaan sistem informasi manajemen (internet, fax, komputer)
merupakan faktor internal yang memperoleh bobot tertinggi karena mempunyai
pengaruh yang besar untuk mempermudah kegiatan operasional di TAR. Proses
pemberian rating dilakukan dengan melihat keefektifan strategi TAR terhadap berbagai
faktor internal. Matriks IFE menghasilkan total skor yang menggambarkan kondisi
internal TAR. Skor matriks IFE dapat dilihat pada tabel 2. Total rataan skor untuk faktor
kekuatan sebesar 2,7507 sedangkan rataan skor total faktor kelemahan sebesar 0,3872.
Hal ini menunjukkan TAR memiliki faktor kekuatan yang besar dibandingkan faktor
154
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
155
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Data tabel 3 memperlihatkan bahwa faktor eksternal yang sangat penting bagi
TAR adalah perkembangan teknologi dan informasi dengan bobot sebesar 0,1235,
dukungan dari pemerintah daerah dan swasta dengan bobot sebesar 0,1205, kondisi
iklim yang tidak dapat diprediksikan dengan bobot sebesar 0,097, serta keberadaan
pedagang jasa maupun barang disekitar kawasan agrowisata dengan bobot sebesar
0,0945.Proses peratingan terhadap faktor eksternal dilakukan dengan melihat
keefektifan strategi TAR terhadap berbagai faktor-faktor eksternal. Matriks EFE
menghasilkan total skor yang menggambarkan respon TAR terhadap berbagai peluang
dan ancaman eksternal yang terjadi. Skor dari matriks EFE disajikan pada tabel 4.
156
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Peluang utama bagi TAR adalah perkembangan teknologi dan informasi dengan
bobot sebesar 0,1235, dukungan dari pemerintah daerah dan swasta dengan bobot
sebesar 0,1205. Variabel yang menjadi ancaman bagi TAR adalah kondisi iklim yang
tidak dapat diprediksikan dengan bobot sebesar 0,097, serta keberadaan pedagang jasa
maupun barang disekitar kawasan agrowisata dengan bobot sebesar 0,0945. Total skor
matriks EFE adalah sebesar 2,9193. Total skor rata-rata untuk faktor peluang adalah
sebesar 1,9211 sedangkan total skor rata-rata untuk faktor ancaman adalah sebesar
0,9982. Hal ini menunjukkan bahwa TAR memiliki faktor ancaman yang lebih kecil
dibandingkan faktor peluang, sehingga TAR dapat memanfaatkan peluang eksternal
untuk mengurangi ancaman.
157
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
I II III
Tinggi
3,0
Total Skor
Faktor EFE IV Menengah
2,0 V VI
Rendah
1,0
VII VIII IX
Berdasarkan hasil matriks IE, posisi TAR saat ini, yaitu pada kotak IV di kuadran
matriks IE. Strategi yang dapat dijalankan merupakan strategi tumbuh dan bina atau
strategi pertumbuhan. Pada posisi ini strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi
pasar (market penetration) dan pengembangan produk (product development).
158
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
1. Strategi SO (Strength-Opportunities)
159
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
160
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Manfaat yang dapat diperoleh dari peningkatan pelayanan dan kualitas SDM adalah
dapat meningkatkan jumlah pengunjung dan pembeli produk di TAR dan dapat
meningkatkan kenyamanan serta kepuasan konsumen dengan adanya berbagai macam
varietas yang ditawarkan oleh TAR, tidak hanya bunga anggrek saja tetapi juga tanaman
hias lainnya.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan bahwa :
1. Kombinasi matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE (External
Factor Evaluation) dalam matriks IE (Internal-Eksternal) memposisikan Taman
Anggrek Ragunan pada sel IV yaitu tumbuh dan bina.
2. Berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat). dihasilkan
5 alternatif strategi yang dapat dilakukan.
3. Berdasarkan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks), maka strategi
yang memiliki prioritas tertinggi adalah meningkatkan pelayanan dan kualitas SDM
baik dari segi keamanan dan kenyamanan demi tercapainya tingkat kepuasan
konsumen seperti menawarkan produk baru pada setiap produk agrowisata menjadi
yang paling diprioritaskan dengan skor 6,996.
Saran
Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak manajemen di Taman
Anggrek Ragunan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat memuaskan
kebutuhan pengunjungnya adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan daya tarik, antara lain yaitu dengan menambah koleksi tanaman
dengan aneka tanaman hias yang unik dan jarang ditemui.
2. Masalah keberadaan pedagang jasa maupun barang yang dapat mengganggu akses
jalan menuju Taman Anggrek Ragunan merupakan masalah yang perlu di cari
161
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
Handoko Hani T. 2003. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Http://www.wisatanesia.com/2010/05/tamananggrekragunan). Suasana
Taman Anggrek Ragunan.Diakses tanggal 27 Maret 2014.
162
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Nur Adillah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis SWOT yang dihadapi oleh perusahaan
mikro, kecil dan menengah (UMKM), dan hubungannya dalam menghadapi MEA 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan data sekunder dan juga
data primer. Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Deskriptif Kualitatif. Analisis Deskriptif Kualitatif adalah metode analisis yang mencari
hubungan secara menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa analisis SWOT dalam UMKM memang berpengaruh dalam
menghadapi MEA 2015. Dikarenakan dengan analisis tersebut,suatu UMKM akan
mampu mengembangkan dan menilai kemampuan usahanya. Dan memudahkan
pemerintah dalam hal memperbaiki kelemahan UMKM yang ada di Indonesia. Sehingga
mampu bersaing dalam program MEA 2015.
PENDAHULUAN
Pembangunan yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya
akibat krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa Indonesia sekitar tujuh
tahun yang lalu terus dilakukan. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah
adalah memberikan ruang gerak yang proporsional kepada para pengusaha kecil dan
menengah (UKM) sekaligus memberdayakannya. Pengalaman masa lalu menunjukkan
bahwa sektor riil yang dikuasai oleh perusahaan konglomerasi yang tidak didukung oleh
kinerja yang baik, menyebabkan mereka menjadi bangkrut akibat krisis, yang
selanjutnya dalam skala yang lebih luas menjadikan negara Indonesia terpuruk karena
jumlah mereka yang sedikit ternyata menguasai sebagian besar perekonomian nasional.
Di sisi lain, perusahaan kecil dan menengah (UKM) yang jumlahnya sangat banyak
namun mempunyai porsi peranan yang kecil dalam perekonomian nasional, ternyata
mampu bertahan dalam situasi krisis. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan
perekonomian nasional Indonesia sesungguhnya berada pada UMKM yang secara masal
merupakan skala ekonomi kerakyatan. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan
UMKM, pada tahun2011 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 101.722.458
orang atau 97,24% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.
Ketidakmaksimalan konstribusi yang diberikan UMKM adalah karena kendala–
kendala atau masalah yang dihadapi dalam menjalankan usahanya. Masalah yang
tergolong krusial dalam perkembangan UMKM sendiri adalah seperti permodalan
UMKM, wawasan masyarakat mengenai strategi pemasaran, persaingan usaha ketat,
kesulitan bahan baku, kurang teknis produksi dan keahlian, keterampilan manajerial
yang kurang, kurangnya pengetahuan manajemen keuangan dan hak intelektual.
163
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Masalah yang paling mencolok ialah masalah permodalan, permodalan menjadi masalah
yang terus membelenggu UMKM Indonesia. Keterbatasan modal menyebabkan UMKM
tidak bisa berkembang menjadi lebih besar.
Dari sini penulis menarik garis permasalahan sebagai berikut; UMKM Indonesia
pada dasarnya dapat berkembang baik apabila memiliki kemampuan untuk mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan para pelaku
UMKM adalah dengan membuat suatu analisa usaha dengan metode analisis SWOT
dengan mengenal lebih dalam produk/output yg dihasilkan dari setiap UMKM.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai dari penelitian ini adalah untuk mengungkap
strategi yang tepat bagi UMKM untuk terus bertahan dalam kondisi saat ini dan juga
menciptakan ketahanan bagi para pelaku UMKM dalam menghadapi arus MEA dengan
mengenal kekuatan dan kelemahan UMKM dari dalam, serta mengenal ancaman bagi
UMKM dan merubahnya menjadi sebuah peluang bagi UMKM untuk terus
berkembang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku
UMKM dalam mengembangkan usaha mereka sekaligus bahan referensi untuk
persiapan menghadapi MEA akhir tahun ini.
TINJAUAN AKADEMIS
Pengertian dan Karakteristik UMKM
Definisi UKM itu sangat berbeda di tempat yang berlainan. Berbagai negara
memiliki definisi mereka sendiri mengenai ukuran bisnis yang bisa dikategorikan
sebagai usaha kecil menengah. Dengan pengkategorian tersebut, jenis bisnis skala kecil
ini memiliki hak dan kewajiban khusus berkaitan dengan legalitas status perusahaan dan
besaran pajak yang harus dibayarkan pada pemerintah. Di Australia, batas jumlah
pekerjanya ialah 15 (lima belas) orang. Sedangkan di Amerika Serikat, bisnis jenis ini
bisa mempekerjakan hingga 500 karyawan.
Sebagai bahan perbandingan menurut Susana Suprapti (2005:48), UKM (Usaha
Kecil Menengah) adalah badan usaha baik perorangan atau badan hukum yang memiliki
kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak 200 juta dan
mempunyai omset/nilai output atau hasil penjualan rata-rata pertahun sebanyak Rp 1
Milyar dan berdiri sendiri.
Menurut (Tambunan,2009) UMKM sangat penting karena karakteristik-
karekteristik utama mereka yang berbeda dengan usaha besar, diantaranya:
1. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah usaha besar) terutama dari
kategori usaha mikro dan usaha kecil. Dan hal ini juga didasarkan pada karakter
usaha mikro dan usaha kecil yang tersebar diseluruh pelosok pedesaan termasuk di
wilayah-wilayah yang relatif terisolasi.
2. Karena sangat padat karya,berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan
kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan
sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakn nasional untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin.
3. Kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok UMKM pada umumnya dari berbasis
pertanian. Oleh karena itu upaya-upaya pemerintah mendukung UMKM sekaligus
juga merupakan cara tak langsung, tetapi efektif untuk mendukung pembangunan
dan pertumbuhan produksi disektor pertanian.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
menganalisa produk atau kegiatan usaha. Metode ini menganalisa dengan menggunakan
164
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
dua faktor penting, yaitu faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan. Serta
faktor eksternal yang terdiri dari kesempatan dan ancaman. Cara ini menjadi salah satu
kunci bagi para pengusaha untuk mengetahui potensi produk mereka, sebelum akhirnya
mereka menentukan strategi pemasaran yang paling efektif untuk produknya. Beberapa
faktor SWOT yang dapat digunakan untuk menganalisa antara lain :
1. Kekuatan (Strengths)
Kekuatan yang mendukung pemasaran produk antara lain kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan produk yang berkualitas, tampilan kemasan produk yang
menarik, harga yang bersaing, serta pencantuman merek pada produk. Selain itu
support dari team maupun manajemen, serta dukungan teknologi untuk
memproduksi produk, juga menjadi kekuatan Anda untuk menciptakan produk yang
berkualitas dan mampu bersaing.
2. Kelemahan (Weakness)
Selain kekuatan, faktor internal lainnya yang dilakukan dalam analisis SWOT yaitu
dengan mengetahui kelemahan yang dimiliki produk tersebut. Misalnya saja seperti
ketahanan masa expired produk, kegiatan promosi yang belum optimal, proses
produksi dan distribusi produk yang cukup lama, kemampuan SDM yang masih
kurang, atau kurangnya minat masyarakat akan produk tersebut.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang yang bisa digunakan untuk meningkatkan pemasaran produk yaitu, berbagai
media massa yang dapat digunakan sebagai media iklan, adanya kebijakan
pemerintah untuk mengembangkan UKM dengan mengadakan berbagai event untuk
usaha kecil menengah, serta kondisi masyarakat yang semakin konsumtif. Sehingga
mempermudah pelaku usaha untuk memasarkan produknya.
4. Ancaman (Threats)
Yang keempat yaitu adanya ancaman dari pihak luar. Seperti jumlah kompetitor
yang terus meningkat, munculnya produk baru yang lebih unggul, kenaikan harga
bahan baku karena jumlahnya semakin terbatas, serta beberapa ancaman lainnya.
METODOLOGI
Jenis data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah data primer
yang diperoleh dari wawancara dengan para pemilik UMKM dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu melalui studi literatur atau studi
pustaka. Studi pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data yang berasal dari karya
ilmiah, text book, pelaporan, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan penelitian. Studi pustaka atau studi literatur dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi para pelaku/pemilik
UMKM.
Data skunder yang digunakan dalam pengolahan data adalah data hasil analisis
SWOT dari berbagai UMKM unggulan Indonesia yang terdapat dalam jurnal bisnis dan
ekonomi.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelebihan dan Kekurangan UMKM
Kelebihan UMKM
Dengan ukurannya yang kecil – dan tentunya fleksibilitas yang tinggi, usaha
kecil menengah memiliki berbagai kelebihan, terutama dalam segi pembentukan
dan operasional. UKM memiliki kontribusi besar bagi bergulirnya roda ekonomi suatu
negeri, bukan hanya karena ia adalah benih yang memampukan tumbuhnya bisnis besar,
165
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
melainkan juga karena ia menyediakan layanan tertentu bagi masyarakat yang bagi
bisnis besar dinilai kurang efisien secara biaya.
Berikut adalah beberapa kelebihan UKM:
1. Fleksibilitas Operasional
Usaha kecil menengah biasanya dikelola oleh tim kecil yang masing-masing
anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini membuat
UKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya. Kecepatan reaksi bisnis ini
terhadap segala perubahan (misalnya: pergeseran selera konsumen, trend produk,
dll.) cukup tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif.
2. Kecepatan Inovasi
Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan kontrol dalam UKM, produk-
produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap, dan diluncurkan dengan segera.
Meski ide cemerlang itu berasal dari pemikiran karyawan – bukan pemilik –
kedekatan diantara mereka membuat gagasan tersebut cenderung lebih mudah
didengar, diterima, dan dieksekusi.
3. Struktur Biaya Rendah
Kebanyakan usaha kecil menengah tidak punya ruang kerja khusus di kompleks-
kompleks perkantoran. Sebagian dijalankan di rumah dengan anggota keluarga
sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra (overhead) dalam
operasinya.
4. Kemampuan Fokus di Sektor yang Spesifik
UKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah besar untuk
mencapai titik balik (break even point – BEP) modal mereka. Faktor ini
memampukan usaha kecil menengah untuk fokus di sektor produk atau pasar yang
spesifik. Contohnya: bisnis kerajinan rumahan bisa fokus menggarap satu jenis dan
model kerajinan tertentu dan cukup melayani permintaan konsumen tertentu untuk
bisa mencapai laba.
Kelemahan UMKM
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam mengelola usaha kecil menengah
antara lain:
1. Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan
Sebab sedikitnya jumlah pengambil keputusan dalam usaha kecil menengah, mereka
kerap terpaksa harus pontang-panting berusaha memenuhi kebutuhan pokok
bisnisnya, yakni: produksi, sales, dan marketing.
2. Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan
Usaha skala kecil umumnya memiliki anggaran yang kecil. Akibatnya, ia kerap kali
dipaksakan membagi-bagi dana untuk membiayai berbagai kebutuhan seefisien
mungkin. Ketidakmampuan untuk mengumpulkan modal yang lebih besar juga
memaksa usaha kecil menengah menjalankan kebijakan penghematan yang ketat,
terutama untuk mencegah kekurangan pembiayaan operasional sekecil apapun.
Kekurangan pembiayaan operasional yang tidak dicegah bisa mengakibatkan
kebangkrutan, sebab kapasitas UKM untuk membayar hutang biasanya hampir tidak
ada.
3. Kurangnya Tenaga Ahli
Usaha kecil menengah biasanya tidak mampu membayar jasa tenaga ahli untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan usaha kecil
menengah yang sangat serius. Akibatnya, kemampuan persaingan bisnis skala kecil
ini di pasar yang luas bisa sangat kecil.
166
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
167
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SIMPULAN
Untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang, serta dalam rangka menanggulangi
kendala/kelemahan dan mengatasi tantangan/ancaman, maka strategi yang digunakan
dalam pelaksanaan perencanaan di bidang usaha kecil menengah adalah :
1. Koordinasi
Kegiatan koordinasi harus bersifat aktif dan tidak menunggu. Oleh karena itu, untuk
terwujudnya sinkronisasi dalam pelaksanaan dalam usaha kecil menengah, maka
koordinasi harus dilakukan.
2. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan untuk mendapatkan suatu persepsi yang
sama sehingga masing-masing komponen baik pelaku UMKM maupun masyarakat
berperan serta sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
3. Pembentukan Kelompok Kerja
Keberadaan kelompok kerja atau tim pada hakekatnya adalah membantu dalam
proses kegiatan pembangunan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, dalam rangka
terselenggaranya kegiatan koordinasi, sinkronisasi, pengendalian dan pengawasan,
maka pembentukan kelompok kerja atau tim yang terdiri dari berbagai komponen
sangat diperlukan.
4. Kemitraan
Agar pelaksanaan koordinasi perencanaan dan penyusunan strategi usaha kecil
menengah dan penanggulangan ancaman berjalan dan mencapai sasarannya maka
diperlukan kemitraan dengan berbagai departemen/kementerian/ instansi lain terkait
dan unsur masyarakat.
5. Pengkajian
Kegiatan pengkajian dilakukan dengan menganalisis hasil pelaksanaan perencanaan
atau melalui hasil pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan program
yang diselenggarakan pihak terkait sebagai bahan masukan dalam
mengkoordinasikan dan menyusun perencanaan, serta sinkronisasi pelaksanaan
perencanaan usaha kecil menengah dan penanggulangan ancaman yang mungkin
terjadi.
6. Advokasi
Kegiatan advokasi dalam bentuk pemberian masukan, arahan, penyamaan persepsi,
kesepakatan atau pembimbingan perlu dilakukan dalam pelaksanaan operasional
program usaha kecil menengah.
7. Monitoring&Evaluasi
Dari kegiatan monitoring akan diperoleh masukan atau informasi yang sebenarnya
tentang pelaksanaan program atau kegiatan di tingkat lapangan. Dengan diketahui
hasil pelaksanaan perencanaan melalui monitoring maupun evaluasi, maka akan
mempermudah pengendalian dan pengawasan pelaksanaan perencanaan dalam
usaha kecil menengah.
8. Fasilitasi
Fasilitasi yang dilakukan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
yakni dengan memberikan dorongan dan dukungan untuk memperlancar
pelaksanaan kegiatan-kegiatan program UKM. Untuk itu, perlu dilakukan
pendekatan yang arif agar tidak terkesan atau dianggap mengintervensi tugas pokok
dan fungsi UKM yang dikoordinasikan.
9. Data dan Informasi
Data dan informasi diperlukan sebagai bahan penyusunan rencana, selain itu data
dan informasi yang akurat juga sebagai alat koordinasi. Data dan informasi usaha
168
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SARAN
1. Koordinasi : Dengan legalitas yang ada maka dalam hal koordinasi, pelaksanaan
perencanaan dan kebijakan UMKM tidak lagi menimbulkan persoalan koordinasi
yang saling tumpang tindih.
2. Sosialisasi : dalam hal sosialisasi para pelaku UMKM dapat melibatkan masyarakat
sesuai kapsitas masing-masing masyarakat agar tercipta satu persepsi yang sama.
3. Pembentukan kelompok kerja : dalam pembentukan kelompok kerja, para pelaku
UMKM dapat memanfaatkan SDM sekitar lokasi produksi disesuaikan dengan jenis
kegiatan produksi UMKM.
4. Kemitraan : para pelaku UMKM hendaknya membangun kemitraan yang solid
dengan pemerintah dan para investor swasta.
5. Pengkajian : untuk pengkajian hendaknya dilakukan secara rutin setiap selesai
produksi, hal ini dilaksanakan untuk merencanakan strategi lanjutan.
6. Advokasi : dapat dilakukan dengan mendatangkan atau mengundang para pakar
ekonomi mikro guna perbaikan kinerja UMKM.
7. Monitoring dan Evaluasi : hendaknya dilakukan berkesinambungan agar
mempermudah pengawasan, control dan inovasi produk UMKM.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Negara Koperasi & UKM RI. 2011. Perkembangan Data Usaha Mikro,
Kecil, Menengah (UMKM) Dan Usaha Besar (UB) Tahun 2006 – 2010. Akses
tanggal 16 April 2012.
Marbun, B.N. 1997. Manajemen Perusahaan Kecil. PT Pustaka Binaman Pressindo.
Jakarta.
Meutia. 2010. Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil Menengah Melalui Kompetensi
Kewirausahaan dan Modal Sosial, (Sebuah Kajian Teoritis). Jurnal Ilmiah Ekonomi
Tirtayasa Ekonomi. Vol. 5 (2). Hal. 167-174.
Presiden Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah.
Rakyat Merdeka Online. (2011). Syarif Hasan: Jumlah Koperasi dan UMKM Terus
Meningkat. http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/12/22/49791/Syarif-
Freddy Rangkuty, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorentasi Konsep
Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad ke-21, (Jakarta: Gramedia,2004)
http://infoukm.wordpress.com/2008/08/
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah
http://www.danabergulir.com/layanan/skim-pinjaman-pembiayaan/pembiayaan-kepada-
koperasi-dan-usaha-kecil-dan-menengah-kukm-melalui-perusahaan-modal-ventura-pm
169
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Riki Rianto1
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa koperasi merupakan sebuah lembaga
ekonomi yang memiliki arti tersendiri bagi masyarakat, dimana pada koperasi terdapat
unsur kekeluargaan yang mana unsur ini merupakan dasar yang kokoh karena
berazaskan kepercayaan sesama anggota dalam mengelola koperasi. Hal tersebut yang
membedakan manajemen koperasi dengan manajemen lembaga ekonomi lainnya.
Dalam menghadapai tantangan MEA ini manajemen koperasi haruslah berpikir
cerdas dalam menentukan kebijakan yang akan diambil. Selain koperasi merupakan
lembaga ekonomi yang berwatak sosial , koperasi juga merupakan lembaga ekonomi
yang memiliki kekuatan yang patut diperhitungkan. Oleh karena itu sangat disayangkan
apabila seorang manajer koperasi tidak dapat berperan sebagaimana mestinya. Dengan
menjalankan fungsi utama manajemen yakni, perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian maka seorang manajer sudah sepantasnya dapat
menentukan arah kemana akan dijalankannya koperasi tersebut.
Tujuan penulisan ini adalah mengetahui peran manajemen koperasi dalam
memepersiapkan masyarakat Indonesia dalam menghadapi persiang MEA 2015
mendatang. Manfaat penulisan ini adalah guna mempersiapkan masyarakat Indonesia
yang selalu berinovasi dan memiliki kreatifitas yang baik dibawah naungan manajemen
yang cakap agar masyarakat Indonesia dapat bersaingan dengan bangsa lain agar
kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat tercapai.
170
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Koperasi
Koperasi didasari baik dari inspirasinya maupun gerakannya yang mula-mula timbul
merupakan suatu defensive reflex (gerakan otomatis untuk bela diri) dari sekelompok
masyarakat terhadap tekanan-tekanan hidup yang dilakukan oleh sekelompok orang lain
dalam masyarakat , baik yang berupa dominasi sosial maupun yang berupa eksploitasi
ekonomi, sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi kehidupan mereka. Bangkit dari
permaslahan tersebut maka munculah koperasi yang mana menurut Prof. R.S
Soeriaatmadja, dalam kuliahnya pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
memberikan definisi koperasi sebagai berikut, ― koperasi ialah suatu perkumpulan dari
orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak
memandang haluan agama dan politik secara suka rela masuk, untuk sekedar memenuhi
kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan dan tanggungan bersama.‖.
Perangkat Organisasi Koperasi
Menurut undang-undang No.12/1967 tentang pokok-pokok Perkoprasian perangkap
organisasi koperasi terdiri dari Rapat anggota, Pengurus dan Badan Pemeriksa
sedangkan menurut Undang-undang No.25/1992 tentang Perkoperasian perangkat
organisasi koperasi terdiri dari unsur, Rapat Anggota, Pengurus dan Pengawas. Jadi
baik menurut Undang-undang No.25/1992 maupun menurut Undang-undang
NO.12/1967, pengelola atau manajer tidak dimasukan dalam perangkat koperasi. Hal ini
dapat kita pahami mengingat adanya unsur demokrasi koperatif yang terkandung
didalam koperasi yaitu bahwa kemudi dan tanggung jawab dari pengelolaan koperasi itu
berada ditangan para anggotanya, sedangkan manajer adalah bukan anggota koperasi.
Tetapi dengan menunjuk kepada azas manajemen usaha, disamping pentingnya manajer
atas keberhasilan usaha maka wajarlah kalau manajer itu kita masukan sebagai salah
satu komponen dari manajemen koperasi.
METODOLOGI
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi literatur atau studi pustaka. Studi
pustaka merupakan kegiatan pengumpulan data yang berasal dari karya ilmiah, text
book, pelaporan, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang berhubungan
dengan makalah. Studi pustaka atau studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran mengenai peran manajemen koperasi.
Data skunder yang digunakan dalam pengolahan data adalah data peran strategis
manajemen koperasi yang telah diolah dari hasil wawancara.
PEMBAHASAN
PERENCANAAN (PLANNING)
Pengertian dan Arti penting
―Perencanaan‖ adalah menetapkan suatu cara untuk bertindak sebelum tindakan itu
sendiri dilaksanakan.Dengan kata lain bahwa dalam perencanaan hendaknya orang
harus berfikir dahulu tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana cara melakukannya
serta tanggung jawab terhadap kegiatan tersebut. Oleh karena itu perencanaan sangat
penting bagi organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Syarat – Syarat Perencanaan yang baik
1. Berdasarkan pada alternatif
Agar dapat menetapkan perencanaan yang baik maka sebelumnya agar disusun
berbagai alternative, misalnya untung dan rugi kelebihan dan kekurangannya,
171
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)
Pengertian Organisasi
―Organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerjasama, dimana kerjasama
tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau gambaran skematis tentang
hubungan kerja dalam rangka mencapai tujuan tertentu‖
Dwight Waldo mendefinisikan bahwa: ―Organisasi adalah struktur hubungan
antar manusia berdasarkan wewenang dan kelanggengan dalam sebuah system
administrasi‖.
Azas-azas Organisasi
Azas-azas organisasi adalah pedoman yang sejauh mungkin hendaknya dilaksanakan
agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat berjalan
lancar.
ACTUATING (PENGGERAKAN UNTUK BEKERJA)
Koperasi hakekatnya dibangun untuk memberdayakan masyarakat dari kesulitan,
kekurangan, kelemahan dan kemiskinan.Misi ini sangat erat kaitannya dengan pola
pengaturan kelembagaan dari masyarakat itu (komunitas anggota koperasi) sendiri
membangun kesejahteraan secara bersama-sama. Untuk mencapai tujuan koperasi
tersebut maka koperasi harus menunjukkan jati dirinya yang mandiri.
PENGAWASAN (CONTROLLING)
Pengawasan adalah merupakan tindakan atas proses kegiatan untuk mengetahui
hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan, kemudian dilakukan perbaikan dan mencegah
terulangnya kembali kesalahan tersebut.
H. Koontz dan CO Donnel, mengatakan bahwa : ―Perencanaan dan Pengawasan
ibarat kedua sisi dari mata uang yang sama (planning and controlling are the two sides
of the same coin).‖.
172
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SIMPULAN
Koperasi merupakan sebuah lembaga eknonomi yang berazaskan kekeluargaan
yang mana tujuan utama dari koperasi itu sendiri adalah untuk mensejahterakan
anggotanya. Sebagai lembaga ekonomi maka koperasi tidak bisa lepas dari peran
penting manajemennya dimana pada koperasi peran manajemen selain melakukan
fungsinya yakni, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Manajemen koperasi juga harus paham mengenai azas dasar koperasi yang
dipegang teguh yakni kekeluargaan sehingga setiap keputusan yang diambil haruslah
berdasarkan rapat anggota yang mana setiap suara anggota patut didengar sebagai wujud
demokratis dalam koperasi, sehingga setiap permasalahan dan tantangan dapat
173
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SARAN
1. Hendaknya dengan manajemen Koperasi pemerintah harus dapat melakukan
pemerataan koperasi diseluruh Indonesia agar masyarakat Indonesia dapat memiliki
wadah untuk berinovasi dan berkarya.
2. Pelatihan bagi para anggota koperasi hendaknya disesuaikan dengan peluang dan
tuntutan yang ada sesuai dengan keadaan dan kebijakan ekonomi yang berlaku.
3. Pendidikan koperasi dan UMKM hendaknya diberikan sejak dini bagi anak
Indonesia guna menciptakan generasi yang memiliki persepsi sebagai bangsa yang
produktif.
4. Hendaknya pemerintah membantu UMKM dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat Indonesia untuk lebih mencintai produk dalam negeri melalu pembinaan
yang efisien
5. Setiap UMKM hendaknya memiliki standar produk tersendiri agar produk UMKM
yang dihasilkan mampu dan layak bersaing dengan produk luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.Hani , 2009 ,Manajemen ,BPFE, Yogyakarta.
Sinaga , Pariaman & Siti Aedah , 2008 ,Koperasi dalam Sorotan Peniliti ,Pt Raja
Grafindo, Jakarta.
www.asean.org
seputarpengertian.blogspot.in/2014/08/Pengertian-karakteristik-masyarakat-ekonomi-
asean.html?m=1
http://www.merdeka.com/uang/5-ancaman-pasar-bebas-asean-2015-bagi-indonesia.html
http://asean.gunklaten.com/2013/06/Pengertian-Komunitas-ASEAN-2015.html
http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=15030&type=6#.U5g
nxPkgTE
http://www.academia.edu
www.wikipedia.com/pengertian-koperasi.html
agungwybawa.blogspot.com/program-koperasi-menghadapi-tantangan-global
abdulazizsansori40.blogspot.com/sharing-pengetahuan-koperasi
174
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
M. Risal1)
Salju2)
1)
Mahasiswa S3 Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran
2)
Mahasiswa S3 Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia
mrisal23@gmail.com
sljstie@yahoo.com
ABSTRACT
The purpose of this paper is to examine the marketing concept of uniqueness based
Market Orientation Resources in improving marketing performance, an empirical study
was conducted in Small Industrial Processing Seaweed in South Sulawesi province. The
approach in this study is a dimensional approach, with a review of the dimensions of the
variables contained in the uniqueness based market orientation and performance of
marketing resources on the small seaweed processing industry in South Sulawesi with a
conceptual model approach. This paper exploring the implications of academic
marketing strategic concept-based approach to market orientation uniqueness of
resources to improve marketing performance. Practical implications will give you some
ideas and suggestions in the decision to implement market-based orientation uniqueness
of resources on marketing performance on a small industrial processing of seaweed in
South Sulawesi Province. The original contribution of this paper is the creation of a
conceptual model of the dimensions of market orientation based on the uniqueness of
the resources in improving the performance of marketing in small industry in South
Sulawesi Propvinsi
Keyword: Market Orientation, uniqueness Resources, and Performance Marketing
PENDAHULUAN
Era globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan oleh hampir
seluruh negara di dunia. Dalam era ini, batas antar negara dalam ekonomi menjadi
semakin sulit sehingga dikotomi antara pasar domestik dan pasar dunia menjadi
semakin tidak relevan. Globalisasi ekonomi ini mau tidak mau mendorong persaingan
usaha yang semakin ketat. Salah satu pendekatan utama dalam mengatasi tantangan
era globalisasi yang semakin dinamis adalah peningkatan daya saing di tingkat daerah
sebagai dasar pertumbuhan nasional. Kewenangan yang dimiliki akan mendorong
daerah untuk dapat memanfaatkan potensi masing-masing daerah yang tersedia secara
optimal (KKP, 2013).
Salah satu keunggulan daerah Provinsi Sulawesi Selatan adalah rumput laut.
Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan yang dibudidayakan dan
dikembangkan sebagai komoditas industrialisasi yang volume produksinya sangat besar.
175
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 1
Nilai dan Volume Produksi Rumput Laut di Indonesia
Tahun 2009-2013
Produksi Penjualan
Tahun
Ton % Rp (juta) %
2009 774.026 470.597
2010 1.245.771 37,87 595.345 20,95
2011 1.506.264 17,29 714.629 16,69
2012 2.104.446 28,42 1.153.191 38,03
2013 2.422.154 13,12 1.367.569 15,68
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan, 2014
176
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa produksi rumput laut
terus meningkat, dimulai pada tahun 2009 sebesar 774.024 ton hingga 2013 sebesar
2.422.154, akan tetapi persetase pertumbuhan produksi pada tahun 2013 hanya
mencapai 13,12 persen, nilai ini lebih kecil jika di bandingkan dengan persetase
pertumbuhan produski rumput laut pada tahun 2010 hingga 2012. Hal yang sama juga
terjadi pada penjualan rumput laut yang terus meningkat, dimulai pada tahun 2009
sebesar Rp. 470.597,- ton hingga 2013 sebesar Rp. 1.367.569,- akan tetapi persetase
pertumbuhan penjualan pada tahun 2013 hanya mencapai 15,68 persen, nilai ini juga
lebih kecil jika di bandingkan dengan persetase pertumbuhan penjualan rumput laut
pada tahun 2010 hingga 2012.
Prospek investasi industri rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan masih sangat
besar, khususnya yang dikelolah oleh industri kecil (IK) yang mengolah rumput laut
menjadi produk olahan. Selain itu, pemerintah daerah telah memberikan perhatian
kepada industri kecil lebih produktif dalam meningkatkan kualitas produksi, akan tetapi
sebagian besar industri kecil pengolahan rumput laut masih memiliki kinerja yang buruk
dan berdampak pada produk kurang diminati konsumen.
Berdasarkan hasil observasi awal, lemahnya kinerja pemasaran diduga
disebabkan karena pada umumnya industri kecil masih memiliki kelemahan dalam
menciptakan kreasi nilai (value creation), karena produk yang dihasilkan,
cenderung belum sepenuhnya mengacu kepada tuntutan pasar, belum terciptanya
keunikan produk yang lebih kompetitif dibandingkan dengan produk pesaing,
sulitnya menciptakan inovasi produk yang sulit ditiru oleh pihak pesaing, belum
kuatnya jalinan kerjasama industri dengan berbagai stakeholders yang terkait, serta
lemahnya perusahaan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis, padahal
penciptaan kreasi nilai menurut Kotler dan Keller (2012:58) memiliki tiga langkah
penting yakni penciptaan benefit bagi pelanggan, memiliki domain dalam bisnis dan
terciptanya kemitraan yang memadai dengan berbagai pihak terkait.
Barney dan Arikan (2000) dalam Purwohandoko (2009) mengungkapkan
pandangan yang berbeda mengenai keunikan sumber daya yang masih lemah dalam
membentuk atau menghasilkan keunggulan bersaingnya bila mengabaikan karateristik
pasar dan fokus kedalam perusahaan, sehingga menimbulkan resiko bagi
keberlangsungan perusahaan.
Selain itu, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh peneliti mengenai
orientasi pasar dan keunikan sumber daya terhadap kinerja pemasaran, diantaranya John
Tokarczyk, et al, (2007), orientasi pasar dengan keunikan sumber daya seperti sumber
daya tidak berwujud, orientasi pasar berhubungan positif dengan kinerja perusahaan,
sumber daya yang unik memberikan dukungan terhadap pengelolaan perusahaan, Bulent
Menguc and Seigyoung Auc, (2007), orientasi pasar dengan inovasi berbasis sumber
daya dimana sumber daya merupakan basis keunggulan perusahaan untuk menghasilkan
kinerja yang unggul Jatin Pandey dan Darshana Pathak, (2013), orientasi pasar dan
segmentasi, target pasar dan posisi pasar merupakan strategi pemasaran yang digunakan
membagi beberapa segmen pasar yang potensial terhadap pelanggan organisasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh orientasi pasar dan keunikan sumber daya pengaruhnya
terhadap kinerja pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut di Provinsi
Sulawesi Selatan.
2. Bagaimana model konseptual meningkatkan kinerja pemasaran melalui keunian
sember daya pada industri kecil pengolahan rumput laut di Provinsi Sulawesi
Selatan.
177
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Pengaruh orientasi pasar dan keunikan sumber daya berpengaruh terhadap kinerja
pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Mengajukan model konseptual pada orientasi pasar dan keunikan sumber daya
dalam meningkatkan kinerja pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut
di Provinsi Sulawesi Selatan.
PEMBAHASAN
Orientasi Pasar
Narver dan Slater, (1990) dalam Prakoso, (2005) menyatakan bahwa orientasi
pasar terdiri dari 3 komponen perilaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan
koordinasi interfungsional. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk semua
aktivitasnya dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang pembeli dan pesaing pada
pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis, sedangkan koordinasi
interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing dan terdiri dari usaha
bisnis yang terkoordinasi.
Sedangkan Uncles (2000: 1) mengartikan orientasi pasar sebagai suatu proses
dan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan
cara terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Penerapan orientasi pasar akan
membawa peningkatan kinerja bagi perusahaan tersebut.
Berdasarkan pendapat Nerver dan Slater, (1990) tersebut di atas, maka orientasi
pelanggan memiliki 3 komponen yang dapat dilihat pada table 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Komponen Orientasi Pasar
No Komponen Item Spesifik
1 Orientasi Pelanggan - Komitmen Pelanggan
(Market Orientation) - Penciptaan Nilai Pelanggan
- Pemahaman Kebutuhan Pelanggan
- Tujuan Kepuasan Pelanggan
- Pengukuran Keputusan Pelanggan
- Layanan Purnah Jual
2 Orientasi Pesaing - Wiraniaga Berbagai Informasi Pesaing
(competitor Orientation) - Bereaksi Cepat terhada Tindakan Pesaing
- Manajer Puncak Mendiskusikan Strategi
Pesaing
- Mentargetkan Peluang bagi Keunggulan
Kompe-
titif
3 Koordinasi - Kontak Pelanggan
Interfungsional - Informasi dibagi antar fungsi
(Interfunctional - Integrasi Fungsional dalam strategi
Coordination) - Semua Fungsi Berkontribusi terhadap nilai
pela-
nggan
- Berbagi Sumberdaya dengan unit bisnis
Sumber: Narver dan Slater, 1990
178
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
179
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
180
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Model Konseptual
Dari uraian sebelumnya, untuk menghadapi beberapa tantangan pemasaran
dalam industri kecil dapat di atasi dengan pendekatan orientasi pasar dan keunikan
sumber daya. Orientasi pasar dan keunikan sumber daya berpengaruh dalam
meningkatkan kinerja pemasaran pada industri kecil pengolahan rumput laut.
Komponen orientasi pasar adalah orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan
koordinasi interfungsional, sedangkan komponen keunikan sumber daya antara lain
sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasi, serta komponen
kinerja pemasaran antara lain volume penjualan, pangsa pasar, dan profitabilitas.
Untuk model konseptual meningkatkan orientasi pasar melalui keunikan sumber
daya dalam meningkatkan kinerja pemasaran industri kecil pengolahan rumput laut di
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut:
Orientasi Pasar
(X1)
Orienasi Pelanggan
Orientasi Pesaing
Koordinasi Interfungsional
Kinerja Pemasaran
(Y)
Volume Penjualan
Pangsa Pasar
Profitabilitas
Keunikan Sumber Daya
(X2)
Sumber Daya Fisik
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Organisasi
Gambar 1. Model Konseptual
SIMPULAN
Untuk meningkatkan orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran, maka
dilakukan pendekatan keunikan sumber daya. Dengan pendekatan tersebut, keunikan
sumber daya merupakan unsur yang paling penting di dalam meningkatkan kinerja
181
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
pemasaran dengan melalui perbaikan sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan
sumber daya organisasi sehingga tercipta inovasi produk, proses pemasaran, serta
stategi dan organisasi.
Dengan model konseptual yang diajukan, diharapkan terjadi peningkatan
penjualan, pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan meningkat.
Makalah ini terbatas pada konseptual model, untuk itu perlu dilakukan pengujian
secara kuantitatif agar diketahui bagaimana kekuatan model yang dibentuk.
DAFTAR PUSTAKAN
Barney dan Arikan, 2000 (dalam Purwohandoko, 2009). Integrasi Sumberdaya Internal
dan Paar sebagai Basis Stategi Bersaing Pada Perudahaan Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) di Jawa Timur.
Bulent Menguc and Seigyoung Auc, 2007. Creating a Firm-Level Dynamic Capability
through Capitalizing on Market Market Orientation an
Innovativeness,Academy of Marketing Science. Journal; Winter, 2006; 34, 1;
ABI/INFORM Complete pg. 63
Clark, 2006. Pension fund trustee competence: decision making in problems relevant to
investment practice. Journal of Pension Economics and Finance, 5, 91-110
Cravens, David W and Nigel. F Piercy, 2009. Strategic Marketing. 9th Edition. New
York: Mc Graw-Hill.
David. 2011. Strategic Management, Concepts and Cases, 13th Ed. Prentice Hall.
Gilmore, 2000. SME marketing in practice. Marketing Intelligence & Planning, 19 (1), 6-
11.
Indriyono Soesilo, 2013. Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Jatin Pandey dan Darshana Pathak, 2013. A Predictive Methodology of Rough Set
Theory Used to Analyze Market Segmentation and Competitive Environment
for Supermarket, The IUP Journal of Marketing Management, Vol. XII, No.
3, 2013
John Tokarczyk, Eric Hanson, Mark Green, dan Jon Down, 2007. A Resource-Based
View and Market Orientation Theori Examination of the role of “Familis” in
Family Business. Journal Family Busines, Vol. XX, March, 2007.
182
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Langerak, 2003. Inter-firm relations in SME clusters and the link to marketing
performance, Emerald Group Publishing Limited
Narver, J.C & Slater, S.F, 1990. ― The Effect of a Market orientation on business
profitability”, Journal of Marketing, Vol 54, October, pp 20-35
Nerver dan Slater, 1990 (dalam Prakoso, 2005). Pengaruh Orientasi PAsar, Inovasi Dan
Orientasi Pembelajaran Terhadap Kinerja PErusahaan Untuk Mencapai
Keunggulan Bersaing (Studi Empiris PAda Industri Manufaktur Di
Semarang), Ekonomi Bisnis.
Uncles, 2000. The impact of internal and external market orientations on firm
performance. Journal of Strategic Marketing, 17(1). pp. 41-53.
Wheelen, T., & Hunger, J. D. (2012). Strategic Management and Business Policy.
Toward Global Sustainability. New Jersey: Pearson.
Zhou et al, 2005. The Efeect of strategic Orientations on Technology and Market Based
Break through Innova tions. Journal of Marketing.Vol.69 (April), pp.42-60.
183
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
ABSTRAK
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional serta berperan dalam perluasan lapangan kerja. Dalam krisis ekonomi
di Indonesia beberapa tahun yang lalu UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi
krisis. Salah satu UKM yang berhasil adalah UKM Industri Batik. Batik adalah warisan
budaya Indonesia yang mulia. Seiring dengan kemajuan teknologi modern menuntut
para pelaku usaha untuk terus memajukan usahanya supaya UKM siap dan mampu
bersaing diMEA 2015.Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh studi literature dan pustaka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan strategi pengembangan UKM
Industri Batik menggunakan analisis SWOT dalam menghadapi MEA 2015.
PENDAHULUAN
Permasalahan yang sedang dihadapi UKM batik Indonesia yaitu masalah pemasaran
Batik Indonesia yang kurang diminati masyarakat luas karena kurang diketahui dan
masalah keterbatasan SDM yang menyebabkan batik indonesia belum berkembang
dengan baik. Padahal batik merupakan warisan indonesia yang adi luhung. Hampir
Setiap daerah di indonesia memiliki seni dan motif batik nya sendiri .Kebanyakan batik
memang dibuat di pulau jawa. Setidaknya terdapat lebih dari 6 jenis batik berbeda yang
diproduksi di Jawa. Batik yang paling popular berasal dari Yogyakarta dan Solo. Dua
kota ini memang dikenal sebagai pusat batik untuk area jawa tengah dan sekitanya.
Masih di pulau jawa, pekalongan , rembang, tuban, ponorogo dan tegal juga memiliki
kain batik yang tak kalah unik dari dua kota pusat batik. Menurut Dwi Rachmina dan
praningrum (2011), permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha kecil dapat diatasi
apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan dari sisi intern maupun ekstern.
Sisi ekstern yaitu dengan cara peningkatan kualitas sumber daya manusia (khususnya
pengusaha), sehingga pengusaha mampu meningkatkan pengelolaan usaha. sisi ekstern
yang terpenting yaitu perlu nya diciptakan iklim usaha yang sehat,pelaksanaan
kemitraan secara seimbang dan saling menguntungkan,arus informasi secara merata dan
184
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
TINJAUAN AKADEMIS
Definisi UKM Batik
UMKM merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha dengan skala mikro kecil dan
mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional,oleh karena
selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan
dalam pendistribusian hasil hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di
negara kita sejak beberapa tahun yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang
mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh
dalam menghadapi krisi tersebut. Tetapi ada juga kelemahan UMKM yaitu dalam
mengakses informasi diduga terkait langsung dengan kondisi faktor internal UMKM
yang dibayangi UMKM yang sebenarnya memiliki pangsa pasar yang cukup besar di
dunia internasional, belum banyak diketahui oleh konsumen.
Terdapat begitu banyak jenis UKM tersebar di wilayah Indonesia, salah satunya
adalah UKM Batik. Batik merpakan produk warisan budaya yang sangat penting untuk
dilestarikan dan dikembangkan. Menjadikan batik sebagai ikon Indonesia mensyaratkan
adanya penguatan batik sebagai warisan budaya sekaligus penggalian potensi
ekonominya sebagai industri.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari
budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama batik merupakan warisan bangsa
indonesia yang adi luhung. Hampir setiap daerah di Indonesia Memiliki seni dan motif
batik sendiri. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun,
sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini,
beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan
Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat
ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden
Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Definisi Konsep Strategi Pengembangan
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang
dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis
dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut
dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Beberapa langkah yang perlu
dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi :
a. Mengidentifikasikan lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa
depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang di cita citakan
dalam lingkungan tersebut.
b. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam
menjalankan misi nya .
185
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
186
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
METODOLOGI
Metode penelitian adalah salah suatu teknis dan cara mencari , memperoleh ,
mengumpulkan dan mencatat data, baik berupa primer maupun data sekunder yang
digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah. Metode penelitian yang
digunakan kali ini adalah pendekatan deskriptif analisis yaitu dengan cara memberikan
gambaran mengenai data atau kejadian berdasarkan data yang diperoleh dari artikel,
internet, buku, koran atau kejadian berdasarkan fakta fakta yang tampak pada situasi.
Untuk mengetahui strategi yang tepat bagi UKM batik Indonesia maka peneliti
menggunakan pengukuran berupa matriks SWOT.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Hasil Analisa Strategi
A. Strategi Produk
1. Kualitas Produk. Untuk Peningkatan kualitas produk dengan cara meningkat kan
kompetensi UKM memperluas pengetahuan, menambah wawasan, dan
mengembangkan sumber daya manusia serta meningkat kan kualitas alat alat
produksi. Salah satu contoh bentuk startegi produk yaitu pada UKM batik
Indonesia di Semarang yang telah menerapkan green product yang menjadi tren
terbaru dalam pasar internasional yaitu dengan cara memproduksi batik dengan
bahan bahan alami.
2. Model Produk. Untuk memenuhi kebutuhan pasar,Batik Indonesia membuat
kebijakan untuk menciptakan produk yang bervariasi dan beraneka ragam.
Selain batik dalam bentuk selembar kain, Batik Indonesia juga memproduksi
batik dalam bentuk baju sehingga menambah pilihan produk bagi konsumen
dengan model baju yang sedang trend.
3. Desain Produk. Untuk konsep desain produk Batik di Indonesia masih dari
pemilik yang kemudian diterjemahkan kedalam gambar oleh karyawan bagian
gambar desain. Untuk desain/motif batik Indonesia mempunyai ciri khas yaitu
motif-motif yang dikembangkan,berupa motif naturalis (ikan,kupu-
kupu,bunga,pohon,bukit dan rumah), Ciri itu dapat dimaknai sebagai karakter
masyarakat pesisir, yang lebih terbuka dan ekspresionis.
4. Kemasan. Dalam pengemasan Batik Indonesia telah memakai kemasan dalam
bentuk plastik dalam paper bag.
187
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
188
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Interpretasi Hasil
1. Strategi memanfaatkan kekuatan untuk mengambil peluang, antara lain :
a. Mempertahan kan kualitas batik yang dimiliki, memaksimalisasi teknologi
komunikasi untuk pemasaran dan teknologi dalam bidang produksi canting
electric untuk memaksimalkan produksi.
b. Serta melakukan pengembangan usaha dengan menggunakan mengajukan
pemijaman modal yang telah di sediakan oleh pemerintah.
2. Strategi dengan memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman, antara lain :
a. Inovasi Produk, Yaitu menciptakan produk-produk baru yang inovatif sehingga
dapat menambah variasi produk yang disajikan kepada pelanggan. Dengan
membuat kain batik menjadi berbagai macam produk seperti baju,sarung bantal,
dan sebagainya.
b. Selain itu juga meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dengan cara
memproduksi batik yang sesuai dengan pesanan konsumen, membina hubungan
baik dengan pelanggan dengan cara meminta nomer telepon dan tanggal lahir.
3. Strategi yang dapat digunakan UKM batik Indonesia dalam meminimalkan
kelemahan yang ada dan untuk menghindar ancaman yang datang, yaitu dengan
meningkatkan promosi dengan cara memanfaatkan media promosi sesuai dengan
dana yang ada,dan juga dapat dilakukan penambahan saluran distribusi seperti
agen,reseller,ataupun sales.
SIMPULAN
1. Berdasarkan dari hasil analisis lingkungan internal pada UKM Batik Indonesia,
maka setiap perusahaan batik Indonesia memiliki kelemahan dan kekuatan. Adapun
faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi UKM Batik Indonesia
adalah (1) Mutu Produk yang dihasilkan dengan baik (2) Hubungan baik dengan
pelanggan. Sedangkan faktor faktor Internal yang menjadi kelemahan bagi UKM
Batik Indonesia adalah (1) Permodalan yang kuran (2) Manajemen yang tidak
memadai,
2. Berdasarkan dari analisis lingkungan eksternal pada UKM Batik Indonesia Maka
setiap perusahaan memiliki Peluang dan Ancaman. Adapun Faktor-Faktor stretegi
Eksternal yang menjadi peluang adalah : (1) Potensi pasar yang masih besar (2)
Tingkat pendapatan penduduk yang tinggi (3) Kemajuan tekhnologi (4) Kebijakan
Pemerintah. Sedangkan Faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman
adalah (1) Inflasi yang fluktuatif (2) persaingan yang ketat.
189
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
SARAN
1. Bagi pengusaha batik diharapkan dapat mempertahanlan corak dan dan motif khas
lokal dan mampu menjaga mutu batik tulis khususnya, mulai dari proses pemilihan
kain,desain,menggores malam,proses pewarnaan dan pencelupan sehingga kualitas
pembatikan akan selelau meningkat tanpa kehilangan ciri khas daerah nya.
2. Menyikapi era globalisasi dan seiring dengan perubahan itu sendiri,perlu adanya
terobosan dalam pemasaran batik. Antara lain dengan memanfaatkan tekhnologi
informasi dalam rangka pemasaran yaitu dengan memanfaatkan internet dan media
sosial.
3. Ini adalah penelitian awal yang bersifat literatur kedepan diharapkan ada penelitian
menindaklanjuti untuk menjadi suatu penelitian yang bersifat pengamatan dan
eksploratif agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-analisis-swot.html
https://reantoyee.wordpress.com/2010/12/22/analisis-bauran-pemasaran-marketing-mix-
batik-cap-dari-ukm-batik-kota-pekalongan/
https://www.academia.edu/7542906/KARYA_TULIS_ILMIAH_PERENCANAAN_ST
RATEGIS_PENGUATAN_DAYA_SAING_UMKM_DALAM_MENGHADA
PI_MASYARAKAT_EKONOMI_ASEAN_MEA_2015
http://bukantasbatikbiasa.blogspot.com/2013/02/macam-macam-jenis-batik-di-
indonesia.html
http://www.marketing.co.id/apa-itu-masyarakat-ekonomi-asean-mea/
http://www.pustakadunia.com/artikel-pustaka-umum/apa-sih-pengertian-ukm-umkm-
itu-2/
https://mybatik.wordpress.com/2009/01/21/contoh-proposal-ppm/
Kotler,philip dan gary aemstrong 2005 Prinsip-Prinsip Pemasaran,jakarta,Erlangga
www.depko.go.id data umkm 2006-2011
190
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Syahrudi *
Dhian Tyas Untari *
*
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI
info@syahrudi.com
ABSTRAK
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat potensial untuk dapat
dikembangkan. Hanya saja konsep modernisasi telah menggiring persepsi bahwa sektor
primer ini tidak lagi menjadi sektor unggulan, akhirnya terjadi konversi pada lahan
pertanian. Dengan demikian konsep insifikasi diusahakan untuk dapat mempertahankan
produktifitas sektor pertanian. Tetapi secara lebih luas perlu dikaji tentang bagaimana
meningkatkan kualitas produk pertanian tersebut. Paper ini merupakan conseptual paper
dan menggunakan data-data sekunder berupa publikasi terkait tema kajian, paper ini
akan memberikan gambaran tentang bagaimana meningkatkan kualitas produk
pertanian sebagai usaha dalam membangun sebuah comparative advantage sektor
pertanian.
PENDAHULUAN
Tamanan pangan di Indonesia sangat beragam. Hai itu dikarenakan adanya
keragaman Tipe agroekologi Indonesia yang tercermin oleh beragamnya sifat fisik
wilayah, kemiringan, maupun ketinggian tempat dari permukaan laut. Keragaman
tersebut menyebabkan terdapat beberapa macam tipe lahan. Indonesia juga mempunyai
iklim tropis basah yang dicirikan oleh curah hujan yang tinggi, diikuti oleh keragaman
suhu yang ditentukan oleh tinggi tempat dari permukaan laut. Keragaman wilayah,
topografi, tanah, ketersediaan air, dan iklim telah membentuk tanaman untuk tumbuh
dan beradaptasi pada lokasi yang spesifik. Kultivar yang mempunyai toleransi yang baik
pada keadaan setempat dikenal dengan varietas lokal (landrace) (Rais, 2004).
Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan
perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang
tidak hanya berperan dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan sektor pertanian
juga dapat dilihat secara lebih komperhensif, antara lain : (a) sebagai penyediaan pangan
masyarakat sehingga mampu berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan
pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial
(socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan
nasional (national security); (b) sektor pertanian menghasilkan bahan baku untuk
peningkatan sektor industri dan jasa, (c) sektor pertanian dapat menghasilkan atau
191
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
menghemat devisa yang berasal dari ekspor atau produk subtitusi impor, (d) sektor
pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, (e)
transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah
satu sumber pertumbuhan ekonomi, dan (f) sektor pertanian mampu menyediakan
modal bagi pengembangan sektor-sektor lain (a net outflow of capital for invesment in
other sectors); serta (g) peran pertanian dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan.
Terkait dengan fungsinya sebagai penyedia pangan masyarakat, dimana
Tanaman pangan di Indonesia terdiri atas padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubi-ubian lain, dan kacang-kacangan lain sudah dikenal di
Indonesia dan telah menjadi salah satu sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia.
Dalam menghadapi persaingan perlu dibuat spesifikasi terhadap industri
unggulan. Hal ini terkait dengan konsep one village one produc. OVOP merupakan
sebuah usaha untuk meningkatkan enterprenuer dari komunitas lokal dengan
memaksimalkan pengetahuan lokal, sumber daya lokal, meningkatkan nilai produk lokal
dengan meningkatkan brand lokal dan membangun Sumber daya manusia yang ada di
wilayah tersebut (Natsuda et al, 2011).
METODOLOGI
Kajian ini merupakan sebuah conseptual paper yang bersumber dari data
skunder yang diolah secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang
peningkatan kualitas produk pertanian yang merupakan sebuah tantangan dalam
membangun comparative advantage sektor pertanian.
PEMBAHASAN
Potensi Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia
Sektor pertanian nampaknya masih menjadi primadona perekonomian di
Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian
negara lebih ditopang pada sektor industri dan jasa. Selain dibutuhkan sebagai penyedia
pangan nasional, sektor pertanian juga menyerap sebagian besar tenaga kerja.
Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan,
pertanian, perikanan dan kehutanan. Hingga saat ini sektor pertanian menyumbang
penyerapan tenaga kerja baru setiap tahunnya dan masih menjadi tumpuan hidup bagi
sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional,
masih menumpukan harapan kepada sektor pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tetap (ATAP) produksi padi
tahun 2011 sebesar 65,78 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau turun 0,71 juta ton
(1,07%) dibandingkan produksi tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa,
yaitu sebesar 1,97 juta ton. Namun, di luar Pulau Jawa justru terjadi peningkatan sebesar
1,26 juta ton. Sementara itu, angka ramalan (ARAM) I tahun 2012 memperkirakan
adanya peningkatan produksi sebesar 2,84 juta ton (4,31%) dibandingkan tahun 2011,
menjadi sebesar 68,62 juta ton GKG. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi di Pulau
Jawa sebesar 1,59 juta ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 1,25 juta ton, yang disebabkan
oleh adanya peningkatan luas panen sebesar 237.297 Ha (1,8%) dan produktivitas
sebesar 1,23 kuintal/Ha (2,47%) (BIN.go.id).
Salah satu indikator yang menunjukkan masih kurangnya produksi beras dalam
negeri, yakni adanya impor beras dan kenaikan harga beras. Hingga bulan Agustus
2012, jumlah impor beras sudah mencapai 1.033.794,255 ton. Sementara itu, rata-rata
harga beras September 2012 naik 0,22% dibanding Agustus 2012 dan naik 7,98%
dibandingkan September 2011. Pada komoditas jagung, data BPS menunjukkan ATAP
produksi jagung tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton pipilan kering atau turun sebanyak
684,39 ribu ton (3,73%) dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut terjadi
di Pulau Jawa sebesar 477,290 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 207.100 ton. Data
192
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
ARAM I tahun 2012 memperkirakan produksi jagung meningkat sebesar 18,95 juta ton
pipilan kering atau 1,30 juta ton (7,38%) dibandingkan tahun 2011. Peningkatan
produksi diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 0,80 juta ton dan di luar Pulau Jawa
sebesar 0,51 juta ton, yang disebabkan oleh peningkatan luas panen seluas 132,78 ribu
Ha (3,44%) dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/Ha (3,81%).
Pada komoditas kedelai, data BPS menunjukkan ATAP produksi kedelai tahun
2011 sebesar 851.290 ton biji kering atau turun sebesar 55.740 ton (6,15%)
dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa sebesar 59.090 ton,
namun sebaliknya di luar Pulau Jawa meningkat sebesar 3.350 ton. Sementara itu, pada
ARAM I tahun 2012 produksi kedelai diperkirakan sebesar 779.740 ton biji kering atau
turun 71.550 ton (8,4%) dibanding tahun 2011. Penurunan produksi diperkirakan terjadi
di Pulau Jawa sebesar 41.770 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 29.780 ton, yang
diperkirakan sebagai akibat penurunan luas panen sekitar 55.560 Ha (8,93%) meskipun
ada peningkatan produktivitas sebesar 0,8 kuintal/Ha (0,58%).
Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu program
dapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan. Kelembagaan pendukung sektor
pertanian di pedesaan bersifat pasang surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaan
dapat bersifat formal (disponsori dan dibantu pemerintah) dan non formal (terbentuk
sebagai jawaban atas tuntutan kebutuhan aktual petani). Kelembagaan yang bersifat
formal seperti penyuluh pertanian (WKBPP/WKPP, KUD) kurang berjalan karena
batasan-batasan formal yang sering bergesekan dengan pemahaman petani.
193
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
194
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Arief , 2009, POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA
PENINGKATANNYA, Prosising Seminar Nasional, 14 Oktober 2009, Bogor.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Jawa Tengah
Rais, Sri Astuti, 2004, Eksplorasi Plasma Nutfah Tanaman Pangan di Provinsi
Kalimantan Barat, Buletin Plasma Nutfah Vol.10 No.1 Th.2004.
Widodo, Tri, 2006, Perencanaan Pembangunan; Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Daerah), UPP STIM YKPN, Yokjakarta.
Simatupang, Jones T, PENGEMBANGAN DAN APLIKASI IPTEK DALAM
PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA, JURNAL PENELITIAN
BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 1, April 2006: 1-6.
195
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Zahrudin
ABSTRAK
Ada tiga strategi Indonesia agar bisa menjadi pemimpin dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA 2015), yakni pertama Indonesia harus bisa menghasilkan kwalitas
sumber daya manusia (SDM) yang terdidik dan mempunyai inovasi, kedua Indonesia
harus mempunyai perguruan tinggi yang bisa menghasilkan riset berkwalitas
international, ketiga lulusan perguruan tinggi Indonesia harus mempunyai jiwa
kewirausahaan. Peranan Usaha Mikro, kecil dan menengah didalam perekonomian
sangat penting, disebabkan UMKM lah yang menopang perekonomian dan tahan
terhadap krisis ekonomi. Saat ini, ada 56,3 juta lebih pelaku UMKM yang memberikan
konstribusi yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan menggerakkan roda
perekonomian bangsa ini. Merupakan tantangan yang sangat besar bagi eksistensi
UMKM Indonesia dengan kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun
2015, dimana tingkat persaingan bertambah dengan hadirnya pelaku bisnis dari negara
– negara tetangga, antara lain meningkatkan kwalitas produk dan jasa, mengurus izin
sertifikasi produk, mengurus izin usaha, menguatkan modal usaha, menambah ilmu
pengetahuan mengenai bisnis, pemasaran, meningkatkan kinerja dibidang keuangan,
membuat systemasi bisnis sampai kepada meningkatkan kwalitas sumberdaya manusia
(SDM), akan tetapi ada begitu banyak peluang usaha bagi UMKM jika mereka mampu
bersaing, mereka dapat memperluas pasar sampai ke negara - negara anggota ASEAN
tanpa dibatasi oleh bea masuk dan birokrasi dari pemerintah negara yang bersangkutan.
Kata Kunci : SDM, UKM, Pelaku Bisnis dan ASEAN
PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) atau lebih
dikenal dengan pasar bebas Asean atau disngkat MEA 2015 saat ini merupakan isu
yang sangat menarik untuk dibahas dan diangkat kepermukaan, betapa tidak kita saat
ini sudah berada di tahun 2015, disisi lain umumnya para pelaku UMKM (Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah ) di Indonesia belum menyadari sepenuhnya, bahkan
banyak diantara mereka yang belum mengerti apa sesungguhnya MEA 2015
tersebut.
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN, dimana 10 negara ASEAN
termasuk Indonesia menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN atau
ASEAN Economic Community (AEC). Bermula dari konfrensi tingkat tinggi di
Kuala Lumpur pada bulan desember tahun 1997, para pemimpin ASEAN bersepakat
untuk mengubah kawasan ASEAN menjadi kawasan yang makmur dengan
persaingan yang sangat kompetitif, dengan perkembangan ekonomi yang adil dan
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi yang lazim disebut sebagai
ASEAN Vision tahun 2020. Selanjutnya padan konfrensi tingkat tinggi di Bali tahun
196
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
197
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
to head, jadi kita yang hadir di forum pertemuan itu diberikan jadwal kunjungan dari
teman – teman para pelaku bisnis UMKM Malaysia, kemudian satu persatu mereka
menemui kita untuk membahas peluang – peluang apa yang bisa digarap untuk
dijadikan kerjasama yang win – win anatara pihak kita dengan mereka, ada banyak
peluang yang ditawarkan mereka yang mempunyai bisnis kuliner akan mendapat
kunjungan dari pelaku bisnis kuliner, mereka yang bisnisnya pengadaan mesin –
mesin dan alat – alat industry akan dipertemukan dengan teman – teman Malaysia
yang mempunya bisnis serupa, dan seterusnya sampai kepada mereka yang berbisnis
dibidang software.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pada latar belakang masalah telah disebutkan mengenai Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), namun perlu penulis jelaskan kembali beberapa hal mengenai
UMKM tersebut. Berdasarkan Undang – Undang nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam Undang – Undang ini.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang peroangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
usaha kecil sebagai mana dimaksud dalam undang – undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai mana diatur dalam Undang –
Undang ini.
Usaha Mikro adalah kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan
serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan
dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong
pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan stabilitas nasional. Usaha mikro
merupakan pilar utama ekonomi nasional, betapa tidak menurut data yang penulis temukan
bahwa lebih dari 56,3 juta orang Indonesia menjadi pelaku bisnis usaha mikro ini.
Menurut departemen Tenaga Kerja (DEPNAKER) usaha mikro adalah usaha yang
memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja. Jadi apabila rata-rata setiap usaha mikro
menyerap 2 orang tenaga kerja, maka itu artinya usaha mikro ini sudah membantu
pemerintah dalam menyerap tenaga kerja sebanyak 56,3 juta dikalikan 2 orang yakni 112,6
juta orang, ini adalah satu angka yang sangat spektakuler, angka tersebut bisa lebih
dahsyat lagi apabila setiap usaha mikro mampu menyerap rata-rata 3 orang tenaga kerja,
itu artinya usaha ini sudah bisa mengurangi pengangguran sebanyak 168,9 juta orang.
Ada beberapa catatan penting terkait dengan perkembangan bisnis Usaha
Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) di Indonesia, baru –baru ini tepatnya pada bulan
Juli tahun 2013 pemerintah membuat Peraturan Pemerintah no 46 mengenai pajak
penghasilan badan usaha dengan peredaran usaha tertentu ( dibawah 4,8 milyar pertahun)
yang sudah harus diberlakukan pada laporan pajak SPT ( surat pemberitahuan ) tahun
2013. Didalam peraturan Pemerintah tersebut mengatur bahwa bagi pelaku bisnis yang
mempunyai omzet atau peredaran usaha bahasa perpajakannya dibawah 4,8 milyar setahun
akan dikenakan pajak penghasilan final sebesar 1% dari total omzet penjualan. Hal ini
198
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
tentu saja berdampak kepada harga pokok penjualan, harga pokok penjualan akan naik
akibatnya harga jual akan naik, ujungnya adalah margin laba akan turun, disisi lain kita
mengetahui kemampuan bersaing pelaku bisnis UMKM masih sangat rendah, tentu saja
hal ini menjadi pro kontra yang bisa diperdebatkan di dalam forum – forum diskusi dan
seminar – seminar, disebabkan kita mengetahui bahwa yang menopang perekonomian
bangsa ini adalah mereka para pelaku bisnis UMKM, disisi lain dengan peraturan
pemerintah no 46 tahun 2013 tersebut akan berdampak cukup serius terhadap
perkembangan UMKM, dikarenakan akan memberatkan mereka dalam menentukan harga
jual produk barang dan jasa yang mereka hasilkan, tentu saja akan menjadi lebih mahal
harga jualnya. Saat ini pemerintah sedang kesulitan mencari sumber-sumber penerimaan
Negara, sebagaimana kita ketahui penerimaan terbesar berasal dari penerimaan pajak, akan
tetapi jika pemerintah lebih sabar sedikit tentu hasilnya akan lebih dahsyat terhadap
penerimaan Negara, misalnya lakukan pembinaan yang berkesinambungan dengan
memperhatikan pertumbuhan mereka, bantu permodalan mereka, bantu manajemen
mereka, bantu mereka memasarkan produknya, bantu mereka dalam membuat laporan
keuangan yang efisien sehingga bisnis UMKM lebih menguntungkan dan dapat bersaing
dengan competitor, barulah dikenakan pajak kepada mereka. Tidak seperti yang terjadi
saat ini mereka tertatih tatih dalam membesarkan bisnis mereka, kesulitan mecari modal,
mereka kurang mengerti keuangan, gaptek dibidang teknologi, dan sejumlah persoalan
yang membelit bisnis mereka, masih dikenakan pajak pula, hal inilah yang menyebabkan
para pelaku bisnis UMKM kita kurang bisa bersaing.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki peran yang sangat strategis bagi
perekonomian bangsa Indonesia. Data yang kami peroleh per tahun 2012 jumlah UMKM
di Indonesia mencapai 56,53 juta unit dengan konstribusi terhadap produk domestik bruto
sebesar 59,08 persen, hebatnya lagi kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja
sekitar 97,16 persen, atau 107 juta orang, namun dengan segala peran strategis itu hanya
20 persen dari total UMKM yang sudah terakses kredit bank (http://ukm –
Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html )
I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumber daya UMKM kementrian
koperasi, mengatakan pertumbuhan UMKM pada kurun waktu tahun 2009-2013 sebesar
2,3 persen per tahun. Data kementrian koperasi menyebutkan lebih dari 96 persen
perusahaan di ASEAN adalah UMKM, sumbangan UMKM terhadap produk domestic
bruto sebesar 30 – 57 persen, sedangkan konstribusi penyerapan tenaga kerja sebesar 50 -
98 persen.
Di Indonesia pertumbuhan UMKM juga sangat signifikan. Tahun lalu sekitar 7
persen dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, dari mikro menjadi kecil, kecil
jadi menengah dan dari menengah jadi komersial atau diluar UMKM.
Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015,
UMKM diharapkan semakin produktif dan berdaya saing, kerjasama dengan UMKM lain
di ASEAN juga terbuka, namun UMKM Indonesia juga harus mewaspadai persaingan
yang semakin tajam.
Kepala Divisi Kerjasama dan Koordinasi Program UMKM Departemen
pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank Indonesia Wini Purwanti mengatakan,
UMKM merupakan peluang untuk menciptakan wirausaha baru, saat ini pengangguran
terbuka di Indonesia sekitar 8,59 juta orang, sedangkan tingkat wirausaha hanya sekitar
0,18 persen (http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html ) namun Wini
juga mengungkapkan ada tantangan dalam pengembangan UMKM di Indonesia, antara
lain soal akses UMKM terhadap perbankan, hal ini disebabkan belm semua bank masuk
dalam kegiatan kredit UMKM.
199
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
200
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
jasa. Tak hanya itu. Indonesia juga sudah menggalakkan 43 proyek infrastruktur dan
logistik melalui program MP3EI, serta sistem logistik nasional. Ini termasuk
pembangunan rel kereta api di 5 pulau besar, serta sistem transportasi massal di 6
kota terbesar di Indonesia. ―Pemerintah juga mendorong Maritime Connectivity
melalui pembangunan tol laut dari kawasan barat hingga timur, dan meningkatkan
kapasitas pelabuhan di seluruh pulau,‖ kata Rizal.
Upaya koordinasi di seluruh lini pun telah dilakukan sebagai persiapan
Indonesia menangkap peluang MEA. Presiden RI dan Menko Perekonomian telah
secara rutin melakukan pertemuan koordinasi dengan para gubernur seluruh
Indonesia untuk memantapkan kesiapan Indonesia menghadapi MEA. Lalu, kantor
Menko Perekonomian sudah menyusun Road Map Daya Saing Nasional. Bank
Indonesia sudah meluncurkan program keuangan inklusif untuk meningkatkan akses
UKM terhadap permodalan perbankan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder, data sekunder adalah data yang
diambil dari berbagai tulisan seperti buku-buku dan dari internet yang berkaitan dengan
Usaha Mikro, Kecil dan menengah dan tulisan – tulisan mengenai Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Menurut analisis dan jenis data yang digunakan peneliti, maka penelitian ini
termasuk kedalam penelitian kwalitatif,
Menurut Arikunto (2006:129) sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh. Menurut Sugiyono (2010:193) sumber data digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Sumber Primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Dalam penelitian ini sumber primernya adalah berupa table perkembangan
UMKM pada periode 997-2012 diambil dari
http://www.bps.go.id/tab_sub/print.php?_subyek=13¬ab=45
b. Sumber Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Dalam penelitian ini sumber sekunder didapatkan dari buku dan
beberapa website yang terkait dengan UMKM dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data
Undang – Undang no 20 tahun 2008
Didalam Bab I pasal 1 Undang – Undang nomor 20 tahun 2008 dijelaskan
mengenai pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta kriteria – kritteria
UMKM yang tercantum pada Bab IV pasal 6 angka (1) huruf a dan b, pasal 6 angka (2)
huruf a dan b, pasal 6 angka (3) huruf a dan b,.
Hasil penelitian
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro,
kecil dan Menengah adalah sebagia berikut :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
201
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
4. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
5. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha
Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan,
dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
6. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
Adapun kriteria yang dimaksud dalam pengertian diatas sebagai mana tertulis
pada Bab IV pasal 6 adalah sebagi berikut :
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
Berdasarkan pengertian dan kriteria usaha diatas maka amat penting
meningkatkan omzet usaha dari usaha mikro naik menjadi usaha kecil, dari usaha kecil
naik menjadi usaha menengah, dari usaha menengah berkembang menjadi usaha besar.
Untuk mewujudkan impian tersebut, para pelaku bisnis UMKM seharusnya
mempunyai impian yang ingin dicapai terlebih dahulu, Bradley J. Sugar dalam bukunya
instant cash flow menyatakan bahwa untuk menjadi sukses dan berkembang, sebuah
usaha harus mempunyai tujuan yang jelas, rumus sukses menurut Bradley adalah BE
dikalikan DO sama dengan HAVE.
Penjabaran rumus tersebut adalah dapat diterangkan menjadi sebagi berikut :
Yang pertama seorang pelaku bisnis UMKM mestinya mempunya HAVE
terlebih dahulu, artinya mempunyai impian dan goal yang ingin dicapainya terlebih
dahulu, misalnya pada tahun 2015 ini ingin mencapai penghasilan kotor atau gross sales
sebesar Rp.100.000.000,- kemudian dia menjelaskan goalnya ini kepada team yang
terlibat, misalnya bagian penjualan, dia memberikan tugas dantanggung jawab
bagaimana caranya untuk mencapai goal tersebut, kalau dia menjual produk atau
jasanya kepada customer sebesar Rp.200.000,- /piece maka untuk mendapatkan hasil
Rp.100.000.000,- diatas dibagi Rp. 200.000,- sehingga total produk yang harus dijual
sebanyak 500 piece kemudian dibagi 12 bulan, maka rata – rata barang yang harus
dijual per bulan sebanyak kurang lebih 42 piece. Setelah itu team marketing akan
mencari strategi yang jitu untuk mencapai goal tersebut.
202
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Ada beberapa cara yang lazim dilakukan oleh penjual untuk meningkatkan
omzet penjualannya, missalnya dengan membuat brosur, pamplet, spanduk, iklan radio,
iklan di media surat kabar dan majalah, iklan melalui kunjungan ke objek penjualan
dengan cara melakukan presentasi langsung, yang penting lakukan terus dengan cara
dan strategi yang jitu yang bisa menarik dan membantu pelanggan mencari barang yang
diinginkan. Satu hal yang perlu diperhatikan didalam membuat iklan terutama brosur,
spanduk dan pamplet, yakni iklan yang dibuat harus memenuhi unsur –unsur AIDA
yang merupakan singktan dari Attention, Interest, Desire dan Action.
artinya iklan yang dibuat sedapat mungkin bisa menarik perhatian calon
customer, atau setidaknya bisa menggugah customer, sehingga calon customer merasa
interest terhadap produk barang atau jasa yang kita tawarkan, selanjutnya calon
customer harus didorong untuk segera melakukan closing atau melakukan pembelian
misalnya dengan cara memberikan kesempatan yang membeli hari ini mendapatkan
potongan harga 50% misalnya, atau untuk 20 orang pembeli pertama akan mendapatkan
potongan harga sebesar 50% dan seterusnya dan ini yang paling penting didalam
membuat iklan yakni mendorong untuk action membeli produk atau jasa kita, karena
sehebat apapun iklan yang kita buat ujungnya adalah melakukan clossing.
Setelah kita mempunyai tujuan yang jelas yang ingin dicapai dan sudah kita
informasikan kepada masing – masing team kita untuk melakukan apa yang menjadi
tugas dan fungsinya sesuai dengan job description mereka, maka tugas selanjuanya
adalah mempercayai dan meyakini bahwa goal tersebut bisa dicapai, kemudian seluruh
bagian akan berbuat (action) sesuai dengan job mereka masing –masing.
Ada empat hal penting yang harus diungkit / deleverage di dalam sebuah bisnis,
pertama adalah bagaimana mendapatkan penjualan / penghasilan sebanyak –banyaknya,
kedua memperbaiki catatan keuangan dan akuntansi, ketiga mengembangkan system
perusahaan dan keempat meleverage sumber daya manusia.
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015.
ASEAN Economic Community atau Pasar Bebas ASEAN tahun 2015 adalah
merupakan realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dalam visi ASEAN tahun
2020, berdasarkan pada konvergensi kepentingan Negara – Negara ASEAN untuk
memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dengan
batas waktu yang jelas, dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN harus
bertindak sesuai dengan prinisip – prinsip terbuka, berorientasi keluar, inklusif dan
berorientasi pasar ekonomi yang konsisiten dengan aturan multilateral serta kepatuhan
kepada system.
Berdirinya komunitas ini diharapkan mampu membentuk ASEAN sebagai pasar
dan basis produksi tunggal yang membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan
langkah – langkah yang lebih jelas, mempercepat integrasi regional, memfasilitasi
pergerakan bisnis, tenaga kerja trampil dan berbakat serta memperkuat kelembagaan
Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Intinya adalah komunitas masyarakat bisnis dan juga warga mansyarakat
ASEAN harus siap bersaing jika ingin tetap bertahan, tantangan kedepan akan lebih
menantang dan lebih bergairah, hal ini disebabkan arus barang dan jasa juga arus
manusia bebas masuk dan keluar dikawasan ASEAN, apabila barang dan jasa serta
produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan competitor dari Negara – Negara
ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand dan Negara ASEAN lainnya,
maka hal tersebut akan mempunyai peluang lebih besar lagi dan lebih luas keseantero
10 negara ASEAN.
I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM, Kementerian
Koperasi dan UKM RI yang ditanyakan oleh SWA Online beberapa waktu lalu
203
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
menjelaskan beberapa data mengenai tantangan dan peluang Usaha Kecil Menengah
(UKM) khususnya di Indonesia dalam menghadapi MEA 2015.
Menurut I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM,
Kementerian Koperasi dan UKMtotal Gross Domestic Product (GDP) ASEAN tercatat
di ASEAN Secretary di tahun 2012 lalu menembus angka US$ 2.327 miliar dengan
pasar sebesar US$ 600 juta. Angka ini akan terus bertambah apalagi ekonomi ASEAN
memiliki daya tarik yang tinggi. sebagian besar perdagangan barang intra-ASEAN
menikmati tarif 0% (zero tarif). Oleh karenanya ASEAN mampu bertahan ditengah
krisis belahan dunia lainnya.
Hasil survei Japan ASEAN Integration Fund (JAIF) pada 2012 lalu mencatat
73% para pelaku bisnis di ASEAN yang menjadi responden berpandangan bahwa
integrasi ASEAN akan memberikan manfaat peningkatan Ekonomi, dan 64% kalangan
publik meyakini bahwa integrasi ASEAN akan meningkatkan kondisi secara
keselurahan.
SIMPULAN
Dari uraian bab demi bab yang telah dipaparkan dengan menggunakan data yang
ada , maka penulis menarik kesimpulan sebagai serikut:
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan usaha yang sangat strategis bagi
Indonesia, lebih dari 56 juta orang sebagai pelaku Bisnis UMKM yang memberikan
konstribusi yang sangat besar bagi perekonomian bangsa ini. Data yang kami peroleh per
tahun 2012 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 56,53 juta unit dengan konstribusi
terhadap produk domestik bruto sebesar 59,08 persen, kemampuan UMKM dalam
menyerap tenaga kerja sekitar 97,16 persen, atau 107 juta orang, namun dengan segala
peran strategis itu hanya 20 persen dari total UMKM yang sudah terakses kredit bank (
http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html )
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community tahun 2015
akan dilaksanakan oleh sepuluh Negara ASEAN dengan harapan dapat mendorong Negara
- Negara ASEAN bersaing di tingkat perdagangan International, oleh karena itu UMKM
Indonesia harus meningkatkan kwalitas sumber daya manusia dan produknya agar dapat
bersaing dengan pelaku bisnis Negara lain.
Pernanan pemerintah baik pusat maupun daeran belum memberikan bantuan dan
konstribusi yang nyata dapat dirasakan oleh pelaku bisnis UMKM, hal ini disebabkan
sampai saat ini peranan pemerintah didalam mengembangkan UMKM masih belum
merata dan nyata dirasakan oleh pelaku bisnis UMKM.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis dapat memberikan
beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
Mengingat ASEAN Economic Community atau pasar bebas ASEAN sudah
didepan mata, maka seyogyanya para pelaku bisnis UMKM mulai saat ini mengurus izin
usaha dan sertifikasi produk barang, meningkatkan kwalitas barang dan jasa, mempekuat
permodalan dan meningkatkan daya saing dengan cara banyak belajar dari pelaku bisnis
lain yang sudah lebih sukses, mengikuti seminar dan pelatihan – pelatihan bisnis lalu
membangun network marketing baik internet marketing maupun langsung door to door
kepada konsumen.
Bagi pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah hendaknya membantu
pelaku bisnis UMKM secara nyata, tidak hanya sekedar menjalankan program saja,
membantu proses perizinan usaha jika perlu selesai dalam 1 hari kerja dengan biaya yang
gratis, membantu mendorong lembaga keuangan baik bank maupun non untuk membrikan
kemudahan pembiayaan dengan bunga yang ringan.
204
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html
http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html
http://www.bps.go.id/tab_sub/print.php?_subyek=13¬ab=45
http://ukm – Indonesia.net/umkm-memiliki-peran-strategi.html
205
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Zeinora
email: zeinorazein@yahoo.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Kemajuan tehnologi dan informasi saat ini memberikan peluang yang besar
untuk kegiatan interaksi antar bangsa dalam berbagai dimensi, termasuk hal yang
paling mendasar yaitu kegiatan di perdagangan internasional. Hal ini mau tidak mau
membuat para pelaku perdagangan harus mengunakan valuta asing dalam melakukan
transaksi antar negara tersebut. Keragaman mata uang asing yang digunakan sebagai
akibat transaksi jual dan beli, ke dan dari banyak negara. Transaksi penjualan ekspor
berkaitan dengan penerimaan sejumlah mata uang asing di masa mendatang yang
digunakan untuk bertransaksi, di mana mata uang asing tersebut terus berfluktuasi
nilainya. Kejadian tersebut menggambarkan adanya ancaman kerugian bagi perusahaan
yang melakukan transaksi global, maka perusahaan harus memperhitungkan nilai tukar
di masa yang akan datang di mana nilai tukar ditentukan oleh inflasi dan tingkat bunga.
Risiko kerugian yang ditimbulkan oleh fluktuasi mata uang asing dapat diminimalisir
oleh perusahaan dengan melakukan hedging.
206
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Madura (2009) hedging adalah tindakan yang dilakukan untuk
melindungi sebuah perusahaan dari exposure terhadap nilai tukar. Exposure terhadap
fluktuasi nilai tukar adalah sejauh mana sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh
fluktuasi nilai tukar.
Menurut Eiteman (2003) ―hedge is the purchase of contract (including forward
foreign exchange) or tangible good that will rise in value and offset a drop in value of
another contract or tabgible good. Hedgers are undertaken to reduce risk by protecting
an owner from loss‖. Hedge merupakan pembelian suatu kontrak (termasuk forward
exchange) atau barang nyata yang nilainya akan meningkat dan kerugian dari jatuhnya
nilai tersebut dari kontrak lain atau barang nyata. Pelaku Hedging berusaha melindungi
pemilik dari kerugian.
Menurut pendapat Gallager dan Joseph yang dikutip oleh Richard a Brealey (2006)
―A hedge is a financial agreement used to offset or guard against risk‖. Artinya:
―Hedging adalah suatu perjanjian yang digunakan untuk melindungi keuangan dari
risiko kerugian‖.
Jika perusahaan multinasional memutuskan untuk melakukan lindung nilai (hedging)
sebagian atau seluruh exposure transaksinya, perusahaan dapat menggunakan
perangkat-perangkat hedging berupa kontrak futures, kontrak forward, instrumen pasar
uang, dan opsi valuta dijelaskan oleh Madura (2009) antara lain:
1. Futures Market Hedge adalah perjanjian antara 2 pihak untuk menjual atau pembeli
suatu komoditas atau instrumen (atau nilai tunainya) dengan standar harga, kualitas,
kuantitas, lokasi, dan waktu jatuh tempo tertentu yang diatur dalam bursa berjangka.
Pengaplikasian futures contract dapat dilakukan secara :
1) Futures contract finansial (menggunakan instrument keuangan) terdiri dari :
futures contract Valuta Asing adalah penjanjian antara 2 pihak untuk penjual
atau membeli valuta asing dengan harga tertentu dan waktu tertentu di masa
207
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
2. Forward Contract Hedge adalah aktivitas lindung nilai yang dilakukan pada
transaksi jual beli dengan harga yang disetujui bersama pada saat transaksi. Sistem
kontrak forward memungkinkan dilakukannya pembelian atau penjualan valuta di
masa depan. Secara definitif, kontrak forward adalah persetujuan antara sebuah
perusahaan dengan bank untuk saling menukarkan valuta pada kurs tertentu (yaitu
kurs forward) pada suatu waktu tertentu di masa depan.
1) Periode forward yang paling umum adalah 30, 60, 90, 180, dan 360 hari,
walaupun periode-periode yang lain juga tersedia. Kurs forward dari suatu
valuta biasanya akan bervariasi menurut panjangnya periode forward. Teknik
hedging dengan menggunakan kontrak forward ini banyak digunakan oleh
perusahaan besar atau perusahaan multinasional (MNC) untuk melindungi
hutang dan piutang yang relatif besar dari kemungkinan terjadinya risiko sebagai
akibat adanya selisih kurs yang terjadi.
2) Transaksi forward dapat diartikan sebagai transaksi valuta asing dimana value
date (tanggal penyerahan valuta) berjarak lebih dari dua hari kerja dari deal date
–nya (tanggal kesepakatan transaksi) dengan kurs yng telah ditetapkan pada saat
tanggal transaksi (deal date).
3) Transaksi forward merupakan transaksi yang dilakukan di luar bursa atau lebih
dikenal dengan istilah over the counter (OTC)market, karena dilakukan di luar
bursa maka futures dari transaksi yang berlangsung adalah sepenuhnya
kesepakatan pihak–pihak yang melakukan transaksi. Berbeda dengan transaksi
yang dilakukan di bursa dimana produk yang diperdagangkan diatur sepenuhnya
oleh bursa. Transaksi over the counter mempunyai sifat yang sangat fleksibel,
sehingga futures dari transaksi ini bisa diubah sesuai dengan kesepakatan pihak–
pihak yang melakukan transaksi.
4. Option Market Hedge adalah opsi yang menyediakan hak untuk membeli atau
menjual asset dengan harga tertentu dan waktu tertentu di masa yang akan datang.
Call option merupakan hak untuk membeli sedangkan put option merupakan hak
untuk menjual. kontrak option, hedger atau spekulan diberikan hak untuk memilih
apakah tetap mau menggunakan kontrak futures atau tidak pada waktu hari
208
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
penyelesaian kontrak.
Jika in the money (untung), dimana kurs berjalan lebih tinggi (lebih rendah) dari
strike price dari call option (put option)maka hedger atau spekulan tetap menggunakan
kontrak futures. Jika out of the money (rugi), dimana kurs berjalan lebih rendah (lebih
tinggi) dari strike price suatu call option (put option)maka hedger atau spekulan tidak
perlu untuk terus menggunakan kontrak futures. Mereka dapat melepaskan kontrak dan
membayar premi kontrak saja.
Menurut Siahaan (2008) terdapat beberapa karakteristik dari masing-masing
instrumen keuangan derivative:
1. Forward contract yaitu tidak perlu transfer tunai pada awal transaksi dimana
transfer tunai hanya dilakukan saat jatuh tempo, mengandung risiko kredit, kontrak
dibuat sesuai dengan kebutuhan dua pihak, digunakan khusus untuk lindung nilai
dan kontrak pada umumnya untuk jangka pendek.
2. Futures contract diperlukan transfer tunai pada awal transaksi karena akan
digunakan sebagai margin (jaminan), transfer tunai juga dilakukan setiap hari.
Futures contract tidak menyediakan kontrak yang disesuaikan dengan kebutuhan
kedua belah pihak namun memiliki risiko kredit yang kecil dan untuk kontrak-
kontrak tertentu memiliki pasar yang lebih aktif dibandingkan dengan forward
contract. Futures contract yang tersedia terutama untuk jangka waktu pendek.
3. Options contract kerugian maksimum dapat dibatasi, tetapi selalu terbuka
kesempatan menguntungkan dari pergerakan harga dan untuk kebutuhan lindung
nilai kontrak dapat dibuat tailor made. Namun pembeli kontrak harus membayar
premi (harga/biaya) options di muka dan menghadapi risiko kredit dari penjual.
Sama halnya seperti forward contract dan future contract, kontrak ini opsi juga
tersedia terutama untuk jangka pendek.
4. Swaps contract merupakan kesepakatan saling mempertukarkan arus kas selama
jangka waktu tertentu. Kontrak ini juga tersedia dalam jangka waktu menengah dan
jangka panjang. Pada swaps contract mengandung risiko kredit namun tidak
diperlukan transfer uang tunai pada awal perjanjian. Untuk kebutuhan lindung nilai
juga tersedia kontrak-kontrak yang tailor made.
METODE PENELITIAN
Kajian ini merupakan sebuah conceptual paper terkait pelaksanaan kegiatan hedging
dalam perdagangan internasional melalui temuan data dan informasi yang berasal dari
data sekunder, baik yang berasal dari instansi tekait serta textbook dan publikasi ilmiah.
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi bagi pelaku dalam kegiatan
perdagangan internasional.
PEMBAHASAN
Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk
menghindari resiko memegang hutang dan piutang dalam mata uang asing. Untuk
menghindari resiko fluktuasi nilai mata uang asing, ada satu cara yang sering digunakan
adalah kontrak berjangka. Dalam FASB no 52 disebutkan bahwa kontrak berjangka
adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran mata uang yang berbeda pada satu waktu
tertentu dimasa yang akan datang dan pada kurs tertentu yang disepakati (forwad rate).
PSAK no 10 menyatakan bahwa transaksi valuta berjangka adalah transaksi pertukaran
dua valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka.
Empat situasi dimana kontrak berjangka ini digunakan adalah sebagai berikut:
209
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
1. Spekulasi
a. Bertujuan untuk berspekulasi dalam perubahan kurs
b. Keuntungan dan kerugian pertukaran diakui langsung setiap terjadi perubahan
kurs forward ( kurs tertentu yang disepakati padca masa yang akan datang oleh
perusahaan yang melakukan hedging dengan pialang )
c. Efek pendapatan sama dengan kerugian dan keuntungan pertukaran yang diakui.
4) Hedging atas posisi aktiva atau kewajiban bersih.
a. Bertujuan untuk mengimbangi eksposur posisi aktiva atau kewajiban bersih yg
ada.
b. Keuntungan dan kerugian pertukaran diakui langsung namun diimbangi oleh
keuntungan serta kerugian yang bersesuaian pada posisi aktiva dan kewajiban
bersih.
c. Premium dan diskon atas kontrak berjangka diamortisasi sebagai pendapatan
sepanjang masa kontrak berjangka.
d. Efek pendapatan sama dengan amortisasi dari premium atau diskon ( saling ofset
keuntungan dan kerugian )
5) Hedging atas komitmen yang dapat didentufikasi.
a. Hedging dapat diidentifikasi jika dianggap efektif dan mata uang tersebut
tetap/tidak berubah.
b. Bertujuan untuk mengimbangi exposure pembelian atau penjualan yang akan
direalisasikan pada masa yang akan datang dan mengunci harga dari kontrak
yang ada dalam mata uang domestic.
c. Keuntungan dan kerugian pertukaran ditangguhkan sampai komitmen
direalisasikan menjadi transaksi selanjutnya keuntungan dan kerugian yang
ditangguhkan tadi diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap harga transaksi.
d. Pilihan premium dan diskon dapat langsung diamortisasi sebagai pendapatan
atau ditangguhkan dan diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap
hargatransaksi.
6) Hedging atas investasi bersih dalam entitas luar negeri.
a. Bertujuan untuk mengimbangi exposure investasi bersih yang ada dalam sebuah
entitas luar negeri
b. Keuntungan dan kerugian pertukaran diakui sebagai penyesuaian ekuitas dan
akan mengimbangi penyesuaian ekuitas yang dicatat dalam investasi bersih.
SR x (B-A)
Kurs Spot Rate x T
=
Forward +
100 x DB
Premium jika, forward rate > spot rate
Discount jika, forward rate < spot rate
210
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2010, Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) no.
10, tentang transaksi valuta asing, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
I Nengah Andri Sutapa, Prediksi Kurs Spot dan Kurs Forward TerhadapKurs Future
Spot Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan di Kuta Badung, Jurnal Ilmiah hal
2.
Jevi Enggawati, Moch. Dzulkirom A.R, Raden Rustam Hidayat, Analisis Penggunaan
Teknik Hedging Contract Forward Untuk Mengurangi Kerugian Selisih Kurs
Valas Atas Hasil Penjualan Eksport, Jurnal Ilmiah, hal 3-4.
211
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
212
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Maimunah )1
Indra Suyahya )2
1
Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI
2
Dosen Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Soasial Universitas Indrprasta PGRI
maimunah72@gmail.com
suyahyaindra@yahoo.co.id
ABSTRACT
Currently the waste problem is a very complicated issue to deal with, every day millions
of cubic garbage generated in Indonesian society and this makes the burden of the
government to manage waste. This study examines how to overcome the problems of
garbage through recycling activities are worth ekonomiesse. Purpose of the research is
to analyze the social business recycling bins to the decline in the unemployment rate in
the city of Bogor. The research method used is descriptive qualitative method. Data
collection techniques done with the completed questionnaires and interviews.
Samples taken from the population across managers and bank customers garbage
Sindang Sari Village and Tanah Baru Village by using purposive sampling. The
resultate can study that the presence of social business at the bank Rancage trash can
impact on the environment of which creates a clean and healthy environment, for
society of which can reduce the level of structural unemployment in a way that a
customer community empowerment for producing recycled paper litter. And increase
the income of its customers as well as to reduce social problems in the community,
especially the problem accumulation of garbage. As well as for government help to
environmental programs.
PENDAHULUAN
Sampah merupakan masalah lingkungan yang belum dapat tertangani
dengan baik, terutama pada negara berkembang, karena jumlah sampah yang
dihasilkan tidak sebanding dengan kemampuan pengolahan sampah. Di Indonesia
sendiri pengolahan sampah telah dilakukan dengan cara konvensional, yaitu
pengumpulan dan pengangkutan sampah menuju tempat pembuangan akhir (TPA).
Penanganan ini masih belum dapat menyelesaikan masalah, karena hampir sebagian
213
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
besar TPA di Indonesia menggunakan jenis open dumping. Jenis TPA ini
merupakan cara penumpukan sampah di suatu lahan tanpa diberi perlakuan apapun. Di
samping itu muncul masalah baru, yaitu lahan tempat pembuangan sampah
semakin sempit, lokasi yang jauh dari kota, dan ancaman kesehatan bagi masyarakat
yang tinggal di sekitar TPA. Selain itu, pengolahan sampah juga terhambat oleh
kebiasaan manusia, dimana masih sering dapat kita temui sampah menumpuk di
tempat yang tidak seharusnya. Kebiasaan ini pulalah yang ikut ambil andil dalam
masalah sampah.
Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibu kota, jarak antara
kota Bogor dengan Jakarta kurang lebih 60 km. Kota Bogor dengan luas wilayah
11.850 Ha. Dengan
total jumlah penduduk 1.004.831 jiwa dengan penduduk terbanyak di kota Bogor
barat sebanyak 223.168 jiwa (22.21%). Diikuti penduduk kecamatan sareal sebanyak
206.028 jiwa (20.23%), Bogor selatan sebanyak 190.535 jiwa (19.05%), Bogor utara
sebanyak 180.847 jiwa (17.96%), Bogor tengah sebanyak 104.270 jiwa (10.56%)
dan Bogor timur sebanyak
99.983 jiwa (9.99%) indikator kependudukan kota Bogor tahun 2012. (sumber : bps
kota bogor, 2012)
Dari data yang dihimpun menyebutkan, jumlah pengangguran di Kota dan Kabupaten
Bogor mencetak rekor. Dan semakin tinggi pula tingkat sampah yang di hasilkan
dalam
pertahunnya.
TINJUAN PUSTAKA
Pengertian Bisnis Sosial
Kata bisnis, berasal dari bahasa Inggris business. Bisnis dapat didefinisikan
sebagai:
―segala aktivitas dari berbagai institut yang menghasilkan barang dan jasa yang perlu
untuk
kehidupan masyarakat sehari-hari‖ (M. Manulang, 2008:3)
Dengan pengertian tersebut ada sejumlah unsur penting, dalam definisi tersebut, yaitu :
1) segala aktivitas
2) institut
3) menghasilkan barang dan jasa
4) perlu untuk kehidupan masyarakat
Sedangkan menurut para ahli definisi bisnis sosial belum terlalu banyak karena
baru diperkenalkan di Indonesia baru-baru ini dengan nama Social Entrepreneur. Kata
entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti antara prendre berarti
mengambil. Kata ini pada dasarnya digunakan untuk menggambarkan orang-
orang yang berani mengambil resiko dan memulai sesuatu yang baru.
Menurut Frederick dalam (Adie Nugroho, 2013:15) memandang bahwa entrepreneur
adalah sebagai agen perubahan yang melakukan pencarian secara sengaja, perencanaan
yang hati-hati dan pertimbangan yang seksama ketika melakukan proses
entrepreneurial atau istilah keagenannya biasa disebut dengan socioecopreneur. Untuk
itu, socioecopreneur biasanya memiliki kemampuan untuk mengetahui arah usaha yang
dijalaninya.
Visi dikembangkan sepanjang waktu yang menentukan eksistensi usahanya di
masa depan. Dibutuhkan integritas dan reliabilitas karena keduanya yang
menjadi kunci kesuksesan relasi antara usaha dan lingkungan yang membuat
socioecopreneur dapat bertahan lama dan usahanya berkelanjutan. Dengan demikian
214
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Pengertian Sampah
Sampah merupakan ―suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak terpakai lagi oleh
manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang‖ (Notoadmodjo, 2003:166). Notoadmodjo juga mengemukakan
bahwa sampah merupakan bahan yang sebelumnya berguna bagi suatu aktivitas
manusia, mamun kemudian tidak terpakai lagi. Tidak hanya itu, Notoadmdjo juga lebih
mengkhususkan sampah sebagai benda padat yang tidak terpakai lagi oleh manusia.
Definisi bahwa sampah merupakan sisa dari suatu proses kegiatan, rupanya juga
disepakati oleh khalayak umum.
Sementara itu, pengertian lain dari sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau
pamakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak
atau dibuang (Hendargo, 2000:162).
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat dilihat bahwa sampah merupakan
suatu hal yang sudah tidak berguna lagi bagi dan bahkan dapat mengganggu
kehidupan manusia,
diantaranya adalah bahwa sampah bisa mendatangkan berbagai macam penyakit. Oleh
karena itu, sampah di lingkungan manusia harus ditangani salah satu caranya
adalah dengan pengelolahan sampah. Azwar dalam (Wijayanti, 2009:12)
menyebutkan 3 langkah upaya pengolahan sampah menurut ilmu kesehatan
lingkungan, yakni penyimpanan sampah (refuse storage), pengumpulan sampah
(refuse collection), pembuangan sampah (refuse disposal) yang di dalamnya termasuk
pengangkutan sampah dan sekaligus pula pemusnahan sampah.
215
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 1
Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia Tahun 2008 – 2010 (Agustus)
Pemilihan sampah koran untuk di daur sebagai produk jadi ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat karena akan mengurangi masalah penumpukan sampah dan juga
masalah ekonomi keluarga. Jika sampah yang didaur ulang semakin banyak
jenisnya maka akan semakin mengurangi masalah dalam kehidupan masyarakat.
Pada bank sampah Rancage ini memilih sampah kertas dengan jenis koran
sebagai bahan dasar pengolahan produk-produk siap pakai untuk memenuhi kebutuhan
216
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
rumah tangga. Terdapat kelebihan dalam pemilihan sampah kertas ini salah satunya
sangat mudah di dapat dan mudah dalam pengolahannya. Sehingga memudahkan
masyarakat dalam memproduksi. Dan dapat dijadikan bisnis sosial dalam masyarakat.
METODOLOGI
Metode Pengumpulan Data
Pada kegiatan pengumpulan data langkah-langkah yang harus ditempuh bertujuan
untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih lengkap. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data baik dengan data primer
maupun data sekunder dalam rangka mendeskripsikan variabel-variabel penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
2. Wawancara
3. Pengamatan (Observasi)
4. Dokumentasi
5. Kuesioner (Angket)
HASIL PEMBAHASAN
Analisis Dampak Penerapan Bisnis Sosial Daur Ulang Sampah Koran di Wilayah
Kota
Bogor
Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa bisnis sosial daur ulang
sampah koran memiliki dampak sebagai berikut :
a. Lingkungan
1) Lingkungan yang bersih dan sehat
Dengan adanya bank sampah Rancage ini lingkungan di desa Tanah Baru dan
desa Sindang Sari lebih bersih dan terbebas dari beberapa jenis penyakit, yang
sumbernya berasal dari bakteri yang terdapat pada sampah. Selain itu
dilingkungan sekitar banyak di tanami tumbuhan hijau atau sayuran yang
manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh keluarga untuk kebutuhan memasak
setiap hari. Dan potnya berasal dari limbah sampah plastik baik kantong bekas
isi minyak goreng atau dari sampah botol air mineral.
2) Menyeimbangkan ekosistem makhuk hidup
Dengan demikian lingkungan yang sehat dan terbebas dari cemaran limbah
sampah dapat menjaga keseimbangan ekosistem makhluk hidup yang ada,
khususnya makhluk hidup yang ada di darat.
3) Menjaga kelestarian lingkungan
Sedangkan air tanah tetap terjaga keasliannya karena terbebas dari cemaran
limbah lindi dan udara pun menjadi lebih bersih dan segar karena terbebas dari
bau yang tidak sedap yang berasal dari tumpukan sampah yang telah
217
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
b. Masyarakat
1) Penurunan tingkat pengangguran struktural
Sedikitnya dapat membantu menurunkan tingkat pengangguran di wilayah
kota Bogor. Banyak warga yang terserap sebagai tenaga kerja untuk
memproduksi produk daur ulang sampah koran ini. Yang sebelumnya telah
dilatih terlebih dahulu. Umumnya pekerjaan keseharian mereka adalah ibu rumah
tangga yang usianya masih produktif tetapi sudah tidak bekerja.
Selain ibu rumah tangga, bapak-bapak diwilayah Sindang Sari dan Tanah Baru
ini pun ikut ambil bagian menjadi nasabah bank sampah untuk menabung
sampah dan memproduksi produk daur ulang sampah tersebut. Banyak
dari mereka yang sebelumnya adalah pengangguran maupun pekerja serabutan
sebagai buruh bangunan ataupun tukang ojek dan pencabut benang diban bekas
oleh salah satu home industri yang terdapat disana.
2) Peningkatan pendapatan
Dengan demikian bisnis yang berlandaskan social preneur ini dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Contohnya banyak ibu-ibu rumah
tangga yang telah mandiri untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya
dari hasil pendapatan menabung sampah dan mengayam produk daur ulang
sampah koran tersebut.
3) Meningkatkan sumber daya manusia yang lebih baik
Masyarakat telah terlatih dan terdidik untuk membuat produk daur ulang
sampah koran dan dituntut untuk mengembangkan produknya. Membuat inovasi
produk baru dengan berbagai bentuk dan beragam fungsinya. Dan tak sedikit pula
nasabah bank sampah ini tengah menjadi tutor bagi mahasiswa yang datang
untuk belajar memdaur ulang sampah dan juga yang sedang melakukan
penelitian. Serta meningkatkan percaya diri yang besar bagi warga karena sering
di liput oleh stasiun televisi, yang ingin mengekspos kegiatan bisnis sosial di
bank sampah sebagai inspirasi untuk warga di desa lain.
4) Meningkatkan rasa kekeluargaan antar warga
Dengan adanya rutinitas yang terjadi setiap hari di bank sampah, warga
menjadi lebih sering bertemu. Sehingga meningkatkan keakrab dan menjalin
hubungan yang baik antar warga.
c. Pemerintah
1) Membantu program pemerintah dalam hal lingkungan hidup
Membantu meringankan tugas Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat dalam misinya dengan point sebagai
berikut :
a. Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Air, Udara, dan Tanah).
b. Menjaga Keselarasan dan Keseimbangan Pemanfaatan SDA Untuk
Kesejahteraan
c. Rakyat.
d. Meningkatkan Kinerja Pengelolaan Lingkungan dunia Usaha dan Industri. d)
Membangun Kewaspadaan dan Partisipasi Masyarakat yang Responsif.
e. Membangun Masyarakat Peduli Lingkungan (Green Society).
2) Menurunkan tingkat kemiskinan
Dari program Reduce, Reuse dan Recycle (3R) yang terdapat di bank
218
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Tabel 2
Data mengurangi masalah pengangguran
Berdasarkan tabel 4.1 maka dapat dilihat bahwa bisnis sosial di bank
sampah dapat mengurangi masalah pengangguran dengan jumlah yang menjawab
sangat setuju sebesar 44,44 %, yang menjawab setuju sebesar 30,56 %, yang menjawab
cukup setuju sebesar 16,67 % dan yang menjawab tidak setuju sebesar 08,33 %. Besar
kemungkinan bisnis sosial di bank sampah dapat membantu mengurangi masalah
pengangguran dilingkungan masyarakat. Alasanya karena banyak sumber daya
manusia atau masyarakat yang terserap sebagai tenaga kerja untuk memproduksi
produk daur ulang sampah koran.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan, maka dapat di simpulkan bahwa
penerapan bisnis sosial daur ulang sampah koran dapat berpengaruh terhadap
penurunkan tingkat pengangguran di wilayah kota Bogor. Sekaligus dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat dan dapat memecahkan masalah sosial
khususnya masalah penumpukan sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Hendargo, I. 2000. Kamus Istilah Lingkungan. Penerbit Jakarta: PT. Bina Pariwara.
Iskandar Putong. 2013. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Penerbit Jakarta:
Mitra Wacana Media.
M. Manulang. 2008. Pengantar Bisnis. Penerbit Yogyakarta: Gadjah Mada Universit y
Press. Mulyadi S. 2014. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam
Perspektif Pembangunan.
219
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
220
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Endah Widati
Email: endahwidati82@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke-3 didunia dengan
persebaran ekonomi yang tidak merata di setiap daerah. Hal ini menyebabkan
banyaknya penduduk yang pindah ke kota-kota besar dan mengakibatkan kosongnya
beberapa wilayah tertentu dan padatnya kota-kota besar yang menjadi tujuan penduduk.
Peningkatan jumlah ini tidak serta meningkatkan jumlah perusahaan yang menyerap
221
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
tenaga kerja sehingga banyak penduduk yang datang dari desa menjadi pengangguran.
Era globalisasi membuka peluang bagi perkembangan bisnis dan juga ketatnya
persaingan dalam hal mencari pekerjaan sehingga setiap individu dituntut untuk dapat
mandiri dengan mendirikan usaha sendiri atau menjadi entrepreneur. Namun untuk
menjadi entrepreneur tidaklah mudah, kendala terbesar adalah modal dan keahlian
dalam pengelolaan bisnis. Saat ini banyak lembaga keuangan baik bank maupun
nonbank memberikan perhatian besar pada pengembangan UMKM begitu pula
pemerintah melalui koperasi.
Menurut UU No. 25 tahun 1992 pasal 2 Koperasi merupakan bentuk usaha
berdasarkan azas kekeluargaan serta berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar. Saat ini terdapat 209.488 koperasi diseluruh Indonesia, dan beberapa diantaranya
sudah dalam proses pembekuan operasional yang disebabkan oleh berbagai hal. Sejak
masa lalu sampai saat ini koperasi memiliki peran sangat penting bagi perekonomian
Indonesia khususnya bagi masyarakat diwilayah pedesaan dimana akses modal sangat
terbatas. Di era globalisasi saat ini, akses akan modal sangat mudah karena sudah
banyak lembaga keuangan baik bank dan nonbank berdiri dan memberikan layanan
pemberian pinjaman modal kepada konsumennya.Bagi seseorang yang baru memulai
usaha (start-up) terkadang memiliki banyak kendala baik dari segi sumber daya manusia
(manpower), metode (method), keuangan (money), peralatan dan mesin (machine) dan
bahan baku (material)
Sejak pemerintah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional, Pemerintah
mulai mendukung perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan
berbagai cara, baik dari segi permodalan dan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia. Pemerintah bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan baik bank dan
nonbank guna meningkatkan kemudahan akses akan modal bagi para pengusaha
UMKM yang baru memulai usahanya dan mengembangkan usahanya.
Koperasi merupakan salah satu lembaga yang dipercaya pemerintah untuk
menyaluran dana tersebut bagi para pengusaha mikro di Indonesia. Namun sayangnya
usaha pemerintah ini belum menunjukkan hasil yang maksimal karena masih banyak
pengusaha mikro dan perorangan yang masih dalam posisi sama seperti saat memulai
bisnisnya dan bahkan merasakan kegagalan karena kekurangan modal dan juga
kurangnya pengetahuan bagaimana menjalankan bisnis dengan benar agar bisnisnya
dapat berjalan dan berkembang pesat. Berdasarkan hal ini lah, penulis mencoba meneliti
bagaimana peranan koperasi sebagai salah satu lembaga dimana para start up
entrepreneur dan UMKM dapat menjadikan koperasi sebagai akses modal dan pusat
pengembangan keahlian manajemen bagi UMKM.
KAJIAN PUSTAKA
KOPERASI
Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 koperasi adalah usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas
kekeluargaan. Koperasi didirikan karena adanya anggota dan diperuntukan untuk
mensejahterakan anggotanya. Sebagai salah satu badan hukum yang berazaskan
kekeluargaan koperasi memiliki peranan penting dalam perekonomian bangsa
Indonesia. Peranan koperasi tidak hanya tercantum dalam UU No. 25 tahun 1992
tentang Perkoperasian tetapi juga sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, bersamaan
dengan pergerakan Indonesia saat itu.
Pada saat itu, struktur perekonomian di Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga)
lapisan yaitu: (1) lapisan atas, lapisan perekonomian yang dimiliki oleh bangsa Belanda
222
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
223
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria dibawah ini (UU No. 20 tahun 2008):
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000.- (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000.- (dua milyar lima ratus juta
rupiah)
Usaha menengah merupakan usaha usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung usaha menengah atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta) dan paling banyak Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh milyar) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau hasil penjualan tahunan diatas Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta) dan
paling banyak sebesar Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar) (UU No. 20 tahun
2008)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitan konseptual dimana proses penelitian ini
dijalankan dengan mengembangkan konsep dan teori yang dapat dipertanggung
jawabkan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan data
sekunder.
PEMBAHASAN
Sejak terjadinya krisis ekonomi 1997-1998 terbukti bahwa usaha mikro, kecil
dan menengah mampu membuat ekonomi Indonesia kembali kuat. Oleh karena itu
pemerintah memberikan perhatian khusus bagi para pengusaha mikro, kecil dan
menengah untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Per 31 Desember 2012 data
kementerian UMKM dan koperasi menunjukkan bahwa terdapat 55.856.176 usaha
mikro, 629.418 usaha kecil dan 48.997 usaha menengah. Jumlah ini terus berkembang
selama 10 tahun terakhir. Peningkatan jumlah UMKM yang ada di Indonesia
224
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
keuangan, Koperasi memiliki modal usaha dari modal sendiri yang bersumber dari
anggota berupa simpanan wajib, simpanan pokok, dana cadanagn dan hibah. Selain itu
koperasi juga dapat memiliki modal pinjaman dari anggota, koperasi lain, bank dan
lembaga keuangan lain dan penerbitan obligasi.
Untuk dapat mempermudah para pelaku UMKM mewujudkan harapannya
kepada pemerintah, para pelaku UMKM dapat bergabung menjadi anggota sebuah
koperasi sesuai dengan bidang usahanya sehingga dapat merasakan manfaat dari
keanggotaan koperasi. Melalui koperasi pelaku UMKM dapat mendapatkan bantuan
modal dengan persyaratan ringan, kemudahan memperoleh kredit lunak dan cepat,
bunga yang cenderung stabil. Hal ini karena koperasi merupakan badan usaha yang
didirikan atas dasar kebersamaan dan kekeluargaan. Kemudahann ini diakui oleh
sebagian besar pelaku UMKM yang merasakan manfaat dari pinjaman yang diberikan
koperasi kepada anggotanya. Berdasarkan hasil penelitian Carolina (2013) sebanyak
95% UMKM yang diteliti mengemukakan bahwa pinjaman dari koperasi sangat
bermanfaat bagi keberlangsungang usaha dan kegiatan operasional. Sedangkan sisanya
berpendapat sebaliknya, hal ini dikarenakan tingginya bunga pinjaman yang diberikan
oleh koperasi. Sedangkan dari aspek produktifitas, sebuah UMKM juga tidak mungkin
memiliki produktifitas tinggi tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang handal
dan memiliki kapabilitas.
Dengan memiliki kapabilitas dan kemampuan maka sumber daya manusia
UMKM maka akan mempengaruhi produktifitas individual yang berkecimpund di
UMKM, hal ini juga berimbas pada produktifitas UMKM tersebut. Untuk dapat
meningkatkan produktifitas UMKM maka seorang pelaku UMKM perlu mempelajari
dan memahami bagaimana pengelolaan usaha yang efektif dan efisien. Hal ini
menekankan bahwa SDM yang terdapat pada UMKM memerlukan pengembangan dari
segi kemampuan manajerial, koperasi dapat menyelenggarakan pendidikan dan latihan
manajemen sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia UMKM. Koperasi dapat menyelenggarakan berbagai pelatihan baik
keterampilan maupun pengelolaan manjamen seperti pelatihan dasar manajerial1 dan
berjenjang. Serta melakukan pendampingan terhadap penerapan ilmu manajemen di
UMKM yang bersangkutan. Lemahnya peranan sebagai lembaga pengembangan bisnis
dikarenakan biasanya koperasi tidak fokus dalam melakukan aktifitas pelatihan dan
pengembangan kemampuan dibidang manajemen. Untuk meminimalisir kelemahan
tersebut, koperasi dapat menjadi fasilitator dan penyedia ahli agar para anggotanya
mendapat pelatihan dan pendampingan dalam usahanya. Sebuah penelitian
mengemukakan bahwa 98.33% pelatihan dan pendidikan sangat bermanfaat bagi
peningkatan kemampuan SDM UMKM guna menjalankan bisnisnya. Sedangkan
sisanya yakni 1,67% tidak bermanfaat dan tidak berperan dalam peningkatan
kemampuannya (Carollina, 2013) hal ini menunjukkan bahwa koperasi berperan penting
dalam meningkatkan kemampuan SDM UMKM baik dari segi kemampuan manajerial
maupun operasional.
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa koperasi sebagai badan usaha dan soko guru
perekonomian Indonesia memiliki peranan penting dalam mewujudkan cita-cita
mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi
dapat menyalurkan bantuan modal dengan bunga lunak dan persyaratan yang mudah
tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian. Selain itu koperasi dapat berperan sebagai
lembaga pengembangan bisnis dan pusat keahlian manajemen dengan mengadakan
226
Vol. 1, No. 1 Februari 2015 ISSN : 2442-5532
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Tri Siwi. 2011. Peran Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Dalam
Meminimalkan Resiko Kegagalan Bagi Wirausahaan Baru Pada Tahap Awal
(Start Up). Majalah Ekonomi. Tahun XXI. No. 1. Hal 64-74
Carollina, Monica. Ag. Edi Sutarta. 2013. Peran Credit Union Sebagai Lembaga
Pembiayaan Kredit Mikro. Studi Kasus: UMKM di Desa Tumbang Manggo
Kecamatam Sanaman, Mantikel, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Artikel
I.D.K.R. Ardiana, I.A. Brahmayanti, Subaedi. 2010. Kompetensi SDM UKM dan
Pengaruhnya terhadap Kinerja UKM di Surabaya. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan. Vo. 12. No. 1. Maret. Hal 42-55
Sriyana, Jaya. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) : Studi
Kasus di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo
Dinamis dan Kreatif.
http://www.sindotrijaya.com/news/detail/3910/sektor-umkm-menyerap-973-dari-total-
tenaga-kerja-indonesia#.VOy-TvmUeF8
227