You are on page 1of 35

KONSEP KEPERAWATAN DEWASA WANITA

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
Dosen Pengampu:
Ns. Diah Ratnawati, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Disusun oleh:
Aggita Cahyani 1610711027
Nada Saskia 1610711028
Leily Muhafillah 1610711030
Mei Diana Arminiati 1610711033
Yenti Herawati 1610711034
Sharah Nursaidah 1610711038
Erina Rusmiati 1610711040
Aulia Shobah 1610711044
Ester Ronauli 1610711045
Miftahul Jannah 1610711048
Diana Febriyanti 1610711050
Sinta 1610711054
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019
PROGRAM PEMERINTAH UNTUK KANKER PAYUDARA

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI


dr. Mohamad Subuh mengatakan peningkatan akses pelayanan kanker leher rahim dan kanker
payudara diperlukan mengingat penyakit tersebut masih menjadi beban di Indonesia.
Peningkatan akses pelayanan dilakukan dengan Program Pengendalian, Deteksi Dini, dan
bekerjasama dengan Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN).

Program pengendalian kanker dilakukan dengan upaya promotif dan preventif berupa
peningkatan pengetahuan bagi masyarakat tentang pencegahan dan faktor resiko kanker. dr.
Subuh mengatakan program tersebut dilakukan baik melalui media maupun kelompok-
keompok masyarakat, seperti di pengajian, gereja, dan pihak kementerian ikut terlibat
langsung di dalamnya.

Upaya pengendalian kanker dilakukan dengan deteksi dini. Untuk penemuan awal
kanker payudara dilakukan dengan metode deteksi pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) dan
periksa payudara sendiri (Sadari). Program deteksi dini ini telah dicanangkan menjadi
program nasional sejak 21 April 2008 dengan target perempuan berisiko, yakni usia 30-50
tahun.

A. Proses Deteksi Cancer mammae

Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009) terdapat
beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu :

1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) : Cara pemeriksaan:

a) Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.
Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang
sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke
dalam. Bila terdapat kelainan atau keluar cairan atau darah dari puting susu,
segeralah pergi ke dokter.
b) Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
Kemudian bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah dan periksa
lagi.
c) Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah
bantal di bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah
apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan
atau pembengkakan pada ketiak kiri.
d) Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila
diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan.
Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau
lebih, segeralah ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna.
1. Thermografi

Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang menggambarkan


payudara sebagai langkah deteksi dini cancer mammae. Prosesnya akan menghasilkan
peningkatan suhu di dalam payudara.

Thermografi payudara dapat dilakukan dengan :


a) Kamera inframerah ultra sensitif (ultra-sensitive infrared cameras),
b) Komputer. Cara penggunaan :
a. Pasien berdiri di depan kamera dengan melepas pakaian dari pinggang ke atas.
b. Posisi berdiri tegak dengan mengangkat kedua telapak tangan di belakang
kepala.
c. Citra inframerah yang abnormal merupakan tanda penting adanya resiko tinggi
terjadinya cancer mammae.
d. Ketidaknormalan yang tetap tertangkap pada pemeriksaan thermografi
berikutnya menandakan risiko terkena cancer mammae di masa mendatang 22
kali lipat lebih tinggi.
e. Ketika perempuan dengan ketidaknormalan tersebut menjalani perawatan
kesehatan payudara, maka tingkat bertahan hidupnya naik sekitar 61 %.
2. Mamografi
Mamografi adalah suatu metode pendeskripsian dengan menggunakan sinar X
berkadar rendah. Tes dalam mamografi disebut mammogram.
Cara menggunakan mammogram :
Tahap 1
a. Pasien diminta menanggalkan pakaian dari pinggang ke atas dan diganti
pakaian rumah sakit.
b. Berdiri di depan mesin mamografi.
c. Penyinaran dilakukan satu per satu pada payudara dengan meletakkannya di
atas penjepit lembar film dari plastik atau metal.
d. Tekan payudara sedatar mungkin di antara penjepit film dan kotak plastik yang
disebut paddle, yang menekan payudara dari atas ke bawah.
e. Pancarkan sinar x beberapa detik.
3. Ductography
Ductography merupakan bagian dari mamografi. Fungsi ductography adalah :
a. Memperlihatkan saluran air susu yang ada di dalam payudara.
b. Membantu dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan abnormal pada putting.
Cara melakukan mamografi :
a. Membersihkan dan mensterilkan payudara dengan alkohol untuk membersihkan
sisa cairan yang kering dan menempel pada puting.
b. Pijat payudara untuk mendapatkan cairan.
c. Tempatkan satu jarum pada putting sementara pasien memegang putting dengan
telunjuk dan ibu jarinya.
d. Puting diarahkan ke bawah agar kanula dapat masuk saluran air susu pasien.
e. Cairan radiopaque disuntikkan ke dalam payudara melalui suntikan yang telah
disambungkan dengan canula.
f. Payudara kemudian dicitrakan ke mamografi.
g. Tempelkan puting plester untuk menghindari keluarnya cairan ke pakaian pasien.

4. Biopsi payudara
Biopsi payudara adalah sebuah tindakan untuk mengambil contoh jaringan
payudara dengan lensa mikroskop. Dengan begitu maka dapat diketahui adanya sel
cancer mammae yang bersarang. Cara penggunaan biopsi payudara :
a.Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNA)
Alat : menggunakan jarum kecil
Cara : Jarum kecil dimasukkan dalam payudara. Dari ujung jarum tersebut,
contoh jaringan diambil untuk kemudian diperiksa.
b. Core Needle Biopsy
Alat : menggunakan jarum berbentuk khusus dan lebih besar.
Cara : Jarum dimasukkan hingga menembus kulit sampai ke benjolan.
c. Open biopsy
Alat : menggunakan jarum atau kabel khusus.
Cara : Mengiris kulit dan mengambil sebagian atau seluruh benjolan. Jika tidak ada
benjolan, jarum atau kabel khusus akan dimasukkan ke daerah yang dicurigai saat
mammogram sebelum pembedahan dilakukan. Gambar jarum atau kabel tersebut
akan membantu menentukan daerah benjolan dan menentukan lokasi sayatan.
5. USG
USG merupakan kelanjutan pemeriksaan mamography atau uji klinis payudara.
USG sering digunakan untuk memeriksa abnormalitas payudara.
Cara pemeriksaan :
a. Pasien berbaring pada tempat khusus.
b. Olesi payudara dengan gel.
c. Geser transduser pada payudara.
d. Bentuk dan intensitas pantulan bergantung pada kepadatan jaringan payudara.
e. Jika sebuah kista, hampir seluruh gelombang suara akan melewati kista serta
menghasilkan pantulan yang lemah.
f. Jika tumor payudara, gelombang suara akan memantul dari benda padat tersebut.
Sehingga diterjemahkan komputer menjadi gambar yang diindikasikan sebagai massa.

g.USG tidak menggunakan radiasi dan bebas rasa sakit.

B. Pencegahan Cancer Mammae

Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca , (2009) terdapat
beberapa cara mencegah cancer mammae, yaitu :
1. Strategi Pencegahan

a. Pencegahan Primer

Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang
yang sehat untuk menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai resiko.
Pencegahan primer dapat berupa deteksi dini dan melakukan pola hidup sehat
untuk mencegah cancer mammae.

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena cancer mammae. Pada setiap perempuan yang normal serta memiliki
siklus haid normal merupakan populasi at risk cancer mammae. Pencegahan
ini dilakukan dengan melakukan deteksi dini berupa skrining melalui
mammografi yang memiliki akurasi 90% tetapi paparan yang terus-menerus
dapat menjadi risiko cancer mammae.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan ini diarahkan pada individu yang telah positif menderita cancer
mammae. Dengan penanganan yang tepat dapat mengurangi kecacatan dan
memperpanjang harapan hidup.

2. Terapkan pola hidup sehat


a. Menjaga berat badan ideal;
b. Pemberian ASI;
c. Konsumsi sayuran, buah, dan kacang-kacangan;
d. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses
e. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons per hari;
f. Menghindari gorengan serta makanan yang banyak mengandung
lemak;
g. Hindari makanan yang terkontaminasi jamur;
h. Menyimpan makanan yang cepat rusak dalam lemari es;
i. Mengurangi makanan yang diasap;
j. Metode memasak dengan suhu rendah;
k. Menghentikan konsumai alkohol;
l. Olahraga yang teratur;
m. Hindari merokok;
n. Menghindari stress.

3. Konsumsi makanan pencegah cancer

Terdapat beberapa jenis makanan yang diteliti ahli dapat mencegah cancer
mammae, yaitu tomat, alpukat, blueberry, kunyit, teh hijau, brokoli, kembang kol,
bawang putih, bayam, buah delima, rumput laut, sayuran, gandum, ikan salmon dan
tuna, yoghurt, olahan kedelai, dan jus jeruk.

4. Makanan Penderita Cancer Mammae

Makanan yang dianjurkan untuk penderita cancer mammae adalah sayuran


seperti wortel, lobak, pisang raja, belimbimg manis, seledri, kubis, apel, bawang, susu
kedelai, dan tempe
Daftar Pustaka

http://www.depkes.go.id/article/print/17020300001/pemerintah-terus-tingkatkan-akses-
pelayanan-kanker.html

https://www.academia.edu/31351600/FANNY_ARISTA_AGNESIA

PREVALENSI KANKER PAYUDARA PADA DEWASA LANSIA

Berdasarkan Data GLOBOCAN, Internasional Agency for Research on Cancer (IARC),


diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575
kematian akibat kanker di seluruh dunia. Data kanker menunjukkan bahwa kanker payudara
menempati urutan pertama yaitu sebesar 43,3%. Berdasarkan data Globocan 2012, insiden
kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan. Jumlah ini diperkirakan akan semakin
meningkat seiring dengan perubahan pola hidup penduduk Indonesia. Sementara itu, kanker paru
dan kanker payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi
akibat kanker.
Setiap tahun lebih dari 250.000 atau setiap jam terdapat 28 kasus kanker payudara
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 atau setiap jam terdapat 19 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di Amerika Serikat. Selain itu menurut Natonial Cancer Insitue (NCI),
wanita yang menderita kanker payudara terdapat perkiraan kasus baru 232.340 wanita sedangkan
kasus kematian akibat kanker payudara sejumlah 39.620 wanita.

Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara
merupakanpenyakit kanker dngan persentase kasus baru (setelah dikontrol oleh umur) tertinggi,
yaitu sebesar 43,3% dan presentase kematian (setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker
payudara sebesar 12,9%.
Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker payudara
sebesar 0,5% atau 61.682 kasus. Prevalensi kanker payudara teringgi terdapat pada Provinsi D.I
Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker payudara
terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah. Kanker tertinggi kedua
di Indonesia adalah kanker payudara.
Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), kanker payudara menempati urutan
pertama pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker rahim (11,78).
Kanker payudara menyerang wanita muda atau dewasa dengan penderita terbanyak berusia 40
hingga 49 tahun yang datang dengan kondisi stadium lanjut (Kementerian Kesehatan, 2010).

PENGERTIAN KANKER PAYUDARA

Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI, 2009). Kanker
payudara dimulai di jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar untuk produksi susu, yang
disebut lobulus, dan saluran yang menghubungkan lobulus ke puting. Sisa dari payudara terdiri
dari lemak, jaringan ikat, dan limfatik (American Cancer Society, 2011). Menurut the American
Cancer Society, payudara merupakan tempat nomor satu tumbuhnya kanker pada wanita.

Kanker payudara adalah kanker yang terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan
sel didalam jaringan payudara. Sel abnormal bisa tumbuh di bagian-bagian jaringan payudara
dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti. Jaringan payudara tersebut terdiri dari
kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan
penunjang payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai
pembungkus (Mardiana, 2009).

Tingkat keganasan kanker payudara dapat dinilai dengan derajat keganasan kanker
payudara. Sistem ini menilai kanker payudara berdasarkan tiga karakteristik tumor yaitu
pembentukan tubulus, pleomorfisme nukleus, dan hitung mitosis (Kumar et al., 2007). Skala
penilaian ini terdiri dari Grade 1 (differensiasi baik), Grade 2 (differensiasi sedang), dan Grade 3
(differensiasi buruk) (American Cancer Society, 2013).
FAKTOR KANKER PAYUDARA RESIKO

Sebagian besar kanker payudara terjadi tanpa penyebab yang jelas, walaupun diketahui
terdapat beberapa faktor resiko (ACS, 2013) yaitu :

1. Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko menderita kanker payudara dibandingkan laki-laki, hal ini
mungkin karena pria memiliki 9 lebih sedikit hormon wanita estrogen dan progesteron, yang
dapat mendorong pertumbuhan sel kanker payudara.
2. Penuaan
Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar 1 dari 8
kanker payudara invasif yang ditemukan pada wanita yang lebih muda dari 45, sementara
sekitar 2 dari 3 kanker payudara invasif yang ditemukan pada wanita usia 55 tahun atau
lebih.
3. Faktor risiko genetik
Sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara dianggap turun-temurun, yang
berarti bahwa mereka berakibat langsung dari cacat gen (disebut mutasi) diwarisi dari
orangtua. Penyebab paling umum dari kanker payudara herediter adalah mutasi diwariskan
dalam gen BRCA-1 dan BRCA-2 . Dalam sel normal , gen ini membantu mencegah kanker
dengan membuat protein yang menjaga sel-sel dari tumbuh abnormal .
4. Riwayat keluarga kanker payudara
Risiko kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang memiliki hubungan darah dekat
memiliki penyakit ini. Memiliki satu tingkat pertama relatif (ibu, saudara perempuan, atau
anak perempuan) dengan kanker payudara sekitar dua kali lipat risiko seorang wanita.
Memiliki 2 tingkat pertama kerabat meningkatkan risiko nya sekitar 3 kali lipat.
5. Riwayat pribadi kanker payudara
Seorang wanita dengan kanker pada satu payudara memiliki 3 - 4 kali lipat peningkatan
risiko terkena kanker baru pada payudara yang lain atau di bagian lain dari payudara yang
sama.
6. Jaringan payudara yang padat
Payudara terdiri dari jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan kelenjar. Seseorang
dikatakan memiliki jaringan payudara yang padat (seperti yang terlihat pada mammogram)
ketika mereka memiliki lebih banyak jaringan kelenjar dan jaringan kurang berserat dan
lemak. Wanita dengan payudara padat memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara
dibandingkan wanita dengan payudara kurang padat . Sejumlah faktor dapat mempengaruhi
kepadatan payudara, seperti usia, status menopause, penggunaan obat-obatan (seperti terapi
hormon menopause), kehamilan, dan genetika .
7. Periode menstruasi
Wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih karena mereka mulai menstruasi lebih awal
(sebelum usia 12) atau mengalami menopause lambat (setelah usia 55) memiliki risiko
sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara. Peningkatan risiko mungkin karena eksposur
yang lama dengan hormon estrogen dan progesteron .
8. Riwayat radiasi dada
Perempuan anak-anak atau orang dewasa muda, yang pernah terapi radiasi pada daerah
dada sebagai perawatan untuk kanker lain (seperti penyakit Hodgkin atau limfoma non-
Hodgkin) memiliki peningkatan risiko yang signifikan untuk kanker payudara. Ini bervariasi
dengan usia pasien ketika mereka mendapat radiasi. Risiko terkena kanker payudara dari
radiasi dada tertinggi jika radiasi diberikan selama masa remaja, ketika 11 payudara masih
berkembang. Pengobatan radiasi setelah usia 40 tampaknya tidak meningkatkan risiko
kanker payudara.
9. Faktor gaya hidup yang berhubungan dengan risiko kanker payudara
Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama mereka setelah usia 30
memiliki risiko kanker payudara sedikit lebih tinggi. Hamil di usia muda mengurangi risiko
kanker payudara. Kehamilan mengurangi jumlah siklus menstruasi perempuan, yang
mungkin menjadi alasan untuk efek ini.
10. Kontrasepsi oral:
Studi telah menemukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (pil KB)
memiliki risiko sedikit lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan perempuan yang
tidak pernah menggunakannya.
11. Terapi hormon setelah menopause
Terapi hormon dengan estrogen (sering dikombinasikan dengan progesteron) telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk membantu meringankan gejala menopause dan
membantu mencegah osteoporosis (penipisan tulang).
Terapi hormon Gabungan: Menggunakan gabungan terapi hormon setelah menopause
meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Hal ini juga dapat meningkatkan
kemungkinan kematian akibat kanker payudara. Peningkatan risiko bisa dilihat setelah 2
tahun penggunaan.
12. Menyusui
Beberapa studi menunjukkan bahwa menyusui sedikit menurunkan risiko kanker
payudara, terutama jika berlangsung selama 1½ sampai 2 tahun. 12 Satu penjelasan untuk
efek ini mungkin adalah bahwa menyusui mengurangi jumlah siklus menstruasi seorang
wanita.
13. Minuman alkohol
Penggunaan alkohol jelas terkait dengan peningkatan risiko terkena kanker payudara.
Risiko meningkat sesuai jumlah alkohol yang dikonsumsi. Dibandingkan dengan yang tidak
minum alkohol, wanita yang mengkonsumsi 1 minuman beralkohol sehari memiliki
peningkatan resiko yang sangat kecil. Mereka yang minum alkohol 2-5 kali sehari memiliki
risiko sekitar 1½ kali dari wanita yang tidak minum alkohol. Konsumsi alkohol yang
berlebihan juga diketahui meningkatkan risiko terkena beberapa jenis kanker lainnya.
14. Kelebihan berat badan atau obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause meningkatkan risiko kanker
payudara. Sebelum menopause ovarium Anda menghasilkan sebagian besar estrogen, dan
jaringan lemak menghasilkan sejumlah kecil estrogen. Setelah menopause (ketika ovarium
berhenti membuat estrogen), sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan lemak.
Memiliki jaringan lebih banyak lemak setelah menopause dapat meningkatkan resiko kanker
payudara dengan tingginya estrogen. Selain itu, wanita yang kelebihan berat badan
cenderung memiliki kadar insulin darah yang lebih tinggi. Kadar insulin lebih tinggi juga
telah dikaitkan dengan beberapa kanker, termasuk kanker payudara.
15. Aktivitas fisik
Terbukti aktivitas fisik dalam bentuk olahraga mengurangi risiko kanker payudara.
Dalam satu studi dari Women Health Initiative, sedikitnya 1,25-2,5 jam per minggu dari
jalan cepat mengurangi risiko seorang wanita sebesar 18%. Berjalan 10 jam seminggu
mengurangi risiko sedikit lebih.
16. Faktor-faktor yang tidak jelas Diet dan asupan vitamin
Banyak penelitian telah mencari hubungan antara apa yang wanita makan dan risiko
kanker payudara, namun sejauh ini hasilnya telah bertentangan. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa diet mungkin memainkan peran, sementara yang lain tidak menemukan
bukti bahwa diet mempengaruhi resiko kanker payudara. Studi telah melihat jumlah lemak
dalam makanan, asupan buah dan sayuran, dan asupan daging. Tidak ada hubungan yang
jelas dengan risiko kanker payudara ditemukan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
memahami efek dari jenis lemak dimakan pada risiko kanker payudara. Diet tinggi lemak
dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas, yang merupakan faktor risiko
kanker payudara. Diet tinggi lemak juga telah ditunjukkan untuk mempengaruhi risiko
mengembangkan beberapa jenis kanker lainnya, dan asupan jenis lemak tertentu jelas
berkaitan dengan risiko penyakit jantung.
17. Bahan kimia di lingkungan
Banyak penelitian telah dilaporkan dan lebih sedang dilakukan untuk memahami
pengaruh lingkungan yang mungkin pada risiko kanker payudara. Senyawa dalam
lingkungan yang memiliki sifat seperti estrogen. Sebagai contoh, zat yang ditemukan di
beberapa plastik, kosmetik tertentu dan produk perawatan pribadi, pestisida (seperti DDE),
dan PCB (polychlorinated biphenyls) tampaknya memiliki sifat tersebut. Secara teori
mempengaruhi risiko kanker payudara.
18. Merokok
Untuk waktu yang lama, studi tidak menemukan hubungan antara merokok dan kanker
payudara. Dalam beberapa tahun terakhir meskipun, lebih banyak studi telah menemukan
bahwa merokok berat jangka panjang dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena kanker
payudara. Beberapa studi telah menemukan bahwa risiko tertinggi dalam kelompok-
kelompok tertentu, seperti perempuan yang mulai merokok ketika mereka masih muda. Pada
tahun 2009, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker menyimpulkan bahwa ada bukti
terbatas bahwa merokok tembakau menyebabkan kanker payudara.
19. Kerja malam
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang bekerja di malam hari, misalnya,
perawat yang bertugas pada shift malam mungkin memiliki peningkatan risiko terkena
kanker payudara. Ini adalah penemuan yang cukup baru, dan lebih banyak studi untuk
melihat masalah ini. Beberapa peneliti berpikir efeknya mungkin karena perubahan kadar
melatonin, hormon yang produksinya dipengaruhi oleh paparan tubuh terhadap cahaya,
tetapi hormon lain juga sedang dipelajari.

TANDA DAN GEJALA KANKER PAYUDARA

Tanda dan gejala kanker payudara menurut Gruendemann & Fernsebner (2005)
antara lain yaitu terabanya benjolan atau penebalan payudara, biasanya tidak nyeri,
pengeluaran rabas dari puting payudara berdarah atau serosa, cekungan atau perubahan kulit
payudara, asimetris payudara, retraksi atau adanya skuama pada puting payudara, tanda-
tanda stadium lanjut, yaitu nyeri, pembentukan ulkus dan edema.

Kanker payudara pada stadium awal, jika diraba, umumnya tidak menemukan
adanya benjolan yang jelas pada payudara. Namun sering merasakan ketidaknyamanan pada
daerah tersebut (Tim Cancer Helps, 2010). Sedangkan pada Stadium lanjut gejalanya antara
lain, jika diraba dengan tangan, terasa ada benjolan di payudara; jika diamati bentuk dan
ukuran payudara berbeda dengan sebelumnya; ada luka eksim di payudara dan puting susu
yang tidak dapat sembuh meskipun telah diobati; keluar darah atau cairan encer dari puting
susu; puting susu masuk memuntir kedalam payudara; kulit payudara berkerut seperti kulit
jeruk (Mangan, 2009).

Jenis-jenis Kanker Payudara

Jenis kanker payudara menurut Tim Cancer Helps (2010) antara lain:

1. Duktal Karsinoma In Situ (DCIS)


Jenis ini merupakan tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS berarti
sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding duktus
kejaringan payudara disekitarnya. Sekitar satu hingga lima kasus baru kanker payudara
adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker tahap ini dapat disembuhkan.
2. Lobular Karsinoma In Situ (LCIS)
Sebenarnya LCIS bukan kanker, tetapi LCIS terkadang digolongkan sebagai tipe
kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi
tidak berkembang melalui dinding lobulus. Kebanyakan ahli kanker berpendapat bahwa
LCIS sering tidak menjadi kanker invasif, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki
resiko lebih tinggi untuk menderita kanker payudara invasif pada payudara yang sama
atau berbeda.
3. Invasif atau Infitrating Duktal Karsinoma (IDC)
IDC merupakan jenis kanker payudara yang paling umum dijumpai. Timbulnya
sel kanker dimulai dari duktus, menerobos dinding duktus, dan berkembang kejaringan
lemak payudara. Kanker akan menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya melalui
sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8-10 kasus kanker payudara invasif
merupakan jenis ini.
4. Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC)
Kanker jenis ini dimulai dari lobulus. Seperti IDC, ILC dapat menyebar atau
bermetastasis ke bagian lain di dalam tubuh.
5. Kanker Payudara Terinflamasi (IBC)
IBC merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi. Hanya sekitar
1-3% dari semua kasus kanker payudara adalah jenis IBC. Sebaliknya kanker jenis ini
membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat. Kulit payudara juga tampak
tebal dan mengerut seperti kulit jeruk. Biasanya dokter baru mengetahui terjadinya
perubahan ini karena sel-sel kanker telah menghambat pembuluh getah bening di kulit.
Bukan karena adanya inflamasi, peradangan, atau infeksi. Payudara yang terinvasi
biasanya berukuran lebih besar, kenyal, lembek, gatal. Jenis kanker ini cenderung
menyebar dan memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan tipe IBC atau ILC

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2011). Breast Cancer Facts & Figures 2011- 2012.

Atlanta: American Cancer Society, Inc. ACS. 2013. Breast Cancer. Diunduh tanggal 9 Oktober,
2013, dari www.cancer.org/

Panduan penatalaksanaan kanker payudara. Kemenkes.


KOMPLIKASI

Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase (penyebaran sel kanker di luar
payudara) yaitu penyebaran jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh
darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura,
tulang, dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri
kronik dan hypercalsemia dan jika hal itu terjadi di tulang belakang maka akan terjadi kompresi
medula spinalis. Metastase ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan
metastase ke otak mengalami gangguan persepsi sensori.

PENCEGAHAN KANKER PANYUDARA

Pencegahan penyakit adalah suatu usaha yang di lakukan seseorang untuk


mempertahankan kondisi fisik, mental dan sosial dalam keadaan sempurna agar terhindar dari
suatu penyakit. Berdasarkan riwayat alamiah penyakit, pencegahan penyakit dibagi ke dalam
tiga tingkat pencegahan. Pencegahan penyakit tersebut meliputi pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

Beracuan pada tiga tahap pencegahan penyakit, maka pencegahan yang bisa dilakukan
terhadap penyakit KPD adalah sebagai berikut:

a. Pencegahan Primer (Primary Prevention)


Pencegahan primer dilakukan pada saat fase peka atau rentan atau fase
prepatogenesis. Pencegahan pada fase prepatogenesis adalah pencegahan tahap awal
sebelum terkena penyakit. Pencegahan primer ini terdiri dari usaha peningkatan
kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (spesific protection).
Pencegahan primer adalah langkah yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari
setiap faktor yang dapat menimbulkan kanker payudara. Pada tahap ini perlu dilakukan
penyuluhan tentang kanker payudara terutama mengenai faktor-faktor risiko. Selain itu,
memberikan pengetahuan bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan
menghindari makanan berlemak, banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta
giat berolahraga ( Kodim dan Sherly, 2003).

1) Peningkatan kesehatan
Usaha yang dapat dilakukan untuk mempertinggi nilai kesehatan, yang merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha yang
dapat ditempuh diantaranya :
 Penyediaan makanan yang sehat cukup kualitas maupun kuantitas.
 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan meliputi usaha seperti penyediaan
air bersih, perbaikan cara pembuangan sampah, perbaikan saluran air dan
limbah serta yang lainnya.
 Pendidikan kesehatan mengenai berbagai penyakit
 Pembiasaan gaya hidup sehat, olahraga secara teratur.
2) Perlindungan khusus.
 Menjauhi makanan yang karsinogenik seperti mengurangi makan makanan
yang mengandung bahan aditif berlebihan (pengawet, penyedap pemanis dan
pewarna buatan) serta junkfood.
 Kurangi makanan bergaram atau makanan yang mengandung nitrat dan nitrit.
 Pembatasan makanan tinggi lemak agar tidak berlebihan.
 Menghindari perilaku merokok dan mengonsumsi alkohol.
 Menikah pada waktu yang tepat, tidak terlalu muda dan tidak terlalu lanjut
usia.
 Tidak melahirkan anak pertama pada usia lanjut.
 Menyusui bayi dengan ASI.
 Menghindari stress.

b. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)


Pencegahan sekunder adalah usaha pencegahan pada saat penyakit sudah mencapai tahap
pathogenesis. Usahanya meliputi diagnosis dini (Early diagnosis) dan pengobatan segera
(Promt Tretment). Tujuannya yaitu agar seseorang yang memiliki penyakit kanker payudara
dapat terdeteksi lebih awal. Selain itu, bertujuan memberikan pengobatan secara cepat dan
tepat pada stadium awal, sehingga KPD dapat disembuhkan dengan biaya pengobatan lebih
murah.

1) Diagnosis dini
Menurut Bustan (2007), upaya diagnosis dini padat dilakukan berbagai jenis
pemeriksaan payudara yaitu sebagai berikut:
a) SADARI (Pemerikasaan Payudara Sendiri atau BSE (Breast Self Examination)).
Deteksi dengan tujuan merasakan dan mengenali lekak-lekuk payudara yang
dimiliki sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui. Waktu terbaik untuk
melakukan sadari adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi selesai. Pada saat itu,
payudara terasa lunak. Sadari hendaknya dilakukan sendiri dengan penuh disiplin
setiap bulan.
b) SARANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis)
Pemeriksaan klinis dilakukan secara cepat pada payudara yang dilakukan oleh
dokter atau bidan. Pemeriksaan ini tidak perlu dikerjakan pemeriksaan klinik secara
lengkap (Sukardja, 2000).
c) BAJAH (Biopsi Aspirasi Jarum Halus) atau FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)
Bajah tergolong dalam pemeriksaan sitologi dari sel-sel payudara dengan
menggunakan aspirasi jarum halus. Prosedur biopsi yang menggunakan jarum
sangat tipis yang melekat pada jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil
jaringan dari lesi abnormal. Pemeriksaan Bajah dilakukan atas indikasi: untuk
diagnosis preoperatif, dugaan maligna yang operable; untuk diagnosis konfirmatif;
untuk kultur mikrobiologik; untuk morfologi sel tumor dan hormonal dependen
(estrogen receptor dan progesteron receptor).
d) Mamografi
Mamografi adalah sejenis pemeriksaan radiologi untuk payudara untuk
mengetahui pertumbuhan KPD sejak dini. Mamo dapat mendeteksi tumor radius 0,5
cm yang masih belum dapat teraba oleh tangan. Mamografi merupakan teknik
pemeriksaan paling kuat untuk penyakit KPD hanya saja biayanya relatif mahal.
Sementara itu masalah yang lebih menonjol adalah menyangkut bahaya mamografi
yaitu risiko radiasi, kemungkinan biopsi yang tidak perlu, overdiagnosis dan biaya.
e) Breast Imaging yaitu deteksi menggunakan alat seperti ultrasound atau MRI
Scanning.
Cara untuk mendapatkan kelainan payudara sejak dini Bustan (2007) berpendapat
untuk melakukan pemeriksaan yang tepat baik waktu maupun teknik
pemeriksaannya. Sebagai pedoman dapat dipakai acuan berikut ini:
 Mulai umur 20 tahun: pemeriksaan sadari tiap bulan.
 Umur 20-40 tahun: saranis tiap 3 tahun dan mamografi awal (usia 35-40 tahun).
 Usia 40-50 tahun: mamografi tiap 1-2 tahun, saranis tiap tahun (tentang riwayat
kesehatan dan anjuran dokter).
 Usia lebih dari 50 tahun: mamografi tahunan dan saranis tahunan.

Dewasa ini yang paling penting untuk menurunkan angka kematian perempuan
akibat penyakit kanker payudara adalah melakukan skrining. Skrining adalah metode
penyaringan orang-orang yang mempunyai penyakit KPD. Skrining yang tepat yaitu
mamogram secara reguler, mengetahui bagaimana cara melakukan pemeriksaan
payudara sendiri dan memeriksakan diri ke dokter secara rutin. Dengan program
skrining diharapkan dilakukan pemeriksaan dasar mamografi setiap 2-3 tahun sekali
pada perempuan berusia 35-50 tahun. Mamografi juga dilakukan oleh wanita berusia
diatas 50 tahun setiap setahun ataudua tahun (Bustan, 2007).
2) Pengobatan segera
Pengobatan kanker payudara pada stadium I dan II termasuk ke dalam
pengobatan segera, karena sel kanker masih belum terlalu meluas. Bustan
mengemukakan (2007) apabila seseorang telah terdiagnosis KPD maka penanganan atau
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan adalah pengobatan medis meliputi:
a) Terapi hormonal
Dasar pengobatan hormonal adalah ada bukti bahwa estrogen merangsang
proliferasi sel KPD. Contoh : Tamoxifen.
b) Khemoterapi
Khemoterapi adalah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat
anti-kanker yang disebut sitostatika (Sukardja, 2000). Pengobatan khemoterapi
kurang memberi hasil yang memadai. Contoh: 5 fluorouracyl, methotrexate,
Mytomycin-C.
c) Pengobatan adjuvant
Pengobatan untuk membuat regresi tumor sebelum operasi terhadap sebuah tumor
besar yang masih operabel. Terapi tambahan ialah terapi yang ditambahkan pada
terapi utama untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang mikroskopik yang
mungkin masih ada. Tidak jarang walaupun pada terapi utama penderita kelihatan
telah bebas kanker, setelah beberapa lama timbul residif atau metastase . Ini berarti
setelah selesai terapi utama masih ada sisa kanker yang mikroskopik (Sukardja,
2000).

Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dengan tiga cara yakni kemoterapi,
radiasi, dan operasi. Keberhasilan pengobatan ini tergantung dari ketentuan pasien dalam
berobat dan tergantung pada stadiumnya. Pengobatan kanker payudara invasif pada
stadium I dan II adalah sebagai berikut:

a) Stadium I
Kanker ini masih relatif kecil dan belum menyebar ke kelenjar getah bening atau
tempat lain.
 Terapi Lokal: Kanker stadium I dapat diobati dengan pembedahan payudara
(Lumpectomy, mastektomi parsial) atau modifikasi mastektomi radikal.
Mastektomi sendiri adalah operasi pengangkatan payudara. Masektomi
terdiri tiga jenis yaitu sebagai berikut :
▪ Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan
tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
▪ Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
▪ Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya
pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya
lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya
kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
 Terapi radiasi: biasanya diberikan setelah operasi payudara.
 Terapi Ajuvan Sistemik: Kemoterapi ajuvan biasanya dianjurkan untuk
tumor yang lebih besar. Untuk kanker HER2-positif, trastuzumab adjuvant
(Herceptin) biasanya direkomendasikan.

b) Stadium II
 Terapi Lokal: pilihan terapi bedah dan radiasi untuk tumor sadium II mirip
dengan tumor stadium I, terapi radiasi dapat dilakukan setelah mastektomi
jika tumor telah membesar (lebih dari 5 cm) atau sel kanker ditemukan di
beberapa kelenjar getah bening.
 Terapi Adjuvant sistemik: terapi ajuvan sistemik dianjurkan untuk wanita
dengan kanker payudara stadium II. Hal ini melibatkan terapi hormon,
kemoterapi, trastuzumab, atau beberapa kombinasi tersebut, tergantung
pada usia pasien, status reseptor estrogen, dan HER2/neu status.

c. Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention)


Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dilakukan ketika penyakit sudah berada pada
fase lanjut dan terminal dalam bentuk kecacatan. Biasanya pencegahan tersier pada penyakit
kanker payudara dilakukan saat kanker berada pada stadium III dan Stadium IV. Pencegahan
ini meliputi pembatasan kecacatan (Disability Limitation) dan Rehabilitasi (Rehabilitation).
Tujuan dari pencegahan tersier yaitu untuk membatasi kecacatan dan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan oleh penyakit KPD.

1) Pembatasan kecacatan
a) Stadium III
Perawatan lokal untuk beberapa jenis kanker payudara stadium IIIA sebagian
besar sama dengan stadium II kanker payudara. Kanker dihilangkan dengan operasi
payudara (seperti lumpectomy) diikuti dengan terapi radiasi, atau dengan mastektomi
radikal yang dimodifikasi (dengan atau tanpa rekonstruksi payudara).
b) Stadium IV
Pada fase ini, terapi sistemik adalah pengobatan utama. Hal ini tergantung pada
banyak faktor, yang dapat terdiri dari terapi hormon, kemoterapi, sasaran terapi
seperti trastuzumab (Herceptin) atau lapatinib (Tykerb), atau beberapa kombinasi dari
perawatan ini. Trastuzumab dapat membantu wanita dengan kanker HER2-positif
hidup lebih lama jika diberikan dengan kemoterapi pertama untuk penyakit stadium
IV (American Cancer Society, 2010).
Pengobatan paliatif merupakan pengobatan alternatif terakhir untuk mendukung
kehidupan penderita. Bentuk utama pengobatan paliatif adalah pengobatan nyeri.
Sekitar 60% penderita kanker menderita nyeri (Bustan, 2007).

2) Rehabilitasi
a) Rehabilitasi fisik
Olahraga penting dilakukan dalam rangka pemulihan. Bagi yang telah menerima
diseksi aksila dan lumpectomy bisa melakukan latihan ke pergelangan tangan, siku
dan tangan seperti lipatan siku dan meluruskannya, menggerakkan pergelangan
tangan dan berlawanan lingkaran searah jarum jam dan menutup/membuka tangan.
Latihan ini dilakukan setiap jam atau beberapa kali.
b) Rehabilitasi asthetis
Rehabilitasi estetika dilakukan dengan tujuan memperbaiki penampilan payudara
pasca operasi, misalnya dengan menggunakan payudara protesis yang terbuat dari
busa atau silikon yang membantu mengembalikan penampilan, keseimbangan
payudara dan mencegah sakit leher, bahu dan tulang belakang.( HA OTCOC , 2009)

PENATALAKSANAAN / PENGOBATAN

biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap


kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Pola pengobatan dan
keberhasilan kanker payudara tergantung pada stadium tumor. semakin dini ditemukan semakin
mudah disembuhkan. Pengobatan kanker payudara meliputi :

1. Operasi
tindakan pengobatan dapat diakukan dengan operasi yang dilakukan dengan
mengambil sebagian atau seluruh payudara. cara pengobatan ini bertujuan untuk
membuang sel-sel kanker yang ada di dalam payudara. jenis-jenis operasi yang dilakukan
untuk mengobati kanker payudara adalah sebagai berikut:
a. Lumpektomi
lumpektomi merupakan operasi pengangkatan sebagian dari payudara dimana
pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpektomi
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya
dipinggir payudara.
b. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pangengkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi, yaitu:
1) Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
2) Total (Simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar ketiak.
3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.

2. Radiasi / radioterapi
Radiasi adalah proses pengobatan dengan melakukan penyinaran pada daerah
yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi atau sebelum
operasi.

3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker
melalui mekanisme kemotaksis. Tidak hanya sel kanker di payudara, tapi juga seluruh
tubuh.

4. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan
dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.

Tahap-tahap Perkembangan pada Orang Dewasa Muda, Menengah dan Tua

A. Dewasa muda (20-40 tahun)

 Gaya hidup personal berkembang.


 Membina hubungan dengan orang lain
 Ada komitmen dan kompetensi
 Membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai orang tua
 Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional meningkat
 Pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam pekerjaan meningkat.
Implikasi keperawatan: menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu dalam penyesuaian
diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung perubahan yang penting untuk
kesehatan.

B. Dewasa menengah (40-65 tahun)

 Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak
meninggalkan rumah
 Anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah
 Dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada muka, dan
lain-lain
 Waktu untuk bersama lebih banyak
 Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah lagi
(dangerous age).
Implikasi keperawatan: bantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap
perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan
fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan.

C. Dewasa tua

a. Young - Old (tua-muda), 65-74 tahun :

 beradaptasi dengan masa pensiun (penurunan penghasilan)


 beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat berkembang penyakit kronik.
Implikasi keperawatan: bantu individu untuk menjaga aktivitas fisik dan sosialnya,
mempertahankan interaksi dengan kelompok sebayanya.

b. Middle – Old (tua-menengah), 75-84 tahun :

 diperlukan adaptasi terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan


sensori dan peningkatan ketergantungan terhadap orang lain.
Implikasi keperawatan: bantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran,penglihatan,
kematian orang tercinta).

c. Old - Old (tua-tua), 85 tahun keatas :

 terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik.


Implikasi keperawatan : bantu individu dalam perawatan diri dan mempertahankan kemampuan
mandirinya jika memungkinkan

Teori-teori Tumbuh Kembang

A. Development task theory (Robert Havighurst)

1. Early Adulthood (dewasa muda)

 Memilih pasangan
 Belajar hidup bersama orang lain sebagai pasangan
 Mulai berkeluarga
 Membesarkan anak
 Mengatur rumah tangga
 Mulai bekerja
 Mendapat tanggungjawab sebagai warga Negara
 Menemukan kelompok sosial yang cocok

2. Middle-age (dewasa lanjut)

 Mendapat tanggungjawab sosial dan sebagai warga Negara


 Membangun dan mempertahankan standard ekonomi keluarga
 Membimbing anak dan remaja untuk menjadi dewasa yang bertanggungjawab dan
menyenangkan
 Mengembangkan kegiatan-kegiatan di waktu luang
 Membina hubungan dengan pasangannya sebagai individu
 Mengalami dan menyesuaikan diri dengan beberapa perubahan fisik
 Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua

B. Teori perkembangan Psikososial (Erik H Erickson )

1. Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation)

a. dewasa muda (18-25 sampai 45 tahun)

 indikator positif : berhubungan intim dengan orang lain. Mempunyai komitmen


dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain.
 Indikator negatif : menghindari suatu hubungan, komitmen gaya hidup atau karir
 Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain,
yang mungkin termasuk pasangan seksual.
 Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan
mengembangkan keintiman.
 Seseorang tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri, akan
merasa sendiri.
2. Generativitas vs Stagnasi atau absorpsi diri

a. Dewasa Tengah (45 – 65 tahun)

 indikator positif : kreatifitas, produktivitas dan perhatian dengan orang lain


 indikator negatif : perhatian terhadap diri sendiri, kurang merasa nyaman
Orang dewasa

 bimbingan untuk generasi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa


yang akan datang
 Absorpsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi dan
peningkatan materi
 Perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan.

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS (KESEHATAN WANITA DEWASA)

A. TINJAUAN KASUS
Hasil pengkajian di daerah binaan kota Z desa M pada 80 wanita dengan usia 19-35
tahun, 60% dewasa wanita sudah menikah dan sisanya belum mneikah. Dari 80 wanita di
desa M ada beberapa ragam agama, yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Budha, tetapi wanita di
desa M dominan 50% beragama Islam. Rumah warga di desa M hampir keseluruhan sudah
berbahan dasar tembok dan berlantai ubin, tetapi ada pula sebagian warga di desa M yang
rumahnya masih berbahan dasar kayu dan lantainya di plester. Keadaan di desa M banyak
warga yang menanam pepohonan hijau, terdapat pula sungai di desa tersebut, tetapi disekitar
sungai itu tampak sampah yang berserakan. Akses jalan di desa M terlihat ramai dengan
motor, sepeda, dan mobil warga, nampak pula truk pengangkut hasil pabrik industri pada
siang hari. Desa M menjelang malam hari tampak sepi dan gelap karena kurangnya
pencahaan lampu jalan di desa tersebut. Hampir 80% wanita di desa M memilih untuk tidak
melanjutkan SMA, karena mereka memilih bekerja di pabrik petasan. Pekerja wanita
sebagian besar menghabiskan waktunya +/- 10 jam untuk bekerja dan otomatis terpapar
bahan baku pembuat petasan karena tidak menggunakan APD lengkap. Hasil pengkajian
diperoleh data sebanyak 34% warga perempuan usia dewasa menderita kanker payudara.
Dan belum mendapat pertolongan kesehatan yang layak karena tidak adanya fasilitas
kesehatan di desa M, dan juga jarak tempuh menuju RS kota sekitar 5 km akibatnya kanker
payudara tersebut tidak terawat ditandai dengan munculnya darah bercampur nanah dan bau
tidak sedap. Hal tersebut terjadi bukan hanya karena fasilitas dan jarak, tetapi juga dari
kurangnya pengetahuan mereka mengenai perawatan kanker payudara. Selain itu, banyak
35% penderita sedih dengan keadaannya, 20% sering menangis di malam hari, 35% takut
akan kematian, 10% menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat. Beberapa perempuan
tersebut juga mengatakan tidak ingin bertemu dengan anggota keluarga atau teman-
temannya. Dan banyak dari mereka yang menghabiskan waktunya hanya berdiam diri di
rumah karena kanker meraka sudah memasuki stadium lanjut, mereka mengganggap diri
mereka sudah tidak berharga lagi dan sudah pasrah dengan hidupnya.

B. PENGKAJIAN
a. Data Inti
1) Demografi
Hasil pengkajian di daerah binaan kota Z desa M pada 80 wanita dengan usia 19-35
tahun

2) Data statistik
a) Angka penyakit: 34% warga perempuan usia dewasa menderita kanker payudara.
b) Status perkawinan; 60% dewasa wanita sudah menikah dan sisanya belum
menikah.
c) Status agama: wanita di desa M dominan 50% beragama Islam.

3) Karakteristik
a) Fisik
- Munculnya darah bercampur nanah
- Bau tidak sedap.
b) Psikologis
- Penderita sedih dengan keadaannya,
- Sering menangis di malam hari
- Takut akan kematian
- Menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat.
- Tidak ingin bertemu dengan anggota keluarga atau teman-temannya.
- Menghabiskan waktunya hanya berdiam diri di rumah
c) Sosial
- Jarak tempuh menuju RS kota sekitar 5 km
- Kurangnya pengetahuan mereka mengenai perawatan kanker payudara.
d) Perilaku
- Pekerja wanita sebagian besar menghabiskan waktunya +/- 10 jam untuk
bekerja dan otomatis terpapar bahan baku pembuat petasan karena tidak
menggunakan APD lengkap

b. Data subsistem
1. Lingkungan fisik
- Rumah warga di desa M hampir keseluruhan sudah berbahan dasar tembok dan
berlantai ubin, tetapi ada pula sebagian warga di desa M yang rumahnya masih
berbahan dasar kayu dan lantainya di plester.
- Keadaan di desa M banyak warga yang menanam pepohonan hijau, terdapat
pula sungai di desa tersebut, tetapi disekitar sungai itu tampak sampah yang
berserakan.
2. Sistem kesehatan
Tidak adanya fasilitas kesehatan di desa M, dan juga jarak tempuh menuju RS
kota sekitar 5 km.
3. Ekonomi
Mereka bekerja di pabrik petasan dengan rata-rata penghasilan perhari Rp 50.000.
4. Keamanan dan transportasi
- Akses jalan di desa M terlihat ramai dengan motor, sepeda, dan mobil warga,
nampak pula truk pengangkut hasil pabrik industri pada siang hari.
- Desa M menjelang malam hari tampak sepi dan gelap karena kurangnya
pencahaan lampu jalan di desa tersebut.
5. Kebijakan pemerintahan
Kurangnya kebijakan pemerintah tentang pengolahan limbah pembuatan petasan.
6. Komunikasi
- Sebagian besar menggunakan bahasa asli daerah tersebut
- Warga sekitar tidak menggunakan handphone karena tidak mengerti
menggunakannya
7. Pendidikan
Hampir 80% wanita di desa M memilih untuk tidak melanjutkan SMA, karena
mereka memilih bekerja di pabrik petasan.
8. Rekreasi
- Tempat rekreasi yang ada di desa tersebut yaitu sungai

c. Persepsi
Mayoritas dewasa wanita awalnya mengganggap benjolan yang terdapat di
payudaranya adalah benjolan biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Tetapi ternyata
benjolan tersebut adalah awal mula dari kanker payudara.
C. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif

1. Perempuan dewasa di desa M mengatakan mereka menghabiskan waktu selama +/- 10 1. Perempuan usia dewasa di desa M tidak menggunakan
jam untuk bekerja dan otomatis terpapar bahan baku pembuat petasan APD ketika bekerja
2. Memilih untuk tidak melanjutkan SMA, karena mereka memilih bekerja di pabrik 2. Kebanyakan perempuan usia dewasa putus sekolah di
petasan. tingkat SMP
3. Perempuan dewasa di desa M mengatakan mereka tidak berobat ke RS untuk 3. Tidak terdapat fasilitas kesehatan di desa M
4. Jarak tempuh menuju RS kota sekitar 5 km akibatnya
perawatan kanker payudara yang dideritanya
4. Memilih untuk pasrah terhadap penyakitnya kanker payudara tersebut tidak terawat ditandai dengan
5. Kurangnya pengetahuan mereka mengenai perawatan kanker payudara.
munculnya darah bercampur nanah dan bau tidak
6. Kurangnya pengetahuan mereka mengenai perawatan kanker payudara.
7. Penderita sedih dengan keadaannya, sedap.
8. Sering menangis di malam hari 5. Kurangnya kebijakan pemerintah tentang pengolahan
9. Takut akan kematian
limbah
10. Menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat.
6. Sebanyak 34% warga perempuan usia dewasa
11. Tidak ingin bertemu dengan anggota keluarga atau teman-temannya.
12. Menghabiskan waktunya hanya berdiam diri di rumah menderita kanker payudara.
7. Munculnya darah bercampur nanah dan bau tidak
sedap

D. ANALISA DATA
No. Data Problem
1. DS: Ketidakefektifan

Perempuan usia dewasa di Desa M mengatakan : Koping pada wanita


1. sedih dengan keadaannya, dewasa dengan kank
2. Sering menangis di malam hari
3. Takut akan kematian payudara di desa M
4. Menyalahkan Tuhan atas cobaan yang berat.
5. Tidak ingin bertemu dengan anggota keluarga atau teman-temannya.
DO:
1. Menghabiskan waktunya hanya berdiam diri di rumah.
2. Terlihat raut wajah yang sedih dan stress
2. DS : Ketidakefektifan
manajemen keseha
Perempuan usia dewasa di Desa A mengatakan :
1. Perempuan dewasa di desa M mengatakan mereka tidak berobat ke RS untuk perawatan kanker payudara yang pada wanita dew
dideritanya dengan kanker payud
2. Memilih untuk pasrah terhadap penyakitnya. di desa M
DO:

1. Tidak terdapat fasilitas kesehatan di Desa M


2. Jarak pusat kesehatan di kota dengan desa M sekitar 5 km
3. Kurangnya kebijakan pemerintah tentang pengolahan limbah
3. DS: Defisiensi pengetah
pada wanita dew
Perempuan usia dewasa di Desa A mengatakan :
1. Memilih untuk tidak melanjutkan SMA, karena mereka memilih bekerja di pabrik petasan. dengan kanker payud
2. Tidak tahu cara melakukan pengecekan SADARI, serta merawat luka pada payudara di desa M
DO:

1. Tidak terdapat fasilitas kesehatan di Desa M


2. Sebanyak 34% warga perempuan usia dewasa menderita kanker payudara
3. Luka pada payudara menimbulkan bau tidak sedap, nanah, serta darah.
E. SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

NO PEMBOBOTAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN JUMLAH
A B C D E F G H I J K

1 Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada wanita 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 4 38


dewasa dengan kanker payudara di desa M
2 Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada wanita 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 39
dewasa dengan kanker payudara di desa M
3 Defisiensi pengetahuan pada wanita dewasa kanker 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 34
payudara di desa M

Keterangan Pembobotan:

1. Sangat Rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat Tinggi
A. Risiko terjadi F. Sesuai program pemerintah I. Dana
B. Risiko parah G. Tempat J. Fasilitas kesehatan
C. Potensial penkes H. Waktu K. Sumber daya
D. Minat masyarakat E. Kemungkinan diatasi

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Koping pada wanita dewasa dengan kanker payudara di desa M
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada wanita dewasa dengan kanker payudara di desa M
3. Defisiensi pengetahuan pada wanita dewasa dengan kanker payudara di desa M

G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA WANITA DEWASA DENGAN KANKER PAYUDARA DI DESA M
Diagnosa Rencana Kegiatan Evaluasi
Tujuan
Keperawatan Intervensi Strategi Standar kriteria
Ketidakefektifan Tujuan Umum : 1. Bantu masyarakat dewasa Pendidikan kesehatan 1. Terjadi peningkatan Kognitif
Koping pada wanita yang terkena kanker pengetahuan
Koping pada wanita dewasa Demonstrasi
wanita dewasa payudara untuk mengganti mengenai cara
dengan kanker payudara di desa
dengan kanker interpretasi yang salah dengan Bentuk kegiatan : meningkatkan koping
M lebih efektif
payudara di interpretasi yang lebih Penkes dan demonstrasi yang efektif dengan
Tujuan Khusus :
desa M mempunyai dasar realitas tentang meningkatkan teknik imajinasi
Setelah dilakukan intervensi terhadap situasi penuh stress terbimbing, relaksasi
koping yang efektif dengan
diharapkan masyarakat dewasa 2. Bantu masyarakat dewasa
teknik imajinasi terbimbing, otot progresif
wanita yang terkena kanker wanita yang terkena kanker 2. Dapat melakukan
relaksasi otot progresif serta Afektif
payudara dapat : payudara mengidentifikasi teknik imajinasi
menghadirkan tokoh agama
system kepercayaan yang terbimbing, relaksasi
1. Mengaplikasikan koping lebih untuk meyampaikan
dimiliki otot progresif dengan
adaptif dengan kegiatan yang 3. Diskusikan kemampuan pentingnya menjalankan
baik dan benar secara
positif imajinasi yang jelas seakan – ibadah sesuai kepercayaan
2. Mempraktikkan cara mandiri.
akan hal tersebut memang ada yang dimiliki .
mengontrol impuls dengan 4. Tingkatkan kemampuan untiuk
latihan relaksasi otot progresif melakukan imajinasi terbimbing
3. Memiliki peningkatan kualitas
secara mandiri
tidur

Ketidakefektifan Tujuan Umum : 1. Tentukan tujuan Pendidikan kesehatan 1. Terjadi peningkatan Kognitif
manajemen pemberlajaran yang jelas, Bentuk Kegiatan : pengetahuan tentang
kesehatan pada sesuaikan bahasa dengan manajemen
Meningkatnya kemampuan 1. Penkes seputar kanker
wanita dewasa kemampuan kognitif, kesehatan terhadap
manajemen kesehatan masyarakat payudara dan kesehatan
dengan kanker psikomotor dan afektif penyakitnya
agregat dewasa wanita di daerah 2. Kaji tingkat pengetahuan payudara 2. Dewasa wanita
payudara di 2. Menghadirkan Afektif
binaan sehingga prevalensi kanker mengenai proses penyakit dengan ca mamae
desa M komunitas penderita
payudara tidak meningkat. 3. Jelaskan mengenai proses
dapat menjaga
penyakit dan kompliaksi yang kanker payudara sebagai
Tujuan Khusus : kesehatannya agar
mungkin terjadi narasumber untuk saling
tidak terjadi
Setelah dilakukan intervensi 4. Bantu masyarakat dengan berbagi pengalaman
komplikasi, dan
diharapkan masyarakat dewasa kanker payudara untuk terkait kanker payudara.
dewasa wanita
wanita yang terkena kanker mengembangkan harapan
lainnya tidak
payudara dapat : yang realistis.
5. Dorong kepala desa untuk mengalami ca
1. Mengetahui tentang berperan aktif dalam mamae dengan rutin
penyakitnya membantu masyarakat memeriksakan
2. Memantau tanda dan gejala
mendapatkan pengobatan. kesehatan ke
komplikasi
3. Mengikuti pengobatan yang YanKes

direkomendasikan
4. Mengikuti aturan pengobatan
5. Menggunakan sumber-sumber
yang ada di komunitas
6. Menggunakan pelayanan
kesehatan yang sesuai
kebutuhan
Defisiensi Tujuan Umum : 1. Bina hubungan saling percaya Penyuluhan kesehatan, 3. Terjadi peningkatan Kognitif
2. Tentukan urutan menyajikan
pengetahuan demonstrasi pengetahuan
Masyarakat desa M agregat informasi
pada wanita mengenai cara
dewasa wanita dapat mengtahui 3. Lakukan penyuluhan Bentuk Kegiatan :
dewasa dengan SADARI
cara melakukan SADARI kesehatan mengenai manfaat
Penkes dan Demonstasi 4. Dapat melakukan
kanker payudara Afektif
dan tujuan mengenai SADARI
Tujuan Khusus : SADARI SADARI yang baik
di desa M 4. Jelaskan cara melakukan
dan benar
Setelah dilakukan intervensi SADARI
5. Jelaskan hal-hal apa saja yang
diharapkan :
perlu pemeriksaan lanjut ke
1. Dapat mengetahui strategi fasilitas kesehatan
mencegah penyakit 6. Demonstrasikan dengan salah
2. Mengetahui pentingnya satu individu untuk
skrining pencegahan mempraktikan SADARI
3. Mengetahui tanda dan gejala
kanker
4. Mengetahui cara melakukan
SADARI

Daftar Pustaka :
Allender Judith, etc. Community & Public Health Nursing Promoting the Public's Health.

Kemenkes RI . 2018 . Riset Kesehatan Dasar

Stanhope Marcia, Jeanette Lancaster . Public Health Nursing Population-Centered Health Care in the Community

You might also like