Professional Documents
Culture Documents
net/publication/314122837
CITATIONS READS
0 10,998
1 author:
Frida Fridayanti
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
10 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Frida Fridayanti on 01 March 2017.
Fridayanti
UIN Sunan Gunung Djati Jl. AH. Nasution No. 105 Bandung
e-mail: fridayanti90@gmail.com
Abstract
The debate about the religiosity definition is still going on until now. The religion psychologist
have not a consensus yet about the religiosity definitiont. It impacted in doubt about the use of
the existing religiosity scale. Some attempts in explaining religiosity from the Islamic perspective
has been done by some psychologists from the Islamic world. This article attempts to explain the
cause of lacking consensus regarding the notion of religiosity through study on conception of
religiosity in the West’s understanding, as well as efforts that have been made by the Islamic
world in making the formulation regarding concept of the Islamic thought and traditions
including criticisms and suggestions for further development of the notion religiosity to be used
in the Muslim community.
199
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)
tanpa prasangka. (Hood, Hill & Spilka, Research in the Social Scientific Study of
2009 hal 2). Pengaruh religisuitas terhadap Religion (JAI Press, Inc., diterbitkan mulai
prasangka juga ditemukan dalam pene- 1990). Meski telah lama dikaji, namun
litian Altemeyer & Hunsberger (1992) persoalan pengertian religiusitas masih te-
yang menemukan hubungan antara reli- tap menjadi perdebatan hingga saat ini.
giusitas dan prasangka. Hal Ini seolah me- Belum ada konsensus mengenai pengertian
nunjukkan peran religiusitas sebagai suatu religiusitas di kalangan para ahli. Hal ini
yang negatif terhadap individu.Mengapa disebabkan karena agama adalah suatu
hasil penelitian menunjukkan perbedaan? yang kompleks dan personal ( Pargament,
Religiusitas di satu sisi dapat membawa 1997). Agorastos et al (2014) dalam re-
pada cinta kasih, namun disaat yang lain viewnya menyebutkan bahwa meskipun
agama sering dikaitkan dengan contoh bu- religiusitas, spiritualitas dan keyakinan
ruk perilaku. Peneliti berasumsi bahwa personal adalah parameter penting dalam
sumber perbedaan hasil penelitian disebab- pengalaman kemanusiaan, namun sampai
kan karaena perbedaan pengertian yang saat ini masih belum terdapat kesepakatan
digunakan. Dalam kajian psikologi yang mengenai definisi religiusitas (dan spiri-
bersifat empiris, termasuk dalam kajian tualitas) ini.
psikologi, kejelasan konstruk dan operasi- Beberapa hal yang menyebabkan su-
onalisasi merupakan satu hal yang penting litnya membuat rumusan religiusitas (dan
dan dapat mempengaruhi hasil penelitian spiritualitas) diantaranya adalah karena re-
(Pargament, 2002; juga Lewis & Cruise, ligiusitas telah dimaknai secara beragam
2006). Hal ini berlaku juga dalam bidang berdasarkan sudut pandang disiplin ilmu
psikologi agama. Perlu diupayakan klari- yang berbeda-beda. Hal ini disampaikan
fikasi mengenai pengertian religiusitas oleh Holdcroft (2006) bahwa masing-
serta bagaiman kemungkinan penggunaan- masing disiplin kajian telah mendekati
nya dalam konteks masyarakat di Indo- religiusitas dari sudut pandang yang ber-
nesia. Tulisan ini di bagi menjadi dua ba- beda, misalnya teologi akan melihat dari
gian, pertama adalah apa yang sudah dila- sudut pandang keyakinan (faith), semen-
kukan oleh psikologi agama dalam mem- tara sosiologi akan menpertimbangkan
buat rumusan mengenai religiusitas. Ba- konsep religiusitas yang melibatkan keng-
gian kedua berisi mengenai apa yang su- gotaan dalam jamaah (gereja) atau keha-
dah dilakukan oleh kalangan psikologi dirannya di gereja. Dalam ilmu psikologi,
Islam dalam membuat skala pengukuran sendiri, para ahli meneliti religiusitas de-
yang bebrbasis pandangan Islam. ngan cara yang beragam, misalnya Allport
& Ross (1967) mempelopori penggunaan
Kajian Psikologi mengenai Religiusitas
konsep orientasi religius (religiusitas in-
Penelitian psikologi mengenai religi- trinsik dan ekstrinsik) untuk menggambar-
usitas mulai mendapat tempat dalam kajian kan aspek motivasional dalam beragama,
psikologi sejak sekitar tahun 1990an de- sedangkan Glock & Stark (1968) mengem-
ngan terbitnya jurnal-jurnal terkait Journal bangkan konsep komitmen religius untuk
for the Scientific Study of Religion dan Re- menjelaskan seberapa kuat komitmen sese-
view of Religious Research yaitu The orang terhadap substansi agama, yaitu as-
International Journal for thePsychology of pek pengetahuan, keyakinan, praktik, pera-
Religion (mulai terbit tahun 1990) dipub- saan dan konsekuensi. Berbagai pendekat-
likasikan di Amerika. Adapun Mental an dan sudut pandang menunjukkan bahwa
Health, Religion, and Culture (mulai terbit sebenarnya konten dimensi religiusitas itu
tahun 1998) dipublikasikan di United sendiri belum disepakati (Wulff, 1997;
Kingdom.Untuk melengkapi fungsi jurnal Pargament, 1997) Selain berbedanya sudut
maka diterbitkan pula the annual series pandang disiplin ilmu, kesulitan juga ter-
200
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208
jadi karena alasan budaya dimana dalam menghambat potensi kemanusiaan. Hal ini
satu tradisipun dapat muncul beberapa dijelaskan oleh Pargament (1999)
orientasi (Glock & Stark, 1965). Hal lain "spirituality refers to the personal,
yang menyulitkan dalam mendefinisikan thoughtful, and affective aspects of beliefs
religiusitas adalah berkembangnya konsep and is becoming more popular than
spiritualitas dalam kajian psikologi agama. religion because this term indicates a
Perkembangan konsep spiritualitas teru- freedom of individual expression and an
tama dipicu oleh ketertarikan dunia barat ability to achieve our full potential“
terhadap praktik-praktik spiritual dari Dengan munculnya konsep spiritua-
dunia timur seperti Yoga dan meditasi. litas dalam kajian psikologi, akhirnya kon-
Konsep ini semakin berkembang dengan sep psikologi mengalami sebuah “penu-
munculnya penghargaan terhadap hal-hal runan status”. Pargament et all (1997) me-
yang lebih dalam, praktik-praktik kontem- nyebutkan bahwa telah terjadi penyem-
platif dalam sistem religius (Hill et al. pitan makna dimana religiusitas yang se-
2000, Wuthnow 1998). Hadirnya konsep mestinya menggambarkan keseluruhan
spiritualitas ini membuat permasalahan penghayatan keagamaan seseorang telah
tersendiri, sebagaimana yang dikemukakan mengalami penyempitan makna, menjadi
oleh Ribaudo & Masami Takahashi, sekedar menjadi sistem ideologi, orga-
(2008) terdapat ketidakjelasan hubungan nisasi, dan ritual.
antara religiusitas dan spiritualitas.Hal ini Religion is an organizational, ritua-
menimbulkan kerancuan mengenai penger- listic, and ideological system. The term
tian religiusitas dan spiritualitas (Zinn- "religion" is moving away from the broad
bauer and Pargament, 2005) serta keran- context of both institution and individual
cuan.Dalam sebuah artikelnya yang berju- and becoming a more narrow concept of
dul The Psychology of Religion and only the institutional, and this ascribed
Spirituality? Yes and No (International alignment with the institutional has given
Journal for the Psychology of Religion), religion a negative connotation as the
Pargament (1999) menunjukkan bahwa institutional typically restricts human
konten analisis mengenai kedua termino- potential (Pargament, 1999).
logi ini menunjukkan tumpang tindih pe-
Dikotomi pengertian religiusitas
ngertian.
Terhadap penekanan yang berbeda-
Penyempitan makna Religiusitas beda ini, maka pegertian mengenai religiu-
Berkembangnya konsep spiritualitas sitas menjadi berbeda-beda tergantung apa
secara eksplisit menghadirkan kenyataan yang ditekankan oleh ahli tersebut. Meru-
bahwa religiusitas menjadi dipandang se- juk pada pendekatan yang digunakan,
bagai satu identitas yang terpisah dari maka akhirnya terdapat variasi penjelasan
religiusitas. Spiritualitas dalam psikologi untuk mendefinisikan religiusitas. Berda-
agama juga merupaka satu konsep yang di- sarkan level kajian ada pengertian religiu-
anggap kompleks, idiografik dan multi- sitas di level personal dan ada yang di
dimensi. Konsep ini dianggap sebagai sua- level sosial. Demikian juga terdapat pe-
tu yang tidak terikat pada institusi gereja ngertian religiusitas berdasarkan fungsi
atau ritual-ritual agama tertentu. Semen- dan berdasarkan substansi. Adanya perbe-
tara religiusitas diartikan sebagai hal-hal daan fokus ini membuat pada kenyataan-
yang terkait praktik-praktik agama yang nya melahirkan dikotomi pengertian.
institusional. Spiritualitas didefinisikan 1) Level kajian yang berbeda.
sebagai suatu aspek yang sifatnya personal Pargamen (1996) menjelaskan seti-
dan lebih berkonotasi positif dibandingkan daknya religiusitas telah dijelaskan melalui
pe-ngertian religiusitas yang dianggap pertama, level personal dan sosial. Religi-
201
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)
202
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208
Conata. Menurut mereka komponen reli- and purposeful and also derives personal
giusitas yang umumnya dikenali dan meaning from a force that she or he
dibedakan dalam kajian psikologi yaitu believes pervades, underlies, arches over,
antara aspek kognisi, perasaan (afek) dan or transcends life’‟ (Mascaro and Rosen
tindakan.Pembedaan ini bukanlah suatu 2006, p. 170). Selanjutnya Mascaro me-
yang baru dalam ilmu psikologi. Para ngembangkan skala yang disebut Spiritual
Psikolog awal seperti Hall (1891),Starbuck Meaning Scale (SMS; Mascaro et al. 2004;
(1899), and Leuba (1912) telah membuat Mascaro and Rosen 2006)
pembedaan awal antara religious belief, Berdasarkan pengertian-pengertian
religious feelings, and religious works or diatas maka dapat diambil simpulan
practices.(Marie Cornwall, Stan L. umumnya studi psikologi mengindikasikan
Albrecht, Perry H. Cunningham, and Brian bahwa religiusitas dan spiritualitas adalah
L. Pitcher, 1998). Penjelasan agama de- dua konstruk yang yang dianggap berbeda
ngan cara ini dapat dikatakan merupakan (ini juga diungkapkan oleh oleh Dowling
pendekatan yang mencoba menjelaskan et al. 2003; Piedmont et al. 2009; Shahabi
religiusitas melalui subtansi ajaran agama. et al. 2002, Takahashi and Ide 2003,
Demikian pula Good (2011) menyatakan Zinnbauer et al. 1997)
bahwa beragama adalah tingkah laku dan Religiusitas dan spiritualitas sebagai
keyakinan yang berhubungan dengan konstruk yang berbeda dapat dilihat dari
agama yang terorganisasi (behavior and pengertian para ahli seperti Piedmont et al.
beliefs associated with organized reli- (2009) menyebutkan religiusitas berhu-
gion). Penjelasan ini merupakan salah satu bungan dengan pengalaman manusia seba-
yang menggunakan pendekatan subtansi gai makhluk transenden yang diekspre-
Adapun penjelasan agama berdasar- sikan melalui komunitas atau organisasi
kan fungsi misalnya penjelasan agama sosial“ is concerned with how one’s expe-
sebagai sebuah pencarian terhadap yang rience of a transcendent being is shaped
Maha Suci atau aspek-aspek non material by, and expressed through, a community
dari kehidupan. Pada perkembangannya, or social organization. Sedangkan spiri-
pengertian pertama ini menjadi istilah tualitas pada sisi lain berhubungan dengan
untuk apa yang disebut sebagai religiusitas hubungan personal dengan Tuhan atau
dan pengertian kedua merujuk pada pe- alam semesta “is most concerned with
ngertian spiritualitas. Spiritualitas sering one’s personal relationship to larger,
dipandang sebagai hal-hal yang bersifaat transcendent realities, such as God or the
fungsional sedangkan religiusitas dipan- Universe‟‟ (hal. 163). Religiusitas
dang sebagai hal-hal yang berkaitan de- dikonotasikan dengan institusi dan doktrin,
ngan fungsi. Ahli mencoba memberi pen- bersifat lebih objektif dan internal
jelasan berdasarkan fungsi dan akhirnya sedangkan spiritualitas berkontotasi pada
merujuk pada pengertian spiritualitas pengalaman personal yang lebih subjektif
misalnya Mascaro & Rosen (2006) yang “Spirituality is differentiated from religion
mencoba menjelaskan melalui makna in that religion connotes doctrines and
eksistensial (existential meaning). Spiri- institutions, and is more objective and
tualitas didefinisikan sebagai sejauhmana external, whereas spirituality connotes
seeorang memandang kehidupannya personal experiences and individual
memiliki koherensi dan bertujuan, namun practices, and is more subjective and
juga memperoleh pengalaman personal internal. Further, spirituality is considered
melalui kekuatan yang dia yakini sebagai an innate human characteristic”.
suatu yang melingkupi, mendasari atau Good (2011) mendefinisikan
melampaui kehidupan. „„the extent to spiritualitas sebagai pencarian terhadap
which someone views life itself as coherent Yang Maha Suci, aspek non material dari
203
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)
kehidupan “as the search for sacred, God or gods. Hal yang hampir sama juga
divine, or nonmaterial aspects of life, tertuang dalamkamus Cambridge Dicti-
Sedangkan religiusitas dikonsepkan seba- onaries Online yang menterjemahkan kata
gai tingkah laku dan keyakinan yang dihu- agama sebagai the belief in and worship of
bungkan dengan agama institusi yang ter- a god or gods, or any such system of belief
organisasi “behavior and beliefs associa- and worship. Pengertian agama ini mem-
ted with organized religion”. (Marie buat Beit Hallahmi & Argyle (1997)
Good, 2011) mendefinisikan agama sebagai sebuah
Pargament (1997) mendefinisikan sistem keyakinan terhadap Tuhan yang
religiusitas sebagai sistem ideology, ritua- Maha Kuasa dan Suci, serta praktik-
listic dan organisasi : praktik pemujaan atau ritual-ritual yang
Religion is an organizational, diarahkan terhadap yang Maha Kuasa.
ritualistic, and ideological system. The Masyarakat barat pada kenyataannya
term "religion" is moving away from the tidak memasukkan spiritualitas sebagai ba-
broad context of both institution and gian dari agama.Padahal menurut Wulf
individual and becoming a more narrow (1997) religio dapat berkonotasi dengan
concept of only the institutional, and this suatu yang lebih besar dari kekuatan
ascribed alignment with the institutional manusia, yang menuntut seseorang untuk
has given religion a negative connotation merespon dengan cara-cara tertentu, untuk
as the institutional typically restricts menghindari konsekuensi yang mengeri-
human potential (Pargament, 1999) kan. “some scholars say was initially used
Sedangkan spiritualitas merujuk to designate a greater-than human power
pada aspek yang personal that requires a person to respond in a
"Spirituality refers to the personal, certain way to avoid some dreadful
thoughtful, and affective aspects of beliefs consequences
and is becoming more popular than Kaitan Religiusitas dan spiritualitas
religion because this term indicates a Secara umum para ahli kajian psi-
freedom of individual expression and an kologi gagal untuk membuat konsensus
ability to achieve our full potential mengenai definisi religiusitas dan spiritua-
(Pargament, 1999) litas (Hill et al. 2000) dan kedua konsep
Berdasarkan pengertian-pengertian lebih banyak diidentifikasi sebagai dua hal
diatas maka religiusitas seringkali dipan- yang berbeda. Di sisi lain, seringkali ter-
dang sebagai pada ritual-ritual dan tingkah dapat pengertian yang tumpang tindih
laku dalam institusi sedangkan spiritualitas dalam operasionalisasinya. Terobosan di-
merupakan hubungan yang subjektif dan lakukan oleh Pargament (1997) yang
personal dengan yang Maha Kuasa. merumuskan pengertian religiusitas dan
Penyebab dikotomi pengertian spiritualitas yang dikembalikan pada fung-
Mengapa hal ini dapat terjadi? si dari religiusitas dan spiritualitas, dimana
Apabila ditelusuri maka hal ini dapat dika- religiusitas didefinisikan sebagai “search
takan merupakan pengaruh sekularisasi da- for significance in ways related to the
lam masyarakat barat (Zinnbauer, Parga- sacred” (p. 32), sedangkan spiritualitas
ment, & Scott, 1999). Pengertian agama didefinisikan sebagai spirituality as a
dalam masyarakat barat hanya berkaitan search for the sacred, Artinya terdapat
dengan keyakinan (the belief) dan periba- unsur kesamaan dalam agama dan spiri-
datan/praktik (the worship) sebagaimana tualitas yaitu dipandang sebagai motivasi
tercantum dalam Oxford dictionaries (pencarian) terhadap Tuhan. Dalam hal ini
Online kata religion diartikan sebagai the menurut Pargament‟s (1997) bahwa titik
belief in and worship of a superhuman persamaan religusitas dan spiritualitas ada-
controlling power, especially a personal lah pencarian terhadap yang maha Suci.
204
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208
Dari pengertian agama yang dikemukakan & Glass, 1989; Kristensen, Pedersen, &
oleh Pargament, ada dua pengertian yang Williams, 2001). Bergan & McConatha
muncul, yang pertama adalah search (2000) selanjutnya mendefinisikan reli-
(pencarian) dan The Sacred (Yang Maha giusitas subtansi religiusitas melalui dua
Suci). dimensi yaitu :
Apa yang dilakukan oleh Pargament - religious beliefs
dalam pandangan peneliti adalah terobosan - involvement (religious attendance)
penting dalam kajian psikologi agama ka- Pengukuran religiusitas melalui dua
rena mencoba menyatukan religiusitas dan dimensi ini merupakan penambahan atas
spiritualitas dalam satu fungsi yang sama dasar pengukuran sebelumnya yang unidi-
dari yaitu pencarian tentang Tuhan. Se- mensional
bagai seorang beragama dan penganut Pendekatan substansi yang paling
muslim, Peneliti bersepakat dengan pan- banyak dikenal melalui apa yang dia sebut
dangan Pargament ini. bahwa fungsi kebe- sebagai komitmen religius (religious
radaan manusia dalam kehidupan di dunia commitment). Menurut Glock & Stark ada
adalah menemukan (mencari) Tuhan da- lima dimensi yang merupakan inti dari
lam kehidupan, dan bahwa spiritualitas ti- religiusitas. Religiusitas menurut mereka
dak dapat dilepaskan dari keagamaan. adalah bagaimana komitmen seseorang
Pertanyaan berikutnya lalu bagaimana terhadap lima substansi ajaran agama.
konten atau subtansi agama? Kelima substansi tersebut oleh Glock &
Stark disebutnya sebagai the ideological,
Substansi religiusitas the ritualistic, the experiential, the
Dalam agama Kristen keikatan pada intellectual and the consequential (Stark &
komuni merupakan hal yang diperhatikan Glock 1968).Glock & Stark menambahkan
dalam perumusan religiusitas. Sehingga bahwa dimensi ini merupakan manifestasi
kehadiran dalam komuni merupakan aspek religiusitas yang dapat ditemukan pada
penting religiusitas bagi umat Kristen. semua agama.
Konsep ini muncul dalam dimensi reli-
gious attendance/involvement (Bergan & Beberapa kritik terhadap dimensi
Mc Conata, 2000) serta religius intrinsic Glock & Stark
Allport & Ross (1967). Pada awalnya 1. Dimensi konsekuensial yang meru-
religiusitas hanya berfokus pada satu pakan dimensi kelima Glock & Starck
konsep unidimensional saja yaitu menge- merupakan dimensi yang paling banyak
nai kehadiran/kedatangan/mengikuti akti- dikritik (Fichter 1969; Payne and
fitas (religious attendance) Elifson 1976). Kritik utama adalah ka-
Bergan & Mc Conata lalu menam- rena dimensi ini dianggap merupakan
bahkan dimensi keyakinan (belief) yang konsekuensi dari religiusitas dan bukan
didasari pandangan bahwa mengukur reli- merupakan religiusitas itu sendiri.
giusitas hanya melalui religious atten- Glock & Stark selanjutnya mengeli-
dance akan membawa pada kesimpulan minasi dimensi konsekuensi dari mo-
yang salah, khususnya pada studi dengan delnya dan membagi dimensi ritualistic
orang tua dimana kehadiran mereka ter- menjadi praktik public dan private, de-
ganjal karena keterbatasan tubuh. Sehing- ngan demikian dimensi religiusitas
ga untuk populasi ini, aspek atau dimensi- tetap menjadi 5.
dimensi religiusitas seperti religious belief 2. Kritik kedua berkaitan dengan ideologis
systems dan private devotions (ketaatan dan intelektual yang dipandang meru-
pribadi), akan memberikan gambaran pakan satu dimensi yaitu dimensi kog-
pengukuran yang lebih akurat mengenai nitif.
religiusitas. (Ellison, 1991; Ellison, Gay,
205
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)
206
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2015, Vol. 2, No. 2, Hal: 199 - 208
207
Religiusitas, Spritualitas dalam Kajian Psikologi dan Urgensi Perumusan Religiusitas Islam (Fridayanti)
208