You are on page 1of 8

UNILA SCADA SYSTEM

1. Latar Belakang Masalah


Perguruan tinggi merupakan pendidikan tertinggi dalam suatu tataran pendidikan yang
terdiri dari berbagai bidang ilmu. Kemajuan teknologi berdampak pada pendidikan,
yaitu salah satunya adalah penerapan teknologi dalam dunia pendidikan. Sehingga
dampak tersebut mengharuskan setiap perguruan tinggi untuk meningkatkan
infrastuktru untuk menunjang pendidikan. Universitas Lampung merupakan salah satu
perguruan tinggi yang mengharuskan penggunaan teknologi dalam setiap aktivitas
pengajaran maupun penelitian. Keharusan tersebut menyebabkan meningkatnya
kebutuhan konsumsi energi listrik. Ditambah lagi terdapat delapan fakultas yang tiap
harinya melakukan aktivitas pendidikan menggunakan electronic device. Oleh karena
itu perlu dibuat suatu sistem yang mampu melakukan monitoring dan kontrol supaya
penggunaan konsumsi energi listrik di Universitas Lampung dapat dioptimumkan dan
menghindari overload, pemborosan energi, dan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi
dikemudian hari. Manusia dalam hal ini sebagai aktor utama, sejatinya memiliki
keterbatasan untuk melakukan kegiatan monitor, pengawasan dan mengontrol secara
bersamaan. SCADA merupakan suatu solusi yang dibuat oleh manusia untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut.SCADA merupakan suatu sistem pengendalian alat secara
jarak jauh, dengan kemampuan memantau data-data dari alat yang dikendalikan.

2. Rumusan Masalah
a. Perlu adanya suatu sistem yang mampu memonitoring konsumsi energi disetiap
fakultas yang ada di Unila
b. Perlu adanya suatu sistem yang mampu mengkontrol penggunaan konsumsi energi
disetiap fakultas yang ada di Unila sehingga dapat mencegah hal-hal buruk seperti
overload dan lain sebagainya
c. Perlu adanya sistem proteksi yang dapat melindungi peralatan dan user pada sistem
monitoring dan kontrol kelistrikan Unila
3. Tinjauan Pustaka
SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) adalah suatu sistem
pengakuisisian suatu data untuk digunakan sebagai control dari sebuah obyek. SCADA
(Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem yang mengacu pada
kombinasi telemetri dan akuisisi data. Ini terdiri dari pengumpulan informasi,
mentransfer kembali ke pusat kendali, melakukan analisis yang diperlukan dan kontrol,
dan kemudian menampilkan data ini pada sejumlah operator display. SCADA
digunakan untuk memantau dan mengendalikan peralatan. Kontrol dapat dilakukan
oleh user maupun disetting secara otomatis. Sebuah sistem SCADA memiliki empat
fungsi, yaitu akuisisi data, komunikasi data jaringan, penyajian data, dan kontrol.

4. Pembahasan

a. Perancangan Desain One Line Diagram System

PLN Distribution System 20 kV

20kV/ 20kV/ 20kV/ 20kV/ 20kV/ 20kV/ 20kV/ 20kV/


380V 380V 380V 380V 380V 380V 380V 380V

RTU RTU RTU RTU RTU RTU RTU RTU

FK distribution FKIP FMIPA FP FE FISIP FH FT


panels distribution distribution distribution distribution distribution distribution distribution
panels panels panels panels panels panels panels

Gambar 4.1. Distribution Load One Line Diagram untuk perancangan UNILA SCADA system

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengkonfigurasi ulang line diagram untuk kelistrikan
UNILA, yaitu merubah tipe jaringan 20kV radial yang selama ini masih digunakan menjadi
tipe jaringan 20 kV spindel. Sehingga segala aktivitas pendidikan dan penelitian di Universitas
Lampung tidak terganggu akibat adanya gangguan jaringan teknik maupun karena adanya
blackout. Namun mengubah tipe jaraingan radial menjadi spindel adalah otoritas PLN. Setelah
mengubah tipe jaringan 20kV, maka penyulang yang masuk ke Unila didistribusikan merata
ke delapan fakultas, namun terelebih dahulu dilakukan analisis prediksi perubahan beban pada
setiap fakultas untuk menetukan rating kapasitas trafi distribusi 20kV/380V yang akan
digunakan. Berdasarkan gambar 4.1. dapat dilihat bahwa SCADA system telah menyentuh
front line pada trafo distribusi 20kV/380V ditandai dengan terpasangan Remote Terminal Uni
(RTU) sebelum masuk ke distribution panels disetiap fakultas. Terpasangnya RTU di setiap
line pada trafo distribusi berfungsi untuk melakukan monitoring besaran elektrik secara global
disetiap fakultas dan melakukan control relay untuk memutus aliran daya ke line fakultas
apabila terjadi gangguan pada jaringan 20kv/380V milik PLN. Selanjutnya RTU juga dipasang
disetiap distribution panel 380V to 220 V disetiap gedung untuk mengetahui besaran elektrik
disetiap fasa R, S, T. Sehingga operator dapat mengetahui keseimbangan pembebanan,
stabilitas tenaga listrik, dan dapat melakukan kontrol terhadap relay yang terpasang untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti overload karena beban tidak
seimbang pada setiap gedung di fakultas.

R S T

RTU RTU RTU

LOAD

ELECTRICAL PANEL

Gambar 4.2. Konfigurasi pemasangan RTU pada Electrical Panel disetiap gedung

Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada electrical panel juga dipasang RTU untuk
memonitoring besaran elektrik dan kontrol relay pada setiap fasa di gedung.
b. Perancangan Diagram Blok Remote Terminal Unit (RTU)

REMOTE TERMINAL UNIT

RELAY
PHASE LINE
CT DRIVER RELAY
PT
Merging Unit
SENSOR FO cable
Amplifier, Filter DSP,
Analog Circuit
ADC Mikrokontroller
Transmiter

Gambar 4.3. Diagram Blok Remote Terminal Unit (RTU)

Pada perencanaan pembuatan UNILA SCADA ini mengadopsi dari refrensi tugas akhir
mahasiswa Teknik Elektro yang berjudul “Online Monitoring Besaran Listrik Sistem 3 Fasa
Berbasis Single Board Computer BCM2835”. Pada modul tersebut digunakan raspberry pi
atau Single Board Computer BCM2835 sebagai mikrokontroller yang melakukan akusisi data
pengukuran besaran elektrik, digital signal processing terhadap sensor arus, sensor tegangan
dan kontrol relay yang terpasang pada setiap phase-line. Diagram blok sistem RTU dapat
dilihat pada gambar 4.3 yang menunjukan RTU terdiri dari sensor unit untuk membaca besaran
elektrik, relay unit sebagai aktuator untuk memutus aliran daya, merging unit sebagai device
yang menerima inputan, mengolah inputan dan melakukan kontrol terhadap relay. Segala
perintah operator maupun akusisi data dari setiap fasa dikirimkan melalui jaringan kabel fiber
optik yang telah terhubung internet sehingga database dari hasil pengukuran dapat disimpan ke
server. Telah terpasangnya jaringan internet fiber optik di UNILA memberikan keuntungan
untuk mempermudah transmisi komunikasi data pada UNILA Scada system ini.
c. Perancangan Diagram Blok Intelligent Electronic Device (IDE)

Gambar 4.4. Diagram blok IDE pada UNILA SCADA system


Berdasarkan gambar 4.4. menunjukkan bahwa besaran elektrik hasil akusisi data pada RTU
disetiap electrical panel di gedung-gedung fakultas dikirimkan melalui jaringan fiber optic dan
masuk ke Intelligent Electroni Device (IDE) yang ada pada gedung UNILA SCADA system.
Intelligent Electroni Device (IDE) merupakan sistem yang terintegrasi dengan server untuk
mengolah data yang telah diterima sehingga operator dapat melakukan kontrol dan monitoring
dengan Human Machine Interface yang telah terinstal. Diagram blok hirarki untuk UNILA
SCADA system dapat dilihat pada gamabr 4.5.

Control Room
HMI
Indoor FO cable

Control Line

Measurement Line

IDE 1 IDE 2 IDE 3


Indoor FO cable

Control Line

Measurement Line

outdoor FO cable
RTU 1 RTU 2 RTU 3

R
S
T
Gambar 4.5. Diagram blok hirarki pada UNILA SCADA system
d. Perancangan Grounding System untuk Proteksi

Perancangan gorunding perlu dilakukan sebelum dibangunnya gedung UNILA SCADA


system, hal tersebut dilakukan supaya segala peralatan dan user terlindungi dari tegangan
impuls yang disebabkan oleh switching maupun sambaran petir. Desain grounding grid
yang digunakan adalah grounding grid untuk mendapatk nilai resistansi pentanahan sekecil
mungkin. Meskipun biaya investasi grounding grid cukup mahal namun dapat
dipertimbangkan karena peralatan SCADA juga memiliki nilai investasi yang juga mahal
sehingga pemilihan sistem grounding grid adalah pemilihan yang tepat. Selanjutnya desain
grounding grid dapat dilakukan menggunakan software ETAP untuk menentukan besar
nilai tegangan sentuh, tegangan langkah dan mencari titik optimum dalam menentukan
jumlah elektroda yang terpasang, kedalaman elektroda tertanam dengan memperhatikan
parameter masa jenis tanah, suhu tanah dan parameter lain.

Gambar 4.6. Desain Grounding Grid menggunakan ETAP 12.6


Gambar 4.6. Karakteristik tegangan langkah dari desain grounding grid menggunakan ETAP

Gambar 4.6. Membuat desain grounding grid sesuai dengan tata letak dan parameter yang
dapat diinputkan oleh desaigner
DAFTAR PUSTAKA

Chikuni Edward.2010. Power System and Substation Automation. Cape Peninsula University
of Technology.South Africa

ETAP 4.0 Tutorial.Operation Technology Inc.

Kurniawan Ady.2015. Online Monitoring Besaran Listrik Sistem 3 Fasa Berbasis Single
Board Computer BCM2835. Universitas Lampung.

You might also like