Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
diduga oleh seluruh rakyat dunia terutama rakyat Amerika. Dalam hitungan waktu
ribuan jiwa terluka dan jutaan orang lainnya dicekam rasa ketakutan mendalam 1 .
Salah satu symbol kebanggaan Amerika Serikat pada pagi Selasa 11 September 2001
tersebut runtuh akibat serangan jaringan teroris internasional. Menara kembar World
Trade Center dan system keamanan Amerika yang selama ini dianggap canggih
terror oleh Amerika Serikat dengan tujuan untuk menghancurkan dan menghilangkan
slogan “Amerika Diserang” (America Under Attack). Deklarasi perang itu ditujukan
kepada Usamah bin Laden sebagai tersangka utama. Selain itu, pemerintah Amerika
Serikat juga membelah dunia dengan dua opsi : with us or we against (bersama kami
atau kami serang). Pilihan pertama akan memetik “reward” yaitu berupa dukungan
dan bantuan kepada negara-negara yang mendukung kebijakan ini dalam memerangi
terorisme, sedang pilihan kedua akan menuai “punishment” yaitu hukuman yang
1
Buckley, Mary and Rick Fawn. Global Responses to Terrorism : 9/11, The War in Afghanistan and
Beyond. New York : Routledge. 2003. Hal.12
17
diberikan kepada negara-negara yang tidak mendukung kebijakan Amerika Serikat
rakyat Amerika untuk perang melawan terorisme. “Perang yang tidak akan usai
sampai seluruh kelompok teroris berjangkauan global itu kalah dan bertekuk lutut”3.
Bush dalam pidatonya juga mengatakan bahwa ini adalah perang untuk keadilan,
sebagai balas dendam atas serangan 11 September 2001. Bush menyebutkan untuk
membuat teroris itu bertekuk lutut, operasi militer adalah pilihan yang tidak bisa
dihindari. Ia menunjuk Usamah bin Laden dan jaringan Al Qaeda sebagai target
utama untuk dihancurkan. Selain itu, pemerintah Afghanistan (Taliban) juga masuk
Kebijakan ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan grand strategy
Amerika Serikat pada masa perang dunia kedua karena tidak lagi secara pasif
Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa para teroris secara langsung
mengancam dan membunuh ribuan jiwa, tanpa ada peringatan atau dialog politik
2
Husaini, Adian. Jihad Osama Versus Amerika. Jakarta : Gema Insani Press. 2001. Hal 47
3
Gray, Jerry D. Fakta Sebenarnya Tragedi 11 September, terj. Jakarta : Sinergi Publishing. 2004. Hal
37.
4
Ibid hal 38‐40.
18
yang memungkinkan terwujudnya kompromi, dan dilakukan dengan sangat
terperinci, tidak memilih korbannya serta dilakukan dalam skala massif. Sebuah
kulminasi teror yang pantas dianggap sebagai wujud sebuah unjustified aggression.5
sebagai negara super power yang berkepentingan untuk mengatur dan mengamankan
ketertiban dunia dari terorisme dan penggunaan senjata pemusnah masal. Di lain
pihak ada kepentingan lain. Oleh sebab it, menurut pandangan penulis bahwa Global
War on Terrorism yang dicanangkan oleh Amerika memili kepentingan ganda, yaitu
kepentingan idealism dan pragmatism. Artinya Amerika sebagai pemimpin dunia dan
polisi dunia berkewajiban untuk menjaga stabilitas keamanan dunia dari bahaya
senjata pemusnah massal yang dimiliki oleh irak dan terorisme yang bertentangan
dengan nilai-nilai dan karakter bangsa Amerika Serikat yang tertuang di dalam
deklarasi kemerdekaan, piagam perdamaian dan hak asasi manusia. Maka atas dasar
5
Neta C. Crawford, Just War Theory and the U.S. Counter terror War, dalam Perspectives on Politics,
Vol. 1, No. 1 (Mar., 2003), hal 12 diakses pada 1 april 2014
19
B. RUMUSAN MASALAH
Bush pasca serangan 11 September 2001 selama dua periode masa pemerintahannya
apa saja yang menjadi penentu keberhasilan maupun kegagalan dari kebijakan
tersebut?
Bertolak dari latar belakang masalah dan ruang lingkup penelitian yang
dikembangkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian
20
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
dunia internasional.
baru politik luar negeri Amerika Serikat pasca peristiwa 11 September 2001
terhadap terorisme global serta memberi pandangan yang jelas tentang tokoh
terorisme itu sendiri dan strategi dalam melawan tindak terorisme tersebut.
21
D. TINJAUAN PUSTAKA
mengenai topik kebijakan luar negeri Amerika Serikat, terorisme, dan kebijakan
2001 yang lebih memfokuskan pada respon, dampak dan efek dari serangan terorisme
tersebut. Namun penelitian yang dilakukan itu hanya sebatas mengenai kebijakan dan
dampak dari diberlakukannya kebijakan tersebut serta beberapa kasus seperti Invasi
ke Irak, Perang terhadap Afghanistan dan dampak terhadap kaum Muslim dunia.
Penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu Kebijakan Amerika Serikat Terhadap
dan program baru yang muncul mengikuti doktrin Bush, serta menjelaskan faktor
tentang adanya kepentingan Amerika Serikat di Irak dan Timur Tengah yang memicu
invasi tersebut.
meletakkan fokus pada evaluasi keberhasilan maupun kegagalan yang ditemui oleh
22
Amerika Serikat selama proses dijalankannya kebijakan “War on Terrorism” apakah
dengan kebijakan yang di jalankan selama dua periode masa pemerintahan Bush ini
dapat dikatakan berhasil ataupun gagal, dan bila gagal maka apa saja bukti kegagalan
yang di dapat serta apa sajakah bukti dari keberhasilan dari kebijakan contra
pada studi kasus Perang Amerika terhadap Al Qaeda menjadi hal yang baru bagi
keragamaan penelitian dalam bidang sosial politik sejenis ini karena dengan
dunia maka batasan penelitian menjadi lebih spesifik yaitu bagaimana perkembangan
terorisme itu sendiri sejak di berlakukan kebijakan “War on Terrorism” ini. Apakah
ada perubahan yang signifikan dari diterapkan kebijakan tersebut terhadap bibit-bibit
terorisme internasional.
23
E. PENDEKATAN PENELITIAN
berbagai disiplin, seperti ilmu sastra, antropologi, sejarah, ekonomi, agama dan
politik. American Studies adalah suatu studi interdisipliner (disiplin yang saling
economic structure.
digunakan dalam American Studies tersebut, mempunyai tiga inti penting, seperti
Program bahwa : ”American Studies moved toward the reconciliation of tenses past,
present, and future, the reconciliation of the academic discipline and the third long-
range goals, that is the reconciliation of region, nation and world. In the other words,
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam meneliti topik ini perlu dilihat masa lalu
(past), masa sekarang (present), dan masa akan datang (future); dan ketiga masa itu
saling berkaitan satu sama lain. Dengan melihat sikap dan kebijakan Amerika Serikat
6
Meredith, Robert.ed. American Studies, Essay on Theory and Method. Colombus, Ohio : Charles E.
Merril Publishing Co. 1968. Hal 11.
7
Ibid hal 5
24
terhadap isu terorisme di masa dahulu, maka akan terefleksi pada masa sekarang dan
dalam penelitian ini. Meskipun setiap pendekatan tampak memiliki sudut pandang
Seperti yang dijelaskan oleh Meredith dalam Subverting Culture and Radical
pendekatan sosial, sejarah, politik, literature dan lainnya8. Untuk melengkapi hasil
dimaksudkan sebagai analisis masalah yang dilihat dari urutan waktu secara
perspektif sejarah.
8
Meredith, Robert. Subverting Culture, The Radical as Teacher. Miami : Miami University Press. 1969.
Hal 11.
9
McDowell, Tremaine. American Studies, The Minnesotta Program. Minneapollis. The University of
Minnesota. 1948. Hal 82.
25
Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah. Yaitu pendekatan yang
munculnya terorisme global, fakta dan peristiwa dan akibat setelah terjadinya
serangan 11 September 2001 tersebut serta langkah-langkah nyata yang di ambil oleh
berdasarkan suatu lingkup penelitian yang tidak berdiri sendiri namun berdiri di
antara ilmu sosial dan ilmu humaniora. “By definition and by common usage, history
is a branch of knowledge with deals with the past, but, as a discipline which stands
among both the social science and the humanities, history might perhaps be expected
to deal even handedly with past and present 10 . Lalu McDowel juga mengatakan
tulang punggungnya. Pendekatan politik ini digunakan untuk melihat seberapa besar
keberhasilan dan kegagalan yang di capai oleh Pemerintah Amerika Serikat dalam
menjalankan kebijakan politik luar negeri yang baru kontra terorisme tersebut.
10
Ibid Hal 8
11
Schmidt, Steffen W. American Government and Politics Today. West Publishing Company. 1985.
Hal 13
26
Pendekatan dari segi ekonomi digunakan untuk menggambarkan kondisi
dengan kajian-kajian yang lain. Dalam kerangka penelitian ini kajian politik sangat
terbuka dan dipengaruhi oleh disiplin-disiplin yang lain, misalnya : kebijakan politik
luar negeri Amerika Serikat juga dipengaruhi oleh ekonominya. Untuk mengkaji
suatu permasalahan tidak cukup mengandalkan satu kajian ilmu saja. Dalam
penelitian ini juga topik yang khusus tentang terorisme di Amerika Serikat akan
dikaji secara lebih luas dalam lingkup kebijakan maupun secara global.
27
F. KERANGKA TEORI
Choice dan Foreign Policy Analysis dalam menganalisis penelitian ini. Penggunaan
Setiap negara memerlukan politik luar negeri, selain sebagai sarana untuk
melakukan interaksi dengan negara lain dalam sistem internasional, kebijakan luar
nasional sendiri merupakan suatu entitas yang selalu berubah. Hal ini bisa terjadi
luar negeri, serta kondisi politik dan keamanan internasional (faktor eksternal) yang
selalu berubah. Sejalan dengan definisi Mark R. Amstutz yakni “foreign policy as
dapat disimpulkan bahwa politik luar negeri adalah aksi nyata yang dirancang oleh
dalam dunia internasional. Dalam kajian politik luar negeri sebagai suatu sistem,
mempengaruhi politik luar negeri suatu negara dan dikonversi oleh para pembuat
keputusan menjadi output yang dapat berupa berbagai macam kerjasama diantaranya
12
Amstutz , Mark R. International Conflict and Cooperation : an introduction to world politics.
McGraw Hill.1998. Hal 175
28
kerjasama bilateral, trilateral, multirateral dan regional demi memenuhi kepentingan
menyebutkan bahwa : “National security and national interest are the principal
categories in which strategic goals are conceived. National seeks security and range
of other objectives”13. Pada setiap proses pembuatan kebijakan luar negeri (decision
kebijakan luar negeri juga melibatkan banyak aktor domestik yang berasal dari
berbagai institusi. Tak jarang dari berbagai aktor yang terlibat dalam proses
yang dihasilkan tetap merupakan satu kebijakan yang diyakini bisa memenuhi
konsekuensi yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut. dalam hal ini Allison
mengatakan bahwa : “governments select the action that will maximize strategic
Menurut Allison goals and objectives dalam pembuatan kebijakan luar negeri
merupakan tujuan dari kebijakan yang dibuat. Dengan demikian, kebijakan luar
negeri yang akan diambil merupakan kebijakan yang dinilai bisa memaksimalkan
13
Allison, Graham T. Essence of Decision : Explaning the Cuban Misile Crisis. Boston: Little, Brown and
Company. 1971.
14
Ibid hal 32
29
pencapaian strategis negara. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang terdapat
Definisi Kebijakan Luar Negeri atau Foreign Policy adalah “The decision of
an individual, the deliberations of a committee, the outcome of a policy-making
process, the sum of clashing interests groups, the values of a dominant elite, the
product of a society’s aspirations, the reinforcement of a historical tradition, the
response to an opportunity or challenge elsewhere in the world15.
Asumsi bahwa kebijakan luar negeri merupakan tindakan value-maximizing
menjadikan negara atau pemerintah sebagai aktor rasional. Robert Dahl dan Charles
kalau tindakan itu secara tepat diarahkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan,
mencapai kepentingan nasional. Untuk mencapai hal tersebut, negara sebagai aktor
yang rasional berusaha untuk memilih tiap pilihan alternatif untuk memaksimalkan
15
Rosenau, J.N. 1976. World Politics; an introduction. New York: The Free Press. hal 2.
16
Robert Dahl and Charles Lindblom, Politics, Economic and Welfare (Harper 1953) hal.38. dalam
Mochtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, LP3ES. Jakarta. 1994. Hal
274.
17
Allison, Graham T. Essence of Decision : Explaning the Cuban Misile Crisis. Boston: Little, Brown and
Company. 1971. Hal. 33
30
benefit dan meminimalkan cost yang diterima. Untuk menganalisa cost dan benefit
yang diterima oleh negara, maka pada penelitian ini akan menggunakan teori pilihan
rasional (rational choice). Rational choice theory atau teori pilihan rasional dalam
suatu aktor18.
oleh aktor yang mana masing-masing berperan sebagai pemain. Hubungan antar aktor
secara umum digambarkan dalam proses tarik ulur satu sama lain (pulling and
Allison outcomes bukanlah penyelesaian yang dipilih oleh para aktor tetapi
merupakan hasil dari kompromi, koalisi dan kompetisi antar aktor. Kemampuan dan
keahlian dari para aktor itulah yang menentukan hasil akhir dari proses pengambilan
keputusan20.
kebijakan politik luar negeri tidak dapat dilepaskan dari peran manusia sebagai
proses yang menyangkut pemilihan dari sejumlah masalah yang terbentuk secara
18
Jackson, Robert & Geor Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. 2009. Hal 297.
19
Allison, Graham T. Essence of Decision : Explaning the Cuban Misile Crisis. Boston: Little, Brown and
Company. 1971. hal.37
20
Ibid. hal.38
31
rasional dan pemilihan sasaran-sasaran alternatif yang ingin diterapkan dalam urusan
tujuan strategis dalam menyusun kebijakan luar negeri22. Untuk memutuskan pilihan
apa yang akan diambil oleh aktor, teori pilihan rasional berupaya untuk memberikan
penjelasan mengenai pilihan optimal bagi para pembuat keputusan. Teori pilihan
keputusan yang diambil terbaik dan dapat dikatakan berhasil untuk mencapai
menyatakan bahwa:
“1. Rational choice theory is individualistic: social and political outcomes are
viewed as the collective product of individual choices (or as the product of choices
made by unitary actors).
2. Rational choice theory assumes that each actor seeks to maximize its
“subjective expected utility.” Given a particular set of preferences and a fixed array
of possible choices, actors will select the outcome that brings the greatest expected
benefits.
3. The specification of actors’ preferences is subject to certain constraints: (a)
an actor’s preferences must be complete (meaning we can rank order their
21
Snyder, Richard C., H.W Bruck, and Burton Sapin, . Foreign Policy Decision‐
Making: An Approach to the Study of International Politics. Glencoe: Free
Press, 1962. Hal 60.
22
Allison, Graham T. Essence of Decision : Explaning the Cuban Misile Crisis. Boston: Little, Brown and
Company. 1971. Hal 33
23
“Rigor or Rigor Mortis? Rational Choice and Security Studies,” MIT Press Journals, Spring diakses
pada 20 maret 2014
32
preference for different outcomes); and (b) preferences must be transitive (if A is
preferred to B and B to C, then A is preferred to C).”24
Pada penjelasan di atas terdapat tiga poin yang dijelaskan oleh Waltz
mengenai teori pilihan rasional. Pertama, teori pilihan rasional bersifat individu yaitu
hasil-hasil sosial dan politik dipandang sebagai produk kolektif atas pilihan individu
(atau sebagai produk dari pilihan yang dibuat oleh aktor kesatuan). Waltz
menambahkan mengenai aktor kesatuan (negara) pada aktor teori pilihan rasional,
yang sebelumnya dijelaskan oleh Latsis yaitu individu. Kedua, Waltz mengasumsikan
aktor dengan mengambil suatu pilihan yang akan membawa hasil maksimal terhadap
pencapaian kepentingannya.
kendala tertentu, contohnya aktor memiliki beberapa pilihan. Waltz pada intinya
menyatakan bahwa teori pilihan rasional merupakan alat untuk membuat kesimpulan
logis tentang bagaimana manusia (atau negara) membuat keputusan. Dari penjelasan
mengenai teori pilihan rasional dapat disimpulkan bahwa teori pilihan rasional
merupakan instrumen mengenai maksud dan tujuan atau pilihan terarah dari negara
digunakan pada penelitian ini untuk menganalisa apa maksud dan tujuan dari negara,
dan untuk menganalisa cost dan benefit dari pilihan yang dilakukan negara untuk
mencapai kepentingannya.
24
http://mitpress.mit.edu/journals diakses pada 10 maret 2014
33
Konsep rational choice berasumsi rasionalitas yaitu bahwa suatu pilihan
diambil atas dasar perhitungan atau kalkulasi untung dan rugi (cost and benefit
calculation) bukan pada pertimbangan moralitas baik buruk yaitu bagaimana seorang
Choice ada beberapa hal yang saling berkaitan satu dan lainnya. Tidak dapat
melupakan aktor yang terkait yang menjalankannya yaitu unitary actor. Dikatakan
bahwa negara sebagai aktor rasional seperti dalam pendekatan realisme klasik yang
Power didefinisikan sebagai kemampuan total dari suatu negara yang meliputi
memperluas kekuasaan jika hal ini berbenturan dengan yang lain maka akan
menimbulkan “struggle for power“. Perhatian utama realisme politik ialah pada
negara. Setiap negara akan selalu bergerak dan berbuat berdasarkan kepentingan
34
Dalam konsep Decision Maker dipahami bahwa para pelaku pengambilan
kebijakan memiliki kekuasaan penuh dan rasional (Powerfull and Rational) karena
pada rasionalitas yang paling penting adalah prosesnya dan tidak memperdulikan
hasilnya yang mana tidak menilai sebuah keputusan dari tingkat moralitas atau
baik/buruk. Maka benar dengan pemahaman kaum realist yang memandang bahwa
jarak antara satu perang ke perang yang lain adalah damai dan kaum realist
memandang bahwa realisme tentang damai adalah menunda atau menahan sebuah
perang. Menurut kaum realist konflik antara negara itu adalah sesuatu yang tidak
dapat dihindari (conflictual) baik yang muncul karena konflik dari dalam maupun
serangan dan ancaman yang datang dari luar. Pada akhirnya dapat dikemukaan bahwa
dalam Role Theory posisi dan proses lah yang terpenting dan bukan karakteristik
pelaku (actor).
Dengan demikian maka keputusan dan kebijakan yang diambil oleh unitary
actor dalam konsep Rational Choice dapat menjadi salah satu pendekatan analisa
yang mampu mengukur keberhasilan yang dicapai dan kegagalan dari perspektif
Amerika dan dampak yang didapat oleh dunia internasional dengan diberlakukannya
foreign policy making as rational process menurut Allison bahwa Rational decision-
making model terbentuk dari aktor kesatuan (unitary actor) yang menjalankan peran
sebagai rasional aktor dalam pengambilan sebuah keputusan. Kebijakan luar negeri
35
tersebut menjadi sebuah langkah dalam menangani konflik maupun permasalahan
an intellectual process where the actors choose what is the best for the country and
36
G. METODE PENELITIAN
studi pustaka (review) baik berupa buku, jurnal, surat kabar, majalah, dokumen,
Metode penelitian yang akan dipakai dalam mengolah data adalah metode
kualitatif dengan jenis diskriptif analitis, yaitu dengan cara mengumpulkan fakta-
fakta yang terkait dan dapat menunjang proses menganalisis serta menginpretasikan
37
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I membicarakan pengantar, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, kerangka teori, pendekatan penelitian, metode penelitian yang terdiri dari
metode pengumpulan data dan metode pengolahan data, tujuan dan manfaat
langkah-langkah apa saja kah yang dilakukan dalam mewujudkan kebijakan tersebut.
Bab IV membahas tentang keberhasilan dan kegagalan dari kebijakan “War on Terror
mengapa kebijakan tersebut dapat dikatakan berhasil dan tidak berhasil selama masa
pemerintahan Presiden Bush. Apa sajakah faktor penentu dari keberhasilan dan
Serikat.
Bab V merupakan kesimpulan dari hasil penelitian ini dan juga bagaimana feedback
yang di dapat oleh Indonesia dari penerapan kebijakan contra terorisme yang
38