You are on page 1of 25

PRESENTASI KASUS

TUBERKULOSIS PARU DENGAN DESTROYED LUNG

Pembimbing :
dr. Syafrizal Sp.P

Disusun oleh :
WIDYANISA DWIANASTI
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

RSUD PASAR REBO JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2016

1
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD PASAR REBO

I. IDENTITAS
Nama : Tn.SR
Usia : 41 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga. 2009-2015 TKI
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kp. Sawah Baru, RT 07 RW 01 Kelurahan Ulujami
No RM : 2015-675688
Tanggal Masuk : 12 Januari 2016
Tanggal Keluar : Masih dalam perawatan
Tanggal Pemeriksaan : 3 Februari 2016

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan aloanamnesis
1. Keluhan Utama: Mual dan muntah sejak 5 hari SMRS
2. Keluhan Tambahan: Lemas sejak 1 bulan SMRS
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan mual dan muntah sejak 5 hari SMRS. Muntah sebanyak 4-5 kali
dalam sehari dan berisi makanan, tidak berwarna kemerahan, kehitaman, atau
kehijauan. Pasien sudah mengeluhkan merasa mual-mual sejak 1 bulan yang lalu. BAB
pasien lancar normal, tidak ada keluhan. Keluhan pasien juga disertai dengan rasa
lemas pada seluruh badan. Lemas dirasakan diiringi dengan lelah letih dan lesu.
Riwayat terjatuh dan trauma disangkal. Semenjak ± satu bulan yang lalu juga pasien
mengeluhkan batuk. Batuk disertai dahak berwarna kehijauan dan kental. Batuk
dirasakan hampir sepanjang hari tidak mereda atau semakin parah dengan perubahan
cuaca atau waktu. Batuk dahak tidak pernah disertai dengan darah. Terkadang pasien
juga merasakan sesak dan sesak semakin berat ± sejak 5 hari yang lalu. Sesak tanpa
disertai dengan suara mengi dan tidak terdapat riwayat asma. Keringat malam
dirasakan oleh pasien disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi.

2
Bulan Maret 2015, pasien pernah merasakan hal serupa dengan sekarang. Saat itu
pasien sedang bekerja sebagai TKI di Malaysia dan diberikan OAT oleh dokter
setempat. Obat dikonsumsi selama 1 minggu dan kemudian pasien kembali ke tanah
air. Di Indonesia, pasien tidak melanjutkan pengobatan dengan OAT. Pasien hanya
diberikan obat mual dan obat batuk oleh klinik tempat pasien berobat. Semenjak Maret
2015 hingga sekarang, pasien mengalami penurunan berat badan hingga 15 kg. Pasien
pernah menjalani pengobatan TB paru tahun 1999 dengan lama pengobatan 1 tahun
hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.

4. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat TB : (+) tahun 1999
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Obat : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal

6. Riwayat Kebiasaan:
Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol dan jamu-jamuan. Selama menjadi
TKI di Malaysia, pasien bekerja membersihkan kadang sarang burung wallet.
Pekerjaan dilakukan selama ±5 tahun dan pasien rutin mengenakan masker.

III. PEMERIKSAAN FISIS (tanggal 3 Februari 2016)


A. Pemeriksaan Umum:
1. Kesan Umum : Tampak Sakit Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda Utama :
Frekuensi nadi : 98 x/menit, reguler, isi cukup.
Frekuensi napas : 32 x/ menit

3
Suhu axilla : 370 Celsius
Tekanan darah : 100/70mmHg
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
Bentuk : Normochepal
Posisi : Simetris
2. Mata
Exophthalmus : Tidak ada
Enopthalmus : Tidak ada
Edema kelopak : Tidak ada
Konjungtiva anemis : +/+
Sklera ikterik : -/-
3. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-)
4. Mulut
Bibir kering pecah-pecah : (-)
Sianosis : (-)
5. Tenggorokaan
Faring : Dalam batas normal
Lidah : Lidah tidak kotor berwarna putih, tidak deviasi
Uvula : Letak ditengah, tidak deviasi
Tonsil : T1-T1, tenang
6. Telinga
Pendengaran : Baik
Darah & cairan :Tidak ditemukan
7. Leher
Trakea : Deviasi ke kiri
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran

4
8. Paru-paru
Kanan Kiri
Depan :
Inspeksi Tertinggal
Palpasi - Fremitus melemah
dibanding paru
kanan
Tidak teraba massa - Tidak teraba massa
Perkusi Sonor Redup
Auskultasi Vesikular, ronki (+), Vesikular melemah
mengi (-) dibandingkan
vesicular kanan ,
ronki (++), mengi (-)

Kanan Kiri
Belakang :
Inspeksi Tertinggal
Palpasi - Fremitus melemah
dibanding paru
kanan
Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Perkusi Sonor Redup
Auskultasi Vesikular, ronki (+), Vesikular melemah
mengi (-) dibandingkan
vesicular kanan ,
ronki (++), mengi (-)

9. Jantung
5
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung kanan di ICS 4 linea sternalis dextra
Batas jantung kiri sulit dinilai
Batas pinggang jantung sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, regular, gallop (-) murmur (-)

10. Abdomen
Inspeksi : Supel, gerakan peristaltik usus tidak terlihat, tidak tampak
adanya sikatriks maupun venektasi
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

11. Ekstremitas
Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah kanan kiri
Tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah kanan dan kiri
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal normal
Kekuatan 5 5 5 5

6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Data Laboratorium
Pemeriksaan 12-01-16 Nilai rujukan
Hb 8.7 11.7-15.5
Ht 27 32-47
Leukosit 10.720 3.600-11.000
Eritrosit 3.5 juta 3.8-5.2 (juta)
Trombosit 690.000 150 – 440
Basofil 0 0-1
Eosinofil 1 1-3
Netrofil batang 0 3-5
Netrofil segmen 80 50-70
Limfosit 12 25-40
Monosit 6 2-8
LUC 1 <4

Na 130 135 – 147


K 3.4 3,5 – 5,0
Cl 92 98 – 108

SGOT 18
SGPT 23
Ureum darah 16 20-40
Kreatinin darah 0.41 0,17-1,50
eGFR 225.5
Glukosa Darah Sewaktu 117 <200

Pemeriksaan BTA Sputum 3x : BTA 3+ pada sputum 1, sputum 2, dan sputum 3

7
2. Rontgen Thoraks

Interpretasi :
Cor, trakea, dan hillus tertarik ke kiri.
Aorta normal
Pulmo :
- corakan bronkovaskular baik
- bercak infiltrat di kedua lapangan paru dengan perselubungan opak di lapangan
tengah dan di bawah paru kiri
Sinus costofrenikus dan diafragma baik
Jaringan lunak dan tulang-tulang dinding dada baik
Kesan : KP dengan atelektasis

8
V. RINGKASAN DATA DASAR
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 5 hari SMRS. Keluhan disertai
pula dengan rasa lemas lelah letih dan lesu. Sebelumnya pasien mengeluhkan batuk
berdahak sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Batuk berdahak berwarna hjau dan tidak
bercampur darah. Keringat malam (+) dan demam tidak terlalu tinggi (+).

Pasien juga pernah merasakan keluhan yang sama saat bulan Maret 2015. Sejak bulan
Maret 2015 hingga sekarang, pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 15
kilogram.
Data laboratorium menunjukkan pasien terdapat penurunan Hb yaitu 8.7 g/dL dan
penurunan Ht yaitu 27%. Pemeriksaan sputum BTA ditemukan BTA 3+ pada 3x
pemeriksaan sputum. Rontgen thoraks menunjukkan trakea yang tertarik ke kiri, bercak
infiltrate dikedua lapangan paru dengan perselubungan opak pada lapangan tengah dan
bawah paru kiri.

VI. DIAGNOSIS KERJA


TB paru BTA positif dengan destroyed lung

VII. DIAGNOSIS BANDING


TB paru BTA positif dengan massa pada paru kiri
TB paru BTA positif dengan efusi pleura kiri

VIII. RENCANA PENGELOLAAN


A. Rencana Pemeriksaan
USG Thoraks
B. Tatalaksana
1. Non medikamentosa
Bed rest
O2 nasal kanul 3 liter/menit
2. Medikamentosa
IVFD Aminofluid/12 jam
Inj Cefoperazone 2x1 gr
Inj ranitidine 2 x 1amp
Inj ondansetron 2x1 amp
Inhalasi combivent/8 jam
OAT R350 E500 Z500

9
IX. PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad malam
Ad functionam: dubia ad malam
Ad sanationam; dubia ad malam

10
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOSIS PARU

DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB).1,2
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Global Tuberculosis Control Tahun 2009 (data tahun 2007) angka prevalensi
semua tipe kasus TB, insidensi semua tipa kasus TB dan Kasus baru TB Paru BTA Positif dan
kematian kasus TB dapat dilihat di tabel 1. Berdasarkan tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa
pada tahun 2007 prevalensi semua tipe TB sebesar 244 per 100.000 penduduk atau sekitar
565.614 kasus semua tipe TB, insidensi semua tipe TB sebesar 228 per 100.000 penduduk atau
sekitar 528.063 kasus semua tipe TB, Insidensi kasus baru TB BTA Positif sebesar 102 per
100.000 penduduk atau sekitar 236.029 kasus baru TB Paru BTA Positif sedangkan kematian
TB 39 per 100.000 penduduk atau 250 orang per hari.3

Tabel 1.Angka Prevalensi, Insidensi dan Kematian, Indonesia, 1990 dan 2009 3

Kasus TB 1990 2009


Per Per Per Per tahun Per Per hari
tahun 100.000 hari 100.000
penduduk penduduk
Insidensi 626.867 343 1.717 528.063 228 1.447
semua Tipe
TB
Prevalensi 809.592 443 2.218 565.614 244 1.550
Semua Tipe
TB
Insidensi 282.090 154 773 236.029 102 647
Kasus Baru
TB Paru
BTA Pos
Kematian 168.956 92 463 91.369 39 250

Sumber : Global Report TB, WHO, 2009


11
KLASIFIKASI

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan suatu definisi
kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita.4

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus yaitu :4

 Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru


 Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif atau BTA
Negatif
 Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati
 Tingkat keparahan penyakit ringan atau berat

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak , TBC Paru dibagi dalam :4

1) Tuberkulosis Paru BTA Positif

 Sekurang-kurang 2 dari 3 Spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif


 1 Spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menujukkan
gambar tuberkulosis aktif

2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan
gambar tuberkulosis aktif,TBC paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakit nya , yaitu bentuk berat dan ringan.

Bentuk berat bila gambar foto rontgen dada memperlihatkan gambar kerusakan paru yang luas
( misalnya proses “ faradvanced “ atau millier ) dan/atau keadaan umum penderita buruk.

(a) Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura selaput otak,
selaput jantung ( pericardium ),kelenjar lymfe, tulang persendian, kulit ,usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin dan lain-lain TBC ekstra paru dibagiberdasarkan pada tingkat keparahan
penyakit yaitu :

(b) TBC Ekstra Paru Ringan

Misalnya TBc kelenjar Limphe, Pleuritis eksudativa unilateral tulang ( kecuali tulang belakang
), sendi , dan kelenjaradrenal

12
(c) TBC Ekstra Paru Berat

Misal : meningtis , millier, perikarditis, peritionitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang
belakang , TBC Usus, TBCsaluran kencing dan alat kelamin.

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada beberapa tipe
penderita yaitu

A. Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
Kurang dari satu bulan.

B. Kambuh ( Relaps )

Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulisis dan
telah dinyatakan sembuhkemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif.

C. Pindahan ( Transfer in )

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu Kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten

ini Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan /pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan /pindah (Form TB 09 )

D. Setelah lalai ( Pengobatan setelah default / drop-out )

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan berhanti 2 bulan atau lebih ,
kemudian datang kembali

berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

E. Lain- lain

1) Gagal

 Ada penderita BTA Positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan ke 5 ( satu bulansebelum akhir pengobatan atau lebih).
 Adalah penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada
akhir bulan ke 2 pengobatan.

2) Kasus Kronis
13
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan
ulang kategori 2.

PATOGENESIS

A. Tuberkulosis primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran nafas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
mengalami salah satu diantara:5
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus).
3. Menyebar dengan cara:
a. Perkontinuitatum
b. Bronkogen
c. Hematogen dan limfogen
B. Tuberkulosis postprimer
TB postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah TB primer, biasanya
terjadi pada usia 15-40 tahun. TB postprimer mempunyai nama yang bermacam-
macam yaitu TB bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan
sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan
masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan.
TB postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umunya terletak di segmen apikal
lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:
1. Diresorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan
sembuh berupa perkapuran.
14
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (kaseosa).Kaviti akan muncul
dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti tersebut akan menjadi:
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru.
b. Memadat dan membungkus diri, disebut tuberkuloma.
c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kavitas yang
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.

DIAGNOSIS
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan
fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala
lokal sesuai organ yang terlibat).

1. Gejala respiratorik
a. batuk-batuk lebih dari 2 minggu
b. batuk darah
c. sesak napas
d. nyeri dada
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.
3. Gejala tuberkulosis ekstra paru
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat.

15
Gambar 2. Alur Diagnosis TB

PENATALAKSANAAN

A. JENIS DAN DOSIS OAT

a) Isoniasid ( H )

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam
beberapa hari pertamapengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif yaitu kuman yang sedangberkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5
mg/kk BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikandengan dosis
10 mg/kg BB.

b) Rifampisin ( R )

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister ) yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniasid dosis 10mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian
maupun intermiten 3 kal seminggu.

16
c) Pirasinamid ( Z )

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

d) Streptomisin ( S )

Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk


pengobatan intermiten 3 kali seminggudigunakan dosis yang sama penderita berumur
sampai 60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahunatau lebih
diberikan 0,50 gr/hari.

e) Etambulol ( E)

Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan


untuk pengobatan intermiten 3 kaliseminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.

B. PRINSIP PENGOBATAN

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat
dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelansebagai dosis tunggal,
sebaiknya pada saat perut kosong.

Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu
pengobatan), kuman TBC akanberkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk
menjamin kepatuhan penderita menelan obot , pengobatan perludilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed Treatment) oleh seorang pengawas
Menelan Obat (PMO ).

Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap Intensif

Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk
mencegah terjadinyakekebalan terhadap semua OATterutama rifampisin . Bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepatbiasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalamkurun waktu 2 minggu, sebagian besar penderita TBC BTA positifmenjadi
BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.

17
Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum dalam jangka
waktu yang lebih lama.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister ( dormant
)sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

C. PADUAN OAT DI INDONESIA

WHO dan IUATLD ( Internatioal Union Against Tuberculosis and lung Disease ) me-
rekomendasikan paduan OAT Standar

Yaitu :

Kategori 1 :

 2HRZE / 4 H3R3
 2HRZE / 4 HR
 2HrZE / 6 HE

Kategori 2:

 2HRZES / HRZE /5H3R3E3


 2HRZES / HRZE / 5HRE

Kategori 3:

 2HRZ / 4H3R3
 2 HRZ / 4 HR
 2HRZ / 6 HE

Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OAT

Kategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3

Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3

Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3

Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan ( HRZE )

18
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan untuk
memudahkam pemberian obat danmenjamin kelangsungan ( kontinuitas ) pengobatan sampai
selesai satu (1) paket untuk satu ( 1) penderita dalam satu (1)masa pengobatan.

Panduan OAT-KDT dan Peruntukannya


a. Kategori 1
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
- Pasien baru TB paru BTA positif
- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
- Pasien TB ekstra paru

Dosis paduan OAT KDT kategori 1: 2(RHZE)/4(RH)3


Berat Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Badan tiap hari selama 56 3 x seminggu selama 16
hari minggu
RHZE RH (150/150)
(150/75/400/275)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
> 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
b. Kategori 2
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Dosis paduan OAT KDT kategori 2 ; 2(RHZE)S/(RHZE)/5(HR)3E3

D. TERAPI PEMBEDAHAN
19
lndikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi
dahak tetap positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan
cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak
dapat diatasi secara konservatif
2. lndikasi relatif
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kaviti yang menetap.
Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)
· Bronkoskopi
· Punksi pleura
· Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)

E. EVALUASI PENGOBATAN
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
Evaluasi klinik
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
- Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisis.
Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
· Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
· Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
· Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi

20
Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga
dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan
pengobatan)
- Pada akhir pengobatan
Evaluasi efek samping secara klinik
. Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal
dan darah lengkap
. Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin,
dan gula darah , serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatan
. Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol
(bila ada keluhan)
. Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan
dan audiometri (bila ada keluhan)
. Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan
awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinis kemungkinan
terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi klinis dicurigai terdapat efek
samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya
dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman
Evalusi keteraturan berobat
- Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan berobat dan
diminum / tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting
penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat.
Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien, keluarga dan
lingkungannya.
- Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.
Kriteria Sembuh
- BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir

21
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
- Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/ perbaikan
- Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif

Evaluasi Pasien Yang Telah Sembuh


Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal
dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto
toraks. Mikroskopis BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai indikasi/bila ada
gejala) setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah
dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).

22
LULUH PARU (DESTROYED LUNG)

Luluh paru unilaretal adalah penyebab morbitas dan komplikasi yang sering ditemukan.
Tumor paru primer, massa di mediastinum, abnormalitas vaskular, dan infeksi pulmonal
destruktif progresif diduga menjadi faktor predominan dari kelainan paru ini. Tuberculosis
menjadi 83,3 % penyebab luluh paru.6

Perkijuan, liquefaksi, pembentukan kavitas, penghancuran paru progresif, dan fibrosis


adalah pertanda khas dari tuberkulosis reinfeksi.Apikal dan sub apikal adalah area yang
rentan dimana tuberkel-tuberkel bertahan hidup dan menyebabkan lesi destruktif.6

Tuberkulosis apikal terjadi umumnya pada reaktivasi endogen maupun reaktivasi eksogen.
Destruksi jaringan tidak hanya terbatas pada lobus atas saja dan destruksi paru masiv
unilateral ditemukan terjadi setelah infeksi TB primer maupun infeksi berulang.6

Berikut adalah penyebab-penyebab terbanyak luluh paru/destroyed lung:6

 Tuberkulosis paru (83,3%)


 Karsinoma bronkogenik (12,1%)
 Tumor mediastinum (3%)
 Aneurisma aorta

Destruksi paru tuberkulosis unilateral dapat merupakan infeksi primer atau


reinfeksi.Pasien-pasien tersebut dapat dilaporkan pada saat pertama diagnosis atau setelah
menyelesaikan pengobatan atau tidak merespon pada pengobatan anti-tuberculosis karena
resistensi obat.6

TB paru jarang menyebabkan kerusakan paru yang ekstensif dan progresif, baik pada 1
ataupun 2 paru. Luluh paru tuberkulosis dihasilkan dari TB progresif selama bertahun-
tahun dan pengobatan yang tidak adekuat, dan biasanya mengarah pada obstruksi bronkus
dengan kombinasi kollaps distal, nekrosis dan infeksi sekunder. Destruksi parenkim
ekstensif karena TB dan pengurangan volume paru dan jalan napas biasa dijumpai pada
pasien dengan luluh paru.6

Manifestasi klinisnya adalah dyspnea progresif, hemoptisis, dan penurunan berat badan.
Pasien TB dengan luluh paru memiliki manifestasi klinis serupa dengan PPOK tapi berbeda
patofisiologinya.6

23
Penyebab kematian pada TB dengan luluh paru adalah hemoptisis masif dan gagal napas
pada TB yang tereaktivasi dan/atau superinfeksi bakteri, dan mortalitasnya biasanya
tinggi.6

Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis,
ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau
penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Isbaniyah, Fattiyah dkk. 2011. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis


di Indonesia. Jakarta:PDPI
2. Brooks,Geo F.dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg
Edisi 23.Jakarta: EGC
3. SITUASI EPIDEMIOLOGI TB INDONESIA. Terdapat di:
http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf. Diakses pada: 21 Agustus 2012
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis.
5. Aditama,TY.dkk. 2009. IPD’s Compendium of Indonesian Medicine 1st Edition
2009. Jakarta:PT Medinfocom
6. Rajasekaran et al. 1999. UNILATERAL LUNG DESTRUCTION : A COMPUTED
TOMOGRAPHIC: EVALUATION. Ind. J. Tub., 1999, 46,183
7. Seo YK, Lee CH, et al. 2011.Differences between Patients with TB-Destroyed Lung
and Patients with COPD Admitted to the ICU. Tuberc Respir Dis 2011;70:323-329

25

You might also like