Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini banyak ilmu pengetahuan tentang keperawatan yang semakin berkembang baik dalam
praktik-praktik keperawatan maupun ilmu-ilmu yang semakin baru. Jika kita sebagai perawat
tidak mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang dengan
pesat ini, maka dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam bersaing dengan perawat-
perawat lain di zaman ini. Apalagi sebentar lagi akan kita hadapi bersama persaingan global.
Karena hal tersebut, kami berusaha menyusun makalah tentang pemeriksaan fisik genitalia dan
ekstrimitas ini dengan harapan pembaca dapat mengambil pelajaran yang kami sajikan demikian
rupa ini. Mengingat pemeriksaan fisik genitalia dan ekstrimitas ini cukup penting maka perlu
didalami dan dipahami dengan sebaik mungkin.
B. TUJUAN MAKALAH
Makalah ini disusun dengah harapan pembaca dapat mengambil ilmu yang kami sajikan,
sehingga suatu saat nanti bisa melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan ekstrimitas sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pembaca kami harapkan dapat mempunyai gambaran
yang lebih jelas lagi tentang pemeriksaan fisik genitalia dan ekstrimitas. Pembaca dapat
mengetahui organ-organ mana saja yang termasuk dalam pemeriksaan fisik genitalia dan
ekstrimitas. Pembaca kami harapkan dapat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan
ekstrimitas dengan benar dan tidak merugikan klien saat melakukan praktiknya nanti.
C. RUMUSAAN MASALAH
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat berperan untuk mahasiswa – mahasiswa kesehatan
perawat-perawat, tenaga kesehatan lain, dan bagi pembaca yang ingin mempelajari pemeriksaan
genitalia dan ekstrimitas.
BAB II
DASAR TEORI
Pemeriksaan fisik adalah suatu system untuk mengumpulkan data kesehatan klien yang diatur
berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai dengan ujung kaki (head to toes) hal ini dilakukan
untuk meningkatkan dan memperoleh hasil pemeriksaan yang actual.
Pemeriksaan fisik ekstrimitas adalah pemeriksaan yang meliputi seluruh bagian tubuh yang
bertujuan mengetahui struktur dan kesemetrisan ekstrimitas, ron sendi tonus dan kekuatan
otot,keadaan pembuluh darah (supplay oksigen) dan reflex tendon.
Pemeriksaan Fisik Genetalia adalah untuk mengetahui apakah klien mempunyai masalah dengan
genetalia ( alat vital) baik intern maupun ekstern.
BAB III
PEMBAHASAN
Pemeriksaan fisik adalah suatu system untuk mengumpulkan dat kesehatan klien yang diatur
berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai dengan ujung kaki (head to toes) hal ini dilakukan
untuk meningkatkan dan memperoleh hasil pemeriksaan yang actual.
1. Inspeksi
Adalah proses obserbasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga
indra pendengaran dan penghidu. Penglihatan : mengobservasi kulit terhadap warna, laserasi,
lesi, pola pernafasan dan simetrisitas, bahasa tubuh pergerakan dan postur, penggunaaan
ekstrmitas, ekspresi wajah, keterbatasan fisik, dsb. Pendengaran: mendengarkan sifat batuk,
integrasi sendi, nada suara, atau isi interaksi dengan orang lain, dsb. Penghidu : mendeteksi
adanya bau.
2. Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Jenis palpasi
a) Sentuhan: merasakan suatu pembekalan, mencatat suhu, kelembaban dan tekstur kulit.
b) Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, mengetahui posisi janin,
pembesaran organ dalam dan batas-batas organ dalam, mencubut kulit untuk mengetahui
turgor.
c) Pemeriksaan dalam : mengetahui respon nyeri abnormal, mengetahui pembukaan jalan
lahir dan adanya masa pada anus.
3. Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan lansung atau tidak langsung pada prtmukaan tubuh tertentu
untuk memastikan informasi tentang organ atau jarungan yang ada di bawahnya.
a) Ada 2 jenis: menggunakan ujung jari: ketuk dada dingarkan bunyi yang menunjukkan
ada atau tidaknya cairan atau masa.
b) Menggunakan refleks hammer: ketuk lutut dan amati ada atau tidaknya reflek atau
gerakan pada kaki bawah.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop untuk
menggambakan dan mengintepretasikan bunyi yang didengar. Contoh: bunyi jantung, paru,
bising usus, denyut jantung janin, dsb.
Meliputi :
1. PEMERIKSAAN TANGAN
a. Inspeksi
1) Pengertian inspeksi
2) Tujuan
Untuk mendektesi tanda-tanda fisik yang berhungan dengan status fisik/tangan
yang sakit
3) Metode / Teknik
- Dimana ?
- bentuk tubuh
- ekpresi wajah
- penampilan umum
a) Persiapan alat
- Kaca pembesar
b) persiapan klien/pasien
- persiapan fisik/posisi
- Persiapan psikologis
cukup.
2. PEMERIKSAAN KUKU
a) Pengertian
Merawat kuku merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang
b) Tujuan
Menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka-luka infeksi akibat kuku
yang panjang .
c) Persiapan
2. Handuk
4. Sabun
5. Kapas
6. Sikat
d) Langkah/prosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien .
2. Cuci tangan .
3. Atur posisi pasien (manusia coba)duduk/tidur .
4. Tentukan kuku yang akan dipotong .
5. Rendam kuku dalam air hangat 12 menit dan sikat dengan air sabun bila kotor
6. Keringkan tangan dan tangan dengan haduk .
7. Letakan tangan diatas baskom dan lakukan pemotongan kuku .
8. Cuci tangan setelah proses dilakukan .
e) Hasil / kesimpulan
1. Kuku normal : Sudut antra plat kuku dan kuku kira-kira 160 derajat .
2. Perubaahan sudut antara kuku ( lebih dari 180 derajat )bantalan kuku
3. melunak ,dengan kuku menda.
3. EKSTREMITAS ATAS :
1) Inspeksi kulit dan kuku. Kuku halus, warna merah muda
2) Jarungan kulit utuh pengisian kapiler < 3 detik
3) Cembung dan sudut antar kuku- dasar sekitar 160 derajat
4) Kuku sangat tebal/tipis, warna kuku pucat/ sianosis
5) Jaringan kulit tidak utuh
6) Pengisian kapiler > 3 detik
7) Terdapat lekukan-lekukan (karena injury)
8) Kuku cenderung “spoon nail”
9) Sudut antara kuku dan dasar kuku sekitar 180 derajat lebih
Evaluasi Range or Motion (ROM) Bergerak bebas tanpa nyeri / spasme otot / sendi bengkak /
kontraktur. Bergerak terbatas bias karena nyeri, spasme otot
d) Irama regular
f) Denyutan lemah
4. EKSTREMITAS BAWAH :
Evaluasi Range or Motion (ROM) Bergerak bebas tanpa nyeri/spasme otot/ sendi bengkak/
kontraktur. Bergerak terbatas bias karena nyeri, spasme otot
Test refleks patella dan plantar gerakan respon singkat(tidak berlebihan/sangat lambat)
a) Simetris, tidak ada lesi/retraksi/lekukan, kulit utuh, warna kulit sama dengan daerah
sekitarnya, tidak ada edema.
c) Putting: keluar, tidak drainase(kecuali ibu hamil), berwarna sama dengan aerola.
e) Putting: inverse/ masuk ke dalam (karena adanya pertumbuhan tubuh di bawah kulit.
f) Terdapat lesi kinder (keras, terikat kuat, tidak nyeri, berbentuk tidak teratur)
n) Irama ireguler
Untuk mengetahui apakah klien mempunyai masalah dengan genetalia (alat vital) baik
intern/ekstern.
2) Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema. Tumor, atau
benjolan, infeksi, luka, atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah dan sebagainya.
Pada pria:
1. Inspeksi
2. Palpasi
Pada wanita
a) Pengkajian dilakukan sesuai kebutuhan dengan tetap menjga kesopanan dan harga diri
klien dan perawat.
c) Bantu pasien melakukan posisi litotomi di tempat tidur atau meja periksa untuk pengkajian
genital eksternal.
e) Perawat harus dapt memeberi penjelasan kepada klien tentang tujuan pengkajian sehingga
klien dapat diajak bekerja sama dan tidak merasa malu.
Pada Pria :
1) Inspeksi
a) Pertama tama inspeksi rambut pubis, perhatikan penyebaran dan pola pertumbuhan rambut
pubis. Catat bila rambut pubis tumbuh sedikit atau tidak sama sekali.
b) Inspeksi kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain yang tampak pada penis.
c) Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka kulup penis, amati lubang uretra dan
kepala penis untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut, benjolan, peradangan, dan rabas (
bila pasien malu,penis dapat dibuka oleh pasien sendiri ). Lubang uretra normalnya terletak di
tengah kepala penis. Pada beberapa kelainan lubang uretra ada yang terletak di bawah batang
penis ( hipospadia ) dan ada yang terletak di atas batang penis ( epispadia )
d) Inspeksi skotrum dan perhatikan bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus, eksoriasi, atau
nodular. Angkat skrotrum dan amati area di belakang skrotrum.
2) Palpasi
a) Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan , dan kemungkinan
adanya cairan kental yang keluar.
b) Palpasi stroktum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari pertama. Palpasi tiap
testis dan perhatikan ukuran, konstitensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis normalnya teraba
elastis, licin, tidak ada benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-4 cm.
c) Papasi epidemis yang memanjang dari puncak testis ke belakang. Normalnya epididimis
teraba lunak.
d) Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma biasanya
ditemukan pada puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras daripada epidedimis.
Pada Wanita
a) Beri kesempatan kepada pasien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum pengkajian
dimulai. Bila diperlukan urine untuk specimen laboratorium.
b) Anjurkan pasien membuka celana, Bantu mengatur posisi litotomi, dan selimuti bagian
yang tidak diamati.
c) Mulai dengan mengamati rambut pubis, perhatikan distribusi dan jumlahnya, dan
bandingkan sesuai usia perkembangan pasien.
d) Amati kulit dan area pubi, perhatikan adana lesi, eritema, fisura, leukoplakia, dan ekskorasi.
e) Buka labuia minora, klitoris, dan amati bagian dalam labia mayora, labia minora,klitoris,
dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada pembengkakan, ulkus, rabas atau nodular.
a) Atur posisi pasien secara tepat dan pakai sarung tangan steril.
b) Lumasi jari telunjuk Anda dengan air steril, masukkan ke dalam vagina, dan identifikasi
kelunakan serta permukaan serviks. Tindakan ini bermanfaat untuk mempergunakan dan
memilih speculum yang tepat. Keluarkan jari bila sudah selesai.
c) Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk ang sesuai dan lumasi dengan air hangat
terutama bila akan mengambil specimen.
d) Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kea rah perianal.
e) Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan masukkan speculum dengan
sudut 45° dan hati-hati dengan menggunakan tangan yang satunya sehingga tida menjepit rambut
pubis atau labia.
f) Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari Anda, dan putar speculum kea
rah posisi horizontal dan pertahankan penekanan pada sisi bawah / posterior.
g) Buka bilah speculum, letakkan pada serviks dan kunci bilah sehingga tetap membuka.
h) Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan amati ukuran,
laserisasi, erosi, nodular, massa, rabas, dan warna serviks . Normalnya bentuk serviks melingkar
atau oval pada nulipara, sedangkan pada para membentuk celah.
i) Bila diperlukan specimen sitologi, ambil dengan cara usapan menggunakan aplikator dari
kapas.
j) Bila sudah selesai, kendurkan sekrup speculum, tutup speculum, dan tarik keluar secara
perlahan-lahan.
k) Lakuakan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan cara memakai sarung tangan
steril, melumasi jari telunjuk dan jari tengah, kemudian memasukkan jari tersebut ke lobang
vagina dengan penekanan ke arah posterior, dan meraba dinding vagina untuk mengetahui
adanya nyeri tekan dan nodular.
l) Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi, ukuran, konsistensi,
regularitas, mobilitas, dan neri tekan. Normalnya serviks dapat digerakkan tanpa terasa nteri.
m) Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan yang ada dalam vagina menghadap ke atas.
Tangan yang ada diluar letakkan di abdomen dan tekankan ke bawah. Palpasi uterus untuk
mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitasnya.
n) Palpasi ovarium dengan cara menggeser dua jari yang ada dalam vagina ke formiks lateral
kanan. Tangan yang ada di abdomen tekankan ke bawah kea rah kuadran kanan bawah. Palpasi
ovarium kanan untuk mengetahui ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan (
normalnya tidak teraba) ulangi untuk ovarium sebelahnya.
e) Labia minora lebih tipis dan salah satunya berukuran lebih besar
m) Serviks: terwarna merah muda, halus, bulat, berada pada garis tengah tanpa lesi
p) Kulit parineal terdapat lesi/inflamasi membrane terlihat sangat merah klitoris mengalami
inflamasin (tumor)
aa) Testis: tidak nyeri tekan, lembut dan kenyal, bebas nodul.
ff) Pembesaran salah satu testis(karena kanker) ada benjolan keras terdapat palpasi di bagian
depan atau samping testis.
Inspeksi rectum :
Kesimpulan :
Dengan melakukan pemeriksaan genetalia klien dapat mendeteksi adanya tanda/gajala penyakit
menular seksal, sehingga dapat diatasi.Perawat menyelesaikan pemeriksaan dengan mempalpasi
nodus limfe inguinalis. Nodus yang kecil, tidak nyeri tekan dan bergerak secara horisontal
merupakan nodus yang normal.Normalnya nordus tersebut tidak dapat dipalpasi. Adanya
abnormalitas dapat mengindikasikan infeksi lokal atau sistemik atau penyakit metastatic.
BAB IV
PENUTUP
Pada Ekstrimitas :
c. Lakukan pemeriksaan dari proksimal ke distal dan mulai dari ekstrimitas atas terdahulu.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi menuju yang lebih baik lagi di waktu
yang akan datang. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta : Salemba
Medika.
Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Gibson, John MD. 1995. Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisin 2 – Jakarta :
EGC.
Syafuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2 – Jakarta : EGC.
Syafuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3 – Jakarta : EGC.
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-
kemih/, diakses tanggal 28/03/2017.
http://pisaudokter.blogspot.com/2011/02/anatomi-sistem-urinaria.html, diakses tanggal
28/03/2017.
http://franlyonibala04.blogspot.com/2013/04/pemeriksaan-fisik-2.html