Professional Documents
Culture Documents
Terdengar suara gemuruh dari sebuah kelas, sesekali terdengar kata-kata yang tidak
pantas diucapkan oleh anak pelajar. Guru mata pelajaran yang kebetulah tidak bisa
masuk kelas dimanfaatkan oleh mereka. Sebagian ada yang main HP, curhat, main
bola di kelas, mengerjakan tugas, dan yang lainnya.
“Ada perlu apa Pak?” tanya Pak Asep yang sedang mengajar di kelas itu.
“Ada perlu kepada Iskandar” jawabnya.
“Oh, silahkan” ujar Pak Asep.
Seminggu kemudian, anak itu dipanggil oleh guru BK. Betapa terkejutnya
anak itu, melihat orangtua serta wali kelasnya berada di ruang BK. Wajahnya pucat,
gelisah, dan ketakutan. Pikirannya campur aduk saat melihat Polisi dan wajah guru
BK yang sangar.
Anak itu kembali mendapat masalah, kali ini sangat serius dihadapinya
karena terlibat aksi tawuran antar pelajar. Ia akan dikeluarkan dari sekolah atas
perbuatannya yang sudah diluar batas wajar. Beberapa guru ada yang kurang setuju
dikeluarkannya anak ini karena sebentar lagi dia akan mewakili kotanya dalam
Olimpide Matematika ditingkat Nasional. Akhirnya keputusan dikeluarkan atau
tidaknya anak itu ditunda selama 2 minggu dan selama itu pula dia diskorsing tidak
bisa masuk sekolah.
“Sudah, jangan menangis nak! Mungkin itu belum rezekimu” ujar salah satu guru
“Kamu masih bisa sekolah kok” ujar Pak Kepala Sekolah (menepuk pundaknya).
“Ya, 1 bulan terakhir ini kamu terlihat semangat dan bersungguh-sungguh dalam
belajar, dan tidak nakal serta melakukan pelanggaran. Itu berarti kamu sudah bisa
merubah sikap dan perilaku menjadi baik.” Kata Bu Siti.
“Perihal juara atau tidak itu hanya trik dari kami untuk melihat sejauh mana
kesungguhan kamu dalam belajar” kata Pak Kepala Sekolah.
“Kami bangga padamu nak,” ujar Bu Siti (mengusap-usap kepala anak itu).