Professional Documents
Culture Documents
METODELOGI PENELITIAN
Bahan baku yang digunakan dalam formulasi oil blend adalah minyak sawit (PO), minyak
sawit stearin (PS), dan minyak kelapa (CNO) yang berasal dari PT SMII. Bahan-bahan yang
digunakan dalam analisis antara lain akuades, sikloheksan, larutan pati, pelarut Wijs, KI,
Na2S2O3, CH3COOH, dan CHCl3.
Alat-alat yang digunakan melakukan formulasi oil blend antara lain beker gelas, penangas
panas, timbangan dan pipet. Alat-alat yang digunakan untuk analisa kimia seperti bilangan iodin
dan bilangan peroksida antara lain timbangan, Erlenmeyer, digital buret, pipet ukur, dan balb.
Alat-alat yang digunakan untuk analisa fisik seperti titik cair antara lain; pipa kapiler (micro
haematocrit tubes), magnetic stirrer, termometer, gelas beker dan alat-alat gelas lainnya.
Sedangkan alat yang digunakan untuk analisa solid fat content (SFC) adalah The Minispec Bruker
NMR Analyzer mq20.
G. METODE PENELITIAN
Penelitian dibagi mejadi beberapa tahap, yaitu: (1) pengujian bahan baku, (2) formulasi
dan analisis oil blend antara PO dan PS, (3) formulasi dan analisis oil blend PO dan CNO, serta
(4) formulasi dan analisis oil blend PO, PS, dan CNO.
Pengujian bahan baku dilakukan untuk memastikan bahan yang digunakan sesuai
dengan yang dibutuhkan. Bahan baku yang digunakan dalam formulasi campuran minyak (oil
blend) adalah minyak kelapa sawit (PO), minyak sawit stearin (PS), dan minyak kelapa
(CNO). Pengujian yang dilakukan meliputi uji bilangan iodin dan bilangan peroksida.
Pengujian bilangan iodin atau iodine value (IV) umumnya dilakukan dengan dengan
prinsip titrasi dimana pereaksi halogen ditambahkan secara berlebih, salah satu metode yang
digunakan adalah metode Wijs.
a. Bilangan Iod
Pengujian bilangan iod atau iodine value (IV) dilakukan berdasarkan AOCS Cd1-25.
Sampel minyak terlebih dahulu ditimbang. Berat sampel disesuaikan dengan perkiraan IV.
Minyak sawit dan stearin dengan prediksi IV kisaran 20-60 digunakan sampel seberat
±0.34 g, sementara minyak kelapa dengan prediksi IV 0-5 digunakan sampel seberat ±3.0 g
(Hendrikse, 1994). Sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml dan dilarutkan
dengan 20 ml kloroform. Larutan Wijs sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam larutan.
Larutan dikocok sebentar dan didiamkan di dalam tempat gelap bersuhu 20oC±5 oC selama
1 jam. Setelah bereaksi, diharapkan terdapat kelebihan volume pereaksi sekitar 50-60%.
Kemudian 20 ml larutan kalium iodida 15% dan 100 ml air ditambahkan ke dalam
Erlenmeyer. Erlenmeyer dikocok perlahan, dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1N hingga
warna kuning hilang. Titrasi dihentikan sejenak lalu dilakukan penambahan 1-2 ml
indikator pati ke dalam campuran tersebut. Titrasi kemudian dilanjutkan lagi hingga warna
biru hilang. Bilangan iod sampel dihitung menggunakan rumus:
12.69 N b- s
Bilangan Iod (mg Iod/g sampel) = (e.q. 1)
Keterangan:
W = berat sampel lemak (gram)
Vb = volume Na2S2O3 untuk titrasi blanko (ml)
Vs = volume Na2S2O3 untuk titrasi contoh (ml)
N = Konsentrasi Na2S2O3 hasil standardisasi (N)
b. Bilangan Peroksida
( s- b) N 1000
Bilangan Peroksida (meq O2/kg sampel) = (e.q. 2)
Keterangan:
W = berat sampel minyak (gram)
Vs = volume Na2S2O3 untuk titrasi contoh (ml)
Vb = volume Na2S2O3 untuk titrasi blanko (ml)
N = Konsentrasi Na2S2O3 hasil standardisasi (N)
23
2. Formulasi campuran minyak
Campuran minyak yang akan diformulasi antara lain; (1) minyak sawit dan stearin, (2)
minyak sawit dan minyak kelapa, serta (3) minyak sawit, stearin, dan minyak kelapa.
Langkah awal dari pencampuran minyak dapat dilakukan dengan cara penimbangan dan
pencampuran langsung bahan baku di dalam gelas piala sesuai formulasi. Lalu dilakukan
pengadukan menggunakan pengaduk dengan pemanasan hingga 60°C hingga minyak-minyak
penyusunnya tercampur merata. Formulasi untuk binary oil blends baik antara minyak sawit
dengan stearin maupun dengan minyak kelapa dilakukan dengan selang persentase 10%.
Formulasi minyak sawit dan stearin terlihat pada Tabel 7, sedangkan formulasi minyak sawit
dan minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 8. Formulasi oil blend antara minyak sawit,
stearin, dan minyak kelapa dilakukan setelah melihat karakteristik hasil binary blends.
Tabel 7. Kombinasi persentase (%w/w) minyak sawit (PO) dan stearin (PS) dalam oil blend
Minyak Sawit (PO) Minyak Stearin (PS)
0 100
10 90
20 80
30 70
40 60
50 50
60 40
70 30
80 20
90 10
100 0
Tabel 8. Kombinasi persentase (%w/w) minyak sawit (PO) dan minyak kelapa (CNO) dalam oil blend
Minyak Kelapa (CNO) Minyak Sawit (PO)
100 0
10 90
20 80
30 70
40 60
50 50
60 40
70 30
80 20
90 10
0 100
24
3. Analisis Karakter Oil Blend
Karakter oil blend yang diujikan antara lain karakakter fisik berupa kandungan padatan
lemak (solid fat content SFC) dan slip melting point.
Pangujian dilakukan sesuai AOCS Cc3-25. Sedikitnya 3 buah pipa kapiler gelas
berdiameter ±1 mm dicelupukan ke dalam sampel yang telah terlebih dahulu dipanaskan
hingga minyak naik setinggi 1 cm di dalam pipa kapiler. Pipa kapiler yang telah berisi
sampel didiamkan pada suhu 4-10oC selama 16 jam. Pipa kapiler dipasangkan pada
termometer dengan diikat sedemikian rupa sehingga ujung pipa kapiler sejajar dengan
ujung termometer. Pipa kapiler dan termometer dicelupkan ke dalam gelas piala 600 ml
berisi air destilata dengan suhu 8-10 oC di bawah SMP contoh. Gelas piala diletakkan di
atas hotplate dengan peningkatan suhu 0.5-1 oC setiap menit. Pembacaan suhu dilakukan
ketika sampel yang berada dalam pipa kapiler tersebut mencair dan bergerak naik.
25