You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah
syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk
ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu
(material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu
yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda
dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika
umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah
pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah
(melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai
Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji
ini.
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan
mengunjungi. Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti
qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara',
haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk
melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud
dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan
Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud
dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal
sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah
tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar
jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
maka dapat di rumuskan permasalahan makalah ini yaitu agar kita bisa
tau tentang haji dan umrah.
1
A. TUJUAN
Adapun tujuan pembentukan makalah ini :
1. Mengetahui apa itu haji dan umrah
2. Cara pelaksanaan haji dan umrah
3. Macam-macam haji
4. Hikmah Ibadah haji dan umrah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. HAJI
1. Pengertian Haji
Dalam bahasa Arab, haji berarti al-qashad, yaitu menyengaja atau
menuju. Dalam istilah syarah , haji berarti menyengaja mengunjungi
kabah untuk melakukan ibadah tertentu (thawaf, sa’i, waquf di Arafah,
dan lainnya). Haji termasuk ibadah yang telah dikenal pada syariat
agama-agama terdahulu sebelum islam. (tafsir ahmad.2009: ) Nabi
Ibrahim dan nabi ismail membangun kabah sebagi rumah ibadah untuk
menyebah Allah semata-mata dan menyeru manusia untuk berhaji ke
bait Allah itu. Orang orang mematuhi seruannya, dating dari berbagai
penjuru dan mempelajari dasar-dasar agama tauhid yang mereka ajarkan.
Menurut para ulama haji berarti mengunjungi ka’bah untuk
beri’badat kepada Allah dengan rukun-rukun tertentu dan beberapa
syarat tertentu serta beberapa kewajibannya dan mengerjakannya pada
waktu tertentu. (Rifa’i, Moh.1978:371)
Ketika islam datang, sebagian besar agama di dunia ini telah dikenal
di Arabia. Namun, masi tersisa sedikat kenagan tentang agama Ibrahim,
terutama mengenai ibadah haji yang memang menonjol pada agama
lama itu. Ibadah ini masih dilaksanakan, tetapi telah banyak bercampur

2
dengan bid’ah dan khurafat. Setelah islam cukup kuat nabi
melakukan haji wada’ (terakhir) pada tahaun ke 10 H, bersama puluhan
ribu
umatnya. Dalam ibadah itu, beliau melakukan perombakan terhadap tata
cara yang waktu itu di kenal dan mengembalikan segala syiar, ketentuan,
dan adab-adabnya kepada bentuk semula sebagi mana yang berlaku di
zaman Ibrahim dan ismail. Umat yang turut berhaji memperhatikan dan
mengikuti secara seksama contoh dan petunjuk yang beliau sampaikan
dalam pelaksanaan haji. Kemudian praktik nabi ini dijadikan pedoman
dalam setiap pelaksanaan ibadah haji selanjutnya.
Haji termasuk rukun islam yang di wajibkan satu kali seumur hidup,
berdasarkan surah Ali-imran ayat 97:

َ ‫ع إَلَ ْي َه‬
‫س َبيال‬ َ ‫طا‬ َ ‫اس َح ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ‫ت َم َن ا ْست‬ َ ‫علَى النه‬
َ َ‫َو َ هّلِل‬
Artinta: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah”(QS: 03: 97).
Dan juga di tegaskan dalam surah Al-Hajj 27:

ٍ ‫ام ٍر يَأْتَينَ َم ْن ُك َِّل فَ ِّجٍ َع َميـ‬


‫ق‬ َ ‫ض‬ َ ُ ‫ـاس بَ ْال َح ِّجَ يَأْت‬
َ ‫وك َر َج ااًل َو‬
َ ‫علَى ُك َِّل‬ َ ‫َوأ َ َذِّ ْن فَي النه‬
Artinya “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang
jauh,” (QS. Al-Hajj [22]; ayat: 27)
2. Cara Pelaksanaan Haji
Dalam pelaksanaan haji, terdapat tiga macam pekerjaan, yaitu fardu,
wajib, dan sunat. Fardu haji berbeda dengan wajib haji. Jika pekerjaan
yang fardu dalam haji tidak dikerjakan, maka hajinya tidah sah,
sedangkan jika wajib haji ditinggalkan, ia dapt diganti dengan dam.
Rukun (fardu) haji ada enam, yaitu ihram, wakuf, thawaf, sa’i,
bercukur, dan tartitib. Sedangkan wajib haji ada lima, yaitu melakukan
ihram dari miqat, melempar jumrah,
3
bermalam di mina, twawaf wada, dan menghindari segala yang di
haramkan dalam ihram. Adapun sunnat
haji, diantaranya melakukan haji ifrat talbiyyah, thawaf qudum
(pembuka), bermalam di muzdalifa, dan salat thawaf dua rakaat.

a. Ihram
Ihram adalah berniat untuk melakukan haji. Melakukan ihram dari
miqat merupakan salah satu dari wajib haji. Miqat itu ada dua macam,
yaitu miqat zamani dan miqat makani. Miqat zamani ibada haji yaitu
nukan syawal , zulkaidah, dan sepuruh hari dari zulhujjah. Ihram untuk
ibada haji tidak sah dilakukan kecuali pada bulan bulan ini(QS. Al-
Baqarah:197). Sedangkan miqat makani adalah tempat-tempat yang di
tentukan untuk melakukan ihram, menurut daerah asal atau arah
datangnya dalam perjalanan ke mekkah.
Dalam setiap melakukan ihram, ada beberapa hal yang sunnat
dilakukan, yaitu madi, menaggalkan pakian berjahit yang sedang
dipakai, memakai sarung, selendang dan sandal, memakai wangi-
wangian pada tubuhnya, melakukan salat dua rakaat dan lain-lain.
Setelah melakukan itu, barulah ihram dengan berniat melakukan haji.
Dan ada beberapa hal yang haram dilakukan dalam berihram, orang
yang melanggarnya dikenakan bayar fidyah.
b. Thawaf
Thawaf (mengelilingi kabah) yang menjadi rukaun haji adalah
thawaf ifadah. Ulama telah bersepakat (ijima) bahwa itulah yang
dimaksudkan dalam ayat dari al-hajj: “Dan hendaknya merekan
melakukan thawaf di sekeliling rumah tua (kabah).”
Selain thawaf ifadah yang menjadi rukun haji ini, ada juga thawaf
qudum (pembuka) dan thawaf wada’(penutup), yang di wajibkan ketikan
hendak meninggalkan kota suci.thwaf ini di lakukan tujuh kali putaran
dengan persyaratan:
1) Menutup aurat
2) Suci dari hadas dan najis, baik dari badan, pakian maupun tempat
3) Menempatkan bait Allah di sebelah kirinya

4
4) Di miulai dari hajar aswad; artinya pada awal thawaf itu badan berada
setengah hajar aswad
5) Dilakukan didalam masjid tetapi diluar bait Allah.
c. Sa’i
sa’i (berlari-lari kecil) antara safa dan marwah termasuk rukun haji.
Rasullulah juga melakukan sa’i. beliau pernah bersabda, “ber-sa’i lah
kamu. Sesungguhnya Allah ta’ala telah mewajibkan sa;i atas kamu.”
Dalam sa’i harus di perhatikan ketentuan-ketentuan berikut.”
a) Sa’i mesti dikerjakan setelah melakukan thawaf, sebagai- mana yang
di contohkan Nabi.
b) Tartib, dimulai shafa. Jabir meriwayatkan bahwa Nabi bersabda,
“kita mulai dari tempat yang Allah mulai dengan- Nya, dan beliau
mulai dasi shafa hingga selesai dari sa’inya di marwa.”
c) Sa’i mesti dilakukan tujuh kali dengan ketentuan bahwa perjalanan
dari safa ke marwah di hitung satu kali, dan berikutnya dari marwah ke
safa pun demikian.
d. Wuquf
Wuquf (tinggal di Arafah), menurut kesepakatan (ijma), termasuk
rukun haji, karena ada sabda nabi: “Haji itu waquf di
Arafah.”Pelaksanaan waquf bagi orang yang sedang melaksanakan
ibadah haji, walaupun sebentar, dan berada di Arafah pada waktu antara
tergelincir matahari pada hari Arafah sampai terbit fajar pada hari idul
Adha.
Untuk pelaksanaan haji, disunatkan melakukan mandi, berwukuf di
tempat wuquf Nabi (jabal Rahman), menghadap ke kiblat, banyak
berdoa untuk dirinya, orangtunya, dan dan sebaginya –misalnya’La
ilaha illa Allah wahdah la syarika lah- mengangkat tangan ketika
berdoa dan berwuquf sejak tergelincir matahari samapi terbenamnya
sebagimana dilakukan nabi.

5
e. Bermalam di muzdalifah
Allah berfirman: “Apabila kamu telah bertolak dari arafah,
berzikirlah kepada Allah di masy’aril Haram. Dan berzikirlah
sebagiman yang di tunjukkan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
Dalam ayat di atas, yang dimaksud masy’aril haram adalah
muzdalifah yang di sebut dengan jam; para ulamam berpendapat tentang
hukum permalaman di Muzdalifah. Al- Auza’i dan beberapa ulama
tabi’in memasukkan sebagai fardu haji, sehingga jika di abaikan akan
mewajibkan qadha pada tahun beriktnya. Mayoritas ulama (jumhur)
mengatakan bahwa bermalam di muzdalifa itu wajib; jika di tinggalkan,
mengharuskan bayar dam. Namun, ada pendapat yang mengatkan bahwa
itu hanya sunnah saja.
Ketika berada di muzdalifah, disunatkan pula mengambil batu-batu
untuk digunakan melempar jumrah pada hari sesudhnya.
f. Melempar jumrah
Melempar jumrah temasuk wajib haji. Pada hari nahr (10 Zulhijjah),
di mina, dilakukan melempar jumrah ‘Aqabah saja dengan tujuh batu.
Sebaliknya, pekerjaan ini delakukan setelah terbit matahari. Bahkan,
Abu hanifah, malik, dan ahmad mengatakan tidak di benarkan melempar
sebelumya. Jabir mengatakan: “Rasulullah melempar jumrah pada hari
nahr pada waktu duha, sedangkan jumrah yang sesudahnya setelah
tergelincir matahari.”
Setiapkali melempar disunatkan mengucakan takbir, setelah selesai
melempar tujuh batu pada jumrah pertama, di sunatkan pula berhenti
beberapa waktu untuk berdoa. Demikian pula dilakukan pada jumrah
kedua.
g. Bercukur
Mayoritas ulama ( jumhur) telah sepakat bahwa bercukur (al-halq)
atau memotong rambut (al-taqsir) termasuk bagian ibadah haji, bahkan
temasuk ssalah satu rukunya menurut pendapat yang kuat dalam
mazhab syafi’i. walaupun hanya dengan memendekkan rambut,
jkewajiban itu telah di penuhi.

6
Namun, mencukurnya lebih baik sebagaimana yang dicontohkan
Nabi. Ketentuan ini berlaku bagi laki-laki; wanita hanya dituntut
memotong rambut mereka, tidak dibenarkan bercukur.
h. Tahallul
Larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan selama berihram,
menjadi halal kembali setelah melakukan tahallul. Tahallul ada dua
tahap. Pertama, dengan melakukan dua dari tiga perbuatan : melemper
jumrah pada hari nahar, bercukur atau memotong rambut dan tahawaf
yang di iringin dengan sa’i bila belum sa’i sebelumnya. Dengan
melakukan dua dari tiga hal ini, perbuatan perbuatan perbuatan yang
dilarang selama ihram itu-seperti mengenakan pakaian berjahit,
menutupkepala atau muka, bercukur atau memotong rambut, memotong
kuku, memakai wangi-wangian, dan berburu di halalkan. Namun, nikah
dan jima’ belum boleh dilakukan, sebab dalam hadis dinyatakan
: “Apabila kamu telah melempar jumrah, maka halallah bagimu
semuanya, kecuali wanita.”
Nikah dan jima’ baru halal kembali setelah tahallul tahap kedua,
yaitu melakukan pekerjaan yang ketiga yang belum dilakukan pada
tahallul pertama. Setelah melakukan tahallul, ia masi wajib melanjutkan
pekerjaan hajinya yang belum selesai, yaitu melempar jumrah dan
bermalam di mina pada hari-hari tasyriq.
i. Bermalam di mina
Dalam sebua hadis dijelaskan bahwa Nabi bermalam di mina selama
hari=hari tasyriq. “dari Aisyah; ia menyarankan bahwa rasulullah
melakukan ifadah, kemudian kembali kemina dan tiggal di sana selama
tiga hari tasyriq. “ berdasarkan hadis ini, para ulama mengatakan bahwa
bermalam dimini termasuk wajib haji. Menurut malik, setiap pelnggaran
satu malam dikenakan kewajiban dam. Menurut syafi’i, setiap
pelanggaran satu malam dikenakan sepertiga dam. Dam ini hanya
berlaku bagi mereka yang tidak bermalam tampaa uzur. Orang-orang
yang mempunyai alas an, seperti para petugas siqayah (pengembala
unta), tidak dikenai dam.

7
j. Tartib
Sebagian ulama mengatakan bahwa tartib termasuk syarat dalam
pelaksanaan haji, tetapi sebagaimana lainnya memandanganya sebagi
rukun. Dalam hal ini tartib berarti melakukan rukun-rukun haji sesuai
dengan urutan yang semestinya. Keharusan tartib ini didasarkan atas
kewajiban mengikuti contoh Nabi seperti dalam sabdanya: Ambillah
(cara pelaksanaan) ibadah haji kamudariku.”
k. Fawat dan ihsar
Bila seorang yang telah ihram tidak melakukan wukuf sampai
terbitnya fajar pada hari nahar, maka hajinya batal; ia mesti bertahallul
dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan umrah saja, thawaf, sa’i dan
bercukur serta wajib mengqadha pada kesempatan berikutnya. Selain
wajib mengqadha ia juga diwajibkan menyembelih binatang korban (al-
hady).
3. Macam-macam haji
Dilihat dari kukumnya, haji terbagi dua, yaitu haji wajib dan haji
sunat. Haji wajib yaitu haji yang dilaksanakan sekali seumur hidup
sebagi rukun islam. Ada juga yang termasuk haji wajib disebabkan oleh
nazar atas dirinya. Sedangkan haji sunat adalah haji yang dilakukan
sebagi tambahan setelah melaksanakan haji wajib.
Menurut cara pelaksanaannya, haji dibagi tiga bagian, yaitu haji
ifrad, hajitamattu dan haji qiran. Para ulama berbeda pendapat mengenai
cara pelaksanaan yang terbaiak dalam pelaksanaan haji. Ahmad
berpendapat bahwa tamattu’ yang lebih baik, sedangkan malik dan
syafi’i mengatakan bahwa ifrad yang lebih baik.
Haji ifrad adalah pelaksanaan haji yang dilaksanakan secar terpisah,
lebih dahulu dari umrah. Setelah pekerjaan haji selesai dilaksanakan
seluruhnya, baru dilakukan umrah dengan ihram kembali dan
dilanjutkan dengan pekerjaan-pekerjaan umrah lainnya. Sedagngkan
haji tamattu’ dilakukan sebaliknya, yakni mendahulukan umrah secara
terpisah dari haji. Jadi, mula-mula ihram dilakukan untuk umrah saja,
kemudian dilanjutkan dengan ihram kembali dan dilanjutkan dengan
pekerjaan-pekerjaan lainnya.

8
Cara inilah yang banyak dijalankan oleh sebagian besar jama’ah
haji, tetapi wajib membayar dam. (rifa’i moh.1978:377)
Qiranartinya melkukan ihram dengan niat haji dan umrah sekaligus,
atau mula-mula melakukan ihram untuk umrah saja, pada bulan-bulan
musim haji, kemudian sebelum thawaf, memasukkan pelaksanaan haji di
dalamnya. Yang melakukan haji dengan cara ini juga wajib membayar
dam, seperti halnya pada orang-orang yang berhaji secara tamttu’.
B. UMRAH
1. Pengertian umrah
Kata ‘umrah, secar etimologis, berasal dari kata al-i’ timar, yang
berarti berziarah. Menurut syara’, umrah adalah melakukan ziarah ke
bait Allah, melakukan thawaf, mengerjakan sa’i dan mencukur atau
menggunting rambut. (tafsir ahmad. 2009: )
Dengan batsan di atas, maka syarat dan rukun serta wajib umrah
sama dengan sebagian yang ada dalam haji. Allh telah menyebut umrah
bersamaan dengan haji dalam surat Al-Baqarah ayat 196:
َ ‫َوأَتَ ُّموا ْال َح هج َو ْالعُ ْم َرة َ َ ه‬
‫ّلِل‬
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena
Allah
Ayat di atas menunjukkan bahwa dua perkara tersebut merupakan
perkara yang wajib untuk dilaksanakan.1 Dan juga berdasarkan ayat ini,
umrah disyariatkan dalam islam. Namun, mengenai hukumnya masi
terdapat perbadaan pendapat.
2. Perbedaan haji dan umrah
Malik dan fuqaha Ahl al-ra’y berpendapat bahwa umrah itu tidak
wajib, melainkan sunat. Mereka mengemukakan dalil dari hadis Nabi:
“Dari Jibril; ia menyatakan bahwa Nabi ditanyakan tentang
umrah: ‘apakah umrah itu wajib?’ beliaw menjawab: tidak’…” (H.R
turmuzi).

9
Syafi’I dan Ahmad berpendapat bahwa umrah sama dengan haji:
wajib dilakukan satu kali seumur hidup. Dalil yang mereka diantaranya
ayatnya di atas; bahwa haji dan umrah disebutkan bersama-sama.
Persyaratan kewajiban umrah sama dengan haji, tetapi
pelaksanaannya dalam hal berikut:
Haji hanya dilakukan pada waktu dan bulan-bulan tertentu, sedangkan
umrah dapat dilakukan setiap waktu sepanjang tahun.
Waquf, yang merupakakn salah satu rukun haji, tidak di kerjakan
dalam pelaksanaan umrah hanya ihram, thawaf, sa’i, bercukur atau
memotong rambut, dan tartib.
C. Hikmah Ibadah Haji Dan Umrah
Dalam pelaksanaan haji banyak terdapat hikmah-hikmah yang dapat
di ambil antaranya:
1. Ibadat haji memberi pelajaran bagi kaum muslimin untuk berkorban,
menyatukan diri dengan ummat islam di seluruh dunia di waktu mereka
berkumpul di tanah suci.
2. Dengan ‘ibadah haji berarti umat islam di perintahkan harus berusaha
dengan giat untuk mencari agar dapat menyempurnakan rukun
agamanya
3. Haji dapt mengumpulkan ummat islam dalam satu aliran dan
pendapat, untuk cita-cita persaudaraandan dapat menciptakan ukhuwwah
islamiyyah
4. Dalam menunaikan haji terdapat dasar-dasar pokok yang mendorong
kearah kewajiban melakukan tugas.

1. file:///G:/Hukum ‘Umrah Menurut Madzhab yang Empat-Blog Abu Furqan.htm

5. Dalam dalam melakukan ibadah haji dilarang orang melakukan


perbuatan yang dapat mengotorkan pribadinya ketika ia menghadap ke
hadirat Allah swt. Misalnya, bermaki-maki, berkelahi, bersetubuh dan
semua sifat yang dapt merendahkan kesucian martabat manusia.

10
1BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ibadat haji memberi pelajaran bagi kaum muslimin untuk berkorban,
menyatukan diri dengan ummat islam di seluruh dunia di waktu mereka
berkumpul di tanah suci. Dengan ‘ibadah haji berarti umat islam di
perintahkan harus berusaha dengan giat untuk mencari agar dapat
menyempurnakan rukun agamanya, dan Haji dapat mengumpulkan
ummat islam dalam satu aliran dan pendapat, untuk cita-cita
persaudaraandan dapat menciptakan ukhuwwah islamiyyah, Dalam
menunaikan haji terdapat dasar-dasar pokok yang mendorong kearah
kewajiban melakukan tugas.
Dengan menunaikan Ibadah Haji kita dapat memperoleh banyak
manfaat, beberapa manfaat ibadah haji adalah :Beribadah semata-mata
untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menghadapkan hati kepada-Nya
dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali
Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah
dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang
menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya. Dan hal ini telah
diisyaratkan dalam firman-Nya.
Artinya : ”Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah
untuk
Ibrahim dengan menyatakan ; "Janganlah engkau menyekutukan Aku
dengan apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf,
beribadah, ruku dan sujud" [Al-Hajj : 26]

11
Daftar Pustaka

Tafsir Ahmad, DR. 2009. Materi Pendidikan PAI. PT Remaja


Rosdakarya: Bandung
Rifa’i, Moh. 1978, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. PT karna toha putra:
Semarang
file:///G:/Hukum ‘Umrah Menurut Madzhab yang Empat-Blog Abu
Furqan.htm

12
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1.ANANDA NABILA
2.KESY SARAHITA
3.SAFRINA AFRIANA
4.SHERINA MONALISA

GURU PEMBIMBING: LIS MAISA S.Pd.I

SMK KESEHATAN ATHALLA PUTRA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..i
Daftar isi …………………………………………………………….ii
Bab 1 : pendahuluan…………………………………………………1
Latar belakang………………………………………...……1
Rumusan masalah………………………………………....1
Tujuan……………………………………………………… 2
Bab2:pembahasan………………………………………………… 2
a.haji……………………………………………………………2
1.Pengertian haji……………………………………………2
2.Cara pelaksanaan haji………………………………… 3
3.Macam macam haji………………………………………8
b. umrah……………………………………………………… 9
1.pengertian umrah……………………………………… 9
2.perbedaan haji dan umrah………………………………9
3.hikmah ibadah haji dan umrah…………………………10
bab 3:penutup………………………………………………………11
kesimpulan…………………………………………………..11
daftar pustaka……………………………………………………….12
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt. yang maha pemurah lagi maha
penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt. Yang telah
melimpahkan hidayah, inayah dan rahmat nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan agama islam yang
berjudul “menyempurnakan agama melalui haji dan umrah” tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan banyak pihak sehingga bisa memudahkan penyusunan nya.
Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dari segi penyusunan bahasa serta aspek aspek nya.kami
sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat
bagi yang membaca.sekian terimakasih.

You might also like