You are on page 1of 9

Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.

4 (2018) : 77-85 77

LAJU PINDAH PANAS SECARA KONDUKSI DAN PENGUAPAN AIR SELAMA


PROSES PENGERINGAN GABAH MENGGUNAKAN CABINET DRYER
HEAT TRANSFER RATE IN CONDUCTION AND EVAPORATION OF WATER DURING
THE DRYING PROCESS OF GRAIN USING CABINET DRYER
Sasmita1), Jamaluddin2), Husain Syam3).
1Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
2 dan 3 Dosen PTP FT UNM

sasmita.ptp14@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme perpindahan panas dan
penguapan air pada gabah selama proses pengeringan menggunakan udara panas
sebagai media penghantar panas. Penelitian ini berbentuk eksperimen yang terdiri dari
dua variabel yaitu variabel A adalah suhu dengan 3 taraf50o, 60o dan 70oC dan variabel B
adalah lama pengeringan dengan 3 taraf160, 170, dan 180 menit. Sampel penelitian
adalah gabah basah dengan kadar air awal 20,51% dikeringkan menggunakan alat
pengering berbentuk lemari (cabinet dryer). Untuk mengetahui perubahan suhu yang
terjadi maka proses pengeringan dilakukan pengukuran suhu lingkungan/udara dan suhu
gabah menggunakan termokopel. Sebelum dan sesudah pengeringan dilakukan
pengukuran kadar air untuk mengetahui perubahan kadar air gabah dari setiap perlakuan
yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan semakin
lama pengeringan digunakan maka laju perpindahan panas semakin tinggi, maka
penguapan air semakin besar, sehingga menyebabkan kadar air gabah menurun.
Kata Kunci :Pengeringan, Perpindahan panas, Penguapan air, Cabinet Dryer, Gabah.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the mechanism of heat transfer and water
evaporation grain water during drying process using hot air as heat conducting media. This
experiment is an experiment consisting of two variables, namely variable A is temperature
with 3 level 50o, 60o and 70oC and variable B is drying time with 3 level 160, 170, and 180
minutes. The sample was wet grain with initial moisture content of 20.51% dried using a
cabinet dryer. To determine the temperature changes that occur then the drying process is
done by measuring the temperature of the environment / air and grain temperature using
thermocouple. Before and after drying the water content is measured to determine the
change of grain water level of each treatment used. The results showed that the higher
temperature and the longer drying is used the higher heat transfer rate, the greater the
evaporation of water, causing the grain water content to decrease.
Keywords: Drying, Heat transfer, Evaporation of water, Cabinet Dryer, Grain.
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 78

PENDAHULUAN debu ataupun kotoran lainnya serta


dapat lebih terkendali.
Padi/gabah (oryza sativa (l))
Pengeringan gabah basah dapat
merupakan salah satu bahan makanan
dilakukan dengan menggunakan alat
yang paling penting didunia. Padi
pengering buatan, salah satunya adalah
merupakan penghasil makanan berbasis
Cabinet dryer. Cabinet dryer merupakan
biji-bijian terbesar kedua di dunia
alat pengering mekanis yang
(Charoenchaisri, et al, 2010). Di
memanfaatkan penguapan energi panas.
Indonesia sendiri, padi telah menjadi
Proses pengeringan merupakan proses
komoditas strategis yang dapat
perpindahan sejumlah massa uap air
mempengaruhi berbagai aspek
secara simultan, dengan membutuhkan
kehidupan. Hal ini dikarenakan padi
energi untuk menguapkan kandungan air
merupakan sumber makanan utama
yang dipindahkan dari permukaan bahan
sebagian besar penduduk di pedesaan.
ke media pengering. Proses
Semakin besar jumlah penduduk, maka
berpindahnya sejumlah massa uap air
akan semakin besar kebutuhan akan
karena adanya perbedaan konsentrasi
pangan, terutama beras. Sehingga,
uap air antara suatu bahan dengan
dibutuhkan peningkatan produksi beras
lingkungannya. Selama proses
nasional (Aryunis, dkk, 2008; Bintoro,
pengeringan gabah basah akan terjadi
dkk, 2008).
proses laju pindah panas dan
Selama ini masyarakat di Indonesia
penguapan air akan terjadi beberapa
telah terbiasa melakukan pengeringan
perubahan pada produk pangan seperti
gabah dengan cara konvensional, yaitu
perubahan kadar air, volume, dan
dengan cara di jemur langsung dibawah
perubahan warna. Semakin tinggi suhu
sinar matahari. Penjemuran bisa
pengering maka semakin banyak air
menghabiskan waktu 3-7 hari dan sangat
yang menguap dan menyebabkan kadar
tergantung oleh besarnya penyinaran
air gabah basah menurun. Berdasarkan
matahari (Atthajariyakul and
uraian diatas maka penulis terdorong
Leephakpreeda, 2006). Selain itu,
untuk melakukan penelitian yang
kelemahan dari pengeringan dengan
berjudul laju pindah panas dan
cara konvensional ini adalah produk
penguapan air selama proses
gabah hasil pengeringan tidak seragam,
pengeringan gabah menggunakan
lebih mudah terkontaminasi oleh kotoran
Cabinet dryer.
atau debu sehingga dapat mengurangi
mutu akhir produk yang dikeringkan, dan TUJUAN PENELITIAN
membutuhkan area serta biaya
operasional yang besar. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk
diperlukan alat pengering mekanis. Alat mengetahui laju pindah panas pada
pengering mekanis digunakan selain gabah selama proses pengeringan
dapat mempercepat proses pengeringan menggunakan mesin Cabinet dryer dan
juga dapat mengurangi bercampurnya untuk mengetahui penguapan air pada
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 79

gabah selama proses pengeringan dryer, timbangan, toples, stopwatch,


menggunakan mesin Cabinet dryer. oven, baskom, plastik klip, plastik food,
thermocouple, desikator, aluminium foil,
METODE PENELITIAN gunting, tali rapia, sarung tangan, cawan,
penjepit, talenan, lakban, perekam data,
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
komputer dan gabah basah.
eksperimen yang terdiri atas 2 variabel.
Data dikumpulkan dilakukan
Variabel A adalah suhu dengan 3 taraf
dengan cara Laju pindah panas yang
variabel (50oC, 60oC dan 70oC) dan
dihitung mulai dari pindah panas dari plat
variabel B adalah lama pengeringan
rak pengering ke permukaan gabah, dan
dengan 3 taraf variabel (160 menit, 170
dari permukaan gabah ke bagian dalam
menit dan 180 menit). Dengan demikian
gabah dengan menggunakan persamaan
banyaknya perlakuan yang dicobakan
laju pindah panas secara konduksi
sebanyak 9 dimana masing-masing
sebagai beriku :
dilakukan pengulangan 3 kali dengan
memperoleh sampel 27. Pada penelitian Q=
ini akan dilakukan pengeringan gabah Dan penelitian ini juga lakukan
dengan menggunakan alat pengering pengukuran kadar air digunakan untuk
Cabinet dryer dengan sumber pemanas mengukur seberapa banyak air yang
berasal dari kompor gas yang berfungsi menguap dari dalam gabah untuk
untuk memanaskan plat kemudian panas mengetahui tersebut. Kadar air dapat
dialirkan kepermukaan gabah dengan dihitung dengan menggunakan
menggunakan blower. Gabah yang persamaan berikut ini :
digunakan pada penelitian ini merupakan BC
Kadar air %  X 100%
gabah basah yang baru selesai panen. BA
Selama proses pengeringan akan diukur
suhu gabah dengan menggunakan alat HASIL DAN PEMBAHASAN
termokopel dan direkam dengan data
logger dan dilakukan pengukuran suhu Penelitian ini dilakukan dengan
ruang gabah pada pengering Cabinet mengeringkan gabah basah
dryer. menggunakan mesin cabinet dryer.
Penelitian ini dilakukan di Pengeringan dilakukan dengan
Laboraturium Pendidikan Teknologi perlakuan suhu dan lama pengeringan
Pertanian Fakultas Teknik Universitas yang berbeda. Suhu pengeringan terdiri
Negeri Makassar. Dan Waktu penelitian dari 50, 60, dan 700C, sedangkan lama
ini dilaksanakan pada Bulan Januari pengeringan terdiri dari 160, 170, dan
2017 di Laboraturium Pendidikan 180 menit. Pengeringan gabah sebelum
Teknologi Pertanian Fakultas Teknik dan setelah pengeringan untuk setiap
Universitas Negeri Makassar. perlakuan dilakukan pengukuran kadar
Peralatan dan bahan yang digunakan air dan laju pindah panas. Pengukuran
dalam penelitian ini adalah Cabinet kadar air sebelum dan setelah
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 80

pengeringan bertujuan untuk mengetahui yang diberikan akan menghasilkan kadar


perubahan kadar air yang dihasilkan dari air gabah yang berbeda-beda pada
setiap perlakuan suhu dan lama setiap perlakuan. Hasil perhitungan
pengeringan sehingga dapat diketahui kadar air gabah dengan menggunakan
pula laju pindah panas secara konduksi suhu dan lama pengeringan yang
selama pengeringan. Laju pindah panas berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar
dilakukan setiap 10 menit pengeringan 1.
pada gabah, pengeringan ini dapat 25,00
menurunkan kadar air seperti hasil yang

Rata-rata Kadar Air (%)


20,00
terdapat di Gambar 4.1, semakin cepat 15,00 Suhu 50⁰C
laju perpindahan panas maka semakin 10,00
5,00 Suhu 60⁰
besar pula air yang teruap didalam 0,00 Suhu 70⁰C
gabah. 0 160 170 180
Fenomena laju pindah panas
Lama Pengeringan (Menit)
menurunkan kadar air pada setiap waktu
dapat dijelaskan dengan dasar Gambar 1
pengeringan. Pada proses awal Hasil perhitungan kadar air selama
pengeringan, suhu panas akan naik pengeringan menggunakan cabinet dryer
dengan cepat dikarenakan adanya dengan variasi waktu dan suhu yang
mekanisme perpindahan panas dan berbeda-beda
terjadilah penguapan kadar air pada
permukaan gabah. Teruapnya air pada Berdasarkan hasil analisis
gabah tersebut dapat diketahui berapa perhitungan kadar air gabah
banyak air yang teruapkan pada setiap menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan
waktu yang digunakan. Bertambahnya lama pengeringan yang berbeda
waktu pengeringan dari gabah akan menghasilkan kadar air yang berbeda
mendekati kadar air konstan karena pula. Pada gambar 1 dengan berbagai
proses yang berperan adalah uap air dari variabel waktu 160, 170, dan 180 menit
dalam menuju keluar bahan, dimana dengan perlakuan suhu 50o memperoleh
proses ini memanfaatkan panas kadar yang tertinggi dengan rata-rata
konduksi dari bahan itu sendiri. Oleh 17,41%, sedangkan kadar air yang
karena itu, waktu gabah yang terjadi terendah adalah dari perlakuan suhu 70o
semakin lama semakin kecil dan dan lama pengeringan 180 menit dengan
cenderung menuju konstan. diperoleh rata-rata 8,89%. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari perubahan
Penguapan Kadar Air kadar air, maka dapat diketahui bahwa
Penelitian ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan suhu yang rendah
kadar air gabah sebelum dan setelah dan lama pengeringan yang cepat akan
pengeringan. Hasil perhitungan kadar air menghasilkan perubahan kadar air yang
gabah menunjukkan bahwa setiap rendah pula, sedangkan dengan
perlakuan suhu dan lama pengeringan menggunakan suhu yang tinggi dan lama
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 81

pengeringan yang lama akan cepat terjadi sehingga kadar air nya pun
menghasilkan perubahan kadar air yang semakin berkurang.
tinggi pula. Dari hasil yang diperoleh Pada awal proses pengeringan
dapat disimpulkan bahwa diduga faktor penguapan kadar air melaju lebih cepat
yang mempengaruhi kadar air pada hal ini disebabkan karena banyaknya
gabah yang berbeda-beda adalah faktor kandungan air pada bahan, sehingga
suhu dan lama pengeringan. penguapan air terlebih dahulu terjadi
Berdasarkan hasil perhitungan pada permukaan bahan. Air bebas
kadar air dapat diketahui bahwa semakin merupakan air yang mudah menguap
tinggi suhu dan semakin lama waktu dari bahan makanan dikarenakan ikatan
pengeringan akan menyebabkan hidrogen yang lemah dalam air bebas
penguapan air pada penurunan kadar air (Winarno, 2002). Selanjutnya penurunan
semakin besar, hal ini dikarenakan suhu laju penguapan air hal ini disebabkan
yang tinggi akan menyebabkan cepatnya karena sebagian besar air di permukaan
panas merambat ke permukaan bahan bahan telah menguap sehingga
yang dikeringkan sehingga akan penguapan air berlanjut ke bagian dalam
menguapkan air di dalam bahan. Hal ini bahan dan cenderung konstan, hal ini
didukung dengan pernyataan Irawan disebabkan penguapan air dari bahan
(2011) dalam Hidayati dkk., (2013) telah menurun seiring dengan penurunan
bahwa perbedaan suhu antara media kadar air selama proses pengeringan
pemanas dan bahan yang makin besar sehingga jumlah air bebas makin lama
menyebabkan makin cepatnya semakin berkurang dan permukaan
perpindahan panas kedalam bahan dan partikel bahan tidak lagi ditutupi oleh
makin cepat pula perpindahan uap air lapisan air, sehingga laju penguapan air
dari bahan ke lingkungan. Selain itu pada perlakuan ini mengalami
Mujumdar (2004) dalam Ivan dkk., penurunan dan cenderung konstan.
(2013) juga mengemukakan bahwa Laju Perpindahan Panas Secara
semakin besar beda suhu antara Konduksi
pemanas dengan bahan, maka proses Perhitungan laju pindah panas
transfer panas ke dalam bahan juga dalam penelitian ini yaitu laju pindah
akan semakin cepat. Oleh karena itu, panas pada gabah dengan
semakin tinggi suhu udara pengering, menggunakan pendekatan persamaan
maka semakin cepat proses dapat dilihat 1. Hasil perhitungan laju
pengeringannya. Hal ini sejalan dengan perpindahan panas selama proses
hasil penelitian Martunis (2012) yang pegeringan gabah dapat dilihat pada
melaporkan bahwa dengan perlakuan Gambar 4.2, 4.3 dan 4.4.
lama pengeringan, semakin lama
pengeringan berlangsung (7 jam) maka
penguapan air di dalam bahan semakin
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 82

0,18
0,16 0,12
Laju Pindah Panas Qk

0,14 0,10

Laju Pindah Panas Qk


Suhu 50⁰ 160 Suhu 60⁰ 160
0,12 menit menit
0,08
0,10 Suhu 50⁰ 170
0,08 0,06 Suhu 60⁰ 170
menit
menit
0,06 Suhu 50⁰ 180 0,04
0,04 menit Suhu 60⁰ 180
0,02 0,02 menit
0,00 100
0,00
120
140
160
180
0
20
40
60
80

20
40
60
80
100
120
140
160
180
0
Lama Pengeringan (Menit) Lama Pengeringan (Menit)
Gambar 2
Hasil perhitungan laju pindah panas Gambar 3
suhu 50OC Hasil perhitungan laju pindah panas
suhu 60OC
Berdasarkan gambar 2 hasil
perhitungan laju perpindahan panas Berdasarkan gambar 3 hasil
pada gabah, bahwa perpindahan panas perhitungan laju perpindahan panas
meningkat lebih cepat pada awal yang terjadi selama proses pengeringan
pengeringan. Hal ini disebabkan karena dapat dilihat bahwa awal proses
pada awal pengeringan air yang dapat pengeringan mengalami perpindahan
teruapkan pada permukaan lebih banyak panas lebih cepat. Hal ini disebabkan
dan semakin menurun hingga akhir bahwa air permukaan bahan lebih
pengeringan, seiring dengan banyak teruapkan, seiring berjalannya
bertambahnya waktu maka suhu dari waktu proses pengeringan mengalami
bahan menurun dan akan mendekati penurunan kadar air dan mendekati
konstan karena proses yang berperan konstan. Penguapan mula-mula terjadi
adalah uap air dari dalam menuju keluar pada air di permukaan, setelah air
bahan. Berdasarkan hasil perhitungan permukaan berkurang maka terjadi
laju perpindahan panas yang terjadi pengaliran air antar sel ke permukaan,
selama proses pengeringan dapat karena proses keseimbangan kadar air
disimpulkan bahwa suhu dan lama di dalam gabah sendiri. Proses ini
pengeringan akan berpengaruh terhadap berjalan sampai keadaan air sel dan
laju perpindahan panas, semakin tinggi kadar air permukaan tertentu,
suhu udara pengering, maka proses selanjutnya dinding sel mengambang
pengeringan akan semakin cepat. Hal ini dan air dalam sel mengadakan
dikarenakan dengan peningkatan suhu keseimbangan dengan kadar air
udara pengering, maka semakin besar seluruhnya sehingga ada pengaliran air
pula energi panas diberikan pada gabah antara sel. Proses ini terjadi berulang kali
yang dikeringkan sehingga dapat sampai terjadi pemindahan air dari
membawa air yang terkandung dalam dalam gabah ke udara.
gabah lebih banyak.
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 83

Laju Pindah Panas Qk 0,1 yang diterima setiap per rak dan dapat
0,08
Suhu 70⁰ 160
juga berpengaruh pada luas permukaan
0,06 menit yang digunakan setiap per rak. Hal ini
0,04
Suhu 70⁰ 170
menit
didukung dengan pernyataan Mayani
0,02
0 Suhu 70⁰ 180
dkk.,(2012) dalam Cynthia dkk.,(2013)
menit bahwa proses pengeringan dibutuhkan
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0

Lama Pengeringan (Menit)


luas permukaan yang besar agar dapat
mempercepat proses pengeringan
Gambar 4 karena semakin banyak luas permukaan
Hasil perhitungan laju pindah panas yang mengalami kontak dengan udara
suhu 70OC panas. Selain itu sesuai dengan
penelitian Jamaluddin dkk.,(2011)
Berdasarkan gambar 4 hasil menjelaskan bahwa keluarnya secara
perhitungan laju perpindahan panas perlahan-lahan se-bagian air bebas
yang terjadi selama proses pengeringan menyebabkan rongga menjadi mengecil
dapat dilihat bahwa pada awal proses dan secara bersamaan terbentuk lapisan
pengeringan mengalami perpindahan keras di permukaan padatan. Fenomena
panas lebih cepat, hal ini disebakan oleh tersebut dapat dijelaskan dengan
udara panas yang menyentuh bahan mekanisme dasar pengeringan. Pada
sehingga dipermukaan gabah cepat proses awal pengeringan, temperatur
teruapkan, seiring berjalannya waktu partikel akan naik dengan cepat
proses perpindahan panas akan dikarenakan adanya mekanisme
menurun dan mendekati konstan. Hal ini perpindahan massa dan panas sehingga
dikarenakan air dalam gabah mulai terjadi uap air kontinyu di permukaan.
berkurang dapat disimpulkan bahwa Seiring dengan bertambahnya waktu
suhu dan lama pengeringan akan maka suhu dan pertikel akan mendekati
berpengaruh terhadap laju perpindahan konstan karena proses yang berperan
panas, semakin tinggi suhu udara adalah difusi uap air dari dalam menuju
pengering, maka proses pengeringan keluar bahan, dimana proses ini terjadi
akan semakin cepat. perpindahan panas konduksi dari bahan
Berdasarkan gambar 2, 3, dan 4 itu sendiri. Oleh karena itu, gradien suhu
menunjukkan bahwa Semakin tinggi pertikel yang terjadi semakin lama
suhu dan semakin lama pengeringan semakin kecil dan cenderung menuju
digunakan semakin cepat pula terjadi konstan irvan dkk, (2013).
laju perpindahan panas. Dengan
menggunakan suhu yang berbeda KESIMPULAN
dengan waktu yang berbeda akan
berpengaruh pula hasil yang didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian
Hal ini dikarenakan pada setiap dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :
peletakan rak-rak digunakan dapat 1. Semakin tinggi suhu dan semakin
perpengaruh disebabkan oleh udara lama pengeringan digunakan maka
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 84

laju perpindahan panas semakin Prosiding Seminar Nasional


cepat, sehingga berpengaruh Teknik Pertanian. Universitas
terhadap terjadinya perubahan Gajah Mada, Yogjakarta.
kadar air pada gabah atau Cynthia Anggi Maulina, Ahyadani
menyebabkan kadar air menurun. Rosarrah, Muhammad Djaeni.
2. Semakin tinggi suhu maka 2013. Aplikasi Spray Dryer untuk
penguapan air semakin meningkat Pengeringan Larutan Garam
yang menyebabkan semakin Amonium Perklorat Sebagai
berkurangnya kadar air dalam Bahan Propelan,vol.2, No.4,
gabah. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas
SARAN Teknik. Universitas Diponegoro.
Irawan Anton, ST., MT. 2011. Modul
Adapun saran yang dapat Laboratorium Pengeringan.
diberikan setelah melakukan penelitian Jurusan Teknik Kimia. Fakultas
ini yaitu untuk peneliti selanjutnya dapat Teknik. Universitas Sultan Ageng
meneliti perubahan karakteristik gabah Tirtayasa.
yang terjadi selama proses
menggunakan mesin cabinet dryer. Ivan Aditya Gunawan, Aulia Rahman
Majid, Siswo Sumardiono. 2013.
DAFTAR PUSTAKA Pengeringan Gabah dengan
Menggunakan Pengering
Aryunis, H., Muhammad, I., Tafzi, F., Resirkulasi Kontinyu Tipe
Esrita, W. Dan Ratna, Y., 2008, Konveyor Pneumatik. Jurusan
Peningkatan Produksi Padi Melalui Teknik Kimia. Fakultas Teknik,
Pemanfaatan Varietas Unggul Universitas Diponegoro.
Baru Hasil Litbang Iptek Nuklir di Semarang
Desa Rambah Kecamatan Tanah
Jamaluddin, Suardy, Siswantor, dan
Tumbuh Bungo, Jurnal
Suriana Laga. 2011. Pengaruh
Pangabdian pada Masyarakat, no.
Suhu dan Tekanan Vakum
46, hh. 39-40.
Terhadap Penguapan Air,
Athajariyakul, S and Leephakreeda, Perubahan Volume dan Rasio
T.,(2006), “Fluidized Bed Paddy Densitas Keripik Buah Selama
Drying in Optimal Conditions Via dalam Penggorengan Vakum.
Adaptive Fuzzy Logic Control”, Vol.12, No.2, Fakultas Teknik.
Journal of Food Engineering., 75, Universitas Negeri Makassar.
104-114, Bangkok.
Mayani, H, Violleni, prihadi. 2012.
Bintoro, N., Susanti, D.Y. dan Zuhrotul, Metode Pengeringan
H.A., 2008. Unjuk Kerja Mesin Menggunakan Metode Spray
Penggiling Padi Tipe Single Pass,
Sasmita, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2018) : 77-85 85

Dryer (Continous Drying).


Universitas Jendral Sudirman.
Martunis. 2012. Pengaruh Suhu dan
Lama Pengeringan Terhadap
Kuantitas dan Kualitas Pati
Kentang Varietas Granola. jurusan
Teknologi Hasil Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas
Syiah Kuala. Darussalam. Benda
Aceh-23111, Indonesia.
Mujumdar, arun S. 2004. Guid To
Industri Drying Principle,
Equitment and New Development.
Iwsid: Mumbai, India.
Hidayati Noor, Utami Diah P., Ratnawati,
Suherman, 2013. Penerapan
Teknologi Fluidized Bed Dryer
dengan Panambahan Zeolit 3a
untuk Meningkatkan Efisiensi
Pengeringan Gabah, Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

You might also like