Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
kerusakan struktur ginjal yang progresif. Chronic kidney disease dapat disebabkan
karena produk akhir metabolisme dalam darah yang tidak dapat di keluarkan
kerusakan ginjal, termasuk kelainan dalam darah, urin atau studi pencitraan
(Pernefri, 2013).
2.1.2 Etiologi Chronic Kidney Disease
Menurut Prabowo dan Pranata (2014), chronic kidney disease (CKD)
9
Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan gambaran kondisi fungsi ginjal
dan merupakan salah satu kriteria diagnosis chronic kidney disease. Chronic
kidney disease merupakan abnormalitas struktur atau fungsi ginjal selama >3
bulan dengan kriteria LFG <60 mL/ menit/1,73 m2 dengan atau tanpa kerusakan
ginjal, ditemukannya satu atau lebih gejala seperti albuminuria, sedimen urin yang
ginjal.
Tanda gejala yang akan sering terjadi pada pasien chronic kidney disease
yaitu kulit terasa gatal, mengalami kram otot, kehilangan nafsu makan, berat
badan menurun, lebih sering BAK (buang air kecil) terutama pada malam hari,
mengalami kejang pada otot, mengalami disfungsi ereksi pada pria, nyeri pada
dada akibat cairan menumpuk di sekitar jantung, mengalami gangguan tidur atau
terdapat darah atau protein dalam urine saat melakukan test urine (Ariani, 2016)
Tabel 2.1
Stadium Chronic Kidney Disease
10
Stadium Deskripsi
LFG (mL/menit/1.73
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala urea membaik setelah
dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Kadar nitrogen urea darah dan blood
Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitif dari fungsi renal
karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya
dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme dan medikasi seperti steroid. Selama CKD, beberapa nefron termasuk
glomerulus dan tubula masih berfungsi, sedangkan nefron yang lain sudah rusak
dan tidak berfungsi lagi. Nefron yang masih utuh dan berfungsi mengalami
hipertrofi dan menghasilkan filtrat dalam jumlah banyak. Reabsorpsi tubula juga
11
meningkat walaupun laju filtrasi glomerulus berkurang. Kompensasi nefron yang
disease adalah manajemen diet, dialisis dan transplantasi ginjal (Henny, 2013).
awal sampai tahap akhir, dimana tujuan dari manajemen diet ini adalah untuk
keseimbangan cairan dan elektrolit. Jadi, jika pasien gagal ginjal menjalani
manajemen diet yang baik maka penderita akan dapat hidup normal, produktif,
asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2 g/kgBB ideal/hari pada
12
HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai
biologik tinggi.
3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu : · 1 g
+ penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin
+ penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter urin
2.1.6.2 Dialisis
Dialisis dapat juga dikatakan sebagai cuci darah yang merupakan tindakan
yang harus dilakukan bagi penderita gagal ginjal akut dan kronis. Tindakan ini
dari sebagian fungsi ginjal yaitu ekskresi. Eksresi adalah zat yang berbahaya yang
dibuang oleh tubuh dari hasil metabolisme. Saat ini hemodialisa hanya
mengeluarkan 48% sampai 52% dari toksin uremik, sehingga penderita harus
13
1.1.1.1 Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Peritoneal dialisis merupakan suatu metode dialisis yang dilakukan
ginjal, karena hal ini dilakukan ketika fungsi ginjal sedikit atau tidak ada
fungsinya lagi. Prinsipnya adalah dengan cara mengganti ginjal yang sudah rusak
dengan ginjal sehat yang sudah di donorkan lewat prosedur operasi. Transplantasi
ginjal membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang panjang karena harus
2.2 Hemodialisa
2.2.1 Definisi
dimana kata hemo berarti darah dan dialisa berarti memisahkan atau
membersihkan darah dari bahan beracun yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
dari dalam tubuh. Hemodialisa merupakan alat yang terdiri dari dua kompartemen
yaitu darah dan dialisat, dimana alat tersebut dapat menjadi terapi untuk
seperti kalium dan sodium dari dalam darah pasien. Selain itu dialisat juga dapat
14
bikarbonat yang dapat membantu menjaga keseimbangan pH tubuh
(Cahyaningsih, 2011).
adalah LFG <15 ml/menit. Keadaan klinis pasien yang memiliki LFG <15
jika ditemukan salah satu hal yaitu keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata,
2011).
hemodialisa adalah pada pasien yang terlalu lemah atau dengan sakit stadium
terminal, tekanan darah pasien rendah, pasien dengan pembekuan darah, pada
pasien yang mengalami gangguan jiwa dan pada pasien yang menolak melakukan
hemodialisa.
serta yang paling penting adalah persipan pasien itu sendiri. Persiapan pasien
15
pemeriksaan hasil laboratorium dan penunjang lainnya serta menentukan akses
hemodialisa dapat dilakukan dalam keadaan duduk. Saat pasien sudah memakai
vaskuler. Terdapat dua tusukan yaitu satu untuk mengeluarkan darah dari
pembuluh darah arteri ke mesin dan yang satu lagi untuk memasukkan darah dari
mesin ke dalam pembuluh darah balik. Pada saat proses hemodialisa berlangsung
maka akan dilakukan observasi terhadap mesin hemodialisa dan keadaan pasien
itu sendiri. Pada pasien yang dilakukan observasi adalah tanda vital yang diukur
tiap satu jam, dosisi pemberian heparin setiap satu jam, cairan yang masuk
perparenteral maupun oral yang dicatat jumlahnya dalam rekam medis. Pada
kecepatan aliran dialisat/Qd yang dicatat setiap satu jam, tekanan negatif, positif,
suhu dialisa, conductivity, jumlah cairan dialisat, jumlah air, ginjal buatan, selang
dari pintu masuk vaskuker atau membuka kanul kateter subklavia. Lubang tempat
tusukan akan ditekan sebentar kemudian ditutup dengan plester selama ± 24 jam,
menimbang berat badan pasca hemodialisa dan perawat akan menghitung, apakah
16
ada penurunan berat badan sesuai dengan yang direncanakan. Jumlah
pengurangan berat badan adalah jumlah air yang dikeluarkan dari tubuh pasien
cairan. Emboli udara terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien (Hudak
& Gallo, 2010). Nyeri dada dapat terjadi karena PCO₂ menurun bersamaan
sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika
terdapat gejala uremia yang berat. Pruritus terjadi selama terapi hemodialisa
ketika produk akhir metabolisme meninggalkan kulit (Smeltzer dan Bare, 2008).
kesehatan tentang diet cairan yang harus dilaksanakan. Peran perawat dialisis di
17
hemodialisis dapat mencegah terjadinya komplikasi yang berefek pada
pasien dialisis, karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih
lama tanpa intake cairan dibandingkan dengan makanan. Namun bagi penderita
menyaring dan membuang limbah dan racun ditubuh kita dalam bentuk urin.
Apabila fungsi ginjal berhenti, maka terapi dialisis yang menggantikan tugas dari
perminggu dan palaksanaan terapi selama 4-5 jam. Itu artinya tubuh harus
menanggung kelebihan cairan diantara dua waktu dialisis. IDWG dapat menjadi
(Istanti, 2009).
2008).
18
(Suwitra, 2010) menyatakan bahwa iDWG yang dapat ditoleransi oleh
tubuh adalah tidak lebih dari 3% dari berat kering. Kozier (2004) dan Yetti (1999)
badan menjadi 3 kelompok, yaitu berat badan ringan, sedang, dan berat dengan
IDWG diukur berdasarkan dry weight (berat badan kering) pasien dan juga dari
pengukuran kondisi klinis pasien. Berat badan kering adalah berat badan tanpa
kelebihan cairan yang terbentuk setelah tindakan hemodialisis atau berat terendah
hemodialisis. IDWG diukur dengan cara menghitung berat badan pasien setelah
19
Berbagai faktor yang mempengaruhi IDWG antara lain faktor dari pasien
itu sendiri (internal) dan faktor eksternal seperti faktor fisik dan psikososial.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kenaikan berat badan interdialitik antara lain
(Arnold, 2008) :
Prosentase air di dalam tubuh manusia 60 persen, dimana ginjal yang sehat
darah. Sedangkan pada pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani
menyebabkan kelebihan volume cairan dalam tubuh (Smeltzer & Bare, 2008).
rasa haus yang berlebihan yang merupakan salah satu stimulus timbulnya sensasi
haus (Smeltzer & Bare, 2008). Merespon rasa haus normalnya adalah dengan
minum, tetapi pasien-pasien PGK tidak diijinkan untuk berespon dengan cara
yang normal terhadap rasa haus yang mereka rasakan. Rasa haus atau keinginan
untuk minum disebabkan oleh berbagai faktor diantaraya masukan sodium, kadar
sodium yang tinggi, penurunan kadar potasium, angiotensin II, peningkatan urea
plasma, urea plasma yang mengalami peningkatan, hipovolemia post dialisis dan
pasien. Dukungan keluarga dan sosial sangat dibutuhkan untuk pasien. Dukungan
20
keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan berhubungan dengan
Self Efficacy yaitu kekuatan yang berasal dari seseorang yang bisa
seleksi. Self Efficacy dapat mempengaruhi rasa percaya diri pasien dalam
memunculkan motivasi dari dalam diri agar dapat mematuhi terapi dan
2.4.4.5 Stress
retensi natrium dan garam. Respon stress dapat meningkatkan volume cairan
akibatnya curah jantung, tekanan darah, dan perfusi jaringan menurun. Cairan
merupakan salah satu stressor utama yang dialami oleh pasien yang menjalani
21
2012). Menurut Istanti (2009) stress pada pasien HD dapat menyebabkan pasien
berhenti memonitoring asupan cairan, bahkan ada juga yang berhenti melakukan
terapi hemodialisis, kejadian ini secara langsung dapat berakibat pada IDWG.
pada saat periode interdialitik pasien berada dirumah tanpa pengawasan dari
cairan dan makanan pada periode interdialitik (Istanti, 2009). Adanya kelebihan
nadi meningkat, dispnea, rales basah, batuk, edema. IDWG yang berlebihan pada
berat, gangguan fungsi fisik, sesak nafas, edema pulmonal yang dapat
adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti
22
pelaksanaan prosedur tetap (protap) adalah untuk selalu memenuhi petunjuk atau
perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi, dan tahap terakhir
berupa internalisasi.
tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang
berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh
individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses
internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri
individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya (Al-
Assaf, 2010)
likert yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Spiritia (2009)
tiga yaitu
23
c. Rendah : < 50 %
kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama kerja dan tingkat pendidikan, serta faktor
psikologis meliputi sikap, ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi
pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit. Latar belakang pendidikan juga akan
baik.
2 Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan
24
Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga
yang dimiliki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan
bekerja sama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk
tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi adalah daya penggerak didalam diri orang
metode, yaitu metode langsung dengan pemberian materi atau non materi secara
dan metoda tidak langsung berupa fasilitas atau saran dalam upaya meningkatkan
1 Pola komunikasi
Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan
25
Smet (1994) dalam Damanik, dkk. (2010) mengatakan dukungan sosial
yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas kesehatan lain, pasien
keperawatan.
2.5 Hubungan Kepatuhan Diet Cairan Dengan Berat Badan Pra Dialysis
Regular
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) adalah gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk
menyebabkan uremia (Smeltzer & Bare, 2008). Gagal ginjal kronik yang bersifat
transplantasi ginjal, dan saat ini hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti
ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ke tahun terus
meningkat.
Salah satu masalah yang paling sering dihadapi pasien hemidalisa adalah
peningkatan volume cairan diantara dua waktu dialisis yang dimanifestasi dengan
penambahan berat badan antara dua waktu hemodialisa, 60,7 persen dalam
kategori ringan, 12,4 persen rata-rata dan 26,9 dalam kategori bahaya.
26
Penambahan berat badan dengan kategori bahaya disebabkan karena pasien tidak
dibandingkan dengan berat badan normal pada pasien gagal ginjal kronik yang
dialisis akan dapat menimbulkan berbagai masalah baru bagi pasien diantaranya
adalah hipertensi, gangguan fungsi fisik, sesak nafas, edema pulmonal. Selain itu
sehingga terjadi kelebihan cairan beresiko kematian dini (Smeltzer & Bare, 2008).
Penelitian Ayunda (2017) menyatakan bahwa 11 orang atau 50 persen pada pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa cukup patuh dalam diet yang dijalani.
Penelitian Savitri dan Parmitasari (2015) menyatakan bahwa 35,3 persen pasien
gagal ginjal kronis tergolong tingkat kepatuhan yang sedang. 32,3 persen pasien
gagal ginjal kronis tergolong tingkat kepatuhan yang rendah dan 32,4 persen
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Setiadi, 2013). Adapun kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
27
Pasien CKD
diteli
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Kepatuhan Diet Cairan Dengan Berat
Badan Pra Dialysis Pada Pasien Chronic Kidney Disease Yang Menjalani
Hemodialisa Regular Di RSUD Wangaya Denpasar
28
2.7 Hipotesa
H1 : Ada hubungan Antara Kepatuhan Diet Cairan Dengan Berat Badan Pra
Regular
29