You are on page 1of 19

PERBAIKAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL

(Studi Kasus Ruas Jalan Caruban – Ngawi Km. 158+600 – Km. 160+600)

Oleh :
SOEGENG HARIJANTO
NIM : S100130009

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
Perbaikan Struktur Perkerasan Jalan
Dengan Menggunakan Geotekstil
(Studi Kasus Ruas Jalan Caruban – Ngawi Km. 158+600 sampai 150+600)

ABSTRACT

Road segment between Ngawi Caruban Road has a very high traffic and heavy density
of heavy vehicles that pass. As the Geotechnical aspects need to be considered this road
segment mainly on the existing road body is soft soil type, so there are many problems
found in carrying capacity and soft soil stability such as strong support and low shear
strength and unstable. If the load has worked on the pile of road bodies, within a certain
period of time will occur a decline that will last for a long time. One of the efforts made is to
use geosynthetic reinforcement so that it is necessary to evaluate the geosynthetic
placement/usage and the setllement that occurs
This research was conducted with the concept of evaluating the technique of the
method of implementation and evaluation which was started from soil investigation data,
laboratory testing, doing reinforcement analysis on the used geotextiles, examining the
decrease, and knowing the amount of settlement that happened with the data obtained by
basing the soil investigation data from Research and Development Agency (Balitbang) Public
Works Department of East Java Province.
The results of the research can explain technically in the case of the implementation
of road improvement work on soft soil which is increasing the carrying capacity of the soil
against the load and to know the amount of settlement occurring on the road under review
on road segment based on the results of an analysis of the improvement of the road
pavement structure using geotextile on the Caruban - Ngawi Km 158+600 up to Km 160+600
is very effective. This is indicated by the changes after the following improvements
: the soil is carrying capacity increases, the condition of the road is more stable, the level of
durability of the road is longer, the maintenance of the road is reduced, road users are more
comfortable. So that geotextiles are considered very helpful in solving the problems
subgrade which is not good in the study area.

Keywords: Improovement, Pavement Structure, Geotekstil.

ABSTRAK

Ruas Jalan Ngawi Caruban mempunyai beban lalu lintas yang sangat tinggi dan padat
terutama jumlah kendaraan berat yang melintas. Secara aspek geoteknik perlu diperhatikan
ruas jalan ini utamanya pada badan jalan yang ada merupakan jenis tanah lunak (soft soil),
sehingga banyak ditemukan permasalahan kemampuan daya dukung dan stabilitas tanah
lunak seperti kuat dukung dan kuat geser yang rendah dan tidak stabil. Jika beban telah
bekerja di atas timbunan badan jalan, dalam kurun waktu tertentu akan terjadi penurunan
yang akan berlangsung dalam waktu yang lama. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan menggunakan perkuatan geosintetik sehingga perlu dievaluasi penempatan /
penggunaan geosintetik dan penurunan yang terjadi.

1
Penelitian ini dilakukan dengan konsep mengevaluasi teknik metode pelaksanaan
dan evaluasi yang dilakukan diawali dari data penyelidikan tanah, pengujian laboratorium,
melakukan analisis perkuatan terhadap geotekstil yang digunakan, melakukan pemeriksaan
mengenai penurunan, serta mengetahui besarnya settlement yang terjadi dengan data yang
diperoleh dengan mendasarkan data penyelidikan tanah dari Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) Dapartemen Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Timur.
Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjelaskan secara teknis dalam hal
pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan geotekstil,
yaitu meningkatnya daya dukung tanah terhadap beban serta mengetahui besarnya
settlement yang terjadi pada jalan yang ditinjau berdasarkan hasil analisis perbaikan
struktur perkerasan jalan dengan menggunakan geotekstil pada ruas jalan Caruban – Ngawi
Km. 158+600 sampai dengan Km. 160+600. dirasa sangat efektif. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan - perubahan setelah perbaikan sebagai berikut: Daya dukung tanah meningkat,
Kondisi jalan lebih stabil, Tingkat keawetan jalan lebih lama, Perawatan jalan berkurang,
Pengguna jalan lebih nyaman. Sehingga Geotekstil dipandang sangat membantu dalam
penyelesaian problematik tanah dasar yang tidak baik pada daerah penelitian.

Kata Kunci : Perbaikan, Struktur Perkerasan, Geotekstil.

1. PENDAHULUAN

Perencanaan jalan tidak bisa terlepas dari aspek aspek geoteknik. Salah satu aspek
geoteknik yang perlu di perhatikan adalah bila mana suatu lokasi pembangunan merupakan
jenis tanah lunak (soft soil). Dalam melaksanakan pekerjaan jalan pada tanah lunak ditemui
permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan daya dukung dan stabilitas dari tanah
lunak, yaitu kuat dukung dan kuat geser yang rendah, kestabilan yang kecil. Jika beban
bekerja maka akan terjadi penurunan yang besar dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan menggunakan metode perkuatan geotekstil yang saat ini telah berkembang pesat.

Tujuan pemakaian geotekstil sebagai bahan perkuatan adalah untuk mencegah


tercampurnya tanah timbunan dengan tanah gerak, mencegah/mengurangi deformasi pada
arah horizontal dan vertikal yang berlebihan serta meningkatkan/menambah perlawanan
geser tanah terhadap keruntuhan/kelongsoran timbunan.
Perkuatan timbunan dengan menggunakan bahan perkuatan geotekstil yang
ditempatkan di dasar timbunan dapat menambah daya dukung terhadap konstruksi
timbunan dan beban lalu lintas.
Penggunaan geotekstil selain dapatdi terima secara teknis dan ekonomis juga sangat
mudah di aplikasikan di lapangan, pemakaian bahan geotekstil sebagai bahan perkuatan
sudah lama dikenal dan semakin banyak di gunakan karena mudah mendapatkannya. Dalam
pelaksanaan pekerjaan jalan pada tanah gerak dengan perkuatan geotekstil yang di
laksanakan di ruas jalan Ngawi – Caruban Provinsi Jawa Timur masih banyak di jumpai
penurunan yang terjadi sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan terhadap
jalan tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh perencanaan, metode pelaksanaan,
pemilihan bahan perkuatan, dan penempatan bahan geotekstil yang belum terlaksana
sebagaimana mestinya.

2
Maka pada ruas jalan Caruban – Ngawi Km 158+600 s/d 160+600, Km 0+00 Surabaya
sepanjang 2,00 Km dimana kondisi badan jalan banyak dijumpai ambles-ambles (settle) pada
bagian pinggir kearah bahu jalan dan terdapat material tanah dari subgrade tampak muncul
di jalan, setelah diselidiki ternyata permasalahan terletak pada tanah timbunan yang
membentuk badan jalan sampai level subgrade termasuk tanah lunak untuk itu dalam
penyelesaian dari permasalahan diatas adalah dengan menggunakan metode penanganan
geotekstil.
Sesuai dengan tema Tesis “PERBAIKAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN DENGAN
MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL (Studi Kasus Ruas Jalan Caruban – Ngawi Km. 158+600 -
160+600, Km 0+000 Surabaya)” , ini hanya akan membahas tentang konsep evaluasi teknik
metode pelaksanaan dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunanan geotekstil
untuk pembuatan jalan, terutama dalam fungsi geosintetik sebagai perkuatan.

1.1. LANDASAN TEORI


Geotekstil merupakan suatu bahan sintetis permeable yang terbuat oleh bahan
tekstil polimer seperti polyester atau polypropylene. Bahan ini sangatlah berguna untuk
dunia industri di Indonesia. Untuk dipakai dalam memisahkan, menyaring, memperkuat,
melindungi dan menguras jika digunakan didalam tanah. Geotekstil memisahkan tanah
mendasari permukaan.
Geotekstil (Geotekstil / Filter Fabrics) adalah salah satu bahan Geosynthetics
(Geosintetik) yang tembus air, yang dapat digunakan / berfungsi sebagai separator, filter,
proteksi, dan perkuatan. Bahan dasar pembuatannya adalah Polyesther atau
Polyprophilene.
Kelebihan struktur perkuatan tanah dengan memanfaatkan geotekstil dapat
dijelaskan antara lain sebagai berikut,
1. Menaikan daya dukung tanah terutama pada tanak lembek dan timbunan.
2. Mencegah kontaminasi agregat sub base dan base oleh tanah dasar lunak dan
mendistribusikan beban lalu lintas yang efektif melalui lapisan-lapisan timbunan.
3. Meniadakan kehilangan agregat timbunan ke dalam tanah dasar yang lunak dan
memperkecil biaya dan kebutuhan tambahan lapisan agregat terbuang.
4. Mengurangi tebal galian stripping dan meminimalkan pekerjaan persiapan.
5. Meningkatkan ketahanan agregat timbunan terhadap keruntuhan.
6. Mengurangi penurunan dan deformasi yang tidak merata serta deformasi dari
struktur jadi.
7. Menaikan kekuatan besar nilai gaya geser tanah.
8. Manaikan besar nilai modulus elastis tanah.
9. Mengurangi tingkat kompresabilitas tanah.
10. Mengontrol stabilitah volume tanah baik pada pengembangan volume maupun
pada penyusutan volume.
11. Memperbaiki kualitas material untuk bahan konstruksi.
12. Memperkecil pengaruh lingkungan.
13. Berfungsi sebagai tulangan dalam timbunan tanah dan tempat drainasi tanah.
Banyak yang mengetahui bahwa Geotekstil hanya 1 tipe saya yaitu Non Woven
padahal sebenarnya bahan ini ada dua macam yaitu Geotekstil Woven dan Geotekstil Non
Woven. Untuk mengtahui lebih lengkapnya dan apa perbedaanya mari kita bahas bersama-
sama.

3
1. Geotekstil Woven ( teranyam )
Tipe ini merupakan jenis Geotekstil yang teranyam. Bahan dasar untuk
pembuatannya umumnya Polypropilene (PP). Untuk mempermudah visualisasi, Geotekstil
Woven ini mirip dengan karung beras (bukan yang terbuat dari bahan goni) tetapi berwarna
hitam dapat dilihat pada Gambar 1 berikut,
Gambar 1. Geotekstil Woven (Teranyam)

Fungsi Geotekstil Woven yaitu sebagai bahan stabilisasi tanah dasar (terutama pada
tanah dasar lunak), dikarenakan Geotekstil jenis ini mempunyai tensile strength (kuat tarik)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Geotekstil Non Woven ( kurang lebih sekitar 2 kali
lipat untuk gramasi atau berat per m2 yang sama).

2. Geotekstil Non Woven ( tidak teranyam )


Geotekstil (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik). Jika Geo
Textile Woven itu teranyam sebaliknya Geo Textile Non Woven itu tidak teranyam
berbentuk seperti karpet kain. Biasanya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer
Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP). Fungsi Geotekstil Woven adalah membrane effect,
yang hanya mengandalkan tensil strength, sehingga tidak mereduksi terjadinya penurunan
setempat (differensial settlement) akibat tanah dasar yang lunak atau kurang baik lihat
Gambar 2 berikut,
Gambar 2. Geotekstil Non Woven

4
Rancangan, aplikasi dan kinerja semua geotekstil terlepas dari komposisi atau jenisnya dapat
ditentukan dengan cara mengidentifikasi fungsi- fungsi utama yang diperlukan dari
geotekstil tersebut. Pada pembangunan struktur -struktur yang berkaitan dengan tanah
selain untuk perkuatan dan proteksi

2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis penelitian diskriptif resultatif yaitu dilakukan dengan cara
mengevaluasi secara teknis dalam hal pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan diatas tanah
lunak dengan perkuatan geotekstil. Evaluasi yang dilakukan diawali dari data penyelidikan
tanah, pengujian laboratorium, melakukan analisis perkuatan terhadap geotekstil yang
digunakan, melakukan pemeriksaan tentang penurunan yang terjadi, serta mengetahui
besarnya settlement yang terjadi pada jalan yang ditinjau tersebut yaitu pada ruas jalan
Caruban – Ngawi Km. 158+600 sampai dengan Km. 160+600 dan Km. 0+000 di Surabaya
Secara umum penelitian ini dilakukan dalam tahapan beriku tini:
1. Tahap pertama, melakukan interpretasi/evaluasi terhadap data sekunder hasil
penyelidikan dan laboratorium yang akan digunakan untuk analisis sebagaimana telah
dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum.
2. Tahap kedua, evaluasi ulang sejauh mana perencanaan pelaksanaan dan letak
geosintetik yang dilaksanakan.
3. Tahap ketiga, melakukanan alisis perkuatan terhadap geosintetik, ketebalan tanah
timbun yang dilaksanakan sesuai desain awal dan desain perubahan pada waktu
pelaksanaan dari kedua lokasi jalan yang diteliti, yang perhitungan pembebanannya
dihitung menurut Japan Road Association, 1986 dan PP Nomor 43 Tahun 1993.
4. Tahap keempat, mengevaluasi penurunan, konsolidasi dan besarnya settelement yang
terjadi.
Selanjutnya dilakukan desain struktur

Untuk memudahkan pemahaman dari prosedur penelitian di atas, maka dapat dibaca dan
dipahami dengan lebih mudah pada gambar 3. Yaitu gambar tentang bagan alur pada
halaman berikutnya ini,

5
Gambar 3. Bagan alur penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Penanganan dengan Geotekstil pada Ruas Jalan Ngawi – Caruban telah dilaksanakan
dalam tahun anggaran 2014 dengan data awal sebagai berikut,
- Nama Satuan Kerja : Pelaksanan Jalan Nasional Mantingan – Caruban –
Nganjuk – Kertosono
- Nama Paket : Paket Peningkatan Struktur Jalan Bts.Kab.Ngawi – Bts.
Kota Caruban
- Lokasi Penanganan : Km. 158+600 s/d 160+600
- Panjang Efektif : 2,00 Km
- Lebar Perkerasan Rata-rata : 8,00 M
- Type Perkerasan Aspal : AC BC, AC BC (L) Mod dan ACWC Mod.
- Nilai Kontrak : Rp. 8.993.612.000,-
- Kontraktor : PT. JATISONO MULTI KONSTRUKSI
- Alamat : Jln. HOS Cokroaminoto No.26-A Pandean,Taman Kota
Madiun
- No. Kontrak : KU.08.08/1191/WIL.II/NGK/110/2014
- Tanggal Kontrak : 17 Maret 2014
- Tanggal SPMK : 28 Maret 2014
- Waktu Pelaksanaan : 180 Hari kalender
- Tanggal PHO : 23 September 2014
- Tanggal FHO : 13 September 2016

6
- Masa Pemeliharaan : 720 Hari kalender
- Sumber dana : APBN Tahun Anggaran 2014
- Konsultan Supervisi : PT. ARIA JASA REKSATAMA
Dengan typical permodelan pekerjaan seperti tertuang pada gambar 4. Berikut ini
Gambar 4. Typical permodelan pekerjaan.

Pemilihan jenis penanganan pada prinsipnya harus disesuaikan dengan berbagai kondisi
baik kondisi lapangan, seperti kondisi geoteknis, keadaan ruas jalan yang akan ditangani,
kemudahan pelaksanaan serta anggaran yang tersedia. Mengingat bahwa kegiatan
penanganan ruas jalan Caruban – Ngawi ini merupakan peningkatan jalan dan merupakan
ruas jalan yang sangat vital sehingga sangat sulit untuk menutup arus lalu lintas, maka
pemilihan metode penanggulangan dengan mengendalikan perubahan air tanah menjadi
pilihan yang perlu dipikirkan.
Dengan memperhatikan data-data geoteknis, keadaan lapangan, fungsi ruas jalan
Caruban – Ngawi, serta adanya uji coba kinerja geotekstil dengan kinerja sementara cukup
memuaskan maka penggunaan geotexstile merupakan alternatif yang paling baik untuk
diterapkan.
Kedalaman geotekstil vertical murni dari muka tanah asli idealnya diambil sedalam zona
aktif. Akan tetapi hal ini tidak ekonomis dan secara praktis akan menyulitkan pelaksanaan di
lapangan. Nelson (1991) menganjurkan pemasangan geotekstil sedalam ½ -2/3 kedalaman
zona aktif. Di lain pihak Snethen (1979) menyatakan bahwa kedalaman geotekstil murni
kurang dari 1 meter secara umum kurang efektif.
Pengukuran di lapangan secara tidak langsung mengindikasikan bahwa besarnya daerah
aktif sisi (jarak sisi/edgedistance) adalah sekitar 1,5 meter. Hasil penelitian Wray (1980)
menunjukan bahwa besarnya daerah sisi bekisar antara 0,6m s.d. 1,5m. Adapun McKeen
dan Johnson (1990) menyatakan bahwa jarak sisi bila lebih dalam samapai sebesar
kedalaman zona aktifnya. Secara umum, penentuan jarak sisi relatife masih sulit
diperkirakan, Nelson (1991). Oleh sebab itu pengambilan jarak sisi 2m berdasarkan
pengamatan retak di lapangan secara umum dapat dipertanggung jawabkan. Angka ini
relative konservatif mengingat kemungkinan bahwa keretakan yang terjadi muncul melalui
propagasi kearah centre line jalan.
Penggunaan geotekstil kearah lateral selebar 2m dari perkerasan jalan cukup lama
untuk menghindari terjadinya kerusakan perkerasan jalan. Akan tetapi besar dimensi ini

7
dapat menimbulkan ketidakstabilan pada bahu jalan. Untuk mengurangi ketidakstabilan
bahu jalan secara wajar, maka dibutuhkan pemasangan geomembrane secara lateral atau
vertical. Mengingat bahwa pemasangan ke arah lateral terbatasi oleh kepemilikan tanah
(DMJ), maka pemakaian geomembrane vertical lebih memungkinkan. Batas bawah yang
kedalaman zona aktif, berarti sedalam 1,5m. Namun, mengingat bahwa bahu jalan terdiri
dari material berbutir tak-terikat yang bersifat relative fleksibel terhadap adanya deformasi,
maka pengurangan kedalaman sampai 1.00 meter dapat dipertimbangkan.
Berdasarkan informasi dari konsultan RBO Surabaya, jenis geo-membrane yang
digunakan menurut rencana adalah tipe “GSETM HyperFlex” High Density Polyetheline
(HDPE) dengan spesifikasi secara lengkap menurut pihak pabrik dapat dilihat pada lampiran
E. Selanjutnya, mengingat geo-membrane jenis ini sangat rentan terhadap temperatur tinggi
sehingga bila bereaksi dengan aspal panas akan rusak, maka penanganan sambungan harus
sedemikin rupa sehingga koneksi antara lapisan aspal dengan geomembran cukup untuk
menahan adanya deformasi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas dimensi geotekstil direkomendasikan.
Di bawah ini digambarkan beberapa tipikal konstruksi dari pemasangan Geotekstil pada
beberapa potongan melintang luas ruas jalan Ngawi-Caruban. Sedang penempatan dan tipe
yang lain dapat dilihat pada gambar 5, 6, 7, 8, 9 berikut ini,
Gambar 5. Penanganan dengan Perkuatan Geotekstil (Geo-membran)

Gambar 6. Penanganan dengan Perkuatan Geotekstil (Geo-membran) Pada Daerah

8
Pelebaran.

Gambar 7 Typical Geotekstil (Geo-Membran) – Type.I.

Gambar 8. Typical Geotekstil (Geo-Membran) – Type.II

Gambar 9. Typical Geotekstil (Geo-Membran) – Type.III.

9
Parameter input tanah dasar diperoleh dari hasil penyelidikan tanah di lapangan dan uji
laboratorium, sedangkan parameter tanah yang tidak tersedia diperoleh dari studi literatur
dan korelasi secara analitis, hasilnya disampaikan sebagai berikut:
Ruas Jalan Ngawi – Caruban Km. S.Baya 158+600 s/d 160+600. Berdasarkan data
geological booringlog, contoh uji yang diambil untuk dilakukan pengujian di laboratorium
pada kedalaman 5–5,5 meter, setelah diadakan pengujian di laboratorium diperoleh nilai
3 2
berat jenis tanah (γ)=18,31 kN/m , kohesifitas (c)=7,89 kN/m dan sudut geser dalam
o
(φ)=5,15 . Sampel uji untuk lapisan tanah keras yaitu tanah dengan pasir ukuran halus,
nonplastis, agak padat dengan kadar air rendah diambil pada kedalaman 13,0-13,5 meter
2
diperoleh N-SPT sebesar 17, nilai Cohesifitas (c)=97kN/m dan Sudut geser
0
dalam(φ)=30,44 . Terjadinya penambahan tersebut mengindikasikan bahwa tanah dasar
pada kedalaman tersebut merupakan lempung terkonsolidasi normal, yang berarti dengan
bertambahnya kedalaman maka sifat kemudahmampatan tanah menjadi berkurang, dari
hasil uji laboratorium, diperoleh nilai Liquid Index (LI) rata-rata sebesar0,1675. Untuk
perencanaan diambil pada kedalaman 10 meter dengan nilai N-SPT 8, untuk mendapatkan
nilai kohesi(c) sudut geser(φ) dan berat volume tanah(γ), maka dilakukan korelasi
sebagaimana gambar 3.4, 3.5, dan 3.6. Berdasarkan konsistensi tanah lempung (CohesifSoil)
dinyatakan bahwa nilai N-SPT kurang dari 2,5 sebagai tanah yang sangat lunak (verysoft), N-
SPT 2,5–5,0 sebagai tanah lunak, N-SPT5,0–10,0 sebagai tanah yang konsistensi sedang dan
N-SPT 10,0–20,0 konsistensi keras. Dari penyelidikan tanah lunak pada kedalaman 4,0
sampai 10,0 meter pada hasil boringlog terlihat tidak dilakukan pengujian terhadap sampel
di laboratorium.
Untuk memudahkan pemahaman dalam mengendalikan mutu melaksanakan pekerjaan
maka dibuat tabel pengendalian mutu dan pelaksanaan pekerjaan yang merupakan produk
dari penelitian pada halaman berikut ini,

Gambar 10. Diagram pengendalian mutu pekerjaan.

10
4. PENUTUP
Adapun kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian sebagai berikut,
1. Penanganan perbaikan badan jalan pada ruas jalan Caruban – Ngawi Km 158+600 s/d
160+600, Km 0+000 Surabaya sudah tepat yaitu dengan perkuatan kontruksi geotekstil
di mana setelah perbaikan tidak terdapat lagi kerusakan badan jalan.
2. Secara teknis metode pekerjaan perbaikan jalan pada ruas jalan Caruban – Ngawi Km
158+600 s/d 160+600, Km 0+000 Surabaya, telah menggunakan metode pengendalikan
mutu melaksanakan pekerjaan dengan baik.
3. Secara umum evaluasi kegiatan pemasangan Geotekstil sudah sesuai dengan rencana
teknis yaitu selain berfungsi sebagai perkuatan struktur juga bisa berfungsi sebagai
separator yang baik antara lapis penopang atau lapis drainase langsung diatas tanah
lunak dengan CBR yang direncanakan
4. Penangan dalam metode geomembran pada ruas jalan Ngawi-Caruban merupakan
metode yang paling tepat mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada.
5. Jenis geomembran pada dasarnya adalah kombinasi membrane horizontal dan vertical
dengan dimensi horizontal 2.0m dan dimensi vertical 1.0m dari muka tanah asli.
6. Analisa stabilitas harus memperhitungkan kuat geser terendam (lower bound). Tekanan
lateral aktif sebaiknya ditentukan dengan menggunakan koefisien tekanan pasif.

Adapun saran-saran yang bisa diberikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pada tahap ini, rekomendasi untuk dimensi dan analisa adalah seperti disampaikan
pada sub-bab 5.4, 5.5 dan lampiran Gambar 5.4. Untuk evaluasi keseluruhan jalan
Caruban-Ngawi, perlu dilakukan analisa terhadap penyelidikan geoteknik yang lebih
detail dan lebih terinci sepanjang ruas jalan tersebut.
2. Pemilihan jenis bahan geotekstil (geo-membrane) yang akan digunakan sebagai
penanggulangan kerusakan perlu dilakukan pengujian sebelum diterapkan di lapangan
dengan suatu model pengujian di laboratoriun/lapangan.
3. Bahan lain yang digunakan seperti timbunan, subgrade, subbase, roadbase hendaknya
mengikuti spesifikasi yang disyaratkan termasuk metode pelaksaannya dilapangan.
4. Untuk menjamin pelaksanaan sesuai dengan yang direncanakan, diperlukan
pengawasan untuk pengendalian mutu bahan yang digunakan dan pelaksanaan
pekerjaan, dimana harus diprogamkan dan dikoordinasikan dengan pihak yang terkait
atau yang menguasai permasalahan.
5. Untuk mengetahui efektifitas penanggualang kerusakan jalan dengan geo-membrane ini
perlu dilakukan monitoring/pemantauan baik secara visual maupun menggunakan
peralatan lapangan. Cara dan metode pelaksanaan pemantauan perlu diprogamkan
oleh proyek.
6. Untuk efektifitas stabilisasi kadar air oleh geo-membrane, perlu dipasang beberapa alat
moisture sensor dan ditempatkan pada daerah yang telah dilindungi/dibatasi oleh
geotekstil.

DAFTAR PUSTAKA
A. Tolooiyan, I. Abustan, M.R.Selamat, Sh. Ghaffari.2009. A Comprehensive Method
for analyzing Effect of Geotextile Layers on Embankment Stability.
Geotextile and Geomembranes 27. USA.

Aditya, C.R. 2010. Studi Analisis Geotekstil pada Penanganan Jalan dengan

11
Konstruksi Bantalan Tertutup pada Tanah Gambut. Skripsi Sarjana Teknik
Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.

Christandy, H. Hary, 2001, “ Prinsip-prinsip mekanika tanah dan soal penyelesaian “,


Beta Offset, Yogyakarta.

Christandy, H. Hary, 2003, Mekanika TanahII, Gajah Mada Press, Yogyakarta Das,B.M.1988.
Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta: Erlangga,
Jakarta.

Das,B.M.1995, Mekanika Tanah (Prinsip- prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid1,


Penerbit Erlangga, Jakarta

Endrayana,M. 2008. Pengaruh Geotekstil terhadap Lempung Lunak .FTUI.


Jakarta. Ervianto, W.I, 2009, “Manajemen Proyek Konstruksi”, ANDI, Yogyakarta

Fitri, W.N. 2013. Pengaruh Penempatan Pondasidan Kemiringan Lereng terhadap Daya
Dukung Pondasi pada Pemodelan Fisik Lereng Pasir. Skripsi Sarjana Teknik Sipil
Universitas Brawijaya Malang, Malang.
Hardiyatmo, H. C. 2011. Analisisdan Perancangan Fondasi I. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Hardiyatmo,H.C.2013, Geosintetik Untuk Rekayasa Jalan Raya (Perancangan dan Aplikasi),


Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Pedoman Konstruksi dan
Bangunan:Stabilitas Dangkal Tanah Lunak untuk Konstruksi Timbunan Jalan.
Jakarta.

Isparmo, 2010, Geotekstil Non Woven, Definisi dan Fungsi, Geotekstil Center, Jakarta

Laksono,T.D.2011. Perbaikan Tanah dengan Menggunakan Geotekstil. Teodolita Vol.12,


No.2., Des2011:19-26, Jakarta.

Lee,K. Y.,Chung,C. G.,Hwang,J.H.,Hong,J.W.,&Ahn,Y. S. 2003. Geosynthetic Embankment


Stabilityon Soft Soil Ground Considering Rein forcement Strain.
Proceedingsofthe Thirteenth (2003) International Offshoreand Polar
Engineering Conference (p.573). The International Society of Off shore and
Polar Engineers. Honolulu, Hawaii,USA
Munawir, As’ad,dkk. 2013. Bearing Capacity on Slope Modeling with Composite Bamboo Pile
Reinforcement. International Journal of Engineering and Advanced Technology
(IJEAT) Volume-2, Issue-5, Juni2013, Singapore.

Sajekti, Amien, 2009, “Metode Kerja Bangunan Sipil”, Graha Ilmu, Yogyakarta

Suhendro, B.2000, Metode Elemen Hingga dan Aplikasinya, Penerbit: Beta Offset,
Yogyakarta.

Tay, P.A., Adi, F.S., Tjandra, D., Wulandari, P.S.(2014), Analisa Perkuatan

12
Geotekstil Pada Timbunan Konstruksi Jalan Dengan Plaxis 2D, Student Journals,
Petra Christian University, Surabaya.
Terzaghi, K. dan Peck, R.B. 1987. Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa Jilid I. Jakarta:
Erlangga, Jakarta.

Thirayo, B.K.2012, Pengaruh Kedalaman Geotekstil Tipe HRX-200 Terhadap Daya Dukung
dan Penurunan Tanah Lempung Lunak, Tugas Akhir Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta,Yogyakarta.

Widianti, Anita. 2012. Pengaruh Jumlah Lapisan dan Spasi Perkuatan Geosintetik
terhadap Kuat Dukung dan Penurunan Tanah Lempung Lunak. Jurnal Ilmiah
Teknika Semesta Vol.15,No.1,90-97, Jakarta.

Yun Hu, Ga Zhang, Jian-MinZhang, C.F. Lee. 2010. Centrifuge Modeling of Geotextile-
Reinforced Cohesive Slopes. Geotextile and Geomembranes 28. Singapore

Zaika, Y. dan Kombino, B.A. 2010.Penggunaan Geotekstil Sebagai Alternatif Perbaikan


Tanah Terhadap Penurunan Pondasi Dangkal. Jurnal Rekayasa SipilVolume 4
No.2, Jakarta.

13

You might also like