Professional Documents
Culture Documents
Sejak SMP sudah suka utak-atik dan bikin radio, walky talky, dll. Berkaitan dengan hobi
tersebut, dalam tulisan ini saya akan mencoba berbagi tentang solar home system (SHS)
yang sudah saya pasang di rumah.
Ide untuk membuat PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) mini untuk perumahan atau SHS
ini sebenarnya sudah lama. Ketika tinggal di Jerman, perumahan di seberang kampus saya
dulu ternyata atap-atap rumahnya banyak yang dipasang panel surya. Benar-benar inspiratif
karena di negara yang musim panasnya hanya seperempat tahun saja sudah mulai
menggunakan energi yang bersumber dari matahari. Indonesia yang terletak di daerah tropis
seharusnya mulai melirik sumber energi terbarukan ini.
Masalah keekonomian, memang perlu hitung-hitungan apakah SHS ini bisa dibilang lebih irit
dari listrik PLN atau tidak, tulisan ini tidak mengarah ke sana. Yang jelas investasi awal
memang besar, namun setelahnya tidak memerlukan biaya operasional. Kita hanya perlu
melakukan perawatan saja terutama untuk aki sebagai penyimpan energi listrik.
Gambar 2. Jenis aki starter (otomotif) (a) dan deep cycle (b)
Jenis aki starter atau otomotif sebaiknya tidak mengalami discharge hingga melampaui 50%
kapasitas muatan lsitriknya untuk menjaga keawetan aki. Apabila muatan aki basah sampai
di bawah 50% dan dibiarkan dalam waktu lama (berhari-hari tidak di-charge kembali), maka
kapasitas muat aki tersebut akan semakin berkurang sehingga menjadi tidak awet.
Berkurangnya kapasitas muat aki tersebut karena proses pembentukan kristal sulfat yang
menempel pada pelat ketika muatan aki tidak penuh (di bawah 50%). Keawetan aki
berkaitan dengan banyaknya discharging pada kedua jenis aki tersebut ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Siklus pengisian pada jenis aki otomotif dan deep cycle
Secara konstruksi aki dibedakan menjadi tipe basah (konvensional, flooded lead
acid),sealed lead acid (SLA), valve regulated lead acid (VRLA), gel, dan AGM (absorbed glass
mat); dimana semuanya merupakan aki yang berbasis asam timbal (lead acid). Tabel 2
menunjukkan voltase yang diperlukan untuk proses absorption charging (dengan arus
maksimum) dan float charging (untuk mencegah self discharge) pada jenis-jenis aki tersebut.
Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen sebagai
berikut:
1. Panel surya / solar cell
2. Charge controller
3. Inverter
4. Battery
Panel surya / solar cell : panel surya / solar cell menghasilkan energi listrik tanpa biaya, dengan
mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut juga solar cell) yang disinari
matahari/ surya, membuat photon yang menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cellmenghasilkan
kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih
36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun). Jenis panel surya/solar cells dapat di
baca disini.
Charge controller, digunakan untuk mengatur pengaturan pengisian baterai. Tegangan maksimum
yang dihasilkan panel surya / solar cell pada hari yang terik akan menghasilkan tegangan tinggi
yang dapat merusak baterai.
Inverter, adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC - direct current)
menjadi tegangan bolak balik (AC - alternating current).
Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya. Tanpa baterai,
energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya ini terdiri dari panel surya / solar cell, charge
controller, inverter, baterai.
Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas: beberapa panel surya / solar cell di paralel
untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner pada gambar diatas menghubungkan kaki
positif panel surya/solar cells satu dengan panel surya / solar cell lainnya. Kaki / kutub negatif panel
satu dan lainnya juga dihubungkan. Ujung kaki positif panel surya / solar cell dihubungkan ke kaki
positif charge controller, dan kaki negatif panel surya / solar cell dihubungkan ke kaki negatif charge
controller. Tegangan panel surya / solar cell yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller
untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat AC (alternating current) seperti
Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai disupply oleh inverter.
Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya membutuhkan perencanaan mengenai kebutuhan
daya:
Jumlah pemakaian
Jumlah panel surya / solar cell
Jumlah baterai
Perhitungan keperluan daya (perhitungan daya listrik perangkat dapat dilihat pada label di belakang
perangkat, ataupun dibaca dari manual):
Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 Watt x 4 jam sehari = 600 Watt hour.
Televisi 21": @ 100 Watt x 5 jam sehari = 500 Watt hour
Kulkas 360 liter : @ 135 Watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak selalu hidup,
umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering dibuka pintu) = 1080 Watt
hour
Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 Watt hour
Perangkat lainnya = 400 Watt hour
Total kebutuhan daya = 3480 Watt hour
Jumlah panel surya / solar cell yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 Watt (perhitungan adalah
5 jam maksimun tenaga surya):
Kebutuhan panel surya / solar cell : (3480 / 100 x 5) = 7 panel surya / solar cell.
Jumlah kebutuhan batere 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
Kebutuhan batere minimun (batere hanya digunakan 50% untuk pemenuhan kebutuhan listrik),
dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480 x 2 = 6960 Watt hour = 6960 / 12
Volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.
Kebutuhan batere (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa sinar matahari)
: 3480 x 3 x 2 = 20880 Watt hour =20880 / 12 Volt / 100 Amp = 17 batere 100 Ah