Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep prinsip saja, tetapi juga merupakan satuan proses
penemuan. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga
perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar seperti yang diamanatkan dalam kurikulum
KTSP tidaklah hanya sekedar siswa memiliki pemahaman tentang alam semesta saja.
Melainkan melalui pendidikan IPA siswa juga diharapkan memiliki
kemampuan, (1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.(2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.(3) Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.(4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains
dalam kehidupan sehari-hari.(5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke
bidang pengajaran lain. (6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. (7) Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini
untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40).
Siswa sebagai subjek pendidikan, di tuntut supaya aktif dalam belajar mencari informasi
dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing kearah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat
sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa
maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan.
Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai
siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk dipelajari. Dimana
Metode pembelajaran yang digunakan kurang relevan.
Karena materi pelajaran mengacu pada menghafal.
Hanya menggunakan pedoman buku paket.
Guru kurang memanfaatkan lingkungan.
Akibatnya rata-rata hasil belajar siswa cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran
lainnya. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru
tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika guru
mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab, jika ada itu hanya 4-5 orang siswa
saja. Dan jika ada kendala siswa tidak berani bertanya. Dan nilai yang di peroleh siswa
masih di bawah standar ketuntasan belajar, dimana standar yang di gunakan adalah 65.
Namun masih terdapat 60 % dari siswa dalam pembelajaran IPA mendapat nilai di bawah
standar yaitu ( 25 – 60 ).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Negeri 25
kota Bengkulu tahun 2013 dan data hasil ulangan materi, susunan dan fungsi bagian-bagian
tumbuhan, prestasi belajar siswa masih rendah. Persentasi siswa tuntas hanya 45,96%
persen dari 37 siswa dan untuk siswa seluruhnya diperlukan remedial.
Rendahnya hasil belajar IPA siswa dibanding mata pelajaran lain karena hingga kini
proses pembelajaran masih menggunakan paradigma absolutisme yaitu proses dimulai dari
merancang kegiatan pembelajaran, mengajar, belajar, dan melakukan evaluasi yang mengalir
secara linier. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa
sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah
duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta menghafal untuk
menghadapi ulangan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada
pada rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya
pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, hukum, kemudian biasa
dihafalkan bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan
pengalaman empiris dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi kurang
bermakna.
Terkait belum optimalnya hasil belajar siswa kelas IV SD N 25 kota Bengkulu, maka
penulis berupaya menerapkan model pembelajaran nyata menggunakan media yang bersifat
konkret sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna yang bermuara pada
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Bertitik tolak daripada latar belakang masalah di atas, penelitian ini mengambil judul
“MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MEDIA BERSIFAT
KONKRET DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV MATERI POKOK
SUSUNAN DAN FUNGSI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan media yang bersifat konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas
IV SD N 25 kota Bengkulu kecamatan Sungai Serut?
D. Hipotesa tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: dengan menggunakan media
pembelajarandalam mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri 25 kota Bengkulu.
a) Pengertian Belajar
Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini usaha
untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya mendapatkan ilmu atau atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.
Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu menurut Fudyartanto, 2002 (dalam Teori Belajar
dan Pembelajaran).
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
latihan atau pengalaman ( Morgan dkk, 1986).
Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk adalah
perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis.
Dari beberapa pendapat diatas ada beberapa unsur yang termasuk ciri-ciri adanya
proses belajar :
1. Usaha untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, nilai dan sikap.
2. Belajar menghasilkan adanya perubahan tingkah laku.
3. Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.
4. Perubahan tingkah laku adalah hasil interaksi aktif dengan lingkungan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan Belajar adalah usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
b) Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai
berikut:
Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan
yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai.
Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular
(menghubungkan, mengamati).
Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa
Bagian-bagian tumbuhan :
1. Akar
a. Struktur akar
Akar terdiri dari beberapa bagian, di antaranya rambut akar (bulu akar) tudung akar.
Rambut akar merupakan jalan masuk air dan zat hara dari tanah ke tumbuhan. Tudung akar
berfungsi melindungi akar saat menembus tanah.
Rambut akar tudung akar
b. Jenis –jenis akar
c. Kegunaan akar
a. Jenis batang
Batang tumbuhan dapat di golongkan menjadi 3 jenis :
Batang basah, memiliki batang yang lunak dan berair. Misalnya bayam.
Batang berkayu, dimiliki oleh tumbuhan batang berkayu. Contohnya pohon jati, jambu,
rambutan, namgka, dan mahoni.
Batang rumput, tumbuhan batang rumput mempunyai ruas-ruas yang nyata dan sering
berongga, misalnya tanaman padi dan rumput-rumputan.
b. Kegunaan batang
a. Bentuk daun
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang mengarah kepada penggunaan media untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pokok susunan dan fungsi bagian-
bagian tumbuhan.
D. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Sumber data primer (pokok), yaitu siswa kelas IV, Kepala Sekolah dan pihak lain yang
berhubungan.
2. Sumber data sekunder yaitu arsip atau dokumen, nilai hasil belajar siswa, dan lembar
observasi.
E. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada dua siklus yang meliputi,
perencanaan , pelaksnaan, observasi dan refleksi.
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang yang dilakukan adalah merencanakan tindakan penyusunan
skenario dengan menggunakan media konkret pada materi pokok susunan dan fungsi bagia-
bagian tumbuhan .
Menyiapkan rencana pembelajaran
a. Merancang membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa yaitu terdiri
dari siswa yang pintar, sedang dan kurang
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai rencana yang tersusun dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Secara garis besar tindakan yang dilaksanakan
pada setiap siklus sesuai dengan yang tersusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) anatara lain sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran IPA
c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok- kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 orang per
kelompok
g. Memberikan penghargaan bagi kelompok yang memiliki nilai tertinggi dan kelompok yang
nilainya terendah diberikan hukuman
b. Angket
Angket berisi pernyataan- pernyataan yang membutuhkan jawaban siswa. Adapun bentuk
angket yang digunakan adalah sebagai berikut: Sangat baik (4), Baik (3), Kurang baik (2),
Sangat tidak baik (1). Angket dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada awal sebelum tindakan
dilakukan dan pada akhir siklus II.
2. untuk mengukur persentase hasil belajar siswa secara klasikal digunakan rumus sebagai
berikut:
P= x 100 %
Keterangan: