You are on page 1of 6

I.

ABSTRAK

Kecenderungan kerusakan lingkungan hidup semakin kompleks baik di pedesaan dan


perkotaan. Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat
ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah.
Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di
tempat yang sudah disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat
berpengaruh terhadap lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang
membusuk akan menjadi bibit penyakit di kemudian hari.Untuk mengatasi masalah itu
partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup belum nampak
secara signifikan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka, pemerintah dalam hal ini
menunjuk Kementerian Lingkungan Hidup mengadakan Program Adipura yaitu program
yang mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mewujudkan kota yang bersih dan
teduh. Ini dilakukan dengan harapan setiap daerah dapat mendayagunakan seluruh
kemampuannya melalui dukungan dari segenap segmen masyarakat untuk secara bersama-
sama mengatasi permasalahan lingkungan hidup perkotaan. Dengan melaksanakan
pengelolaan-pengelolaan sampah, baik secara alami ataupun dengan campur tangan manusia
yang diharapkan akan dapat mengurangi penumpukan sampah di lokasi pembuangan akhir
sampah atau TPA. Dimana hal ini secara otomatis dapat membuat lingkungan akan lebih
bersih dan lebih segar.Ini juga yang menjadi salah satu faktor penentu untuk mendapatkan
Adipura tersebut adalah proses pengolahan TPA (tempat pembuangan akhir) sampah baik
organik dan anorganik.

II. PENDAHULUAN

Masalah lingkungan di Indonesia, sekarang sudah merupakan problem khusus bagi pemerintah
dan masyarakat. Selain itu juga masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang kompleks
dimana lingkungan lebih banyak bergantung kepada tingkah laku manusia yang semakin lama
semakin menurun, baik dalam kualitas maupun kuantitas dalam menunjang kehidupan manusia.
Ditambah lagi dengan melonjaknya pertambahan penduduk maka keadaan lingkungan menjadi
semakin semerawut. Berbagai usaha penggalian sumber daya alam dan pembangunan industri-
industri untuk memproduksi barang-barang konsumsi tanpa adanya usaha-usaha perlindungan
terhadap pencemaran lingkungan oleh buangan yang merupakan racun bagi lingkungan
disekitarnya dan tidak mustahil dapat membawa kematian.
Kecenderungan kerusakan lingkungan hidup semakin kompleks baik di pedesaan dan perkotaan.
Memburuknya kondisi lingkungan hidup secara terbuka diakui memengaruhi dinamika sosial
politik dan sosial ekonomi masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional.
Pada gilirannya krisis lingkungan hidup secara langsung mengancam kenyamanan dan
meningkatkan kerentanan kehidupan setiap warga negara. Kerusakan lingkungan hidup telah
hadir di perumahan, seperti kelangkaan air bersih, pencemaran air dan udara, banjir dan
kekeringan, serta energi yang semakin mahal. Individu yang bertanggungjawab atas kerusakan
lingkungan hidup sulit dipastikan karena penyebabnya sendiri saling bertautan baik antar-sektor,
antar-aktor, antar-institusi, antar-wilayah dan bahkan antar-negara (Anonim.2014).
Untuk mengatasi masalah itu partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup belum nampak secara signifikan. Kesadaran masyarakat tentang lingkungan
hidup memang telah tumbuh, tetapi masih kurang proaktif. Hal ini dapat dilihat dari masih sangat
kurang kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan disekitar mereka. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka, pemerintah dalam hal ini menunjuk Kementerian Lingkungan Hidup
mengadakan Program Adipura yaitu program yang mendorong pemerintah daerah dan
masyarakat mewujudkan kota yang bersih dan teduh. Ini dilakukan dengan harapan setiap daerah
dapat mendayagunakan seluruh kemampuannya melalui dukungan dari segenap segmen
masyarakat untuk secara bersama-sama mengatasi permasalahan lingkungan hidup perkotaan.
Dengan adanya program tersebut diharapkan masyarakat dapat lebih menjaga kebersihan
lingkungan sekitar. Salah satu faktor penentu untuk mendapatkan Adipura tersebut adalah proses
pengolahan TPA (tempat pembuangan akhir) sampah baik organik dan anorganik.

III. ISI

Adipura, adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta
pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup. Pengertian kota dalam penilaian Adipura bukanlah kota otonom, namun bisa
juga bagian dari wilayah kabupaten yang memiliki karakteristik sebagai daerah perkotaan
dengan batas-batas wilayah tertentu. Peserta program Adipura dibagi ke dalam 4 kategori
berdasarkan jumlah penduduk, yaitu (Anonim, 2014):
1) Kota Metropolitan (lebih dari 1 juta jiwa)
2) Kota Besar (500.001 – 1.000.000 jiwa)
3) Kota Sedang (100.001 – 500.000 jiwa)
4) Kota Kecil (sampai dengan 100.000 jiwa)
Dalam lima tahun pertama, program adipura difokuskan untuk mendorong kota-kota di Indonesia
menjadi “Kota Bersih dan Teduh”. Adapun kriteria Adipura terdiri dari 2 indikator pokok yaitu
indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan keteduhan kota dan
indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi, manajemen, dan
daya tanggap (Admin BPLH, 2013).
Program Adipura telah dilaksanakan setiap tahun sejak 1986, kemudian terhenti pada tahun
1998. Program Adipura kembali dicanangkan di Denpasar, Bali pada tanggal 5 Juni 2002, dan
berlanjut hingga sekarang sebagai wujud tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) Republik Indonesia terhadap kelangsungan kondisi lingkungan di Indonesia. Program
Adipura ini dipandang perlu dilaksanakan karena kondisi lingkungan perkotaan yang cenderung
menurun sejak program ini sempat terhenti. Perbandingan kualitas lingkungan perkotaan pada
masa pelaksanaan program Adipura, kondisi awal dengan tahun terhentinya program ini
menunjukkan grafik penurunan tingkat kebersihan yang cukup drastic antar kota-kota
pesertanya. Artinya dengan tamatnya program Adipura kebersihan kota-kota tadi langsung
terabaikan atau dengan kata lain, kota-kota yang dibanggakan karena prestasinya dalam menjaga
kebersihan selama program Adipura tiba-tiba menjadi kota yang kotor (Kementerian Lingkungan
Hidup RI, 2014).
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih
tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah. Sampah-
sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang
sudah disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap
lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi
bibit penyakit di kemudian hari.
Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi ada sisi
manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga
dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari
masyarakat untuk mengelolanya. Sampah dapat dibedakan secara garis besar menjadi 2 (dua)
jenis berdasarkan sifatnya yaitu (Ali,2014):
a. Sampah organik – dapat diurai (degradable).
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun
kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
b. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya.
Sampah-sampah tersebut biasanya dibuang ke tempat pembuangan sampah (tong sampah) dan
kemudian dikumpulkan pada tempat pembuangan akhir saampah (TPA). Sampah –sampah
tersebut mempunyai jenis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu dapat terurai dan tidak
dapat terurai. Untuk sampah yang bersifat terurai dapat terjadi secara alami dengan proses
pembusukan oleh alam.
Ini berbeda dengan sampah yang tidak dapat terurai secara alami sehingga membutuhkan campur
tangan manusia dalam pengelolaan sampah tersebut. Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat
ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah
bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk
masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda satu negara ke negara yang lain (sesuai budaya yang
berkembang) , dan hal ini berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , serta
berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani
oleh perusahaan pengolah sampah.
Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki
nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi material yang tidak
membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung
banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yang digunakan untuk mengolah, dan
ketersediaan area. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah anorganik
antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan Metode Pembuangan dan Penimbunan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah
yang tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang- lubang dalam. Sebuah lahan
penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak
dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin
berbau sampah , menarik berkumpulnya hama dan adanya genangan air sampah. Efek samping
lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya
dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik
hama (tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang
untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat
penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk
membangkitkan listrik.
b. Melakukan Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali
disebut sebagai Daur-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengambilan bahan sampah
untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan
listrik. Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :
1). Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium, kaleng
baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan
biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
2) . Pengolahan kembali secara biologis
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan.
Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik. Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian bahan-bahan
organik secara terkontrol menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme.
Aktivitas mikroorganisme bisa dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah
dalam keadaan basah (nitrogen), suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau
kering), dan aerasi yang baik (kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena
menghasilkan pupuk organik yang ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan.
Sangat memungkinkan melibatkan langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal)
dengan pola manajemen sentralisasi desentralisasi atau metode Inti (Pemerintah/Swasta) dan
Plasma (kelompok usaha di masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap
penanggulangan pengangguran. Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh
pemerintah daerah (kabupaten/kota). Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik
pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di toronto, kanada dimana
sampah organik rumah tangga seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di
kantong khusus untuk di komposkan.
c. Melakukan Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau
dikenal juga dengan “Penguangan sampah” metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang
atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali
pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.
Selain itu juga ada berbagai kiat untuk membuat sampah menawan dan bernilai ekonomis tinggi,
diantaranya adalah mendaur ulang sampah plastik melalui Bank Sampah. Sebagai upaya Reduce,
Reuse dan Recycle sampah, sebagaima diamanatkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 13 Tahun 2012.
Bank Sampah adalah sebuah lembaga yang nasabahnya mengumpulkan sampah plastik untuk
dijual kepada administrator Bank Sampah. Mengapa sampah plastik? Karena sampah ini mudah
diuangkan. Sampah plastik yang terkumpul selanjutnya diolah menjadi bijih sampah kemudian
diproses lebih lanjut. Uang hasil penjualan sampah dimasukkan dalam rekening nasabah dan
setelah mencapai jumlah tertentu uang simpanan tersebut bisa diambil oleh nasabah Bank
Sampah (Purwanto, 2013).
Dengan adanya pengelolaan-pengelolaan sampah tersebut baik secara alami ataupun dengan
campur tangan manusia diharapkan akan dapat mengurangi penumpukan sampah di lokasi
pembuangan akhir sampah atau TPA. Dimana hal ini secara otomatis dapat membuat lingkungan
akan lebih bersih dan lebih segar.
Pengelolaan sampah dimasa yang akan datang perlu memperhatikan berbagai hal seperti:
penyusunan Peraturan daerah (Perda) tentang pemilahan sampah, sosialisasi pembentukan
kawasan bebas sampah misalnya tempat-tempat wisata, pasar, terminal, jalan-jalan protokol,
kelurahan, dan lain sebagainya, penetapan peringkat kebersihan bagi kawasan-kawasan umum,
memberikan tekanan kepada para produsen barang-barang dan konsumen untuk berpola produksi
dan konsumsi yang lebih ramah lingkungan, memberikan tekanan kepada produsen untuk
bersedia menarik (membeli) kembali dari masyarakat atas kemasan produk yang dijualnya,
seperti bungkusan plastik, botol, alluminium foil, dan lain lain. peningkatan peran masyarakat
melalui pengelolaan sampah sekala kecil, bisa dimulai dari tingkat desa/kelurahan ataupun
kecamatan, termasuk dalam hal penggunaan teknologi daur ulang, komposting, dan penggunaan
incenerator. peningkatan efektivitas fungsi dari TPA (tempat pembuangan akhir) sampah
(Aksyar, 2011).
Dengan demikian kondisi TPA, dimana volume sampah yang masuk terkelola dengan baik bukan
dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa pengolahan yang efektif ini memberikan nilai tambah
yang cukup tinggi dalam kaitannya dengan penilaian Adipura.
Dengan adanya Program Adipura ini juga, maka perhatian pemerintah daerah sedikit demi
sedikit mengalami peningkatan, antara lain ditandai dengan makin banyaknya kota-kota yang
memiliki nilai dalam skala nilai baik. Namun demikian mengingat makin kompleksnya
penanganan sampah di perkotaan, maka pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
telah menyepakati lahirya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
sebagai payung hukum penagelolaan sampah di masa yang akan datang. Kementeriaan Negara
Lingkungan Hidup sebagai leading sector lahirnya Undang-undang Pengelolaan Sampah
memandang perlu menjadikan Undang- undang ini tidak hanya tegas di atas kertas saja.Yang
lebih penting lagi adalah adanya penerapan di dalam masyarakat. Oleh karena itu mulai
pelaksanaan pemantauan Adipura telah dilakukan beberapa perubahan kriteria dan mekanisme
penilaian Adipura dengan memberi penilaian lebih pada aspek pemilahan dan pengolahan
sampah. Hal ini berarti Pemerintah Daerah tidak cukup hanya mempersiapkan kondisi lokasi
pantau, tetapi juga kebersihan dan keteduhan wilayah perkotaan secara umum, sehingga
partisipasi masyarakat mutlak diperlukan (Sugeng, 2013).
IV. KESIMPULAN
Dengan adanya pengelolaan-pengelolaan sampah yang baik secara alami ataupun dengan campur
tangan manusia diharapkan akan dapat mengurangi penumpukan sampah di lokasi pembuangan
akhir sampah atau TPA yang merupakan salah satu faktor penting pada penilaian penghargaan
Adipura.

V. UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Eka Nurdianty Anwar dan Kristian Widodo yang telah
membantu menyelesaikan tugas kuliah Penyajian Ilmiah ini.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Admin BPLH. 2013.http://bplh.egref.com/index.php/adipura/44-kriteria-adipura. 01 Maret 2014.

Aksyar, Muhammad. 2011. Model Penanggulangan Masalah Sampah Perkotaan dan


Perdesaan,http://anca45-kumpulan-makalah.blogspot.com/2011/11/ model-penanggulangan-
masalah-sampah.html. 10 Maret 2014

Ali. H.2014.Cara Mengolah Sampah Organik dan Anorganik.http://pendidikan.


bengkuluekspress.com/2014/01/21/cara-mengolah-sampah-organik-dan-anorganik/. 4 Maret
2014.

Anonim.2012.B. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah. Diakses tanggal 10 Maret


2014

Anonim. 2014.http://id.wikipedia.org/wiki/Adipura. 12 Maret 2014

Anonim.2014.http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah. 12 Maret 2014

Anonim.2014.Sistem Pengolahan Sampah.https://sites.google.com/site/praswilkel07/ studi-


kasus. 12 Maret 2014.

Kementerian Lingkungan Hidup RI, 2014, Program Adipura. Pekanbaru : PPE.

Purwanto. E, Fasial.A, Hadedi. A. P.2013. Cerdas: Meraih Adipura dan Adiwiyata dengan Bank
Sampah. http://www.owt.or.id/index.php/en/article/praktik-cerdas/bank-sampah. 01 Maret 2013

Sugeng. 2013. Penghargaan Adipura 2013. http://www.ppejawa.com/ekoplasa70_


penghargaan_adipura_2013.html#sthash.RIUfQFTd.dpuf. 12 Maret 2014

Yessi,Yaneri.2014.http://blhkotabengkulu.web.id/index.php?option=comcontent&
view=article&id172:program-adipura. 10 Maret 2014.

You might also like