Professional Documents
Culture Documents
Bila suatu komunikasi telah memiliki maksud dan tujuan yang jelas, langkah berikutnya adalah
memperhatikan audiens yang akan dihadapi. Siapa mereka , bagaimana pemahaman/pengetahuan
mereka, latar belakang usia, pendidikan, jenis kelamin mereka, bagaimana minat mereka, dan apa
yang ingin mereka ketahui?
Mengembangkan suatu profil audiens boleh dikatakan gampang-gampang susah. Gampang, jika
lawan komunikasi adalah seseorang yang sudah dikenal dengan baik. Akan tetapi, semuanya akan
menjadi sulit jika yang menjadi audiens adalah orang-orang yang sama sekali belum dikenal.
Dalam kasus ini, komunikator perlu melakukan investigasi untuk mengantisipasi reaksi mereka.
b) Siapa Audiensnya
Bila audiens yang dituju lebih dari satu orang, komunikator perlu mengidentifikasi siapa
di antara mereka yang memegang posisi kunci/posisi paling penting. Biasanya mereka
yang memegang posisi kunci (penting) adalah mereka yang memiliki status organisasional
tinggi.
c) Reaksi Audiens
Setelah mengetahui siapa yang akan menjadi audiens, perlu diketahui (diantisiapasi) reaksi
yang mungkin dimunculkan oleh audiens tersebut. Jika komposisi audiens adalah orang-
orang yang tidak suka berdebat atau kurang kritis, presentasi sebaiknya disajikan langsung
pada bagian kesimpulan dan saran-saran, karena jika diajak berdiskusi , reaksi mereka
diduga kurang positif.
Kunci komunikasi yang efektif adalah dengan menetukan kebutuhan informasi audiens, dan
selanjutnya berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Ada lima tahap yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan audiens, yaitu:
Beberapa jenis pesan bertujuan memotivasi audiens untuk mau mengubah perilaku mereka. Akan
tetapi, pemberian motivasi ini sering kali mengalami hambatan/kendala. Hal ini disebabkan oleh
adanya kecenderungan dari audiens untuk tidak mau mengubah sesuatu yang ada dengan hal baru.
Bagaimana mengatasi kendala itu? Salah satu caranya adalah dengan mengatur pesan-
pesan sedemikian rupa sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima audiens dengan
mudah.
Pendakatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan argumentasi yang bersifat
rasional. Contoh, jika seorang pemohon pinjaman harus mengurangi jumlah pinjaman yang telah
ada sebelum menambah pinjaman baru yang lebih besar, komunikator dapat menggunakan
argumentasi sebab-akibat untuk menjelaskan bahwa penambahan jumlah pinjaman akan sangat
berbahaya bagi kepercayaan yang telah diberikan sekarang ini.
Meskipun pendekatan dengan menggunakan argumentasi merupakan cara yang baik untuk
menarik audiens, perlu juga untuk mencoba menggunakan pendekatan emosi audiens. Sebagai
contoh, dalam usaha untuk menjual suatu produk, dapat ditekankan kepada calon pembeli bahwa
produk tersebut dapat menimgkatkan status atau gengsi pembeli di mata masyarakat.