You are on page 1of 21

AGREGAT PLANNING

Disusun oleh :

1. Alimudin (20170510
2. Erin Nuraeni (20170510
3. Vira Nurul Hasanah (20170510289)

MANAJEMEN REGULER 2-G/FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KUNINGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan – peramalan
(forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada
waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud untuk memperkirakan permintaan
akan barang – barang atau jasa perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat
selalu menyesuaikan tingkat produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh
karena itu, perusahaan mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan
bagaimana mereka akan memberi tanggapan terhadap pasar.
Perencanaan agregat (aggregate planning) atau penjadwalan agregat (aggregate
scheduling) berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka
menengah biasanya antara 3-18 bulan ke depan. Digunakannya istilah “agregat” adalah
karena ramalan – ramalan permintaan akan berbagai barang atau jasa individual digabungkan
menjadi unit – unit yang homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strtegi perusahaan
dalam pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah karyawan
dan lain – lain.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap
mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat
ini berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih,
agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan.Hubungannya dengan
manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi ada satu waktu diperlukan barang
persediaan yang relative banyak maka kapasitas produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula
sebaliknya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi perencanaan agregat?
2. Bagaimana strategi penjadwalan agregat pilihan permintaan dan pilihan
kapasitas?
3. Bagaimana metode untuk perencaan agregat : pola produksi?
4. Apa pola produksi bergelombang, konstan dan moderat?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan definisi perencanaan agregat
2. Menjelaskan strategi penjadwalan agregat pilihan permintaan dan pilihan
kapasitas
3. Menjelaskan metode untuk perencaan agregat : pola produksi
4. Menjelaskan pola produksi bergelombang, konstan dan moderat
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Perencanaan Agregat


Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat
adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk
menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga
18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik
untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat
tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, danvariabel lain yang
dapat dikendalikan.
Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang
mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh
karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

Tujuan Perencanaan Agregat


Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk memperoleh
suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada periode perencanaan.
Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting
daripada biaya rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi
permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat
pelayanan yang lebih tinggi. Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan
menghubungkan sasaran strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk
perusahaan jasa, penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal
pekerja.Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:

Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output


Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada
waktu agregat.
Metode untuk menentukan biaya
Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat
dibuat untuk periode perencanaan

Sifat Perencanaan Agregat


Perencanaan agregat menurut istilah agregat berarti mengombinasikan sumber daya
yang sesuai ke dalam jangka waktu keseluruhan. Dengan prediksi permintaan, kapasitas
fasilitas, tingkat persediaan, ukuran tenaga kerja, dan input yang saling berhubungan,
perencana harus memilih tingkat output untuk sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan yang
akan datang. Dalam perencanaan agregat, rencana produksi tidak menguraikan per produk
tetapi menyangkut berapa banyak produk yang akan dihasilkan tanpa mempermasalahkan
jenis dari produk tersebut. Sebagai contoh pada perusahaan pembuat mobil, hanya
memperhitungkan berapa banyak mobil yang akan dibuat, tetapi bukan berapa banyak mobil
dua pintu atau empat pintu atau berapa banyak mobil berwarna merah atau biru.

Hubungan Input dan Output Perencanaan Agregat

Gambar di atas memperlihatkan bahwa dalam membuat rencana agregat untuk


produksi, manajer operasi tidak hanya menerima input mengenai prediksi permintaan dari
bagian pemasaran, tetapi harus pula berhadapan dengan data keuangan, personel (tenaga
kerja), persediaan

kapasitas eksternal (subkontraktor), dan ketersediaan bahan baku/mentah. Didalam sebuah


lingkungan manufaktur, proses untuk menguraikan rencana agregat secara lebih terinci
disebut disagregasi (disagregation). Disagregasi menghasilkan sebuah jadwal produksi induk
(master production schedule),yang menyediakan input bagi system perencanaan kebutuhan
materiall(material requirement planning-MRP system). Master production schedule
menangani pembelian atau produksi komponen yang diperlukan untuk membuat produk
akhir. Jadwal kerja yang terinci bagi orang-orang dan prioritas penjadwalan bagi produk
menghasilkan tahap akhir system perencanaan produksi.

Biaya yang Terlibat Dalam Perencanaan Agregat


Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :

Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)

Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training.
Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga
kerja yang belum berpengalaman.
Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan
produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian
ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-
PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan
yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja
yang akan ditanggungperusahaan.

Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)

Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi


konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya
150% dari biaya kerja regular.Disamping biaya tersebut, adanya lembur akan memperbesar
tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan
mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang
bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila
tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung biaya
menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai
dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.

Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat


tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya
penyimpanan(inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya modal,pajak,
asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas,
kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya
dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan
persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini
pada system MTO(Make to order =Memproduksii berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan
jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock
=Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada
produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan
diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan
dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama
nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.

Subcontract Cost (biaya subkontrak)


Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular,biasanya perusahaan
mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak,
dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri
dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.

Strategi Perencanaan Agregat.


Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan
kapasitas (capacity option) atau disebut strategi perencanaan agregat secara murni (Pure
Strategy) sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap
fluktuasi dalam permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan (demand
option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama
periode perencanaan. Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi,
tingkat tenaga kerja,kapasitas, dan variabel lain yang dapat dikendalikan

Pilihan Kapasitas / Pure Strategy

Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar(produksi) berikut:

1. Mengubah tingkat persediaan


Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah
untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini dipilih, maka
biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan,
pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya
berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika
perusahaan memasuki masa dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi
dapat mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih
panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.

2. Meragamkan jumlah tenaga kerja


Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan.Salah satu cara untuk
memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja
produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru
memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena mereka
menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan
dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong

Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada
saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat
keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan
lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja
secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang
diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan.Pada sisi lain, disaat permintaan
menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan
proses yang sulit.

4. Subkontrak

Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan


subkontrak selama periode permintaan tinggi.Bagaimana pun, subkontrak, memiliki beberapa
kekurangan antaralain :
- Mahal
- Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing
- Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat
mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

5. Penggunaan karyawan paruh waktu

Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak
terampil. Praktik ini umum dilakukan direstoran, toko eceran, dan supermarket.

Pilihan Permintaan

Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :

6. Mempengaruhi permintaan.

Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan


permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan dan
hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan telepon
membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member
diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin.
Bagaimana pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu
mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.

7. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.


Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi tidak
mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan mau
menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan
adalah strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan
pesanan,tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
8. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang
berbeda).Sebuah teknik
pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para pengusaha manufaktur adalah
mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan dari barang counterseasonal.
Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin
pemotong rumput dan penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan
pendekatan ini mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area
keahlian atau target pasar mereka.

Strategi Campuran ( mixed Strategy )


Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan
sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan
permintaan mungkinakan lebih baik

Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan


telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu
digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu membuat rencana agregat
berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas
dalam otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana
ini dapat terdiri dari :

strategi perburuan (chase strategy)

Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap periode
yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat terpenuhi
dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga
kerja dengan merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produks
idengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu,atau subkontrak.

strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy).


Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap samadari periode ke periode.
Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang
seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk menopang
perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan.
Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.
Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Strategi Perencanaan Agregat

Pilihan Keunggulan Kerugian Beberapa Komentar


Mengubah tingkat Perubahan sumber Biaya penyimpanan Diterapkan terutama untuk
persediaan daya manusia terjadi persediaan dapat produksi dan operasi, bukan
secara bertahap atau meningkat. jasa
tidak ada perubahan Kekurangan persediaan
produksi secara tiba- dapat menyebabkan
tiba kehilangan pernjualan

Meragamkan jumlah Menghindari biaya Biaya perekrutan, Digunakan di mana jumlah


tenaga kerja dengan alternative lain PHK, dan pelatihan angkatan kerja besar
merekrut atau mungkin berjumlah
memberhentikan besar.
karyawan
Meragamkan tingkat Menyesuaikan Upah lembur mahal; Memungkinkan fleksibilitas
produksi melalui fluktuasi karyawan lelah; dalam rencana agregat
waktu lembur atau musiman tanpa biaya mungkin tidak dapat
waktu kosong perekrutan / pelatihan memenuhi permintaan
Subkontrak Membolehkan adanya Kehilangan Diterapkan terutama dalam
fleksibilitas dan pengendalian mutu; penentuan produksi
memuluskan output mengurangi
perusahaan keuntungan;
kehilangan bisnis di
masa datang
Menggunakan Lebih murah dan Biaya perputaran Baik untuk pekerjaan yang
karyawan paruh lebih fleksibel karyawan/ pelatihan tidak membutuhkan
waktu daripada karyawan tinggi; sulit membuat keterampilan di wilayah
penuh waktu penjadwalan dengan jumlah tenaga kerja
sementara yg bnyak
Mempengaruhi Mencoba untuk Ketidakpastian Menciptakan ide-ide
permintaan menggunakan permintaan, sulit untuk pemasaran, sering digunakan
kapasitas berlebih; menyesuaikan overbook ( permintaan
diskon menarik permintaan pada melebihi pasokan) dalam
pelanggan baru pasokan ssecara tepat beberapa jenis usaha
Tunggakan pesanan Dapat menghindari Pelanggan harus mau Banyak perusahaan
selama periode lembur, menjaga menunggu, tetapi melakukan tunggakan
permintaan tinggi kapasitas tetap kehendak baik akan pesanan
konstan hilang
Perpaduan produk Sumber daya yang Mungkin Sangat berisiko untuk
dan jasa dimanfaatkan secara membutuhkan keahlian menemukan produk atau jasa
counterseasonal penuh; atau peralatan diluar dengan pola permintaan yang
memungkinkan keahlian perusahaan berlawanan
tenaga kerja stabil
Metode – Metode Perencanaan Agregat.
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregatini tetapi pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Dengan pendekatan Optimasi :


– progamma linier
– aturan HMMS (Linier Decision Rule)
– search Decision Rule, dll

b. Dengan pendekatan Heuristik :


– metode grafik
– metode koefisien manajemen
– metode parametric, dll

Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada prinsipnya semua
metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang
dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.

1 Metode grafik dan diagram (graphical and charting techniques)

Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami dan digunakan. Pada
dasarnya, rencana ini menggunakan beberapa variable secara bersamaan agar perencana
dapat membandingkan permintaan yang diproyeksikan dengan kapasitas yang ada.
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin terciptanya
rencana produksi yang optimal, tetapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat
dilakukan oleh staf yang palingdasar pekerjaannya (karyawan administrasi).

Tahapan dalam metode ini


adalah:
A. A. Tentukan permintaan pada tiap periode.
B. B. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak
untuk tiap periode
C. C. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta
biaya penahanan persediaan.
D. D. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan
tingkatan persediaan.
E. E. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya totalnya.

2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan


Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan
diantaranya:
A. A. Metode Transportasi Dalam Program Linear Jika masalah perencanaan agregat
dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang
diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.

B. B. Linear Decision Rule Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk
mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.

Contoh Perhitungan Metode Grafik dan Diagram


1. Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan.
2. Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata
kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode
– periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan periode-periode
adanya kelebihan barang (inventory).
3. Tentukan strategi yang akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan
kelebihan barang tersebut.
4. Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yang memberikan ongkos
terkecil.

Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini.


Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara
agregat yang dapat diliihat pada Tabel sebagai berikut :

Periode Permintaan Kumulatif Permintaan


1 220 220
2 170 390
3 400 790
4 600 1.390
5 380 1.770
6 200 1.970
7 130 2.100
8 300 2.400

Kecepatan Produksi

Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan


menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa
alternatif yang dapat dilakukan yaitu :
1. Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja

Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah tenagakerja sesuai dengan
kebutuhan. Laju produksi akan sama dengan permintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp
138.000,-

Periode Permintaan Biaya Biaya Biaya Total


Penambahan Pengurangan
Tenaga Kerja Tenaga Kerja
1 220 - - -
2 170 - 500 500
3 400 23.000 - 23.000
4 600 20.000 - 20.000
5 380 - 33.000 33.000
6 200 - 27.000 27.000
7 130 - 10.500 10.500
8 300 17.000 - 17.000
Total 138.000

2. Alternatif 2 : Mengendalikan jumlah persediaan

Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja,maka strategi
yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju rata rata permintaan dan fluktuasi
permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel berikut dan
berdasarkan perhitungan di bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada
periode 5. Karena adanya ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi
mulai dari periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-,

Perio Permint Kumulat Kecepa Kumul Persedi Penyesua Biaya


de aas if tan atif aan ian Persedi
Permint Produk Produk Persedia aan
aan si si an (270
unit)
1 220 220 300 300 80 350 17.500
2 170 390 300 600 210 480 24.000
3 400 790 300 900 110 380 19.000
4 600 1.390 300 .200 -190 80 4.000
5 380 1.770 300 1.500 -270 0 0
6 200 1.970 300 1.800 -170 100 5.000
7 130 2.100 300 2.100 0 240 13.500
8 300 2.400 300 2.400 0 270 13.500
Total 96.500

3. Alternatif 3: Subkontrak

Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum dan sisa permintaan


dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,-

Periode Permintaan Kecepatan Subkontrak Biaya Total


Produksi
1 220 130 90 7.200
2 170 130 40 3.200
3 400 130 270 21.600
4 600 130 470 37.600
5 380 130 250 20.000
6 200 130 70 5.600
7 130 130 0 0
8 300 130 170 13.600
Total 108.300

4. Alternatif 4 : Strategi Hibrid

Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategi murni dengan


kebijaksanaan sebagai berikut :
1. Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan
lembur sebesar 25 % jika permintaan melebihi laju produksi.
2. Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-pengurangan tenaga kerja akan
dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat pada tabel berikut,:

Perio Permint Produ Kebutu Produ Kebutu Biaya Biay Biaya Total
de aan ksi han ksi han persedi a peruba Biay
jam tambah jam jam aan lemb han a
norm an lembu normal ur tenaga
al setelah r + jam kerja
jam lembur
normal
1 220 200 20 50 -30 1.500 1.00 0 2.500
0
2 170 200 -30 - -30 3.000 0 0 3.000
3 400 200 200 50 150 0 1.00 9.000 10.00
0 0
4 60 200 400 50 350 0 1.00 26.000 27.00
0 0
5 380 200 180 50 30 0 1.00 33.000 34.00
0 0
6 200 200 0 - - 0 0 19.500 19.50
0
7 130 200 -70 - -70 3.500 0 0 3.500
8 300 200 100 50 50 1.000 1.00 0 2.000
0
Total 101.5
00

Strategi Biaya Total


Mengendalikan 138.000
jumlah tenaga
kerja
Mengendalikan 96.500
jumlah
persediaan
Subkontrak 108.300
Strategi Hibrid 101.500

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel diatas, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika
dilakukan analisa, alternative 2 yaitu mengendalikan jumlah persediaan ternyata lebih murah
dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga kerja, subkontrak, maupun
strategi hibrid. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat
dilakukan. Walaupun metode grafik tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membantu
sebagai pegangan untuk melakukan operasi harian.

Contoh Perencanaan Agregat Metode Tabular ( model transportasi )

Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu
kasus menggunakan model transportasi dengan data-data :

Permintaan :
Periode 1 2 3 4
Permintaan 500 800 1700 900

Kapasitas :

Pasokan Yang Ada


Periode Jam Normal Jam Lembur Subkontrak

1 700 250 500


2 800 250 500
3 900 250 500
4 500 250 500

Persediaan Awal : 100 unit


Persediaan akhir yang diinginkan : 150 unit
Biaya lembur :Rp 125/unit
Biaya Subkontrak :Rp 150/unit
Biaya jam Normal :Rp 100/unit
Biaya Persediaan :Rp 20/unit/periode

Penyelesaian :

Keterangan :
1. Total Cost : 400(100) + 300 (140) + 800(100) + 250(145) + 900(100) + 250(125) +
500(100) + 350(125)
= 445.750

2. Yang diproduksi adalah :

Periode Rencana Produksi Permintaan


1 700 500
2 1.050 800
3 1.150 1.700
4 1.250 900

Berarti yang diproduksi ≠ ∑ Permintaan


System produksi tidak Back Order sehingga kebutuhan pada periode I tidak mungkin
dipenuhi oleh periode 2.
Jadwal produksi induksinya adalah :
Kwartal I 700 unit
II 1.050 unit
III 1.150 unit
IV 1.250 unit

Pola Produksi
Pola produksi didefinisikan sebagai distribusi jumlah produksi tahunan ke dalam periode
yang lebih pendek dari satu tahun, misalnya caturwulan, triwulan, bulan, atau minggu.

Jenis Pola Produksi

Pada prinsipnya ada tiga macam pola produksi, yakni:

Pola Produksi Konstan, yaitu pola produksi dimana jumlah yang diproduksi setiap periode
yang lebih pendek dari satu tahun selalu sama

Pola Produksi Bergelombang, yaitu pola produksi dimana jumlah produksi untuk setiap
satuan waktu yang lebih pendek dari satu tahun tidak selalu sama. Biasanya mengikuti pola
penjualan.
Pola Produksi Moderat, yaitu pada prinsipnya merupakan pola produksi bergelombang,
namun diusahakan agar gelombang produksi itu tidak terlalu tajam sehingga dapat mendekati
konstan.
Faktor Pertimbangan Memilih Pola Produk

Pola produksi yang dapat melayani permintaan, dan tambahan biaya yang timbul
sehubungan dengan penggunaan pola produksi tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan
biaya yang timbul dari penggunaan pola produksi yang lain disebut sebagai Pola Produksi
Optimal. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pola produksi
yang dapat melayani permintaan dan tambahan biayanya minimum, yaitu:

 Pola Penjualan. Perusahaan berproduksi untuk memenuhi kebutuhan penjualan. Oleh


karena itu, pola penjualan akan mempengaruhi pola produksi.
 Pola Biaya.Yakni pola dari biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan naik-
turunnya volume produksi, antara lain:
 Biaya Perputaran Tenaga Kerja, yakni biaya yang timbul sehubungan dengan
penarikan dan atau pemberhentian tenaga kerja.
 Biaya Simpan, yakni biaya yang timbul sehubungan dengan penyimpanan persediaan.
 Biaya Lembur, yakni biaya yang timbul sehubungan dengan kelebihan jam kerja
karyawan (over time premium cost).
 Biaya Subkontrak, yakni biaya yang timbul sehubungan perusahaan melakukan
pemesanan produk yang sama ke pihak lain.
 Kapasitas Maksimum Perusahaan

Contoh Cara Menentukan/ Memilih Pola Produksi yang Optimal

Di dalam merencanakan pola yang tepat bagi produksi suatu perusahaan dapat
dipergunakan ANALISIS BIAYA TAMBAHAN atau INCREMENTAL COST ANALYSIS.
Masing-masing pola produksi akan terlihat memiliki biaya tambahan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu dapat kita pilih pola produksi yang akan menimbulkan biaya tambahan yang
paling kecil.

CONTOH:

Suatu perusahaan menghadapi pola penjualan sebagai berikut:


Perusahaan akan memenuhi penjualan tersebut dengan salah satu alternatif pola produksi
berikut ini:

Pola produksi konstan pada tingkat 500 unit per triwulan

Pola yang bergelombang dengan mengikuti pola penjualan.

Pola produksi moderat dengan ketentuan bahwa untuk triwulan I dan II berproduksi pada
tingkat 400 unit, dan kemudian pada triwulan III dan IV berproduksi pada tingkat 800 unit.

Informasi lain yang ada dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

Kapasitas maksimum 1000 unit per triwulan

Biaya simpan Rp.100,- per unit per triwulan

Biaya perputaran tenaga kerja sebesar Rp.4000,- untuk setiap kenaikan produksi sebesar 200
unit. Penurunan produksi tidak menimbulkan biaya labor turn over. Sedang biaya subkontrak
sebesar Rp.2.000,- per unit

Upah lembur sebesar Rp.1.000

Pembahasan:

1. ANALISIS INCREMENTAL COST untuk Pola Produksi Konstan

1.1. Pola Produksi Konstan

1.2. Incremental Cost Pola Produksi Konstan


2. ANALISIS INCREMENTAL COST untuk Pola Produksi Bergelombang

2.1. Pola Produksi Bergelombang

2.2. Incremental Cost Pola Produksi Bergelombang

3. ANALISIS INCREMENTAL COST untuk Pola Produksi Moderat

3.1. Pola Produksi Moderat


3.2. Incremental Cost Pola Produksi Moderat

4. Kesimpulan

Pola Produksi Moderat memiliki biaya tambahan yang paling kecil. Karena itu, Pola Produksi
yang dipilih adalah Produksi Moderat.(Hendra Poerwanto G)

DAFTAR PUSTAKA

https://ekayanahidayat.blogspot.com/2013/11/perencanaan-agregat.html

https://sites.google.com/site/operasiproduksi/pola-produksi

You might also like