Professional Documents
Culture Documents
dan Perikanan
Secara prinsip tujuan umum pemrosesan data pada teknologi SIG yaitu mempresentasikan :
Input
Manipulasi
Pengelolaan
Query
Analysis
Visualisasi
Konsep SIG
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan,
peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan
software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi
yang berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka
harus ada input kebutuhan yang diinginkan user, dapat dilihat pada gambar berikut:
Komponen SIG
Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam lima komponen utama yaitu
:
Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data
yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di permukaan
bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format
digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image
(raster) yang memiliki nilai tertentu.
Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau
informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data
spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem Informasi Geografis adalah perangkat
lunak (software). Dalam pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu
MapInfo Profesional 8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi
Geografis dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini
berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi,
menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.
Kesempatan kali ini membahas Aplikasi SIG di Bidang Kelautan dan Perikanan
Latar Belakang
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi
ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa
upwelling, dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua massa air yang
berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan
pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya.
Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu.
Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu
18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia et al., 2001;
Zainuddin et al., 2004, 2006). Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi
yang bersesuaian dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data
indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada
SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter lingkungan saja,
tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data
lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak
tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan
musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang
pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak ikan.
Tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan :
Manfaat :
Salah satu alternatif yang menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan
SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor
lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh
secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas.
Di bawah ini disajikan salah satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada
penangkapan ikan tuna di laut utara Pasific (Gambar 1). Disini terlihat bahwa dua database
(satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis daerah
penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang diintegrasikan yaitu suhu
permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan
tinggi permukaan air laut (SSHA) dan eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama
(SST) dipakai karena berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi
untuk ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat
produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan; sementara
parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah yang subur seperti eddy
dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan dengan indeks untuk melihat daerah subur
dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna
(lingkaran putih pada peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan
yang dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan
peta prediksi hasil tangkapan.
Gambar 1 memberi informasi bahwa ikan tuna tertangkap dalam jumlah yang besar
(terkonsentrasi) pada posisi sekitar 35oLU dan 160oBT bersesuaian dengan kondisi SST sekitar
20oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3. Konsentrasi ikan tersebut
berada pada posisi positif anomaly permukaan laut (warna merah) yang bertepatan dengan
kondisi EKE yang relatif lebih tinggi. Dari Gambar itu terlihat bahwa prediksi hasil tangkapan
dengan peluang yang tinggi (dikenal dengan istilah habitat hotspot) juga menkonfirmasi daerah
produktif tersebut. Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri
dan cenderung menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan
pendekatan SIG dan inderaja multi-layer tersebut.
Gambar 1. Aplikasi SIG dan inderaja dalam kegiatan penangkapan ikan tuna pada bulan
November 2000 (resolusi semua layer citra = 9 Km) (Zainuddin, 2006).
Contoh lain aplikasi SIG di selatan pulau Hokkaido, Jepang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut
ini. Peta ini menunjukkan berbagai informasi spasial yang bisa kita pahami tentang perikanan
tangkap di sekitar pulau tersebut, khususnya perikanan cumi-cumi. Disni peta SIG
menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing port), jarak antara fishing ground
(daerah penangkapan) dan pelabuhan, distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia.
Dari informasi ini dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan
dan jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur migrasi spesies cumi-
cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan Juni dan kembali ke selatan pada bulan
November.
Gambar 2. Peta distribusi daerah penangkapan cumi-cumi dan jumlah kapal dan hasil
tangkapannya di sekitar pulau Hokkaido, Jepang pada bulan Juni (kiri) dan November (kanan)
(Kiyofuji and Saitoh, 2004).
Peta Laut
Unsur-unsurPetaLaut
Pedoman untuk membuat peta laut mengacu ke organisasi yang terkait dengan masalah kelautan dalam
hal ini adalah IHO (International Hydrographic Organization). Hal ini dilakukan untuk memudahkan
dalam interpretasi dan penyeragaman dari unsurunsur atau obyek yang ada di lapangan. Indonesia
termasuk anggota IHO, oleh karena itu peta laut yang dibuat juga mengacu ke ketentuan peta laut IHO.
Garis pantai tidak dipetakan, pantai curam, pantai datar, pantai batu karang, bukit pasir, pantai batu -
batu kersik-, pantai asir, bakaubakau, garis pantai dipetakan, bakau, garis air tinggi, garis air rendah,
lajur pantai – pantai umum-, Lumpur, pasir, batu-batu –kersik atau kerikil-,batu karang, pasir dan
Lumpur, pasir dan kerikil, batu koral, hempasan gelombang, batas daerah tidak dipetakan.
Garis-garis tinggi, garis-garis tinggi kira-kira, garisgaris bayangan, garis-garis bentuk- jarak tidak tertentu-
, bayangan, gletser, penggaraman, pohon tampak jelas, pohon-pohon rindang, cemara, pohon palem,
pohon nipa, filao, casuarinas,tanah pertanian, padang rumput, sawah, taman, belukar, perkebunan
dalam arti umum, hutan rimbun, hutan cemara, lava-lahar, sungai, danau, rawa.
Darat (kenampakan alam)
Spesifikasi peta laut disini dipisahkan menjadi dua hal yaitu spesifikasi tentang survey hidrografinya dan
spesifikasi tentang peta lautnya. spesifikasi tersebut pada dasarnya mengacu pada aturan IHO, sehingga
keseragaman untuk peta laut dapat lebih mudah untuk dilakukan karena sumber acuannya sama.
Cara Penomoran : IHO menerbitkan suatu daftar standar benda-benda yang dipetakan. Didalam
daftar tersebut ditentukan suatu huruf untuk setiap golongan utama dari benda yang dipetakan
( misalnya G untuk Bandar dan pelabuhan dan satu angka untuk setiap benda dalam satu
golongan , misalnya G.37 = dok apung.
Muka Surutan atau muka peta : Muka surutan untuk kedalaman air diterangkan dalam judul
peta
Kedalaman air : a. posisi dari kedalaman air adalah tengah- tengah dari angka atau angka-angka
kedalaman (pemeruman)
b. untuk kedalaman sampai dengan 21 m, peruman dinyatakan dalam meter dan desimeter,
antara 21 m dan 31 m dinyatakan dalam meter dan setengah meter terekat dan selanjutnya
dinyatakan dalam meter penuh.
c. angka kedalaman diluar posisi, ditempatkan langsung didekatnya dan ditulis diantara tanda
kurung.
Tinggi Benda : a. semua tinggi benda ( kecuali yang dinyatakan dengan angka bergaris bawah)
kalau tidak diterangkan lain, dinyatakan dalam meter diatas muka peta.
b. dalam banyak hal, posisi ketinggian adalah posisi titikdisampingangkaketinggian, misalnya ‘79.
c. tinggi dari pulau-pulau kecil dan puncak dari bendabenda buatan (misalnya cerobong) ditulis
diantara kurung. Tandakurung dipakai angka yang menyatakan tinggi perlu dipisahkan dari
bendanya .
d. tinggi diatas tanah dari puncak pohon, puncak menara dan lain-lain ditulis dengan bergaris
atas.
Tinggi Diatas Muka Peta : Angka atau angka-angka bergaris bawah pada karang dan gosong yang
timbul menyatakan tingginya dalam meter dan desimeter, diatas muka surutan atau muka peta.
Posisi Simbol : Posisi geogarfis dari symbol adalahposisi dari tengah-tengah garis dasarnya atau
pusat dari simbol itu.
Baringan : Baringan diberikan dari arah laut dan menunjukkan baringan sejati.
Garis Pantai : Garis pantai adalah garis air tinggi rata-rata , kecuali untuk daerah rawa-rawa dan
bakau-bakau dimana dipakai garis pantai yang nyata yaitu tepi luar dari tetumbuhan.
Skala Peta : Skala peta dihitung untuk lintang menengah dari masing-masing peta atau lintang
menengah dari suatu seri petapeta.
Ukuran Pelat Cetak : Angka-angka didalam garis batas disudut kanan bawah, misalnya 630,5 x
980,5 menunjukkan ukuran pelat dalam millimeter yang merupakan ukuran cetak peta. Ukuran
ini adalah ukuran batas segi empat yang didalam.
Waktu Pembaruan : Waktu pengeluaran pembaruan (Edisi baru) ditunjukkan dibawah garis
batas bawah di sebelah kanan tengahtengah peta. Pembetulan / dikoreksi B.P.I keberapa,
dicantumkan dibawah sudut kiri bawah
Penerbitan Lain : Keterangan tambahan tentangbenda-benda yang digambarkan pada peta
dengan simbol-simbol dan singkatan-singkatan dapat diperoleh dari penerbitanpenerbitan
sebagai berikut : Kepanduan Bahari, Daftar Suar , Daftar Pelampung , Buku Daftar Pasang Surut
dan Arus Pasang Surut.