Professional Documents
Culture Documents
KONTRUKSI
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
Suatu perusahaan yang didirikan mempunyai beberapa tujuan, tujuan yang
dimaksud adalah mencari laba, berkembang, memberi lapangan kerja, serta
memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa. Perusahaan adalah
organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perusahaan sangat perlu ditetapkan
perhitungan pendapatan dan biaya operasi perusahaan, agar nantinya dapat berguna
bagi manajemen dalam melakukan analisis dan pengambilan keputusan.
Pengakuan pendapatan yang ada dalam perusahaan kontruksi merupakan contoh
digunakannya metode pengakuan pendapatan. Pembangunan kontruksi bangunan
di indonesia telah berkembang dengan pesat seiring dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk, terutama di kota-kota besar yang mengakibatkan meningkatnya
kebuuhan terhadap sarana dan prasarana, khususnya bangunan rumah dan gedung.
PEMBAHASAN
1. Kegagalan Bangunan
c. Pada waktu perencanaan struktur ini harus meperhitungkan mutu beton dan mutu
baja yang digunakan. Agar dikemudian hari tidak terjadi permasalahan struktur
karena dapat berakibat pada keamanan dan fungsi dari bangunan tersebut. Mutu
rendah akan mengakibatkan beton tersebut tidak kedap terhadap air. Walaupun
beton bertulang sulit untuk dapat kedap air secara sempurna.
2. Kesalahan Pengawasan
3. Kesalahan Perawatan
4. Kegagalan Pelaksana
a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak yang sudah di setuji oleh pihak jasa
kontruksi
c. Salah membuat metode dan gambar kerja yang akan mengakibatkan metode dalam
pembuatan jembatan tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang telah disetuju.
a. Bangunan Bawah
Kegagalan bangunan bawah (pilar atau aboutmen) terjadi apabila keruntuhan atau
amblasnya bangunan bawah tersebut dan atau terjadi keretakan struktural yang
berpengaruh terhadap fungsi struktur bangunan atas. Kegagalan pondasi dibagi
sesuai dengan jenis pondasi yaitu :
Amblas berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada
elevasi rencana.
Miring berarti pondasi langsung tersebut tidak sesuai dengan posisi vertikal
rencana.
Puntir berarti terjadinya suatu amblas yang disertai posisi miring yang tidak
beraturan.
Amblas berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada
elevasi rencana.
b. Bangunan Atas
Kegagalan Bangunan Atas Jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis bangunan
atas yaitu :
Retak Struktural
Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur adalah lebarnya dan kedalaman
retak yang terjadi. Lebar retak yang berlebihan, disamping akan secara langsung
mengurangi kekuatan struktur juga akan memberikan peluang udara dan air yang
akan mengakibatkan terjadinya korosi yang pada akhirnya juga mengurangi
kekuatan struktur. Maka oleh karena itu lebar maksimum dan kedalaman retak
harus dibatasi. Besarnya kedalaman maksimum retak diizinkan adalah proporsional
dengan tebal struktur itu sendiri.
Lendutan
Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi kekuata struktur juga
mempunyai dampak psikologis bagi sipengendara. Besarnya lendutan maksimum
yang diizinkan adalah proporsional dengan bentang jembatan yang bersangkutan.
Getaran/Goyangan
Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian rupa, baik akibat angin maupun
pergerakan lalu lintas disamping sehingga masih memenuhi persyaratan baik dan
segi stabilitas struktur maupun dari kenyamanan sipengendara. Besarnya amplitudo
getaran maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan betang jembatan
yang bersangkutan.
Tumpuan (Bearing)
Kerusakan tumpuan pada derajat tertentu akan mempengaruhi sistem pendukungan
tumpuan teradap beban yang pada akhirnya sistem distribusi beban berubah. Oleh
sebab itu tingkat kerusakan tumpuan ini harus dibatasi sehingga tidak sampai
merubah sistem pembebanan original. Besarnya tingkat kerusakan maksimum yang
diizinkan tergantung dari jenis tumpuan itu sendiri.
4) Sanksi hukum
1. Tanggung jawab penyedia jasa dalam UUJK Nomor 18 Tahun 1999 disebutkan
dalam pasal 26 ayat 1 dan 2.
a. Pasal 26, ayat.1, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan perencana atau pengawas konstruksi, dan hal tersebut terbukti
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi
wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.
b. Pasal 26, Ayat.2, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan pelaksana konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian
bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan
bidang usaha dan dikenakan ganti rugi.
a. Pada Pasal 31, Kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi
yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam
kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat
kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
b. Pada Pasal 32, ayat.1, Perencana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti
atau memperbaiki kegagalan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, pelaksana konstruksi dan pengawas
konstruksi. Ayat.2 Pelaksana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti
atau memperbaiki kegagalan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, perencana konstruksi dan pengawas
konstruksi. Ayat 3, Pengawas konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti
atau memperbaiki kegagalan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31
yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, perencana konstruksi dan pelaksana
konstruksi. Ayat 4, Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 yang disebabkan
kesalahan Penyedia Jasa atas biaya sendiri.
c. Pada Pasal 33, Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu
apabila pekerjaan konstruksi mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap
keselamatan umum.
d. Pada Pasal 34, Kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak
berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan, atau keselamatan umum sebagai akibat
kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi
3. Sanksi bagi penyelanggara kontruksi dijelaskan dalam Bab X pasal 41, 42 dan 43
UUJK
b. Pasal 42 dapat berupa peringatan tertulis sampai sanksi pencabutan izin usaha
dan/atau profesi.
4. Dikarenakan dua dugaan pidana yaitu pelanggaran pasal 359 KUHP mengenai
kelalaian yang mengakibatkan meninggalnya orang lain, pasal 360 KUHP
mengenai kelalaian yang mengakibatkan orang lain luka-luka, serta pelanggaran
UU nomor 28 tahun 2002 mengenai bangunan dan gedung.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa jembatan penghubung antara Perpustakaan dengan
gedung Arsip DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki, karena tidak adanya
penyangga pada sisi bangunan di sisi lain jalan yang berada di bawah jembatan
masih di pergunakan sebagai akses yang tidak semestinya untuk di gunakan.
Mengenai pasal-pasal yang berlaku sudah jelass :
1. Pasal 4 ayat (3), ayat (4) dan pasal 23 ayat (1) yang menjelaskan tentang rangkaian
kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil
pekerjaan konstruksi. pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap
pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan
melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. Seharusnya sudah di
rencanakan matang-matang tentang semua detailnya hingga keselamatan
konstruksi.
2. Pasal 23 ayat (2) dan ayat (3) Seharusnya sudah di perhitungkan tingkat
keamanan pembangunan konstruksinya oleh para ahli yang terkait dan tidak
melalaikan pengawasan terhadap pembangunan tersebut. Seperti contohnya yang
di ambil dari berita di atas membuat penyangga tambahan dan tidak di
perbolehkanlalu lalang melalui jalan yang berada di bawah jembatan tersebut.
Karena adanya pembangunan. Dan pengguna jasa dan penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Dan dinyatakan bersalah oleh pihak
ketiga selaku penilai.
3. Pasal 25 ayat (1) ayat (2) dan ayat (3). Kesalahan tragedi ini bisa di sebabkan
karena karena kelalaian perencana atau pengawas konstruksi, dan pelaksanaan
konstruksi. Karena proyek tersebut seharusnya sudah di perhitungkan baik-baik
dan matang.
4. Pasal Pasal 23 ayat (2) ayat (3) dan Pasal 26 ayat (1) dan (2). Masyarakat dan
pemerintah juga sebenarnya harus berpartisipasi dalam hal ini seperti melakukan
pengawasan terhadap pembangunan tersebut, jika ada sesuatu yang ganjal di beri
tahu, atau di laporkan. Sesuai dengan pasal 29 (a), 30 (b), dan Pasal 35 ayat (1).
LAMPIRAN
Dokumentasi Gambar
DAFTAR PUSTAKA
1. http://news.liputan6.com/read/2127474/ini-beberapa-dugaaan-penyebab-
robohnya-jembatan-tim
2. https://www.slideshare.net/HerLianaSidabutar/kegagalan-dalam-konstruksi-
bangunan-gedung
3. http://e-journal.uajy.ac.id/6285/2/TS113744.pdf
4. http://news.detik.com/read/2014/10/31/201633/2736003/10/bukan-soal-mistis-
kepala-kerbau-tapi-ini-dugaan-penyebab-robohnya-jembatan-tim