Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
1. Alimudin (20170510
2. Erin Nuraeni (20170510
3. Vira Nurul Hasanah (20170510289)
UNIVERSITAS KUNINGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan – peramalan
(forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada
waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud untuk memperkirakan permintaan
akan barang – barang atau jasa perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat
selalu menyesuaikan tingkat produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh
karena itu, perusahaan mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan
bagaimana mereka akan memberi tanggapan terhadap pasar.
Perencanaan agregat (aggregate planning) atau penjadwalan agregat (aggregate
scheduling) berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka
menengah biasanya antara 3-18 bulan ke depan. Digunakannya istilah “agregat” adalah
karena ramalan – ramalan permintaan akan berbagai barang atau jasa individual digabungkan
menjadi unit – unit yang homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strtegi perusahaan
dalam pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah karyawan
dan lain – lain.
Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap
mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat
ini berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih,
agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan.Hubungannya dengan
manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi ada satu waktu diperlukan barang
persediaan yang relative banyak maka kapasitas produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula
sebaliknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi perencanaan agregat?
2. Bagaimana strategi penjadwalan agregat pilihan permintaan dan pilihan
kapasitas?
3. Bagaimana metode untuk perencaan agregat : pola produksi?
4. Apa pola produksi bergelombang, konstan dan moderat?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan definisi perencanaan agregat
2. Menjelaskan strategi penjadwalan agregat pilihan permintaan dan pilihan
kapasitas
3. Menjelaskan metode untuk perencaan agregat : pola produksi
4. Menjelaskan pola produksi bergelombang, konstan dan moderat
BAB II
PEMBAHASAN
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training.
Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga
kerja yang belum berpengalaman.
Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan
produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian
ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-
PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan
yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja
yang akan ditanggungperusahaan.
Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja,
mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada
saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat
keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan
lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja
secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang
diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan.Pada sisi lain, disaat permintaan
menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan
proses yang sulit.
4. Subkontrak
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak
terampil. Praktik ini umum dilakukan direstoran, toko eceran, dan supermarket.
Pilihan Permintaan
6. Mempengaruhi permintaan.
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap periode
yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat terpenuhi
dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga
kerja dengan merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produks
idengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu,atau subkontrak.
Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada prinsipnya semua
metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang
dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami dan digunakan. Pada
dasarnya, rencana ini menggunakan beberapa variable secara bersamaan agar perencana
dapat membandingkan permintaan yang diproyeksikan dengan kapasitas yang ada.
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin terciptanya
rencana produksi yang optimal, tetapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat
dilakukan oleh staf yang palingdasar pekerjaannya (karyawan administrasi).
B. B. Linear Decision Rule Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk
mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.
Kecepatan Produksi
Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah tenagakerja sesuai dengan
kebutuhan. Laju produksi akan sama dengan permintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp
138.000,-
Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja,maka strategi
yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju rata rata permintaan dan fluktuasi
permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel berikut dan
berdasarkan perhitungan di bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada
periode 5. Karena adanya ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi
mulai dari periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-,
3. Alternatif 3: Subkontrak
Perio Permint Produ Kebutu Produ Kebutu Biaya Biay Biaya Total
de aan ksi han ksi han persedi a peruba Biay
jam tambah jam jam aan lemb han a
norm an lembu normal ur tenaga
al setelah r + jam kerja
jam lembur
normal
1 220 200 20 50 -30 1.500 1.00 0 2.500
0
2 170 200 -30 - -30 3.000 0 0 3.000
3 400 200 200 50 150 0 1.00 9.000 10.00
0 0
4 60 200 400 50 350 0 1.00 26.000 27.00
0 0
5 380 200 180 50 30 0 1.00 33.000 34.00
0 0
6 200 200 0 - - 0 0 19.500 19.50
0
7 130 200 -70 - -70 3.500 0 0 3.500
8 300 200 100 50 50 1.000 1.00 0 2.000
0
Total 101.5
00
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel diatas, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika
dilakukan analisa, alternative 2 yaitu mengendalikan jumlah persediaan ternyata lebih murah
dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga kerja, subkontrak, maupun
strategi hibrid. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat
dilakukan. Walaupun metode grafik tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membantu
sebagai pegangan untuk melakukan operasi harian.
Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu
kasus menggunakan model transportasi dengan data-data :
Permintaan :
Periode 1 2 3 4
Permintaan 500 800 1700 900
Kapasitas :
Penyelesaian :
Keterangan :
1. Total Cost : 400(100) + 300 (140) + 800(100) + 250(145) + 900(100) + 250(125) +
500(100) + 350(125)
= 445.750
Pola Produksi
Pola produksi didefinisikan sebagai distribusi jumlah produksi tahunan ke dalam periode
yang lebih pendek dari satu tahun, misalnya caturwulan, triwulan, bulan, atau minggu.
Pola Produksi Konstan, yaitu pola produksi dimana jumlah yang diproduksi setiap periode
yang lebih pendek dari satu tahun selalu sama
Pola Produksi Bergelombang, yaitu pola produksi dimana jumlah produksi untuk setiap
satuan waktu yang lebih pendek dari satu tahun tidak selalu sama. Biasanya mengikuti pola
penjualan.
Pola Produksi Moderat, yaitu pada prinsipnya merupakan pola produksi bergelombang,
namun diusahakan agar gelombang produksi itu tidak terlalu tajam sehingga dapat mendekati
konstan.
Faktor Pertimbangan Memilih Pola Produk
Pola produksi yang dapat melayani permintaan, dan tambahan biaya yang timbul
sehubungan dengan penggunaan pola produksi tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan
biaya yang timbul dari penggunaan pola produksi yang lain disebut sebagai Pola Produksi
Optimal. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pola produksi
yang dapat melayani permintaan dan tambahan biayanya minimum, yaitu:
Di dalam merencanakan pola yang tepat bagi produksi suatu perusahaan dapat
dipergunakan ANALISIS BIAYA TAMBAHAN atau INCREMENTAL COST ANALYSIS.
Masing-masing pola produksi akan terlihat memiliki biaya tambahan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu dapat kita pilih pola produksi yang akan menimbulkan biaya tambahan yang
paling kecil.
CONTOH:
Pola produksi moderat dengan ketentuan bahwa untuk triwulan I dan II berproduksi pada
tingkat 400 unit, dan kemudian pada triwulan III dan IV berproduksi pada tingkat 800 unit.
Biaya perputaran tenaga kerja sebesar Rp.4000,- untuk setiap kenaikan produksi sebesar 200
unit. Penurunan produksi tidak menimbulkan biaya labor turn over. Sedang biaya subkontrak
sebesar Rp.2.000,- per unit
Pembahasan:
4. Kesimpulan
Pola Produksi Moderat memiliki biaya tambahan yang paling kecil. Karena itu, Pola Produksi
yang dipilih adalah Produksi Moderat.(Hendra Poerwanto G)
DAFTAR PUSTAKA
https://ekayanahidayat.blogspot.com/2013/11/perencanaan-agregat.html
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/pola-produksi