You are on page 1of 11

4/15/2019 Idda.

Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH

More Create Blog Sign In

Monggo . Baca blog kula

▼ 2016 (23)

► Mei (5)

► April (1)

► Maret (2)

▼ Februari (15)

TERJEMAH QAWA'IDUL I'LAL ILMU SHOROF ( Terjemah Matan Tuhfatul Athfal Wal AMTSILAH
LENGKAP) ghilman TASRIFIYAH

KHARIDATUL terjemah qawa'id ringkasan syu'bal ringkasan kitab awamil nadzom syu'bal
BAHIYAH i'rab iman jurjani iman

nadzomm ala qami'ut aqidatul nadzom tambihul terjemah


imrity l tughyan awam ala la muta'allim alfiyah
a

Jumat, 05 Februari 2016 Labele blog kula


referensi (4)
AMTSILAH TASRIFIYAH
SEBATAS KENANGAN (4)

terjemahan (15)

AMTSILAH TASRIFIYAH
PENDAHULUAN
Tulisan ini saya dedikasikan terutama untuk saya sendiri agar supaya Idda.Royani
pengetahuan saya tentang ilmu tata bahasa dan gramatika arab yang pernah
saya pelajari dulu dipesantren dapat saya ingat-ingat kembali sehingga tidak
Monggo . Baca blog kula
mudah untuk dilupakan dengan mempraktekkannya, begitu juga bagi siapa
saja yang berkeinginan untuk mempelajari kaidah shorof secara khusus untuk
memperkuat pengetahuannya tentang bahasa arab , saya mengijinkan tanpa
syarat untuk menelaah tulisan ini, tak lupa pula kritik dan saran senantiasa Tentang Kula
saya harapkan dari siapa saja yang berkesempatan membaca keterangan
RAYYAN WEH
yang saya tulis ini, karena saya juga hanyalah manusia biasa yang tentu
singaraja, Indonesia
membutuhkan koreksi dari orang yang barangkali lebih mumpuni dalam
bidang ini. Hidup itu pilihan.........

Pertama perlu saya tegaskan bahwa standar saya dalam menulis Lihat profil lengkapku
keterangan tentang kaidah shorof ini adalah sebuah kitab/buku kecil dan tipis
tapi kaya akan dasar ilmu tata bahasa arab yang menampilkan contoh-contoh
kiyasan tashrîf dalam bentuk seperti tabel yaitu kitab Amtsilatut tashrif Postingan Postingan
karangan seorang ulama Indonesia yang terkemuka pasa masanya iaitu
syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali yang berdomisili di Kewaron Jombang Mei 2016 (5)
Jatim, kitab karangan beliau ini telah tersebar luas dipesantren-pesantren di
April 2016 (1)
pulau jawa dan beberapa daerah diluar jawa, bisa didapatkan ditoko-toko
buku kurikulum pelajaran pesantren. Maret 2016 (2)
Demikian agar diperhatikan sebelumnya bagi siapa saja yang hendak
Februari 2016 (15)
mempelajarinya terlebih dahulu saya sarankan untuk membeli bukunya
untuk dijadikan panduan.
Sebelum mempelajari suatu bidang ilmu terlebih dahulu harus
diketahui defenisi ilmu tersebut beserta cakupan-cakupannya, dalam hal ini
ilmu Tashrif atau yang biasa disebut dengan ilmu Shorof.
Tashrif secara etimologi berarti perubahan, pengalihan atau penggunaan,
sedangkan secara istilah Tashrif adalah suatu bidang ilmu yang membahas
tentang bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa arab serta penjelasan huruf-
hurufnya, asli, tambahan, pembuangan dan sebagainya.

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 1/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH
Buku Amtsilatut tashrif yang ditulis oleh syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali
merupakan jadwal dan contoh-contoh kalimat bahasa arab yang telah jadi
setelah proses penambahan atau pengurangan yang sesuai dengan kaidah
Shorof baku, contoh-contoh tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu Tashrif
istilahi yang menampilkan wazan-wazan/contoh kalimat isim dan kalimat fi’il
qiyasan (qiyasî) serta perubahan bentuk kalimatnya setelah ditambahi dan
dikurangi, dan Tashrîf lughowî yang menampilkan bentuk-bentuk kalimat
isim ataupun fi’il ditinjau dari dlomir (makna yang tersimpan) yang
terkandung didalamnya, mengenahi ilmu yang menjelaskan tentang proses
penambahan dan pengurangan huruf dalam kalimat dinamakan dengan ilmu
I’lâl.

kalimat
Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:

1. kalimat isim yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya


dan tidak mempunyai waktu/masa seperti ‫ﻧﺎﺻﺮ‬/‫( زﯾﺪ‬zaid/penolong)
2. kalimat fi’il yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya
dan mempunyai masa seperti ‫( ﻧﺼﺮ‬telah menolong)
3. kalimat huruf yaitu kalimat yang hanya bisa bermakna apa bila
ْ ,‫( ھﻞ‬apakah, apa bila)
disambungkan dengan kalimat lain seperti ‫إن‬

pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa dilihat di


kitab nahwu atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf
dalam Tashrif istilâhî sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping
adalah sebagai berikut:

a. Fi’il madly ialah kalimat yang menunjukkan zaman madly/masa lampau


(past tense), hukumnya adalah mabnî fathah (tercetak dalam bentuk
berharkat fathah huruf akhirnya) kecuali apa bila bersambung dengan
dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai dari jama’ mu’annats
ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî hal. 36)
maka harus disukunkan huruf akhirnya seperti ‫ َﻧﺼﺮ‬mejadi ‫َﻧﺼﺮْ ن‬, atau
bila bertemu dengan wau jama’ maka harus dibaca dlommah huruf
akhirnya seperti ‫ َﻧﺼﺮ‬menjadi ‫اﻧﺼﺮُو‬
b. Fi’il mudlôri’ ialah kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau
mustaqbal/saat ini atau akan datang (present continues tense),
hukumnya adalah mabni dlommah kecuali apa bila kemasukan âmil
nashob (kalimat yang menuntut nashob) maka harus dibaca fathah
huruf akhirnya seperti ‫ ُﯾﻨﺼﺮ‬menjadi ‫أن ﯾﻨﺼﺮ‬ ْ َ atau âmil jazm (kalimat
yang menuntut jazm) maka harus dibaca sukun huruf akhirnya seperti
‫ ﯾﻨﺼ ُﺮ‬menjadi ‫ْﻟﻢ ﯾﻨﺼﺮ‬
c. Mashdar ghoiru mîm ialah kalimat isim yang terletak pada urutan
ketiga dalam tashrifan fi’il yang tidak diawali dengan huruf mîm dan
bermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob (harkat huruf terakhirnya
bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya), dan samâ’î (bentuk
lafadznya tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, akan tetapi
disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab)
seperti ‫ ﺿﺮﺑﺖ زﯾﺪا ﺑﻀﺮب ﺧﻔﯿﻒ‬,‫ ﺿﺮﺑﺖ زﯾﺪا ﺿﺮﺑﺎ ﺷﺪﯾﺪا‬,‫ھﺬا ﺿﺮب ﺧﻔﯿﻒ‬
d.   Mashdar mîm atau Isim mashdar ialah isim mu’rob yang diawali
dengan huruf mîm dan beermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob
dan qiyasî (bentuk lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof) seperti
‫ ﻣﻨﺼﺮ‬,‫ ﻣﻘﺎم‬dari fi’il madly ‫ ﻧﺼﺮ‬,‫ﻗﺎم‬
e. Isim dlomîr ialah isim yang tidak dapat dijadikan awalan dan tidak
dapat terletak setelah ‫ إﻻ‬secara ikhtiyar (bila jatuh setelah illâ maka
dikategorikan jarang) seperti contoh ‫ أﺣﺐ اﻟﻨﺎس إﻻك‬hukumnya adalah
mabnî
f. Isim fâ’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang disebut setelah fi’ilnya, isim
fâ’il ada dua: fâ’il isim dhohir seperti  ‫ ﺟﺎء زﯾﺪ‬dan fâ’il isim dlomîr seperti
‫ ﺟﺎء ھﻮ‬, hukumnya adalah mabnî dlommah, isim fa’il ini menunjukkan
pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut
dengan subjek
g.  Isim isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat, hukumnya
adalah mabnî seperti ‫ھﺬا زﯾﺪ‬
h. Isim maf’ûl ialah isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il, isim
maf’ûl juga ada dua sebagaimana isim fâ’il seperti ‫ اﺿﺮﺑﺖ زﯾﺪ‬dan ‫ﺿﺮﺑﺘﮫ‬,
hukumnya adalah mabnî fathah, isim maf’ûl ini menunjukkan pada

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 2/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH
makna kejadian dan orang/sesuatu yang menjadi objek kejadian
tersebut.
i. Fi’il amar ialah fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada
zaman mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat
ُ ‫ ﯾﻨ‬menjadi ْ‫ْ اﻧﺼُﺮ‬hukumnya adalah mabnî
‘ain fi’il mudlôri’nya, seperti ‫ﺼ ُﺮ‬
sukun
j. Fi’il nahî ialah fi’il yang menunjukkan makna larangan yang harkat ‘ain
fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti ‫ ْﻻ ﺗﻨﺼُﺮ‬dari
mudlôri’ ‫ ُﯾﻨﺼُﺮ‬, hukumnya adalah mabnî sukun
k. Isim zamân dan Isim makân ialah isim yang menunjukkan makna
masa/waktu atau makna tempat, dua isim ini bentuk wazannya sama
akan tetapi maknanya bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya
adalah mu’rob, seperti contoh ‫( ﺟﺮى اﻟﻤﺂء ﻣﺠﺮاه‬air mengalir ditempat
mengalirnya) dan ‫( ﺿﺮﺑﺖ زﯾﺪا ﻋﻨﺪ اﻟﻤﻈﮭﺮ‬aku memukul zaid pada waktu
dzuhur)
l. Isim âlat ialah isim yang menunjukkan makna alat seperti ‫( ﻣﻔﺘﺎح‬kunci),
hukumnya adalah mu’rob.

Keterangan; perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î dan
seterusnya adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim fa’il dibaca kasroh
‘ain fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca fathah ‘ain fi’ilnya. pemakaian isim
zaman, isim makan dan isim alat tidak semuanya berlaku dalam percakapan
melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.

Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat ada 13 macam, berikut keterangannya:

1. binâ’/bentuk kalimat shohîh, adalah bentuk kalimat yang fa’ fi’il/huruf


pertama, ‘ain fi’il/huruf kedua dan lam fi’il/huruf ketiganya (dengan
menjadikan lafadz ‫ ﻓﻌل‬sebagai wazan/contoh perbandingan) tidak terdiri
dari huruf ‘illat/penyakit yaitu alif, wau dan yâ’ seperti ‫ﻧﺼﺮ‬
2. binâ’ mudlo’âf adalah kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya terdiri dari
dua jenis huruf yang sama seperti ‫ ﻣد‬asalnya ‫ﻣدد‬
3. binâ’ mitsâl wâwî adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf wau,
seperti ‫وﻋد‬
4. binâ’ mitsâl yâ-î adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’
seperti ‫ﯾﺴﺮ‬
5. binâ’ ajwâf wawî adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari huruf wau
seperti ‫ ﺻﺎن‬asalnya ‫ﺻﻮن‬
6. binâ’ ajwâf yâ-î adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’
seperti ‫ ﺳﺎر‬asalnya ‫ﺳﯿﺮ‬
7. binâ’ nâqish wawî adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf
wau seperti ‫ ﻏﺰا‬asalnya ‫ﻏﺰو‬
8. binâ’ nâqish yâ-î adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’
seperti ‫ ﺳﺮى‬asalnya ‫ﺳﺮي‬

9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah kalimat yang fa’ fi’il, ‘ain
   fi’il atau lâm fi’ilnya terdiri dari huruf hamzah seperti ‫ ﻓﺂء‬,‫ وأد‬,‫أدم‬
12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang     
berkumpul/tidak terpisah seperti ‫ﺷﻮى‬
13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang
terpisah seperti ‫وﻗﻰ‬

Tashrîf Istilâhî
hal. 2 ; (Kalimat yang sebangsa 3 huruf dan sepi dari tambahan)
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim
dalam bahasa arab paling sedikinya terdiri dari tiga huruf dan paling banyak
adalah 7 huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan mudlori’ dari fi’il
tsulâtsî (kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf) bila ditinjau dari harkat ‘ain
fi’ilnya ada enam bab dan tidak ada yang selain yanag enam ini, yaitu;
a. fathah-dlommah seperti ‫ﯾﻨﺼُﺮ‬-‫ﺼﺮ‬ َ ‫ﻧ‬
b. fathah-kasroh seperti ‫ﯾﻀﺮب‬-‫ب‬
ِ ‫ﺮ‬
َ‫ﺿ‬
c. fathah-fathah seperti ‫ﯾﻔﺘَﺢ‬-‫ﻓﺘَﺢ‬
d. kasroh-fathah seperti ‫ﯾﻌﻠَﻢ‬-‫ﻋﻠِﻢ‬
e. dlommah-dlommah seperti ‫ﯾﺤﺴُﻦ‬-‫ﺣﺴُﻦ‬
f. kasroh-kasroh seperti ‫ﯾﺤﺴﺐ‬-‫ﺐ‬ِ ‫ﺣﺴ‬
ِ

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 3/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel  kedalam
bahasa Indonesia yang diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain fi’il
madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk pembagian
kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.

Bab 1;
‫ﻧﺼﺮ‬ Menolong
‫ﻣﺪ‬ memanjangkan
‫ﺻﺎن‬ Menjaga
‫ﻏﺰا‬ memerangi
‫أﻣﻞ‬ Berangan
Bab 2;
‫ﺿﺮب‬ Memukul
‫ﻓﺮ‬ melarikan diri
‫وﻋﺪ‬ Berjanji
‫ﯾﺴﺮ‬ Gampang
‫ﺳﺎر‬ Berjalan
‫ﺳﺮى‬ berjalan dimalam hari
‫وﻗﻰ‬ Menjaga
‫ﺷﻮى‬ memanggang
‫أدم‬ membumbui
‫وأد‬ mengubur hidup-hidup
‫ﻓﺂء‬ Kembali
Bab 3;
‫ﻓﻌﻞ‬ mengerjakan
‫ﻓﺘﺢ‬ Membuka
‫وﺿﻊ‬ meletakkan
‫ﯾﻔﻊ‬ mendekati baligh
‫ﻧﺄى‬ Jauh
‫ﻧﺸﺄ‬ Tumbuh
‫رأى‬ Melihat
Bab 4;
‫ﻋﻠﻢ‬ mengetahui
‫ﻋﺾ‬ menggigit
‫وﺟﻞ‬ merasa takut
‫ﯾﺒﺲ‬ Kering
‫ﺧﺎف‬ Takut
‫ھﺎب‬ takut pada/menghormati
‫رﺿﻲ‬ Rela
‫ﺧﺸﻲ‬ takut/malu
‫وﺟﻲ‬ berjalan dg telanjang kaki
‫ﻗﻮي‬ Kuat
‫روي‬ puas dg minum
‫أﺛﻢ‬ Berdosa
‫ﺑﺌﺲ‬ Celaka
‫ﺑﺮئ‬ Bebas
Bab 5;
‫ﺣﺴﻦ‬ Baik
‫ﺿﺨﻢ‬ besar (bentuk/tubuh)
‫ﺟﻨﺐ‬ keluar air maninya
‫ﺷﺠﻊ‬ Berani
‫ﺟﺒﻦ‬ lemah hatinya
‫وﺟﮫ‬ menjadi orang kaya
‫ﯾﻤﻦ‬ Beruntung
‫طﺎل‬ Panjang
‫ﺳﺮو‬ mulia serta dermawan
‫أدب‬ Sopan
‫ﻟﺆم‬ rendah/hina
‫ﺑﻄﺆ‬ Lambat
‫وﻗﺮ‬ Tenang
‫ﻧﺠﺲ‬ Najis
Bab 6;

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 4/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH

‫ﺣﺴﺐ‬ menyangka
‫وﻣﻖ‬ Mencintai

Hal 8; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan)


            Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya memang
tersusun dari empat huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali  setelah
dikiyas tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya ada satu bentuk yakni satu bab,
dibawah ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam bentuk fi’il madly :

‫دﺣﺮج‬ menggelincirkan
‫طﺄطﺄ‬ menundukkan/menganggukkan kepala
‫ﺗﺮﺟﻢ‬ menterjemahkan
‫وﺳﻮس‬ menggoda/mewaswaskan
‫ﻗﻠﻘﻞ‬ menggerakkan
‫ﻓﻠﻔﻞ‬ membubuhi lada
‫ﺑﺴﻤﻞ‬ mengucapkan "bismillah"
‫ﺳﺒﺤﻞ‬ mengucapkan "subhanallah"
‫ﺣﻤﺪل‬ mengucapkan "alhamdulillah"
‫ھﯿﻠﻞ‬ mengucapkan "la ilaha illa Allah"
‫ﺣﻮﻗﻞ‬ mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"

Hal 10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan
yang disamakan dengan fi’il rubâ’î mujarrod)
            Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya dihalaman
8, dan ada yang dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î mujarrod  meski sama-
sama mujarrod (sepi dari tambahan) yaitu yang biasa disebut fi’il rubâ’î
mulhaq (disamakan), demikian itu dikarenakan asal pengambilan bentuk fi’il
rubâ’î mulhaq adalah dari suku kata mashdar fi’il tsulâtsî atau isim jâmid
(menurut ulama’ kufah semua mashdar adalah jamid yakni tidak terbentuk
dengan kiyas tashrîf, karena ia adalah bentuk asli suku tiap kata, sedangkan
yang lain hanya diambilkan kiyasannya darinya, seperti contoh-contoh
berikut ini:
‫( ﺟﻠﺒﺐ‬berjilbab) dari mashdar tsulâtsî ‫( ﺟﻠﺐ‬menarik/tarik)
‫( ﺣﻮﻗﻞ‬bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî ‫( َﺣ ْﻘﻞ‬ladang)
‫( ﺑﯿﻄﺮ‬menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî ‫ﺑﻄﺮ‬ ْ (sombong)
‫( ﺟﮭﻮر‬mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî ‫( ﺟﮭْﺮ‬keras suaranya), ‫ﺷﺮﯾَﻒ‬
(memulyakan) dari mashdar tsulâtsî ‫ﺷ َﺮف‬ َ (mulya)
‫( ﺳﻠﻘﻰ‬merebus) dari mashdar tsulâtsî ‫ﺳﻠﻖ‬ ْ (merebus)
dan ‫( ﻗﻠﻨﺲ‬memakaikan songkok) dari isim jâmid (isim yang tidak dapat
dikiyas tashrîf) ‫( ﻗﻠﻨﺴﻮة‬songkok)

hal 12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)
                      fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ "ﻓﻌﱠﻞ‬dengan
menambahkan kelipatan huruf, berfaidah sebagai berikut:

seperti : ‫( ﻓﺮّح زﯾﺪ ﻋﻤﺮا‬zaid menggembirakan umar), karna


1. transitif,
mujarrodnya (ketika sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
2. menunjukkan makna banyak, sepeerti: ‫( ﻗﻄّﻊ زﯾﺪ اﻟﺤﺒﻞ‬yakni, zaid
memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
3. memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti: ‫( ﻛﻔّﺮ زﯾﺪ ﻋﻤﺮا‬yakni,
zaid memposisikan kafir/mengkafirkan si umar)
4. mencabut/merusak ّ ‫ﻗ‬
asal pekerjaan dari objek, seperti: ‫ﺸﺮ زﯾﺪ اﻟﺮﻣﺎن‬
(yakni, zaid mengupas kulit delima)
5. pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti:
‫( ﺧﯿّﻢ اﻟﻘﻮم‬yakni, kaum mendirikan tenda).
Perlu diketahui juga bahwa macam-macam huruf tambahan yang bisa
ditambahan pada kalimat baik fi’il maupun isim itu ada 10 macam, yaitu
terangkum dalam kata singkat "‫ أُ َو ْﯾﺴًﺎ ھَﻞْ ﺗَﻨَ ْﻢ‬, perinciannya sebagai berikut:

a. hamzah
b. wau
c. yâ’
d. sîn

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 5/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH
e. âlif
f. hâ’
g. lâm
h. tâ’
i. nûn
j. mîm

dibawah ini adalah contoh-contoh fi’il tsulâtsî mazîd :


‫ﻓﺮح‬ menggembirakan
‫ﻛﺮر‬ mengulang-ulangi
‫وﻛﻞ‬ mewakilkan
‫ﯾﺴﺮ‬ memudahkan
‫ﻧﻮر‬ menerangi
‫ﺑﯿﻦ‬ menjelaskan
‫زﻛﻰ‬ membersihkan/menyucikan
‫ﻟﻘﻰ‬ mempertemukan/menemui
‫وﻟﻰ‬ mengangkat (jabatannya)
‫ﻗﻮى‬ menguatkan
‫أدب‬ mengadabkan/mendidiknya adab
‫ﺷﺄم‬ menyialkan
‫ھﻨﺄ‬ mengucapkan tahniah (selamat)

Hal 14; (bab fi’il tsulâtsî mazid/yang diberi tambahan)


fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ "ﻓﺎﻋﻞ‬dengan penambahan alif
setelah fâ’, berfaidah sebagai berikut:
1. musyârokah (persekutuan/gabungan) diantara dua orang/sesuatu,
(musyârokah ialah maksud dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh dua
subjek sehingga kedua-duanya menjadi fa’il (subjek) sekaligus maf’ûl (objek),
seperti contoh: ‫( ﺿﺎرب زﯾﺪ ﻋﻤﺮا‬zaid dan umar saling pukul)
2. bermakna fâ’ala yang berfaidah bermakna banyak, seperti contoh: ‫ﺿﺎﻋﻒ ﷲ‬
memakai makna lafadz ‫( ﺿﻌّﻒ ﷲ‬semoga Allah melipatkan, pahalanya)
3. bermakna af’ala yang berfaidah   ta’diyyah (melampaui/butuh pada maf’ul),
seperti contoh: ‫( ﻋﺎﻓﺎك ﷲ‬artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4. bermakna fa’ala yang mujarrod (sepi dari tambahan), seperti contoh: , ‫ﺳﺎﻓﺮ زﯾﺪ‬
‫ ﺑﺎرك ﷲ ﻓﯿﻚ‬, ‫( ﻗﺎﺗﻠﮫ ﷲ‬zaid melakukan safar, semoga Allah memeranginya,
semoga Allah memberkahimu)
dibawah ini adalah bentuk kiyasannya :
‫ﻗﺎﺗﻞ‬ membunuh/memerangi
‫ﻣﺎس‬ menyentuhkan
‫واﻋﺪ‬ menjanjikan
‫ﯾﺎﺳﺮ‬ menggampangkan
‫ﻋﺎون‬ menolong
‫ﺑﺎﯾﻦ‬ meninggalkan
‫ﻋﺎطﻰ‬ memberikan (tanpa ucapan)
‫ﻻﻗﻰ‬ menemui
‫واﻟﻰ‬ menolong/mengasihi
‫داوى‬ mengobati
‫آﺧﺬ‬ menindak dengan siksaan (menyiksa)
‫ﻵءم‬ mencocoki
‫ﻧﺎﺳﺄ‬ berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)

Hal 16; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)


Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ "أﻓﻌﻞ‬dengan menambahkan
hamzah qoth’ (huruf hamzah yang tetap dibaca baik dalam keadaan
tersambung atau terpisah) diakhirnya, berfaidah sebagai berikut:

1. ta’diyyah(melampaui pada maf’ul/mebutuhkan objek) seperti: ‫أﻛﺮﻣﺖ زﯾﺪا‬


(aku memulyakan zaid)
2. masuk/melebur dalam sesuatu/masa, seperti: ‫( أﻣﺴﻰ اﻟﻤﺴﺎﻓﺮ‬si musafir
memasuki waktu sore)

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 6/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH

3. bermakna menuju pada sesuatu/tempat, seperti: ‫أﺣﺠﺰ زﯾﺪ و أﻋﺮق ﻋﻤﺮو‬


(zaid menuju Hijaz dan umar menuju Irak)
4. menunjukkan adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri
fa’il, seperti contoh: ‫( أﺛﻤﺮ اﻟﻄﻠﺢ و أورق اﻟﺸﺠﺮ‬pohon pisang berbuah dan
pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon
5. makna mubâlaghoh (sangat), seperti contoh: ‫( أﺷﻐﻠﺖ ﻋﻤﺮا‬aku sangat
menyibukkan umar)
6. menemukan sesuatu berada dalam suatu sifat, seperti: ‫أﻋﻈﻤﺘﮫ و أﺣﻤﺪﺗﮫ‬
(aku menemukannya dalam keadaan agung dan terpuji)
7. bermakna “jadi”, seperti: ‫( أﻗﻔﺮ اﻟﺒﻠﺪ‬negeri itu menjadi fakir)
8. bermakna “menawarkan/menyediakan”, seperti: ‫اﻟﺜﻮب‬ ‫ﻋﺮض‬ (dia
menyediakan baju untuk dijual)
9. bermakna “tiada/sirna”, seperti: ‫( أﺷﻔﻰ اﻟﻤﺮﯾﺾ‬si sakit hilang sembuhnya)
10. bermakna “sudah tiba waktunya”, seperti: ‫( أﺣﺼﺪ اﻟﺰرع‬sudah tiba
waktunya memanen tanaman)

dibawah ini adalah tabel bentuk-bentuk wazannya :


‫أﻛﺮم‬ memulyakan
‫أﻣﺪ‬ menolong/memanjangkan tangan
‫أوﻋﺪ‬ menjanjikan
‫أﯾﺴﺮ‬ memudahkan
‫أﺟﺎب‬ menjawab
‫أﺑﺎن‬ menjelaskan
‫أﻋﻄﻰ‬ memberikan
‫أدرى‬ memberitahukan
‫أودى‬ membayar (diyat)
‫أروى‬ menyegarkan (dengan air)
‫آﻣﻦ‬ mengamankan
‫أﺟﺄر‬ memaksa berdoa sepenuh hati pada
‫أﺑﺮأ‬ membebaskan

Hal 18; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)


Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ ”ﺗﻔﺎﻋﻞ‬dengan menambahkan
“tâ’” diawalnya dan “âlif” setelah fâ’, berfaidah:

1. persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: ‫ﺗﺼﺎﻟﺢ اﻟﻘﻮم و ﺗﻀﺎرب زﯾﺪ‬
‫( وﻋﻤﺮو‬saling berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)
2. menampakkan sesuatu yang bukan dalam kenyataan, seperti: ‫ﺗﻤﺎرض زﯾﺪ‬
(pura-pura sakit si zaid), yakni menampakkan sakit padahal tidak sakit
3. menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: ‫ﺗﻮارد اﻟﻘﻮم‬
(saling berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit demi
sedikit
4. menunjukkan makna tsulâtsî mujarrod, seperti: ‫( ﺗﻌﺎﻟﻰ وﺳﻤﺎ‬tinggi si dia
dalam pangkatnya)
5. muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”, seperti: ‫( ﺑﺎﻋﺪﺗﮫ ﻓﺘﺒﺎﻋﺪ‬aku menjauhinya
maka menjadi jauhlah dia)

yang dimaksud muthôwa’ah ialah hasil sesuatu ketika suatu kalimat


berhubungan dengan fi’il muta’addî (fi’il yang membutuhkan maf’ûl), dibawah
ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
‫ﺗﺒﺎﻋﺪ‬ saling menjauhi
‫ﺗﻤﺎس‬ saling bersentuhan
‫ﺗﻮاﻋﺪ‬ saling berjanji
‫ﺗﯿﺎﻣﻦ‬ mendahulukan yang kanan
‫ﺗﻼوم‬ saling menyalahkan
‫ﺗﺒﺎﯾﻦ‬ saling menjuhi/menyalahi
‫ﺗﻌﺎطﻰ‬ saling memberi tanpa ucap
‫ﺗﻼﻗﻰ‬ saling bertemu
‫ﺗﻮارى‬ bersembunyi
‫ﺗﺪاوى‬ berobat

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 7/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH

‫ﺗﺂﻧﻒ‬ saling memandang rendah


‫ﺗﺴﺎءل‬ saling bertanya
‫ﺗﻤﺎﻷ‬ saling berkomplot

hal 20; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)


fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ "ﺗﻔﻌّﻞ‬dengan menambahkan tâ’
diawalnya dan menggandakan ‘ain, berfaida:

1. Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda, seperti: ‫ﻛﺴّﺮت‬


‫( اﻟﺰﺟﺎج ﻓﺘﻜﺴّﺮ‬aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
2. makna takalluf yaitu persekongkolan/pertolongan fâ’il/subjek yang
diberikan pada fi’il/predikat agar predikat tersebut hasil/terwujud,
seperti: ‫( ﺗﺸﺠﻊ زﯾﺪ‬zaid memberanikan diri) yakni zaid memaksakan sifat
keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam dirinya
3. fâ’il (si subjek) menjadikan/mencetak fi’il (kata kerja) dari kalimat yang
pada asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti ‫( ﺗﺒﻨﯿﺖ ﯾﻮﺳﻒ‬aku menjadikan
yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata ‫ إﺑﻦ‬menjadi ‫ﺗﺒﻨّﻰ‬
4. menunjukkan makna menjauhi sesuatu, seperti ‫( ﺗﺬﻣﻢ زﯾﺪ‬zaid menjauhi
celaan)
5. menunjukkan makna “menjadi” seperti ‫( ﺗﺄﯾﻤﺖ اﻟﻤﺮأة‬menjadi janda si
perempuan) yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
6. menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti ‫ﺗﺠﺮع زﯾﺪ‬
(yakni zaid minum teguk demi teguk)
7. makna “tuntutan” seperti ‫( ﺗﻌﺠﻞ اﻟﺸﻲء‬dia terburu-buru terhadap sesuatu
yakni menuntut untuk dikerjakan dengan cepat), dan ‫( ﺗﺒﯿﻨﮫ‬yakni dia
menuntut “bayan” penjelasannya)

dibawah ini adalah contoh wazannya :


‫ﺗﻜﺴﺮ‬ menjadi pecah
‫ﺗﻜﺮر‬ berulang-ulang
‫ﺗﻮﻋﺪ‬ mengancam
‫ﺗﯿﺴﺮ‬ menjadi mudah
‫ﺗﻨﻮر‬ menjadi terang
‫ﺗﺒﯿﻦ‬ menjadi jelas
‫ﺗﻌﺪى‬ melampaui batas
‫ﺗﻠﻘﻰ‬ mendapat/menerima
‫ﺗﻮﻟﻰ‬ menjadi pejabat
‫ﺗﺮوى‬ minum/berfikir
‫ﺗﺄدب‬ berakal budi
‫ﺗﺮأد‬ berayun/bergoyang
‫ﺗﺼﺪأ‬ melihat dalam keadaan berdiri

hal 22; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)


fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ "اﻓﺘﻌﻞ‬dengan menambahkan
“hamzah” diawalnya dan “tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya berfaidah sebagai
berikut:
1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti ‫( ﺟﻤﻌﺖ اﻹﺑﻞ ﻓـ اﺟﺘﻤﻊ‬aku mengumpulkan
unta maka berkumpullah si unta)
2. makna “menjadikan/membuat” seperti ‫( اﺧﺘﺒﺰ زﯾﺪ‬zaid membuat/menjadikan
roti)
3. menambahkan makna mubaghoh (sangat) dalam makna kalimat, seperti ‫اﻛﺘﺴﺐ‬
‫( زﯾﺪ‬si zaid bekerja dengan sangat)
4. bermakna wazan “fa’ala” (fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti ‫( اﺟﺘﺬب‬dia
jadzab/mabuk dalam bermunajat)
5. bermakna wazan “tafâ’ala” (saling), seperti ‫ اﺧﺘﺼﻢ‬bermakna ‫( ﺗﺨﺎﺻﻢ‬saling
berseteru)
6. bermakna “tuntutan” seperti ‫( اﻛﺘ ّﺪ‬fi’il amar yakni dia menuntut darinya
kesungguh-sungguhan)
berikut ini contoh wazannya :
‫اﺟﺘﻤﻊ‬ berkumpul
‫اﻣﺘﺪ‬ memanjang
‫اﺗﺼﻞ‬ menghubungi
rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 8/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH

‫اﺗﺴﺮ‬ menjadi mudah

‫اﻋﺘﺎد‬ membiasakan
‫اﺷﺘﺮى‬ membeli
‫اﺗﻘﻰ‬ bertakwa
‫ارﺗﻮى‬ menjadi segar/puas (dengan minum)
‫اﯾﺘﻤﻦ‬ mempercayakan kepada/melakuakan dengan tangan kanan
‫اﺑﺘﺄس‬ bersedih hati
‫اﺟﺘﺮأ‬ berani
‫اﺧﺘﺎر‬ memilih
‫اﻋﺘﺪى‬ melampaui batas/menyalahi peraturan

Hal 24; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)


Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ "ا ْﻧﻔَ َﻌ َﻞ‬dengan menambahkan
hamzah dan nûn diawalnya, berfaidah:

1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti ‫( ﻛﺴﺮت اﻟﺰﺟﺎج ﻓـ اﻧﻜﺴﺮ‬aku


memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)
2. muthôwa’ahnya wazan “af’ala” tapi sedikit berlakunya, seperti ‫أزﻋﺠﮫ ﻓـ‬
‫( اﻧﺰﻋﺞ‬aku mengagetkannya maka kagetlah dia)
keterangan; wazan “infa’ala” tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang
menunjukkan makna perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara
indrawi, berikut contoh wazannya :
‫اﻧﻔﻌﻞ‬ terjadi pekerjaannya
‫اﻧﻜﺴﺮ‬ menjadi pecah
‫اﻧﻔﺾ‬ menjdi pecah (terputus/berakhir)
‫اﻧﻘﺎد‬ menjadi tunduk/patuh
‫اﻧﻤﺎع‬ menjadi cair
‫اﻧﺠﻠﻰ‬ menjadi jelas
‫اﻧﺒﺮى‬ menjadi terkendali
‫اﻧﻄﻔﺄ‬ menjadi padam

Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)


Fi’il tsulâtsî dipindah pada wazan "‫ "ا ْﻓ َﻌﻞﱠ‬dengan menambahkan hamzah
washol dan penggandaan lâm fi’il, berfaidah:

1. menunjukkan ْ ُ‫( اﺣﻤ ﱠﺮ اﻟﺒ‬air


berada/memasuki dalam suatu sifat, seperti ‫ﺴ ُﺮ‬
baru itu memerah) yakni masuk dalam warna merah
2. makna “sangat” seperti ‫( اﺳﻮ ّد اﻟﻠﯿﻞ‬malam menjadi sangat hitam)

dibawah ini contoh wazannya :


‫اﺣﻤﺮ‬ memerah
‫اﺳﻮد‬ menghitam
‫اﺑﯿﺾ‬ memutih
‫اﺻﻔﺮ‬ menguning
‫اﺧﻀﺮ‬ menghijau
‫اﺷﮭﺐ‬ menjadi kelabu
‫اﺳﻤﺮ‬ menjadi coklat

Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)


Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫ﺳﺘَ ْﻔ َﻌ َﻞ‬
ْ ‫ "ا‬dengan menambahkan
hamzah washol (hamzah yang dibaca pada saat tidak tersambung seperti
istaf’ala dan tidak dibaca saat tersambung dengan kalimat lain seperti ‫إِ ِن‬
‫)ا ْﺳﺘَ ْﻔ َﻌ َﻞ‬, sîn dan tâ’, berfaidah:
1. menuntut suatu pekerjaan seperti ‫( اﺳﺘﻐﻔﺮ ﷲ‬dia meminta ampun pada
Allah) yakni dia menuntut pengampunan dari Allah
2. menemukan sesuatu tampak/berada dalam suatu sifat, seperti ‫اﺳﺘﻌﻈﻤﺘﮫ‬
‫( واﺳﺘﺤﺴﻨﺘﮫ‬aku nampak ia agung dan bagus)
3. makna beralih/pindah, seperti ‫( اﺳﺘﺤﺠﺮ اﻟﻄﯿﻦ‬Lumpur beralih menjadi
batu)

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 9/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH

4. makna terpaksa/menanggung beban, seperti ‫( اﺳﺘﺠﺮأ‬dia memaksakan


untuk berani)
5. bermakna seperti fi’il tsulâtsî mujarrod, seperti ‫ اﺳﺘﻘ ّﺮ‬bermakna ‫ﻗ ّﺮ‬
(menetap/tetap)
6. muthôwa’ah seperti ‫( أراﺣﮫ ﻓـ اﺳﺘﺮاح‬dia A mengistirahatkannya B maka
beristirahatlah dia B)

Diposting ning RAYYAN WEH di 00.27.00


Reaksi: lucu (0) menarik (0) keren (0) kaget (0) tercengang (0)

Label terjemahan
RAYYAN WEH
Hidup itu pilihan.........

5 komentar:

RAYYAN WEH 12 Maret 2016 21.14


Semoga bermanfaat
Balas

Fermy Nurhidayat 9 September 2018 00.29


Sangat bermanfaat buat saya. Ditunggu tarjamah bagian-bagian selanjutnya dari kitab Al
Amtsilatut Tashrifiyyah ya, Ning. Terimakasih sebelumnya.
Balas

abdul azis 6 Februari 2019 04.43


Terimakasih atas bantuannya
Balas

nisa akilla 7 Maret 2019 21.41


Sangat membantu sekali jazakumullahu khairon
Balas

10‫ ﻓردوﺳﻲ‬April 2019 04.25


‫ﺟزاﻛم ﷲ ﺧﯾرا ﻛﺛﯾرا‬
Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Accoun

Publikasikan Pratinjau

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Posting Komentar (Atom)

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 10/11
4/15/2019 Idda.Royani: AMTSILAH TASRIFIYAH
Royani. Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

rayyanda.blogspot.com/2016/02/amtsilah-tasrifiyah.html 11/11

You might also like