Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
CASE REPORT
Disusun Oleh:
Azka Auliarahman J510170088
Maharani Eka Saputri J510170080
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
CASE REPORT
Disusun oleh:
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing:
Dipresentasikan dihadapan:
POHON KELUARGA
Kesan: Tidak ada penyakit keluarga yang diturunkan dan riwayat keluarga yang
ditularkan yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan Ibu Pasien
Ibu G1P0A0 hamilsaat usia 21 tahun. Ibu mulai memeriksakan kehamilan ketika
usia kehamilan 1 bulan kemudian kontrol rutin ke bidan untuk memeriksakan
kehamilannya. Hasil USG menyatakan bahwa posisi janin adalah presentasi kepala.
Saat kontrol, ibu mendapatkan vitamin B12, dan obat penambah darah yang selalu
dihabiskan. Selama hamil ibu merasakan mual dan muntah pada awal usia kehamilan.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
Selama hamil ibu merasakan mual, muntah sampai usia kehamilan 16 minggu. Ibu
tidak memiliki riwayat trauma, perdarahan maupun infeksi saat kehamilan.Tekanan
darah ibu selama kontrol dalam kisaran normal yaitu sekitar 120/80 mmHg. Berat
badan naik kurang lebih 10 kg. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat Persalinan Ibu Pasien
Ibu melahirkan anaknya di RSUD Dr. Hardjono S Ponorogo ditolong oleh bidan,
persalinan dilakukan secara spontan atau pervaginam.Umur kehamilan 36 - 37
minggu, bayi lahir dengan berat badan 2700 gram dengan panjang badan 48 cm. Bayi
lahir langsung menangis spontan dan tidak ditemukan adanya kecacatan.
c. Riwayat Pasca Lahir Pasien
Setelah bayi lahir langsung menangis spontan, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, APGAR SCORE 7 – 9, anus (+), tidak ditemukan adanya kecacatan, bayi
mendapat ASI pada hari pertama, BAK dan BAB kurang dari 24 jam.
Kesan: Riwayat ANC, persalinan dan PNC baik.
2. Riwayat Makan
- Umur 0 – 1 bulan 26 hari : ASI.
Kesan: ASI eksklusif sesuai dengan usianya.
3. Perkembangan dan Kepandaian
Motorik Halus Motorik kasar Bahasa Sosial
Kesan: Motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial sesuai usia.
4. Riwayat Vaksinasi
Jenis Usia Tempat Ulangan
Hepatitis B 4 kali 0, 2,3 bulan RS dan puskesmas -
Polio 4 kali 0 2 3bulan RS dan Puskesmas -
Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta, dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Total penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari dirasakan cukup.
b. Lingkungan
Pasien tinggal di rumah bersama Ayah, Ibu, kakek dan nenek dari keluarga ayah
pasien. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Atap rumah
terbuat dari genteng dengan dinding semen, dan lantai rumah terbuat dari keramik
biasa. WC dan kamar mandi menjadi satu, gabung dengan rumah, tempat
penampungan berupa bak yang dibersihkan dua minggu sekali. Udara dan
penerangan cukup, dan dirumah terdapat 5 pintu dan 8 jendela. Jarak antara rumah
dan septic tank adalah sekitar 10 meter. Ayah ataupun tetangga sekitar tidak ada yang
memelihara unggas, dan kandang hewan dekat rumah. Tidak terdapar pabrik
disekitar rumah.
Kesan: Keadaan sosial ekonomi menengah kebawah, dan lingkungan cukup baik.
ANAMNESIS SISTEMIK
- Serebrospinal : Nyeri kepala (-), demam (+), kejang (-), penurunan kesadaran (-)
- Kardiopulmoner : Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna biru (-)
- Respiratorius : Batuk(+), pilek (+), sesak (+)
- Gastrointestinal : Nyeri perut (-), mual (+), muntah (+), kembung (-), BAB (+)
normal, diare (-), konstipasi (-)
- Urogenital : BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)
- Integumentum : Pucat (-), bintik merah (-), kuning ( -)
- Muskuloskeletal : Nyeri otot (-), lemas (-), nyeri sendi (-)
Kesan: Didapatkan gangguan pada sistem serebrospinal, respiratorius, dan
gastrointestinal.
TANDA-TANDA VITAL
- Keadaan umum : Tampak rewel
- Kesadaran : Compos mentis
- Suhu badan : 37.9 o C
- Nadi : 108 x/menit
- Pernapasan : 66 x/menit
- SPO2 : 91 %
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
STATUS GIZI
a. Perhitungan
- Panjang Badan : 49 Cm
- Berat Badan : 3.9 Kg
- Lingkar kepala : 42 cm
- BMI = BB (kg)/ TB (m)2 = kg/m2
= 3.9/(0.49)2
= 16.24
b. Hasil Pengukuran
- Berat badan menurut panjang badan (BB//PB)
Hasil : 0.33 ( median sampai dengan 1SD) normal proporsional
- Berat Badan Menurut Umur (BB//U)
Hasil : 1 (Median sampai dengan 1SD) berat badan sesuai usia (Gizi Baik)
- Panjang Badan Menurut Umur (PB//U)
Hasil : 1.4 (Median sampai dengan 2 SD) tinggi badan normal sesuai umur
- BMI Menurut Umur (BMI//U)
Hasil : 0.9 (median sampai dengan 2SD) Gizi baik
Kesan: Gizi baik dengan perawakan normal proporsional.
PEMERIKSAAN FISIK
- Kulit : Warna pucat (-), ikterik (-), sianosis (-).
- Kepala : Normochepal, rambut warna hitam, lurus, ubun-ubun cekung (-)
- Mata : CA (-/-), SI (-/-), perdarahan sub konjungtiva (-/-)
- Telinga : Telinga lambat kembali (-)
- Hidung : Sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-), septum deviasi (-/-)
- Mulut : Sianosis (-)
- Leher : Simetris, tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa
abnormal
- Thoraks : Simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-), rhonki (+/+), wheezing (-).
- Otot : Tidak didapatkan kelemahan, atrofi, maupun nyeri otot
- Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
- Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Tidak kuat angkat
Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler, bising jantung (-)
Kesan: Pemeriksaan jantung dalam batas normal.
- Pulmonal :
Kanan DEPAN Kiri
Simetris (+), retraksi subcostal (+) Inspeksi Simetris (+), retraksi subcostal (+)
Ketinggalan gerak (-), fremitus Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus
kanan kiri sama (+) kanan kiri sama (+)
SBV (+) , Rhonki (+), wheezing (-) Auskultasi SBV (+), Rhonki (+), wheezing (-)
- Genitalia : Warna kulit coklat, rambut mons pubis (-), tanda-tanda radang (-), penis dan
skrotum dalam batas normal.
Kesan : Pemeriksaan abdomen, hati, limpa, dan genitalia dalam batas normal.
LENGAN TUNGKAI
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus Negatif Negatif Negatif Negatif
Reflek
Biseps(+), triceps (+) Patella (+), achilles (+)
fisiologis
Reflek
Hoffman (-), tromner (-) Babinski (-), chaddock (-), gordon (-)
patologis
Meningeal sign Kaku kuduk (-),brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
Sensibilitas Normal
- Reflek primitif :
Hisap (+), rooting (+), moro (+), menggenggam (+)
Kesan : Akral hangat, meningeal sign negatif, reflek patologis tidak didapatkan,
reflek fisiologis normal, danstatus neurologis dalam batas normal.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 19 Desember 2018
RINGKASAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN LAB
1. Keluhan utama batuk, - Keadaan umum : Tampak Lekosit 10.1
kemudian disertai keluhan rewel Eritrosit 3.53 (L)
lain seperti sesak napas, - Kesadaran : Compos Hemoglobin 11.4
pilek, demam, mual dan mentis Trombosit 400
muntah sebanyak 2 kali. - Suhu badan : 37.9 o C Hematokrit 33.8
Telah dirasakan oleh pasien - Nadi : 108 x/menit Index Eritrosit Nilai
sejak ± 2 hari SMRS. - Pernapasan : 66 x/menit MCV 95.8
2. Keluhan disertai suara napas - SPO2 : 91 % MCH 32.3
grok-grok. MCHC 33.7
3. Sejak 2 hari SMRS pasien RDW – CV 14.8
mengalami demam yang RDW – SD 56.7
cukup tinggi dan turun PDW 17.4
ketika diberi obat penurun MPV 5.3
panas dari bidan, tetapi PCT 0.21
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
a. Aktif
• Anamnesis
- Keluhan utama batuk, kemudian disertai keluhan lain seperti sesak napas,
pilek, demam, mual dan muntah sebanyak 2 kali. Telah dirasakan oleh pasien
sejak ± 2 hari SMRS.
- Keluhan disertai suara napas grok-grok.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
- Sejak 2 hari SMRS pasien mengalami demam yang cukup tinggi dan turun
ketika diberi obat penurun panas dari bidan, tetapi batuk dan sesak napas
belum membaik. Kejang (-), penurunan kesadaran (-).
- Rewel dihari masuk rumah sakit.
- Tanda dehidrasi (-)
- Didapatkan gangguan pada sistem serebrospinal, respiratorius, dan
gastrointestinal.
• Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum: Tampak rewel
- Kesadaran : Compos mentis
- Suhu badan : 37.9 o C
- Nadi : 108 x/menit
- Pernapasan : 66 x/menit
- SPO2 : 91 %
• Pemeriksaan foto thorax
- Didapatkan gambaran diffuse bilateral dengan peningkatan corakan
bronkovaskular
b. Inaktif
- Masalah sosial ekonomi
c. Kemungkinan Penyebab
- Bronkopneumonia
RENCANA PENGELOLAAN
a. Rencana Tindakan
- Nilai dan perbaiki airway, breathing, circulation
- Observasi tanda-tanda vital seperti suhu,pernafasan, nadi /6 jam
b. Rencana penegakan diagnosis
- Pemeriksaan laboratorium cek darah rutin dengan diff count
- Pemeriksaan rontgen thorax
c. Rencana Terapi
- O2 1 lpm
- Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
FOLLOW UP
KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-
Edem palpebra (-/-), napas cuping
hidung(-/-).
- Thorax: Paru : SDV +/+ menurun,
Rbh +/+, Wh -/-, retraksi dinding
dada (+), Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-),
Hepatomegali (-), Asites (-), supel
(+), peristaltic (+) normal.
- Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-)
A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
22-12-2018 S/ P/
Sesak napas (+) masih seperti kemarin, • O2 1 lpm
batuk (+) seperti kemarin, pilek (-), • Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
demam (-), minum (+), BAK (+) normal, • Inj. Lapixim 3 x 100 mg
BAB (+) normal. • Inj. Santagesik 3x 50 mg
• Inj. Cortidex 3 x 2mg
O/ Vital sign: • Nebulizer Salbutamol ½ +
T : 36,4°C NaCl /8jam
HR: 100x/menit • PO :
RR: 34x/menit - Apialys drop 1 x 0.5 ml
SpO2: 99% - Paracetamol 3 x 0.5 ml
BB:3.9 kg (k/p)
KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/-, PKGB -/-,
Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
23-12-2018 S/
P/
Sesak napas (+) berkurang, batuk (+)
• O2 1 lpm
sudah mulai berkurang, pilek (-), demam
• Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
(-), minum (+), BAK (+) normal, BAB (+)
• Inj. Lapixim 3 x 100 mg
normal.
• Inj. Santagesik 3x 50 mg
• Inj. Cortidex 3 x 2mg
O/ Vital sign:
• Nebulizer Salbutamol ½ +
T : 36,8°C
NaCl /8jam
HR: 108x/menit
• PO :
RR: 36x/menit
- Apialys drop 1 x 0.5 ml
SpO2: 99%
- Paracetamol 3 x 0.5 ml
BB: 3.9 Kg
(k/p)
KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,
napas cuping hidung(-), mata
cowong(-), bibir kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+ menurn,
Rbh (+/+), Wh (-/-), retraksi dinding
dada (-), Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-),
hepatomegali (-) asites (-), supel (+).
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
24-12-2018 S/ P/
Sesak napas (-), batuk berdahak (+), pilek • O2 1 lpm
(-), demam (-), minum (+), BAK (+) • Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
normal, BAB (+) normal. • Inj. Lapixim 3 x 100 mg
• Inj. Santagesik 3x 50 mg
O/ Vital sign: • Inj. Cortidex 3 x 2mg
T : 36,3°C • Nebulizer Salbutamol ½ +
HR: 98x/menit NaCl /8jam
RR: 34x/menit • PO :
SpO2 : 99% - Apialys drop 1 x 0.5 ml
BB: 3.9 kg - Paracetamol 3 x 0.5 ml
KU : Sedang, CM. (k/p)
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,
Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+, Rh (-/+),
Wh (-/-), retraksi dinding dada (-),
Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-)
hepatomegali (-), asites (-), supel
(+).
- Ekstemitas: akral dingin (-), sianosis
(-).
A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
25-12-2018 S/ P/
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
HR: 98x/menit • PO :
RR: 20 x/menit - Apialys drop 1 x 0.5 ml
SpO2 : 98% - Paracetamol 3 x 0.5 ml
BB: 3.9 kg (k/p)
KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,
Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+, Rh (-/-),
Wh (-/-), retraksi dinding dada (-),
Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-)
hepatomegali (-), asites (-), supel
(+).
- Ekstemitas: akral dingin (-), sianosis
(-), ADP kuat.
A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
27-12-2018 S/ Boleh Pulang
Sesak napas (-), batuk berdahak (-) - Obat yang dibawa pulang
berkurang, pilek (-), demam (-), minum - Apialys drop 1 x 0.5 ml
(+), BAK (+) normal, BAB (+) normal. - Paracetamol 3 x 0.5 ml
(k/p)
O/ Vital sign: -
T : 36,3°C
HR: 120x/menit
RR: 20 x/menit
SpO2 : 98%
BB:3.9 kg
KU : Baik, CM.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
A. DEFINISI
Gambar 1. Bronkopneumonia
B. EPIDEMIOLOGI
tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika
secara empiris.6
C. ETIOLOGI
Gambar 4. Klebsiella sp
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari
data di Negara maju dapat dilihat di tabel 1.4
Tabel 1. Etiologi Pneumonia
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Streptococcus pneumonie
Virus
CMV
HMV
Influenza Virus
Adenovirus Virus
Influenza
Parainfluenza
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
D. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. 4
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
E. PATOGENESIS
F. GEJALA KLINIS
Riwayat klasik dingin menggigil yang disertai dengan demam tinggi, batuk
dan nyeri dada. Anak sangat gelisah, dispnu, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang
disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik,
tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar mulut dan hidung baru dipikirkan kemungkinan pneumonia. Penyakit ini
sering ditemukan bersamaan dengan konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan
laringitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk dengan nyeri dada.1,3,4,8
G. PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Suhu tubuh ≥ 38,5o C
2. Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
3. Takipneu berdasarkan WHO:
a. Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
b. Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
c. Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
d. Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
4. Pada palpasi ditemukan fremitus vokal menurun.
5. Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
6. Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki
basah halus) yang khas pada anak besar bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan
kadang terdengar juga suara bronkial.4
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit dalam batas
normal. Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara
15.000 – 40.000/mm3 dengan predominan PMN. Kadang-kadang terdapat anemia
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
ringan dan laju endap darah (LED) yang meningkat. Secara umum, hasil
pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara
infeksi virus dan bakteri secara pasti.1,4
2. C-Reactive Protein (CRP)
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus
dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang
digunakan untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik.1,4
Pemeriksaan CRP dan prokalsitonin juga dapat menunjang pemeriksaan
radiologi untuk mengetahui spesifikasi pneumonia karena pneumokokus dengan
nilai CRP ≥ 120 mg/l dan prokalsitonin ≥ 5 ng/ml. 6
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat,dan jarang didapatkan hasil yang positif.
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok,
sekret nasofaring tidak memiliki nilai yang berarti. Diagnosis dikatakan definitif
bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.4
4. Pemeriksaan serologis
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti
antistreptolisin O, streptozim, atau antiDnase B. Uji serologik IgM dan IgG antara
fase akut dan konvalesen pada anak dengan infeksi pneumonia oleh Chlamydia
pneumonia dan Mycoplasma pneumonia memiliki hasil yang memuaskan tetapi
tidak bermakna pada keadaan pneumonia berat yang memerlukan penanganan
yang cepat.4,6
5. Pemeriksaan Rontgen
Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis
utama pneumonia. Tetapi tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat dan timbul gejala klinis
berupa takipneu, batuk, ronki, dan peningkatan suara pernafasan. Kelainan foto
rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
a. Pneumonia berat
a) Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit, Usia 1-5
tahun ≥ 40 x/menit
b) Adanya retraksi
c) Sianosis
d) Anak tidak mau minum
e) Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)
f) Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik
b. Pneumonia
a) Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit, Usia 1-5
tahun ≥ 40 x/menit
b) Adanya retraksi
c) Anak perlu di rawat dan berikan terapi antibiotik
2. Bayi berusia di bawah 2 bulan
Pada bayi berusia dibawah 2 bulan, perjalanan penyakit lebih bervariasi.
Klasifikasi pneumonia pada kelompok usia ini adalah sebagai berikut :
a. Pneumonia
a) Bila ada nafas cepat ≥ 60 x/menit atau sesak nafas
b) Harus dirawat dan diberikan antibiotik
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA
b. Bukan pneumonia
a) Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
b) Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatik
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan antibiotika
Pemberian antibiotika berdasarkan derajat penyakit
a. Pneumonia ringan
- Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari.
Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikan sampai 80-
90 mg/kgBB.
- Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB – sulfametoksazol 20 mg/kgBB)
dibagi dalam 2 dosis sehari selama 5 hari
b. Pneumonia berat
- Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam
- Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam
- Ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari empat kali, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB
sehari sekali
- Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB
sehari sekali
- Pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa
komplikasi, sampai saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi
antibiotik yang optimal
Pemberian antibiotik berdasarkan umur
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
2. Penatalaksaan suportif
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5
x 0,3 x defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah
setiap 4-6 jam. Bila analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal
bikarbonat 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg).
d. Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat
penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan
kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya
penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik
tidak efektif).5
3. Penatalaksanaan bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi
pneumotoraks atau pneumomediastinum.7
K. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC,
Jakarta: 2000. hal: 883-889.
2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 2. EGC, Jakarta: 2006. hal 554.
6. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.
7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6,
Penerbit EGC, Jakarta: 2005, hal: 804.
8. Soeparman, Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta:
1999. hal: 695-705.