Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan moral dan etika di tengah-tengah masyarakat akhir-akhir ini semakin
pesat.Tak sampai disitu perkembangan IPTEK juga mempengaruhi pola pikir diIndonesia
ini.Terutama didunia medis, dari tahun ke tahun semakin banyak pembaruan di dunia
medis.Banyaknya masalah yang timbul tanpa jalan keluar yang memuaskan menjadikan
dilema etik dalam dunia medis. Dilema etik ini terkadang juga bertentangan dalam sudut
pandang agama islam. Beberapa hal diantaranya adalah keluarga berencana, euthanasia, dan
masih banyak lagi dilemma etik dan hal yang haram dalam dunia medis yang bertentangan
dengan sudut pandang agama islam
B. Rumusan masalah
1. Apakah itu keluarga berencana?
2. Bagaimana keluarga berencana dalam prespektif islam?
3. Apakah itu euthanasia?
4. Bagaimana euthanasia dalam prespektif islam?
5. Apakah itu aborsi?
6. Bagaimana aborsi dalam prespektif islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang keluarga berencana
2. Untuk mengetahui keluarga berencana dalam prespektif islam
3. Untuk mengetahui tentang euthanasia
4. Untuk mengetahui euthanasia dalam prespektif islam
5. Untuk mengetahui tentang aborsi
6. Untuk mengetahui aborsi dalam prepektif islam
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keluarga Berencana
1. Konsep keluarga berencana
1) Pengertian
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi
ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang
memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri
kehamilan dengan aborsi.
Page 2
2) Tujuan Keluarga Berencana
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a. Tujuan demografi,yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti
dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87
menjadi 2,69 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan
mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta
banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan
pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus
(1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung
mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret
hitung.
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia
dan berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas
artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan,
pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
Page 3
3) Sasaran Keluarga Berencana
a. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.
PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga
memberi efek langsung penurunan fertilisasi.
b. Sasaran Tidak Langsung
Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan
merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung
tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan
seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga
program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian
aborsi.
Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-
instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim
ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan
dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
4) Macam-macam Alat Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal
diantaranya ialah:
a. Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita
untuk mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada
endometrium.
b. Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu
menghalangi ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin
terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan
sperma melalui canalis servikalis.
Page 4
c. Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan
dibawah kulit lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku.
Cara kerjanya sama dengan suntik.
d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi
load terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah
membuat lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.
e. Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan
saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan
kelenjar prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau
tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak
dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi
mandul selamanya.
f. Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan
tiisu yang dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi
yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.
Page 5
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang
perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah
tangga.
)إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka
menjadi beban bagi orang lain.Dengan demikian pengaturan kelahiran anak
hendaknya dipikirkan bersama.
a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
Page 6
)195 : وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة
Page 7
mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti
firman Allah:
وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
(kemiskinan) kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.
Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak
melarangnya.
Page 8
B. Euthanasia
1. Pengertian
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti “baik”, dan
thanatos, yang berarti “kematian” (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab dikenal
dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah kedokteran, euthanasia
berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan
meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam
kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145).
2. Macam macam euthanasia
Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu
a) Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan
memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan pada
saat keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium
akhir, yang menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh
atau bertahan lama. Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa
pengobatan yang diberikan hanya akan memperpanjang penderitaan pasien serta
tidak akan mengurangi sakit yang memang sudah parah (Utomo, 2003:176).
b) Euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien yang
menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat
disembuhkan. Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien.
Alasan yang lazim dikemukakan dokter adalah karena keadaan ekonomi pasien
yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi,
sedangkan fungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi.
Terdapat tindakan lain yang bisa digolongkan euthanasia pasif, yaitu tindakan
dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian medis
masih mungkin sembuh. Alasan yang dikemukakan dokter umumnya adalah
ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi, yang tidak mampu lagi membiayai
dana pengobatan yang sangat tinggi (Utomo, 2003:176).
Page 9
3. Eutanasia dalam pandangan islam.
Seperti dalam agama-agama Ibrahin lainnya (Yahudi dan Kristen), Islam
mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah
Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan
kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum
islam meskipun tidak ada teks dalam Al-Quranmaupun Hadist yang secara eksplisit
melarang bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut,
"Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik."(QS 2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah
engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah
"Janganlah kamu saling berbunuhan."Dengan demikian, seorang Muslim (Dokter) yang
membunuh seorang Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya
sendiri.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut
(eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa
merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit,
baik dengan cara positif maupun negatif.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981,
dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia
ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun
juga
1) Eutanasia positif
Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan
memudahkan kematian si sakit --karena kasih sayang-- yang dilakukan oleh dokter
dengan mempergunakan instrumen (alat).
Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif)adalah tidak
diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter melakukan suatu
tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya
melalui pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk pembunuhan yang haram
hukumnya, bahkan termasuk dosa besar yang membinasakan.
Page 10
Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan meskipun
yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan
penderitaannya.Karena bagaimanapun si dokter tidaklah lebih pengasih dan
penyayang daripada Yang Menciptakannya. Karena itu serahkanlah urusan tersebut
kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang memberi kehidupan kepada manusia dan
yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah diddditetapkan-Nya
2) Eutanasia negative
Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif
tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan
si sakit, tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang
hayatnya. Hal ini didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang
dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai
dengan Sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat.
Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa
mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut Jumhur Fuqaha
dan imam-imam mahzab.Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya
berkisar pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang
mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan Imam
Ahmad sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah,, dan sebagian
ulama lagi menganggapnya mustahab (sunnah).
4. Perspektif Agama-Agama Terhadap Euthanasia
Sebagian besar agama-agama yang ada tidak menyetujui euthanasia, karena beberapa alas
an:
1) Ajaran agama pada umumnya menyatakan bahwa kematian, merupakan akhir dalam
rangkaian kehidupan di dunia. Sepenuhnya adalah hak Tuhan, tidaka ada seorangpun
di dunia ini yang berhak untuk menunda sedikitpun waktu kematian, termasuk
mempercepat waktu kematian. Orang yang melakukan euthanasia berarti dapat
dikatagorikan putus asa dan orang putus asa tidak diperbolehkan oleh setiap agama.
Page 11
2) Semua agama mempunyai perintah/larangan dalam kitabsuci masing-masing yaitu
larangan membunuh, baik itu diri sendiri maupun orang lain. Karena setiap ada
perintah/larangan pasti ada balasan yang diberikan.
3) Kehidupan manusia adalah sesuatu yang suci, karena itu kehidupan manusia harus
dilindungi dan dipelihara sebagai hak istimewa yang diberikan kepada setiap manusia.
5. Beberapa Pendapat Ulama Tentang Euthanasia
Diantara masalah yang sudah terkenal dikalanga Ulama syara’ ialah bahwa
mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya, pendapat ini dikemukakan
menurut Jumhur Fuqaha dan Imam-Imam mazhab.Bahkan menurut mereka, mengobati
atau berobat ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya. Sahabat-sahabat Imam
syafi’i, Imam Ahmad dan sebagian Ulama menganggap bahwa mengobati itu sunnat.
Para Ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih utama.Berobat ataukah
bersabar? Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih
utama, berdasarkan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan dalam kitab sahih dari seorang
wanita yang ditimpa penyakit, wanita itu meminta kepada Nabi SAW agar
mendoakannya, lalu beliau menjawab “Jika engkau mau bersabar (maka bersabarlah)
engkau akan mendapat surga; jika engkau mau, maka saya doakan kepada Allah agar Dia
menyembuhkanmu. Wanita itu menjawab aku akan bersabar. Sebenarnya saya tadi ingin
dihilangkan penyakit saja, oleh karena itu doakanlah kepada Allah agar saya tidak minta
dihilangkan penyakit saya.Lalu Nabi mendoakan orang itu agar tidak meminta
dihilangkan penyakitnya”.
Dalam kaitan ini Imam Abu Hamid Al-Ghazali membantah orang yang berpendapat
bahwa tidak berobat itu lebih utama dalam keadaan apapun. Pendapat fuqaha yang lebih
popular mengenai masalah berobat atau tidak bagi orang sakit adalah: sebagian besar
diantara mereka berpendapat mubah, sebagian kecil menganggapnya sunat, dan sebagian
kecil lagi (lebih sedikit) berpendapat wajib.
Jadi pendapat dari sejumlah fuqaha, para ahli (dokter) dan ahli fiqh lainnya
memperbolehkan euthanasia pasif (negatif)
Page 12
C. Pengertian haram menurut ajaran agama islam
Haram artinya dilarang, atau tidak dibenarkan menurut syariat Islam. Sebagai anggota
komunitas profesi perawat Kelompok kerja keperawatan Islam merasa terpanggil untuk
megembangkan keperawatan Islam di Indonesia, hal ini didasari pada keyakinan bahwa
ummat Islam di negeri ini harus mendapatkan pelayanan/asuhan
keperawatan berqualitas sesuai dengan keimanannya sebagai seorang muslim sehingga
mendapatkan kepuasan, Kepuasan ummat akan dapat dicapai apabila pelayanan/asuhan yang
diterimanya dapat menyentuh fitrahnya sebagai manusia. Nilai-nilai Islam secara universal
sangat tepat di Integrasikan dalam asuhan keperawatan agar dapat memperhatikan fitrah
manusia dalam hal ini klien sebagai penerima asuhan melalui pengembangan asuhan
keperawatan yang Islami yang merupkan inti dari Keperawatan Islam.
Paradigma Keperawatan Islam adalah fenomena sentral atau cara pandang profesi
keperawatan yang mendasari profesi keperawatan, maka Paradigma Keperawatan Islam
adalah sebagai acuan seluruh komunitas Keperawatan Islam di Indonesia baik dalam
pelayanan kesehatan maupun dalam penyelenggaraan pendidikan keperawatan Islam.
PARADIGMA KEPERAWATAN ISLAM
Paradigma keperawatan Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai
dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan
sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam. Paradigma keperawatan Islam dibangun melalui
empat komponen besar yaitu : Manusia dan kemanusiaan, lingkungan, sehat dan
kesehatan serta keperawatan.
Sehat dan kesehatan
“ Ya Allah , ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.
Serta peliharalah kami dari siksa api neraka” [Al-Baqarah (2) :201].
Islam mendorong ummat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu yang
baik bagi mereka didunia dan di akhirat.Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus dimiliki adalah sehat
/kesehatan.
Page 13
Sehat dan kesehatan dalam perspektif Islam
“Ingatlah , hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” [QS. Ar-
Rad :28].
“ Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya dan punya makanan untuk
sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugerahkan
kepadanya”. (Hadist riwayat At-Turmudzy dan Ibnu Majah)
Berpedoman pada hadist tersebut diatas maka sehat bukan hanya bebas dari rasa
sakit dan cacat belaka.Sehat berabstraksi jauh lebih dalam lagi, yaitu berada dalam
keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek jasmani, rohani
dan sosial.
Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara
berlanjut dan penuh daya mampu. Dengan kemampuannya itu ia dapat
menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Ia
memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan dirinya sebaik mungkin
untuk beramal sholeh dan beribadat serta menjadi rahmat bagi lingkungannya.
Page 14
Salah satu contoh dari hal yang haram dalam keperawatan adalah
PENGERTIAN MALPRAKTEK
Malpraktek berasal dari kata ‘malpractice’ dalam bahasa Inggris . Secara harfiah,
‘mal’ berarti ‘salah’, dan ‘practice’ berarti ‘pelaksanaan’ atau ‘tindakan’, sehingga
malpraktek berarti ‘pelaksanaan atau tindakan yang salah’ [1]. Jadi, malpraktek adalah
tindakan yang salah dalam pelaksanaan suatu profesi. Istilah ini bisa dipakai dalam
berbagai bidang, namun lebih sering dipakai dalam dunia kedokteran dan kesehatan.
Artikel ini juga hanya akan menyoroti malpraktek di seputar dunia keprawatan saja.
Perlu diketahui bahwa kesalahan perawat –atau profesional lain di dunia perawat dan
kesehatan- kadang berhubungan dengan etika/akhlak. Misalnya, mengatakan bahwa
pasien harus dioperasi, padahal tidak demikian. Atau memanipulasi data foto rontgen
agar bisa mengambil keuntungan dari operasi yang dilakukan. Jika kesalahan ini terbukti
dan membahayakan pasien, perawat harus mempertanggungjawabkannya secara etika.
Hukumannya bisa berupa ta’zîr [2], ganti rugi, diyat, hingga qishash [3].
امن
ِ ضَ فَ ُه َو، ََّب َولَ ْم يُ ْعلَ ْم ِم ْنهُ ِطبٌّ قَ ْب َل ذَلِك
َ طبَ َ َم ْن ت
“Barang siapa yang praktek menjadi dokter dan sebelumnya tidak diketahui memiliki
keahlian, maka ia bertanggung-jawab” [4]
Kesalahan ini sangat berat, karena menganggap remeh kesehatan dan nyawa banyak
orang, sehingga para Ulama sepakat bahwa mutathabbib (pelakunya) harus bertanggung-
jawab, jika timbul masalah dan harus dihukum agar jera dan menjadi pelajaran bagi orang
lain.
Page 15
Para ulama telah menjelaskan kewajiban para peran untuk mengikuti prinsip-prinsip
ini dan tidak boleh menyalahinya. Imam Syâfi’i rahimahullah –misalnya- mengatakan:
“Jika menyuruh seseorang untuk membekam, mengkhitan anak, atau mengobati hewan
piaraan, kemudian semua meninggal karena praktek itu, jika orang tersebut telah
melakukan apa yang seharusnya dan biasa dilakukan untuk maslahat pasien menurut para
pakar dalam profesi tersebut, maka ia tidak bertanggung-jawab. Sebaliknya, jika ia tahu
dan menyalahinya, maka ia bertanggung-jawab.”[6] Bahkan hal ini adalah kesepakatan
seluruh Ulama, sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah [7].
Hanya saja, hakim harus lebih jeli dalam menentukan apakah benar-benar terjadi
pelanggaran prinsip-prinsip ilmiah dalam kasus yang diangkat, karena ini termasuk
permasalahan yang pelik.
3. Ketidaksengajaan (Khatha’)
Ketidaksengajaan adalah suatu kejadian (tindakan) yang orang tidak memiliki maksud
di dalamnya. Misalnya, tangan perawat terpeleset sehingga ada anggota tubuh pasien
yang terluka. Bentuk malpraktek ini tidak membuat pelakunya berdosa, tapi ia harus
bertanggungjawab terhadap akibat yang ditimbulkan sesuai dengan yang telah digariskan
Islam dalam bab jinayat, karena ini termasuk jinayat khatha’ (tidak sengaja).
PEMBUKTIAN MALPRAKTEK
Agama Islam mengajarkan bahwa tuduhan harus dibuktikan. Demikian pula, tuduhan
malparaktek harus diiringi dengan bukti, dan jika terbukti harus ada pertanggungjawaban
dari pelakunya. Ini adalah salah satu wujud keadilan dan kemuliaan ajaran Islam. Jika
tuduhan langsung diterima tanpa bukti, dokter dan paramedis terzhalimi, dan itu bisa
membuat mereka meninggalkan profesi mereka, sehingga akhirnya membahayakan
kehidupan umat manusia. Sebaliknya, jika tidak ada pertanggungjawaban atas tindakan
malpraktek yang terbukti, pasien terzhalimi, dan para dokter bisa jadi berbuat seenak
mereka.
Dalam dugaan malpraktek, seorang hakim bisa memakai bukti-bukti yang diakui oleh
syariat sebagai berikut:
Page 16
dan ia lebih mengetahuinya. Apalagi dalam hal yang membahayakan diri sendiri,
biasanya pengakuan ini menunjukkan kejujuran.
2. Kesaksian (Syahâdah).
Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta’zîr, dibutuhkan kesaksian dua pria
yang adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab materiil, seperti ganti rugi,
dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua wanita. Adapun kesaksian dalam hal-hal
yang tidak bisa disaksikan selain oleh wanita, seperti persalinan, dibolehkan persaksian
empat wanita tanpa pria. Di samping memperhatikan jumlah dan kelayakan saksi,
hendaknya hakim juga memperhatikan tidak memiliki tuhmah (kemungkinan
mengalihkan tuduhan malpraktek dari dirinya) [8].
3. Catatan Medis.
Yaitu catatan yang dibuat oleh perawat dan paramedis, karena catatan tersebut dibuat
agar bisa menjadi referensi saat dibutuhkan. Jika catatan ini valid, ia bisa menjadi bukti
yang sah.
1. Qishash
Qishash ditegakkan jika terbukti bahwa dokter melakukan tindak malpraktek sengaja
untuk menimbulkan bahaya (i’tida’), dengan membunuh pasien atau merusak anggota
tubuhnya, dan memanfaatkan profesinya sebagai pembungkus tindak kriminal yang
dilakukannya. Ketika memberi contoh tindak kriminal yang mengakibatkan qishash,
Khalil bin Ishaq al-Maliki mengatakan: “Misalnya dokter yang menambah (luas area
bedah) dengan sengaja. [9]”
Page 17
PIHAK YANG BERTANGGUNG-JAWAB
Tanggung-jawab dalam malpraktek bisa timbul karena seorang perawat melakukan
kesalahan langsung, dan bisa juga karena menjadi penyebab terjadinya malpraktek secara
tidak langsung. Misalnya, seorang perawat yang bertugas melakukan pemeriksaan awal
sengaja merekomendasikan pasien untuk merujuk kepada dokter bedah yang tidak ahli,
kemudian terjadi malpraktek. Dalam kasus ini, dokter bedah adalah adalah pelaku
langsung malpraktek, sedangkan perawat ikut menyebabkan malpraktek secara tidak
langsung.
Jadi, dalam satu kasus malpraktek kadang hanya ada satu pihak yang bertanggung-
jawab. Kadang juga ada pihak lain lain yang ikut bertanggung-jawab bersamanya.
Karenanya, rumah sakit atau klinik juga bisa ikut bertanggung-jawab jika terbukti teledor
dalam tanggung-jawab yang diemban, sehingga secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya malpraktek, misalnya mengetahui perawat yang dipekerjakan tidak ahli.
Page 18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung
dari kehamilan tersebut.
Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga unsur , yaitu kesehatan jasmani,
kesehatan rohani dan kesehatan sosial. Kesehatan jasmani merupakan bentuk dari
keseimbangan manusia dengan alam. Kesehatan rohani di mana ada keseimbangan dan
hubungan yang baik secara spiritual antara khalik atau pencipta yang di wujudkan dari
aktivitas makhluk dalam memenuhi semua perintah sang khalik.
Page 19
DAFTAR PUSTAKA
http://windahidayahtulhabibah.blogspot.com/2012/05/makalah-
keluarga-berencana-dalam.html?m=1
https://almanhaj.or.id/2836-malpraktek-menurut-syariat-islam.html
http://keperawatanreligiontiaradwindapratiwi.wordpress.com/
Page 20