You are on page 1of 19

KARYA ILMIAH KEGAGALAN PEKERJAAN

KONTRUKSI

DISUSUN OLEH :

VICKY YOGA ARISMA


A0116003
TEKNIK SIPIL A
BAB I

PENDAHULUAN
Suatu perusahaan yang didirikan mempunyai beberapa tujuan, tujuan yang
dimaksud adalah mencari laba, berkembang, memberi lapangan kerja, serta
memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa. Perusahaan adalah
organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perusahaan sangat perlu ditetapkan
perhitungan pendapatan dan biaya operasi perusahaan, agar nantinya dapat berguna
bagi manajemen dalam melakukan analisis dan pengambilan keputusan.
Pengakuan pendapatan yang ada dalam perusahaan kontruksi merupakan contoh
digunakannya metode pengakuan pendapatan. Pembangunan kontruksi bangunan
di indonesia telah berkembang dengan pesat seiring dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk, terutama di kota-kota besar yang mengakibatkan meningkatnya
kebuuhan terhadap sarana dan prasarana, khususnya bangunan rumah dan gedung.

Umumnya setiap proyek kontruksi mempunyai rencana dan jadwal


pelaksanaan tertentu, pada saat kapan proyek tersebut dimulai dan kapan harus
diselesaikan. Bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan serta bagaimana dengan
pengaturan penyediaan sumber dayanya. Setiap pelaksanaan proyek kontruksi,
menginginkan berhasil dalam pelaksanaan penyelesaian proyek dengan tepat
waktu. Untuk memenuhi tujuan tersebut tiga sasaran yang harus di penuhi yaitu
besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan waktu serta mutu yang harus
dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan terpenting yang menunjang kelancaran
pelaksaan proyek. Pembuatan rencana suatu proyek kontruksi selalu mengacu pada
perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat, karena itu
masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat
dengan kenyataan yang sebenarnya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kegagalan Bangunan

Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan yang setelah diserah-terimakan


oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa menjadi tidak berfungsi baik sebagaian
atau secara keseluruhan dan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak kerja kontruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai
akibat kesalahan penyedia dan atau pengguna jasa. Kegagalan kontruksi adalah
keadaan hasil pekerjaan kontruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja kontruksi baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan dari pengguna jasa atau penyedia jasa.

2. Penilaian kegagalan bangunan


Menurut PP No. 29 tahun 2000 pasal 36 dan 37, Kegagalan bangunan dinilai
dan ditetapkan oleh satu atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten
dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan
penilaian secaraobyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 bulan
sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan. Tugas penilai
ahli menurut PP No.29 tahun 2000 pasal 38 ayat 1 yaitu:
1) Menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan
2) Menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan
3) Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan sertatingkat
dan sifat kesalahan yang dilakukan;
4) Menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang
harusdibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan
Berdasarkan pasal 39 PP No. 29 tahun 2000, Penilai ahli berwenang untuk :

1) menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang


diperlukan;
2) memperoleh data yang diperlukanmelakukan pengujian yang diperlukan
3) memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan.

3. Standar keberhasilan proyek bangunan


Kegagalan berarti apa yang terjadi ternyata dibawah dari standar yang
ditetapkan, oleh karena itu sebelum mengatakan gagal maka perlu sebuah ukuran
standar keberhasilan yang dalam dunia proyek konstruksi dapat kita buat seperti
ini.
1) Hemat biaya pelaksanaan.
2) Selesain dalam waktu cepat.
3) Mendapat Keuntungan atau nilai lebih dari kontrak proyek.
4) Kualitas bangunan bagus.
5) Struktur bangunan kuat dan tahan lama minimal dalam jangka waktu
perencanaan masa pakai.
6) Kebahagiaan sumber daya manusia sebagai pembangun.
7) Tidak terjadi kecelakaan kerja atau biasa disebut juga dengan zero accident.

4. Penyebab kegagalan proyek bangunan


Dari standar keberhasilan diatas maka dapat kita uraikan beberapa hal yang
dapat menjadi penghambat terwujudnya cita cita tersebut :
1) Waktu pelaksaan mundur, hal ini berarti terdapat biaya tambahan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan proyek. keterlambatan ini bisa disebabkan berbagai hal
seperti kurangnya kemampuan manajemen proyek atau terjadi kendala di lapangan
yang sulit dipecahkan.
2) Pembayaran progres tertunda, bagi kontraktor yang mengandalkan biaya proses
pelaksaan dari masukan biaya tagihan pada pemilik proyek maka akan sangat
terpengaruh jika ternyata pembayaran terlambat.
3) Proses aproval material lama misalnya dalam pemilihan warna dan texture
keramik, sebelum diputuskan oleh pemilik proyek maka proses pemasangan
keramik belum bisa dilakukan.
4) Terjadi bencana alam seperti gempa bumi, kebakaran, banjir dll.
5) Pekerja proyek tidak jujur atau melakukan korupsi sehingga dapat menimbulkan
kerugian pekerjaan.
6) Terjadi kesalahan dalam perencaan yang berakibat fatal, misalnya kesalahan
pemilihan ukuran dan jenis material struktur kolom beton sehingga menjadi
penyebab keruntuhan bangunan.
7) Terjadi kecelakaan kerja, hal ini bisa diatasi membuat rambu-rambu proyek dan
mengadakan penyuluhan secara rutin kepada pekerja akan bahaya resiko
kecelakaan.
8) Situasi politik kacau sehingga berpotensi menimbulkan gejolak harga bangunan

5. Contoh kegagalan kontruksi

Contoh kasus kontruksi adalah Runtuhnya Jembatan Penghubung Gedung Arsip


Perpustakaan DKI Jakarta di kawasan Taman Ismail Marzuki Cikini, Jakarta Pusat

1) Jembatan penguhubung gedung arsip perpustakaan Jakarta


Lokasi Jembatan Penghubung Gedung Arsip Perpustakaan DKI Jakarta di kawasan
Taman Ismail Marzuki Cikini, Jakarta Pusat yang terjadi pada tanggal 31 Oktober
2014 sekitar pukul 06.00 pagi. Runtuhnya kasus Jembatan Penghubung Gedung
Arsip Perpustakaan DKI Jakarta di kawasan Taman Ismail Marzuki dikarenakan
tidak adanya tiang penyangga dan belum kuatnya kontruksi bangunan jembatan
beberapa bagian bangunan tersebut baru di cor kemarin malam. Kesalahan-
kesalahan di bidang kontruksi yang dilakukan oleh orang-perorang atau badan
usaha yang mengakibatkan kerugian besar bagi pihak lain. Dalam kasus Jembatan
Penghubung Gedung Arsip Perpustakaan DKI Jakarta di kawasan Taman Ismail
Marzuki kerugian dialami oleh masyarakat yang menderita luka-luka dan
meninggal dunia.
2) Penyebab utama kegagalan kontruksi
Runtuhnya Jembatan Penghubung Gedung Arsip Perpustakaan DKI Jakarta di
kawasan Taman Ismail Marzuki disebabkan beberapa kesalahan seperti dibawah
ini :

1. Kesalahan Perencanaan (Kesalahan Desain Awal)

a. Untuk perencanan jembatan harus sesuai dengan prosedur standar nasional


indonesia (SNI). Dengan adanya standar nasional indonesia dapat
memperhitungkan pembebanan (pertimbangan beban mati/berat kontruksi, beban
bergerak, beban angin, gempa dll)

b. Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data


perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen kontruksi
sehingga dapat berakibat kegagalan dalam bangunan.

c. Pada waktu perencanaan struktur ini harus meperhitungkan mutu beton dan mutu
baja yang digunakan. Agar dikemudian hari tidak terjadi permasalahan struktur
karena dapat berakibat pada keamanan dan fungsi dari bangunan tersebut. Mutu
rendah akan mengakibatkan beton tersebut tidak kedap terhadap air. Walaupun
beton bertulang sulit untuk dapat kedap air secara sempurna.

2. Kesalahan Pengawasan

a. Ketidaksesuain spesifikasi teknik dan material atau kesalahan pemasangan tidak


seperti rencana. Kesalahan pemasangan terjadi jika pelaksanaan lapangan lalai.

b. Kesalahan bahan baku tentu berbeda menggunakan tulungan ukuran 10 dengan 8


akan mengurangi kualitas dari merek satu dengan yang lainnya.

c. Menyetujui proposal dan gambar tahap pembangunan yang didukung oleh


metode kontruksi yang benar. Sehingga kekuatan rencana jembatan bisa di
realisasikan dan kesalahan dalam hal pemilihan material (tulungan, baut, batalan
elastomer, kabel, kawat, beton) bisai dihindari.

3. Kesalahan Perawatan

a. Semua peralatan yang digunakan dalam merencanakan sebuah kontruksi tentu


terdapat umur yang akan digunakan. Oleh sebab itu perlu adanya perwatan berkala
untuk tetap mengatisipasi kerusakan atau perubahan berskala yang terjadi pada
konstruksi ( Misal retak karena beban yang diterima jembatan meningkat atau
karena umur material dll)

4. Kegagalan Pelaksana

a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak yang sudah di setuji oleh pihak jasa
kontruksi

b. Tidak melaksanakan pengujian bahan mutu material dengan benar sehingga


membuat bahan yang digunakan dalam pembuatan jembatan kurang berkualitas

c. Salah membuat metode dan gambar kerja yang akan mengakibatkan metode dalam
pembuatan jembatan tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang telah disetuju.

5. Kesalahan pengguna bangunan

a. Kesalahan pengguna bangunan pada umumnya disebabkan akibat pengunaan


bangunan yang melebihi kapasitas diluar dari peruntukan rencana awal.

b. Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program pemeliharan yang


sudah ditetapkan.

c. Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program pemeliharaan yang


sudah ditetapkan.
d. Penggunaan bangunan yang sudah habis unsur rencananya membuat para pekerja
proyek mempercepat pelaksanaan bangunan tersebut

6. Kegagalan Bangunan Jembatan

a. Bangunan Bawah

Kegagalan bangunan bawah (pilar atau aboutmen) terjadi apabila keruntuhan atau
amblasnya bangunan bawah tersebut dan atau terjadi keretakan struktural yang
berpengaruh terhadap fungsi struktur bangunan atas. Kegagalan pondasi dibagi
sesuai dengan jenis pondasi yaitu :

 Pondasi Langsung : Kegagalan pada pondasi langsung secara fisik dapat


terjadi apabila struktur tersebut mengalami :

 Amblas berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada
elevasi rencana.

 Miring berarti pondasi langsung tersebut tidak sesuai dengan posisi vertikal
rencana.

 Puntir berarti terjadinya suatu amblas yang disertai posisi miring yang tidak
beraturan.

 Pondasi Sumuran: Kegagalan pondasi sumuran secara fisik sama dengan


pondasi lansgung

 Pondasi Tiang Pancang Beton/Baja : Kegagalan pondasi tiang pancang


beton/baja secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami :

 Amblas berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada
elevasi rencana.
b. Bangunan Atas

Kegagalan Bangunan Atas Jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis bangunan
atas yaitu :

 Retak Struktural
Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur adalah lebarnya dan kedalaman
retak yang terjadi. Lebar retak yang berlebihan, disamping akan secara langsung
mengurangi kekuatan struktur juga akan memberikan peluang udara dan air yang
akan mengakibatkan terjadinya korosi yang pada akhirnya juga mengurangi
kekuatan struktur. Maka oleh karena itu lebar maksimum dan kedalaman retak
harus dibatasi. Besarnya kedalaman maksimum retak diizinkan adalah proporsional
dengan tebal struktur itu sendiri.

 Lendutan
Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi kekuata struktur juga
mempunyai dampak psikologis bagi sipengendara. Besarnya lendutan maksimum
yang diizinkan adalah proporsional dengan bentang jembatan yang bersangkutan.

 Getaran/Goyangan
Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian rupa, baik akibat angin maupun
pergerakan lalu lintas disamping sehingga masih memenuhi persyaratan baik dan
segi stabilitas struktur maupun dari kenyamanan sipengendara. Besarnya amplitudo
getaran maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan betang jembatan
yang bersangkutan.

 Kerusakan Lantai Kendaraan


Kerusakan lantai kendaraan berupa retak, terkelupas dan pecah akan berpengaruh
secara langsung terhadap riding quality lantai kendaraan yang menyebabkan
kenyamanan sipengendara akan berkurang. Makaluas kerusakan dibatasi tidak
boleh melebihi angka yang dipersyaratkan yaitu persentase fase yang rusak
terhadap suatu luas segmen yang ditinjau.

 Tumpuan (Bearing)
Kerusakan tumpuan pada derajat tertentu akan mempengaruhi sistem pendukungan
tumpuan teradap beban yang pada akhirnya sistem distribusi beban berubah. Oleh
sebab itu tingkat kerusakan tumpuan ini harus dibatasi sehingga tidak sampai
merubah sistem pembebanan original. Besarnya tingkat kerusakan maksimum yang
diizinkan tergantung dari jenis tumpuan itu sendiri.

3) Akibat yang ditimbulkan

Akibat yang ditimbulkan dari kesalahan yang diungkapkan sebelumnya, akibat


yang timbul berdasarkan informasi yang didapat adalah sebagai berikut :

1. Terdapat korban meninggal sebanyak 4 orang.


2. Terdapat korban luka-luka sebanyak 5 orang.
3. Bertambahnya biaya dan waktu untuk kontruksi.
4. Menambah kecemasan atas rencana pembangunan jembatan penghubung gedung
arsip perpustakaan DKI Jakarta

4) Sanksi hukum

Berdasarkan kasus runtuhnya Jembatan Penghubung Gedung Arsip Perpustakaan


DKI Jakarta di kawasan Taman Ismail Marzuki, sanksi hukum yang diberikan
adalah sebagai berikut :

1. Tanggung jawab penyedia jasa dalam UUJK Nomor 18 Tahun 1999 disebutkan
dalam pasal 26 ayat 1 dan 2.

a. Pasal 26, ayat.1, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan perencana atau pengawas konstruksi, dan hal tersebut terbukti
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi
wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.

b. Pasal 26, Ayat.2, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan pelaksana konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan
bidang usaha dan dikenakan ganti rugi.

2. Peraturan Pemerintah RI No.29 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.


Pada bagian kelima memuat tentang Kegagalan Pekerjaan konstruksi, bunyi pasal
31, 32, 33, dan 34, adalah :

a. Pada Pasal 31, Kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi
yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam
kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat
kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.

b. Pada Pasal 32, ayat.1, Perencana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti
atau memperbaiki kegagalan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, pelaksana konstruksi dan pengawas
konstruksi. Ayat.2 Pelaksana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti
atau memperbaiki kegagalan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi. Ayat 3, Pengawas konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti
atau memperbaiki kegagalan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, perencana konstruksi dan pelaksana
konstruksi. Ayat 4, Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 yang disebabkan
kesalahan Penyedia Jasa atas biaya sendiri.
c. Pada Pasal 33, Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu
apabila pekerjaan konstruksi mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap
keselamatan umum.

d. Pada Pasal 34, Kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak
berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan, atau keselamatan umum sebagai akibat
kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi

3. Sanksi bagi penyelanggara kontruksi dijelaskan dalam Bab X pasal 41, 42 dan 43
UUJK

a. Pasal 41 menyebutkan Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi


administratif dan/atau pidana atas pelanggaran Undang-undang ini.

b. Pasal 42 dapat berupa peringatan tertulis sampai sanksi pencabutan izin usaha
dan/atau profesi.

c. Pasal 43 sebagai berikut (1). Barang siapa yang melakukan perencanaan


pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan
mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai
pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak
10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak. (2) Barang siapa yang melakukan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan
pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5
(lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima per seratus)
dari nilai kontrak. (3). Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang
melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan
keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau
kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau
dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.

4. Dikarenakan dua dugaan pidana yaitu pelanggaran pasal 359 KUHP mengenai
kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain, pasal 360 KUHP
mengenai kelalaian yang mengakibatkan orang lain luka-luka, serta pelanggaran
UU nomor 28 tahun 2002 mengenai bangunan dan gedung.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa jembatan penghubung antara Perpustakaan dengan
gedung Arsip DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki, karena tidak adanya
penyangga pada sisi bangunan di sisi lain jalan yang berada di bawah jembatan
masih di pergunakan sebagai akses yang tidak semestinya untuk di gunakan.
Mengenai pasal-pasal yang berlaku sudah jelass :

1. Pasal 4 ayat (3), ayat (4) dan pasal 23 ayat (1) yang menjelaskan tentang rangkaian
kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil
pekerjaan konstruksi. pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap
pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan
melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. Seharusnya sudah di
rencanakan matang-matang tentang semua detailnya hingga keselamatan
konstruksi.

2. Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3) Seharusnya sudah di perhitungkan tingkat
keamanan pembangunan konstruksinya oleh para ahli yang terkait dan tidak
melalaikan pengawasan terhadap pembangunan tersebut. Seperti contohnya yang
di ambil dari berita di atas membuat penyangga tambahan dan tidak di
perbolehkanlalu lalang melalui jalan yang berada di bawah jembatan tersebut.
Karena adanya pembangunan. Dan pengguna jasa dan penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Dan dinyatakan bersalah oleh pihak
ketiga selaku penilai.

3. Pasal 25 ayat (1) ayat (2) dan ayat (3). Kesalahan tragedi ini bisa di sebabkan
karena karena kelalaian perencana atau pengawas konstruksi, dan pelaksanaan
konstruksi. Karena proyek tersebut seharusnya sudah di perhitungkan baik-baik
dan matang.

4. Pasal Pasal 23 ayat (2) ayat (3) dan Pasal 26 ayat (1) dan (2). Masyarakat dan
pemerintah juga sebenarnya harus berpartisipasi dalam hal ini seperti melakukan
pengawasan terhadap pembangunan tersebut, jika ada sesuatu yang ganjal di beri
tahu, atau di laporkan. Sesuai dengan pasal 29 (a), 30 (b), dan Pasal 35 ayat (1).

LAMPIRAN
Dokumentasi Gambar
DAFTAR PUSTAKA

1. http://news.liputan6.com/read/2127474/ini-beberapa-dugaaan-penyebab-
robohnya-jembatan-tim

2. https://www.slideshare.net/HerLianaSidabutar/kegagalan-dalam-konstruksi-
bangunan-gedung

3. http://e-journal.uajy.ac.id/6285/2/TS113744.pdf
4. http://news.detik.com/read/2014/10/31/201633/2736003/10/bukan-soal-mistis-
kepala-kerbau-tapi-ini-dugaan-penyebab-robohnya-jembatan-tim

You might also like