You are on page 1of 2

DKI Komulatif

Jenis dermatitis kontak ini paling sering terjadi; nama lain ialah DKI kronis. Penyebebabnya ialah
kontak berulang – ulang dengan iritan lemah (faktor fisis, misalnya gesekan, trauma mikro,
kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan, misalnya deterjen, sabun, pelarut, tanah, bahkan
juga air). DKI kumulatif mungkin terjadi karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan
secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi baru mampu bila bergabung
dengan faktor lain, kelainan baru nyata setelah kontak berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa
bertahun-tahun kemudian, sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor penting.

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan
likenlifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung akibatnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur),
misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen.
Keluhan pederita umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur). Adakalanya kelainan
berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Sehingga
dirasakan berminggu, baru mendapat perhatian.

DKI kumulatif sering berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan di
tangan dibandingkan dibagian lain tubuh. Contoh pekerjaan yang berisiko tinggi untuk DKI kumulatif
yaitu; tukang cuci , kuli bangunan, montir di bengkel , juru masak, tukang kebun, penata rambut.

Reaksi iritan

Reaksi iritan merupakan dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang terpajan dengan pekerjaan
basah, misalnya penata rambut dan pekerjaan logam dalam beberapa bulan pertama pelatihan.
Kelainan kulit monomorof dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, dan erosi. Umumnya dapat
sembuh sendiri, menimbulkan penebalan kulit (skin hardening). Kadang dapat berlanjut menjadi DKI
kumulatif.

DKI traumatik

Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas atau laserasi. Gejala seperti dermatitis
numularis, penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu. Paling sering terjadi di tanggan.

DKI noneritematosa

DKI noneritema merupakan bentuk subklinis DKI, ditandai perubahan fungsi sawar stratum korneum
tanpa disertai kelainan klinis.

DKI subyektif

Juga disebut DKI sensori; kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita merasa seperti sangat (pedih)
atau terbakar (panas) setelah kontak dengan bahan kimia tertentu, misalnya asam laktat.

HISTOPATOLOGIK

Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada DKI akut (oleh iritan
primer), dalam dermis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuclear disekitar pembuluh darah
dermis bagian atas. Eksositosis di epidermis diikuti spongiosis dan edema intrasel, dan akhirnya
terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat kerusakan epidermis dapat menimbulkan vesikel atau
bula. Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan neutrofil.

DIAGNOSIS

Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. DKI akut lebih
mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa
yang terjadi penyebabnya. Sebaiknya, DKI kronis timbul lambat serta mempunyai varisai gambaran
klinis yang luas, sehingga adakalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini
diperlukan uji tempel dengan bahan yang di curigai.

Pengobatan

Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat
mekanik, fisis maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat
dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan tropikal, mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki
kulit yang kering.

Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid, hidrokortison atau
untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat.

Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan
iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan.

PROGNOSIS

Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna, maka
prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifaktor,
juga pada penderita atropi.

You might also like