You are on page 1of 35

FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

CASE REPORT

SEORANG ANAK LAKI - LAKI USIA 1 BULAN 26 HARI DENGAN


BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh:
Azka Auliarahman J510170088
Maharani Eka Saputri J510170080

Pembimbing:

dr. Sudarmanto, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD DR HARJONO S PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

CASE REPORT

SEORANG ANAK LAKI - LAKI USIA 1 BULAN 26 HARI DENGAN


BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh:

Azka Auliarahman J510170088

Maharani Eka Saputri J510170080

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing:

dr. Sudarmanto, Sp. A (…………………………….)

Dipresentasikan dihadapan:

dr. Sudarmanto, Sp. A (…………………………….)


FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Nama : An. R Ruang : Delima


ANAMNESIS Umur : 1 bulan 26 hari
Kelas : III
Berat Badan : 3.9 kg
Nama Lengkap : An. R Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 30 Oktober 2018 Umur : 1 bulan 26 hari
Nama Ayah : Tn. R Pendidikan Ayah : SMP
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Umur : 23 tahun
Nama Ibu : Ny. D Pendidikan Ibu : SMP
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Umur : 22 tahun
Alamat : Diagnosis Masuk :
Masuk RS tanggal : 19 Desember 2018 Bronkopneumonia
Ko. Asisten : Azka, S. Ked
Dokter yang Merawat : dr. Sudarmanto, Sp. A
Maharani, S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Tanggal 19 desember 2018


KELUHAN UTAMA : Batuk
KELUHAN TAMBAHAN : Sesak napas (+), pilek (+), demam (+), mual dan muntah
(+).
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. Hardjono S Ponorogo diantar oleh keluarganya
dengan keluhan utama batuk, kemudian disertai keluhan lain seperti sesak napas, pilek,
demam, mual dan muntah sebanyak 2 kali. Keluhan tersebut telah dirasakan oleh pasien
sejak ± 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Batuk berdahak dengan sesak napas tersebut
dirasakan secara terus menerus. Selain itu, saat pasien bernapas disertai suara grok-grok.
Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam yang cukup tinggi
dan turun ketika diberi obat penurun panas dari bidan. Setelah minum obat dari bidan,
demam pasien sudah berkurang tetapi batuk dan sesak napas belum membaik.
Kemudian pasien periksa ulang ke dokter spesialis anak dan disarankan untuk mondok
ke Rumah Sakit.
Demam tidak disertai kejang, penurunan kesadaran, mimisan, gusi berdarah,
maupun diare. Pasien sering rewel terutama saat batuk dan sesak napasnya memberat,
pasien masih mau minum ASI, riwayat tersedak sebelum timbul keluhan tersebut
disangkal oleh orang tua pasien, BAB dan BAK pasien dalam batas normal.
Kesan: Batuk berdahak, sesak napas, pilek, demam, mual dan muntah dialami
pada 2 hari SMRS, keluhan disertai suara napas grok-grok.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat ISPA : disangkal
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat TB : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat demam tifoid : disangkal
- Riwayat demam berdarah : disangkal
- Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
- Riwayat kejang demam : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Kesan : Tidak terdapat riwayat penyakit yang berhubungan maupun tidak


berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat TB/minum OAT : disangkal
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
Kesan: Tidak didapatkan riwayat penyakit dalam keluarga yang dapat menular
dan berhubungan dengan keluhan pasien sekarang ini.

POHON KELUARGA

Kesan: Tidak ada penyakit keluarga yang diturunkan dan riwayat keluarga yang
ditularkan yang berhubungan dengan penyakit sekarang.

RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan Ibu Pasien
Ibu G1P0A0 hamilsaat usia 21 tahun. Ibu mulai memeriksakan kehamilan ketika
usia kehamilan 1 bulan kemudian kontrol rutin ke bidan untuk memeriksakan
kehamilannya. Hasil USG menyatakan bahwa posisi janin adalah presentasi kepala.
Saat kontrol, ibu mendapatkan vitamin B12, dan obat penambah darah yang selalu
dihabiskan. Selama hamil ibu merasakan mual dan muntah pada awal usia kehamilan.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Selama hamil ibu merasakan mual, muntah sampai usia kehamilan 16 minggu. Ibu
tidak memiliki riwayat trauma, perdarahan maupun infeksi saat kehamilan.Tekanan
darah ibu selama kontrol dalam kisaran normal yaitu sekitar 120/80 mmHg. Berat
badan naik kurang lebih 10 kg. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat Persalinan Ibu Pasien
Ibu melahirkan anaknya di RSUD Dr. Hardjono S Ponorogo ditolong oleh bidan,
persalinan dilakukan secara spontan atau pervaginam.Umur kehamilan 36 - 37
minggu, bayi lahir dengan berat badan 2700 gram dengan panjang badan 48 cm. Bayi
lahir langsung menangis spontan dan tidak ditemukan adanya kecacatan.
c. Riwayat Pasca Lahir Pasien
Setelah bayi lahir langsung menangis spontan, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, APGAR SCORE 7 – 9, anus (+), tidak ditemukan adanya kecacatan, bayi
mendapat ASI pada hari pertama, BAK dan BAB kurang dari 24 jam.
Kesan: Riwayat ANC, persalinan dan PNC baik.
2. Riwayat Makan
- Umur 0 – 1 bulan 26 hari : ASI.
Kesan: ASI eksklusif sesuai dengan usianya.
3. Perkembangan dan Kepandaian
Motorik Halus Motorik kasar Bahasa Sosial

Dapat mengikuti Mengangkat Bersuara Menatap muka


garis tengah kepala Membalas senyuman

Kesan: Motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial sesuai usia.
4. Riwayat Vaksinasi
Jenis Usia Tempat Ulangan
Hepatitis B 4 kali 0, 2,3 bulan RS dan puskesmas -
Polio 4 kali 0 2 3bulan RS dan Puskesmas -

Kesan: Mendapat vaksinasi sesuai umur menurut PPI.


5. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
a. Sosial Ekonomi
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta, dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Total penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari dirasakan cukup.
b. Lingkungan
Pasien tinggal di rumah bersama Ayah, Ibu, kakek dan nenek dari keluarga ayah
pasien. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Atap rumah
terbuat dari genteng dengan dinding semen, dan lantai rumah terbuat dari keramik
biasa. WC dan kamar mandi menjadi satu, gabung dengan rumah, tempat
penampungan berupa bak yang dibersihkan dua minggu sekali. Udara dan
penerangan cukup, dan dirumah terdapat 5 pintu dan 8 jendela. Jarak antara rumah
dan septic tank adalah sekitar 10 meter. Ayah ataupun tetangga sekitar tidak ada yang
memelihara unggas, dan kandang hewan dekat rumah. Tidak terdapar pabrik
disekitar rumah.
Kesan: Keadaan sosial ekonomi menengah kebawah, dan lingkungan cukup baik.

ANAMNESIS SISTEMIK
- Serebrospinal : Nyeri kepala (-), demam (+), kejang (-), penurunan kesadaran (-)
- Kardiopulmoner : Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna biru (-)
- Respiratorius : Batuk(+), pilek (+), sesak (+)
- Gastrointestinal : Nyeri perut (-), mual (+), muntah (+), kembung (-), BAB (+)
normal, diare (-), konstipasi (-)
- Urogenital : BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)
- Integumentum : Pucat (-), bintik merah (-), kuning ( -)
- Muskuloskeletal : Nyeri otot (-), lemas (-), nyeri sendi (-)
Kesan: Didapatkan gangguan pada sistem serebrospinal, respiratorius, dan
gastrointestinal.

TANDA-TANDA VITAL
- Keadaan umum : Tampak rewel
- Kesadaran : Compos mentis
- Suhu badan : 37.9 o C
- Nadi : 108 x/menit
- Pernapasan : 66 x/menit
- SPO2 : 91 %
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Kesan: Keadaan umum tampak rewel, kesadaran compos mentis dan


hipoksemia.

STATUS GIZI
a. Perhitungan
- Panjang Badan : 49 Cm
- Berat Badan : 3.9 Kg
- Lingkar kepala : 42 cm
- BMI = BB (kg)/ TB (m)2 = kg/m2
= 3.9/(0.49)2
= 16.24
b. Hasil Pengukuran
- Berat badan menurut panjang badan (BB//PB)
Hasil : 0.33 ( median sampai dengan 1SD)  normal proporsional
- Berat Badan Menurut Umur (BB//U)
Hasil : 1 (Median sampai dengan 1SD) berat badan sesuai usia (Gizi Baik)
- Panjang Badan Menurut Umur (PB//U)
Hasil : 1.4 (Median sampai dengan 2 SD) tinggi badan normal sesuai umur
- BMI Menurut Umur (BMI//U)
Hasil : 0.9 (median sampai dengan 2SD)  Gizi baik
Kesan: Gizi baik dengan perawakan normal proporsional.

PEMERIKSAAN FISIK
- Kulit : Warna pucat (-), ikterik (-), sianosis (-).
- Kepala : Normochepal, rambut warna hitam, lurus, ubun-ubun cekung (-)
- Mata : CA (-/-), SI (-/-), perdarahan sub konjungtiva (-/-)
- Telinga : Telinga lambat kembali (-)
- Hidung : Sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-), septum deviasi (-/-)
- Mulut : Sianosis (-)
- Leher : Simetris, tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa
abnormal
- Thoraks : Simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-), rhonki (+/+), wheezing (-).
- Otot : Tidak didapatkan kelemahan, atrofi, maupun nyeri otot
- Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Sendi : Gerakan bebas


Kesan: Terdapat gangguan thoraks pada pasien.

- Jantung :
 Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
 Palpasi : Tidak kuat angkat
 Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler, bising jantung (-)
Kesan: Pemeriksaan jantung dalam batas normal.
- Pulmonal :
Kanan DEPAN Kiri
Simetris (+), retraksi subcostal (+) Inspeksi Simetris (+), retraksi subcostal (+)
Ketinggalan gerak (-), fremitus Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus
kanan kiri sama (+) kanan kiri sama (+)
SBV (+) , Rhonki (+), wheezing (-) Auskultasi SBV (+), Rhonki (+), wheezing (-)

Kanan BELAKANG Kiri


Simetris (+) Inspeksi Simetris (+)
Ketinggalan gerak (-), fremitus Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus
kanan kiri sama (+) kanan kiri sama (+)
SDV (+) menurun, Rhonki (+), Auskultasi SDV (+) menurun, Rhonki (+),
wheezing (-) wheezing (-)

Kesan : Pemeriksaan fisik paru didapatkan adanya retraksi subcostal dextra


dan sinistra, SDV (+) menurun, dan rhonki diseluruh lapang paru.
- Abdomen :
 Inspeksi : Distensi (-), sikatrik (-), purpura (-)
 Auskultasi: Peristaltik (+) normal
 Palpasi: Supel, massa abnormal (-), nyeri tekan (-), turgor kulit menurun (-), undulasi
(-), nyeri tekan (-)
- Hati : Hepatomegali (-)
- Limpa : Splenomegali (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Genitalia : Warna kulit coklat, rambut mons pubis (-), tanda-tanda radang (-), penis dan
skrotum dalam batas normal.
Kesan : Pemeriksaan abdomen, hati, limpa, dan genitalia dalam batas normal.

- Ekstremitas Dan Status Neurologis :


Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-), petekie (-/-), a. dorsalis pedis teraba kuat,
dan CRT < 2 detik.

LENGAN TUNGKAI
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Clonus Negatif Negatif Negatif Negatif
Reflek
Biseps(+), triceps (+) Patella (+), achilles (+)
fisiologis
Reflek
Hoffman (-), tromner (-) Babinski (-), chaddock (-), gordon (-)
patologis
Meningeal sign Kaku kuduk (-),brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)
Sensibilitas Normal

- Reflek primitif :
Hisap (+), rooting (+), moro (+), menggenggam (+)
Kesan : Akral hangat, meningeal sign negatif, reflek patologis tidak didapatkan,
reflek fisiologis normal, danstatus neurologis dalam batas normal.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 19 Desember 2018

Darah Lengkap Nilai Normal


Lekosit 10.1 4.5 – 20.0 103/ uL
Eritrosit 3.53 (L) 3.80 – 6.10 106/ uL
Hemoglobin 11.4 10.0 – 17.0 g/dL
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Trombosit 400 150 – 450 103/ uL


Hematokrit 33.8 29.0 – 54.0
Index Eritrosit Nilai Normal
MCV 95.8 98.0 – 122 fL
MCH 32.3 28.0 – 32.0 pg
MCHC 33.7 31.0 – 35.0 g/dL
RDW – CV 14.8 11.6 – 14.0 %
RDW – SD 56.7 39.0 – 46.0 fl
PDW 17.4 12.0 – 18.0 fl
MPV 5.3 5.0 – 10.0 fl
PCT 0.21 1.08 – 2.82 mL/L
Diff Count Nilai Normal
Lymph% 22.1 11.0 – 49.0%
MO% 32.1 0.0 – 9.0%
NE% 36.7 42.0 – 85.0%
EO% 6.4 (H) 0.0 – 6.0%
BA% 2.7 (H) 0.0 – 2.0%
PEMERIKSAAN FOTO THORAX
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

RINGKASAN
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN LAB
1. Keluhan utama batuk, - Keadaan umum : Tampak Lekosit 10.1
kemudian disertai keluhan rewel Eritrosit 3.53 (L)
lain seperti sesak napas, - Kesadaran : Compos Hemoglobin 11.4
pilek, demam, mual dan mentis Trombosit 400
muntah sebanyak 2 kali. - Suhu badan : 37.9 o C Hematokrit 33.8
Telah dirasakan oleh pasien - Nadi : 108 x/menit Index Eritrosit Nilai
sejak ± 2 hari SMRS. - Pernapasan : 66 x/menit MCV 95.8
2. Keluhan disertai suara napas - SPO2 : 91 % MCH 32.3
grok-grok. MCHC 33.7
3. Sejak 2 hari SMRS pasien RDW – CV 14.8
mengalami demam yang RDW – SD 56.7
cukup tinggi dan turun PDW 17.4
ketika diberi obat penurun MPV 5.3
panas dari bidan, tetapi PCT 0.21
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

batuk dan sesak napas belum Lymph% 22.1


membaik. Kejang (-), MO% 32.1
penurunan kesadaran (-). NE% 36.7
4. Rewel dihari masuk rumah EO% 6.4 (H)
sakit. BA% 2.7 (H)
5. Tanda dehidrasi (-)
6. Tidak didapatkan riwayat
keluarga yang dapat
menular dan berhubungan
dengan keluhan pasien
sekarang ini.
7. Riwayat ANC, persalinan,
PNC baik.
8. ASI eksklusif.
9. Motorik kasar, motorik
halus, bahasa dan personal
sosial sesuai usia.
10. Mendapat vaksinasi sesuai
umur menurut PPI.
11. Keadaan sosial ekonomi
menengah kebawah, dan
lingkungan baik.
12. Didapatkan gangguan
respiratorius.
DAFTAR MASALAH

a. Aktif
• Anamnesis
- Keluhan utama batuk, kemudian disertai keluhan lain seperti sesak napas,
pilek, demam, mual dan muntah sebanyak 2 kali. Telah dirasakan oleh pasien
sejak ± 2 hari SMRS.
- Keluhan disertai suara napas grok-grok.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Sejak 2 hari SMRS pasien mengalami demam yang cukup tinggi dan turun
ketika diberi obat penurun panas dari bidan, tetapi batuk dan sesak napas
belum membaik. Kejang (-), penurunan kesadaran (-).
- Rewel dihari masuk rumah sakit.
- Tanda dehidrasi (-)
- Didapatkan gangguan pada sistem serebrospinal, respiratorius, dan
gastrointestinal.
• Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum: Tampak rewel
- Kesadaran : Compos mentis
- Suhu badan : 37.9 o C
- Nadi : 108 x/menit
- Pernapasan : 66 x/menit
- SPO2 : 91 %
• Pemeriksaan foto thorax
- Didapatkan gambaran diffuse bilateral dengan peningkatan corakan
bronkovaskular
b. Inaktif
- Masalah sosial ekonomi
c. Kemungkinan Penyebab
- Bronkopneumonia

RENCANA PENGELOLAAN

a. Rencana Tindakan
- Nilai dan perbaiki airway, breathing, circulation
- Observasi tanda-tanda vital seperti suhu,pernafasan, nadi /6 jam
b. Rencana penegakan diagnosis
- Pemeriksaan laboratorium cek darah rutin dengan diff count
- Pemeriksaan rontgen thorax
c. Rencana Terapi
- O2 1 lpm
- Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Inj. Lapixim 3 x 100 mg


- Inj. Santagesik 3x 50 mg
- Inj. Cortidex 3 x 2mg
- Nebulizer Salbutamol ½ + NaCl /8jam
- PO :
- Apialys drop 1 x 0.5 ml
- Paracetamol 3 x 0.5 ml (k/p)
d. Rencana Edukasi
- Menjelaskan tentang penyakit pasien pada orangtua
- Jika anak demam diberikan obat penurun panas dan di kompres air hangat
- Menghindari penyebab yang dapat memperberat kondisi pasien termasuk
paparan asap rokok, polusi kendaraan
- Menjelaskan tentang personal hygine dan lingkungan yang baik
- Istirahat yang cukup
- Menjaga kebersihan lingkungan dan makanan
- Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas maupun kuantitas.

FOLLOW UP

TANGGAL SOA PLANNING


21-12-2018 S/ P/
Sesak napas (+), batuk (+), pilek (+), • O2 1 lpm
demam (-), mual (-), makan (-) dan • Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
minum (+), BAK (+) normal, BAB (+) • Inj. Lapixim 3 x 100 mg
normal. • Inj. Santagesik 3x 50 mg
• Inj. Cortidex 3 x 2mg
O/ • Nebulizer Salbutamol ½ +
Vital sign: NaCl /8jam
T: 36,6°C • PO :
HR: 120x/menit - Apialys drop 1 x 0.5 ml
RR: 30x/menit - Paracetamol 3 x 0.5 ml
SpO2: 99% (k/p)
BB : 3.9 kg
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-
Edem palpebra (-/-), napas cuping
hidung(-/-).
- Thorax: Paru : SDV +/+ menurun,
Rbh +/+, Wh -/-, retraksi dinding
dada (+), Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-),
Hepatomegali (-), Asites (-), supel
(+), peristaltic (+) normal.
- Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-)
A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
22-12-2018 S/ P/
Sesak napas (+) masih seperti kemarin, • O2 1 lpm
batuk (+) seperti kemarin, pilek (-), • Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
demam (-), minum (+), BAK (+) normal, • Inj. Lapixim 3 x 100 mg
BAB (+) normal. • Inj. Santagesik 3x 50 mg
• Inj. Cortidex 3 x 2mg
O/ Vital sign: • Nebulizer Salbutamol ½ +
T : 36,4°C NaCl /8jam
HR: 100x/menit • PO :
RR: 34x/menit - Apialys drop 1 x 0.5 ml
SpO2: 99% - Paracetamol 3 x 0.5 ml
BB:3.9 kg (k/p)
KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/-, PKGB -/-,
Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Thorax: Paru : SDV +/+ menurun,


Rbh (+/+), Wh (-/-), retraksi dinding
dada (-), Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-),
hepatomegali (-), asites (-), supel
(+).
- Ekstemitas: Akral dingin (-),
sianosis (-).

A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
23-12-2018 S/
P/
Sesak napas (+) berkurang, batuk (+)
• O2 1 lpm
sudah mulai berkurang, pilek (-), demam
• Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
(-), minum (+), BAK (+) normal, BAB (+)
• Inj. Lapixim 3 x 100 mg
normal.
• Inj. Santagesik 3x 50 mg
• Inj. Cortidex 3 x 2mg
O/ Vital sign:
• Nebulizer Salbutamol ½ +
T : 36,8°C
NaCl /8jam
HR: 108x/menit
• PO :
RR: 36x/menit
- Apialys drop 1 x 0.5 ml
SpO2: 99%
- Paracetamol 3 x 0.5 ml
BB: 3.9 Kg
(k/p)
KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,
napas cuping hidung(-), mata
cowong(-), bibir kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+ menurn,
Rbh (+/+), Wh (-/-), retraksi dinding
dada (-), Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-),
hepatomegali (-) asites (-), supel (+).
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Ekstemitas: akral dingin (-), sianosis


(-).

A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
24-12-2018 S/ P/
Sesak napas (-), batuk berdahak (+), pilek • O2 1 lpm
(-), demam (-), minum (+), BAK (+) • Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
normal, BAB (+) normal. • Inj. Lapixim 3 x 100 mg
• Inj. Santagesik 3x 50 mg
O/ Vital sign: • Inj. Cortidex 3 x 2mg
T : 36,3°C • Nebulizer Salbutamol ½ +
HR: 98x/menit NaCl /8jam
RR: 34x/menit • PO :
SpO2 : 99% - Apialys drop 1 x 0.5 ml
BB: 3.9 kg - Paracetamol 3 x 0.5 ml
KU : Sedang, CM. (k/p)
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,
Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+, Rh (-/+),
Wh (-/-), retraksi dinding dada (-),
Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-)
hepatomegali (-), asites (-), supel
(+).
- Ekstemitas: akral dingin (-), sianosis
(-).

A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
25-12-2018 S/ P/
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Sesak napas (-), batuk berdahak (+) • O2 1 lpm


berkurang, pilek (-), demam (-), minum • Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
(+), BAK (+) normal, BAB (+) normal. • Inj. Lapixim 3 x 100 mg
• Inj. Santagesik 3x 50 mg
O/ Vital sign: • Inj. Cortidex 3 x 2mg
T : 36,3°C • Nebulizer Salbutamol ½ +
HR: 98x/menit NaCl /8jam
RR: 34x/menit • PO :
SpO2 : 99% - Apialys drop 1 x 0.5 ml
BB:3.9 kg - Paracetamol 3 x 0.5 ml
KU : Sedang, CM. (k/p)
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,
Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+, Rh (-/+),
Wh (-/-), retraksi dinding dada (-),
Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-)
hepatomegali (-), asites (-), supel
(+).
- Ekstemitas: akral dingin (-), sianosis
(-).
A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
26-12-2018 S/ P/
Sesak napas (-), batuk berdahak (+) • Inf. D5 ¼ 14 tpm (mikro)
berkurang, pilek (-), demam (-), minum • Inj. Lapixim 3 x 100 mg
(+), BAK (+) normal, BAB (+) normal. • Inj. Santagesik 3x 50 mg
• Inj. Cortidex 3 x 2mg
O/ Vital sign: • Nebulizer Salbutamol ½ +
T : 36,5°C NaCl /8jam
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

HR: 98x/menit • PO :
RR: 20 x/menit - Apialys drop 1 x 0.5 ml
SpO2 : 98% - Paracetamol 3 x 0.5 ml
BB: 3.9 kg (k/p)
KU : Sedang, CM.
- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,
Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+, Rh (-/-),
Wh (-/-), retraksi dinding dada (-),
Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-)
hepatomegali (-), asites (-), supel
(+).
- Ekstemitas: akral dingin (-), sianosis
(-), ADP kuat.

A/Bronkopneumonia
TANGGAL SOA PLANNING
27-12-2018 S/ Boleh Pulang
Sesak napas (-), batuk berdahak (-) - Obat yang dibawa pulang
berkurang, pilek (-), demam (-), minum - Apialys drop 1 x 0.5 ml
(+), BAK (+) normal, BAB (+) normal. - Paracetamol 3 x 0.5 ml
(k/p)
O/ Vital sign: -
T : 36,3°C
HR: 120x/menit
RR: 20 x/menit
SpO2 : 98%
BB:3.9 kg
KU : Baik, CM.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-,


Edem palpebra (-/-),napas cuping
hidung(-), mata cowong(-), bibir
kering(-).
- Thorax: Paru : SDV +/+, Rh (-/-),
Wh (-/-), retraksi dinding dada (-),
Cor : BJ I/II reguler.
- Abdomen: Nyeri tekan (-)
hepatomegali (-), asites (-), supel
(+).
- Ekstemitas: akral dingin (-), sianosis
(-), ADP kuat.
A/Bronkopneumonia
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA

A. DEFINISI

Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses


peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di
alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.7

Gambar 1. Bronkopneumonia
B. EPIDEMIOLOGI

Insidens penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan


kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek
umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat (PK)
atau di dalam rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia nosokomial/ PN). 8
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan
influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang
per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang
dewasa di negara itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10%. Di
Amerika dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%.
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk
mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika
secara empiris.6
C. ETIOLOGI

Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan


tindakan yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan. Patogen penyebab
pneumonia pada anak bervariasi tergantung:
a. Usia
b. Status imunologis
c. Status lingkungan
d. Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
e. Status imunisasi
f. Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi). 4
Usia pasien merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan
pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E.colli, pseudomonas sp, atau
Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita pneumoni sering disebabkan oleh
Streptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A, S. aureus, sedangkan
pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan
infeksi Mycoplasma pneumoniae.

Gambar 2. E.colli Gambar 3. Pseudomonas sp


FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Gambar 4. Klebsiella sp

Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari
data di Negara maju dapat dilihat di tabel 1.4
Tabel 1. Etiologi Pneumonia
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir - 20 hari Bakteri Bakteri

E.colli Bakteri anaerob

Streptococcus grup B Streptococcus grup D

Listeria monocytogenes Haemophillus influenza

Streptococcus pneumonie

Virus

CMV

HMV

3 miggu – 3 Bakteri Bakteri


bulan
Clamydia trachomatis Bordetella pertusis

Streptococcus Haemophillus influenza tipe


pneumonia B

Virus Moraxella catharalis

Adenovirus Staphylococcus aureus

Influenza Virus

Parainfluenza 1,2,3 CMV


FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

4 bulan – 5 Bakteri Bakteri


tahun
Clamydia pneumoniae Haemophillus influenza tipe
B

Mycoplasma pneumonia Moraxella catharalis

Streptococcus Staphylococcus aureus


pneumonia

Virus Neisseria meningitides

Adenovirus Virus

Rinovirus Varisela Zoster

Influenza

Parainfluenza

5 tahun – Bakteri Bakteri


remaja
Clamydia pneumoniae Haemophillus influenza

Mycoplasma pneumonia Legionella sp

Streptococcus Staphylococcus aureus


pneumonia

Virus

Adenovirus

Epstein-Barr

Rinovirus

Varisela zoster

Influenza

Parainfluenza

D. KLASIFIKASI

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan
pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara
klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. 4
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

1. Berdasarkan lokasi lesi di paru:


a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis (bronkopneumoni)
c. Pneumonia interstitialis
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia = CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)

3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab


a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur

4. Berdasarkan karakteristik penyakit


a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal

5. Berdasarkan lama penyakit


a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten

Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Lingkungan dan Pejamu

Tabel 2. Klasifikasi Berdasarkan Lingkungan dan Penjamu

Tipe Klinis Epidemiologi

Pneumonia Komunitas Sporadis atau endemic; muda atau orang tua

Pneumonia Nosokomial Didahului perawatan di RS

Pneumonia Rekurens Terdapat dasar penyakt paru kronik

Pneumonia Aspirasi Alkoholik, usia tua

Pneumonia pada Pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS


gangguan imun
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

E. PATOGENESIS

Istilah pneumonia mencangkup setiap keadaan radang paru dimana beberapa


atau seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Jenis pneumonia yang
umum adalah pneumonia bakterialis yang paling sering disebabkan oleh
pneumokokus. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli, membran paru
mengalami peradangan dan berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah
merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan
demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan
sel-sel, dan infeksi disebarkan oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus. 2

Gambar 5. Gambaran Alveoli pada Pneumonia


Pada keadaan normal, saluran respiratorik mulai dari area sublaring sampai
parenkim paru adalah steril. Saluran napas bawah ini dijaga tetap steril oleh
mekanisme pertahanan bersihan mukosiliar, sekresi imunoglobulin A, dan batuk.
Mekanisme pertahanan imunologik yang membatasi invasi mikroorganisme patogen
adalah makrofag yang terdapat di alveolus dan bronkiolus, IgA sekretori, dan
imunoglobulin lain. 4
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat
fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di


alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan
paru yang tidak terkena akan tetap normal.4
Pneumonia viral biasanya berasal dari penyebaran infeksi di sepanjang jalan
napas atas yang diikuti oleh kerusakan epitel respiratorius, menyebabkan obstruksi
jalan napas akibat bengkak, sekresi abnormal, dan debris seluler. Diameter jalan
napas yang kecil pada bayi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi berat.
Atelektasis, edema interstisial, dan ventilation-perfusion mismatch menyebabkan
hipoksemia yang sering disertai obstruksi jalan napas. Infeksi viral pada traktus
respiratorius juga dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi bakteri sekunder
dengan mengganggu mekanisme pertahanan normal pejamu, mengubah sekresi
normal, dan memodifikasi flora bakterial.4
Ketika infeksi bakteri terjadi pada parenkim paru, proses patologik bervariasi
tergantung organisme yang menginvasi. M. pneumoniae menempel pada epitel
respiratorius, menghambat kerja silier, dan menyebabkan destruksi seluler dan
memicu respons inflamasi di submukosa. Ketika infeksi berlanjut, debris seluler
yang terlepas, sel-sel inflamasi, dan mukus menyebabkan obstruksi jalan napas,
dengan penyebaran infeksi terjadi di sepanjang cabang-cabang bronkial, seperti pada
pneumonia viral. S. pneumoniae menyebabkan edema lokal yang membantu
proliferasi mikroorganisme dan penyebarannya ke bagian paru lain, biasanya
menghasilkan karakteristik sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh
lapangan paru.5,6
Infeksi streptokokus grup A pada saluran napas bawah menyebabkan infeksi
yang lebih difus dengan pneumonia interstisial. Pneumonia lobar tidak lazim. Lesi
terdiri atas nekrosis mukosa trakeobronkial dengan pembentukan ulkus yang
compang-camping dan sejumlah besar eksudat, edema, dan perdarahan terlokalisasi.
Proses ini dapat meluas ke sekat interalveolar dan melibatkan fasa limfatika.
Pneumonia yang disebabkan S.aureus adalah berat dan infeksi dengan cepat
menjelek yang disertai dengan morbiditas yang lama dan mortalitas yang tinggi,
kecuali bila diobati lebih awal. Stafilokokus menyebabkan penggabungan
bronkopneumoni yang sering unilateral atau lebih mencolok pada satu sisi ditandai
adanya daerah nekrosis perdarahan yang luas dan kaverna tidak teratur.1
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

F. GEJALA KLINIS

Riwayat klasik dingin menggigil yang disertai dengan demam tinggi, batuk
dan nyeri dada. Anak sangat gelisah, dispnu, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang
disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik,
tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar mulut dan hidung baru dipikirkan kemungkinan pneumonia. Penyakit ini
sering ditemukan bersamaan dengan konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan
laringitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
dengan lutut tertekuk dengan nyeri dada.1,3,4,8
G. PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Suhu tubuh ≥ 38,5o C
2. Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
3. Takipneu berdasarkan WHO:
a. Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
b. Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
c. Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
d. Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
4. Pada palpasi ditemukan fremitus vokal menurun.
5. Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
6. Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki
basah halus) yang khas pada anak besar bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan
kadang terdengar juga suara bronkial.4
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit dalam batas
normal. Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara
15.000 – 40.000/mm3 dengan predominan PMN. Kadang-kadang terdapat anemia
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

ringan dan laju endap darah (LED) yang meningkat. Secara umum, hasil
pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara
infeksi virus dan bakteri secara pasti.1,4
2. C-Reactive Protein (CRP)
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus
dan infeksi bakteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang
digunakan untuk evaluasi respons terhadap terapi antibiotik.1,4
Pemeriksaan CRP dan prokalsitonin juga dapat menunjang pemeriksaan
radiologi untuk mengetahui spesifikasi pneumonia karena pneumokokus dengan
nilai CRP ≥ 120 mg/l dan prokalsitonin ≥ 5 ng/ml. 6
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat,dan jarang didapatkan hasil yang positif.
Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok,
sekret nasofaring tidak memiliki nilai yang berarti. Diagnosis dikatakan definitif
bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.4
4. Pemeriksaan serologis
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti
antistreptolisin O, streptozim, atau antiDnase B. Uji serologik IgM dan IgG antara
fase akut dan konvalesen pada anak dengan infeksi pneumonia oleh Chlamydia
pneumonia dan Mycoplasma pneumonia memiliki hasil yang memuaskan tetapi
tidak bermakna pada keadaan pneumonia berat yang memerlukan penanganan
yang cepat.4,6
5. Pemeriksaan Rontgen
Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis
utama pneumonia. Tetapi tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat dan timbul gejala klinis
berupa takipneu, batuk, ronki, dan peningkatan suara pernafasan. Kelainan foto
rontgen toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia


hanyalah pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa tambahan posisi
lateral pada foto rontgen toraks tidak meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas
penegakkan diagnosis.1,4,6

Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:

a. Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,


peribronchial cuffing dan overaeriation. Bila berat terjadi pachy
consolidation karena atelektasis.
b. Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris
atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis,
berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor paru disebut
sebagai round pneumonia
c. Bronkopneumoni ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Foto rontgen tidak dapat menentukan jenis infeksi bakteri, atipik, atau virus.
Tetapi gambaran foto rontgen toraks dapat membantu mengarahkan kecenderungan
etiologi. Penebalan peribronkial, infiltrat interstitial merata dan hiperinflasi
cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa konsolidasi
segmen atau lobar, bronkopneumoni dan air bronchogram sangat mungkin
disebabkan oleh bakteri. 4
I. DIAGNOSIS

Diagnosis etiologik berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau


serologis merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri
penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang
memadai. Tidak ada gejala distress pernafasan, takipneu, batuk, ronki, dan
peningkatan suara pernafasan dapat menyingkirkan dugaan pneumonia. Terdapatnya
retraksi epigastrik, interkostal, dan suprasternal merupakan indikasi tingkat
keparahan. Pada bronkopneumoni, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau
beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah


sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat
berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit
menurun.4,6
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia pada balita, upaya
penanggulangannya WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana
yang sederhana. Tujuannya ialah menyederhanakan kriteria diagnosis berdasarkan
gejala klinis yang dapat dideteksi, menetapkan klasifikasi penyakit, dan menentukan
penatalaksanaan. Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan-5 tahun adalah tidak dapat
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, demam, atau menggigil. 4
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman tersebut.

1. Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun :

a. Pneumonia berat
a) Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit, Usia 1-5
tahun ≥ 40 x/menit
b) Adanya retraksi
c) Sianosis
d) Anak tidak mau minum
e) Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)
f) Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik
b. Pneumonia
a) Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50 x/menit, Usia 1-5
tahun ≥ 40 x/menit
b) Adanya retraksi
c) Anak perlu di rawat dan berikan terapi antibiotik
2. Bayi berusia di bawah 2 bulan
Pada bayi berusia dibawah 2 bulan, perjalanan penyakit lebih bervariasi.
Klasifikasi pneumonia pada kelompok usia ini adalah sebagai berikut :

a. Pneumonia
a) Bila ada nafas cepat ≥ 60 x/menit atau sesak nafas
b) Harus dirawat dan diberikan antibiotik
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

b. Bukan pneumonia
a) Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
b) Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatik
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan antibiotika
Pemberian antibiotika berdasarkan derajat penyakit

a. Pneumonia ringan
- Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari selama 3 hari.
Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikan sampai 80-
90 mg/kgBB.
- Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB – sulfametoksazol 20 mg/kgBB)
dibagi dalam 2 dosis sehari selama 5 hari
b. Pneumonia berat
- Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam
- Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam
- Ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari empat kali, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB
sehari sekali
- Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam, dan gentamisin 7,5 mg/kgBB
sehari sekali
- Pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa
komplikasi, sampai saat ini tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi
antibiotik yang optimal
Pemberian antibiotik berdasarkan umur

a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :


- ampicillin + aminoglikosid
- amoksisillin-asam klavulanat
- amoksisillin + aminoglikosid
- sefalosporin generasi ke-3
b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
- beta laktam amoksisillin
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
2. Penatalaksaan suportif

a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena dengan dosis awal 0,5
x 0,3 x defisit basa x BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah
setiap 4-6 jam. Bila analisis gas darah tidak bisa dilakukan maka dosis awal
bikarbonat 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg).
d. Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat
penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam  ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan
kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya
penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik
tidak efektif).5
3. Penatalaksanaan bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi
pneumotoraks atau pneumomediastinum.7
K. PROGNOSIS

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat


diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.1
FAKULTAS KEDOKTERAN NO RM : 4 1 9 2 3 x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 0
SURAKARTA

ILMU KESEHATAN ANAK

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Bagian II. Edisi 15. EGC,
Jakarta: 2000. hal: 883-889.

2. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 2. EGC, Jakarta: 2006. hal 554.

3. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran


UI, Jakarta: 2000. hal 465.

4. Pedoman Diagnosis dan Terapi Kesehatan Anak, UNPAD, Bandung: 2005.

5. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru


Indonesia. Bandung: 2005.

6. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2010.

7. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6,
Penerbit EGC, Jakarta: 2005, hal: 804.

8. Soeparman, Waspadji S. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta:
1999. hal: 695-705.

You might also like