You are on page 1of 19

Malaikat (bahasa Arab: ‫ مالءكة‬malāʾikah; tunggal: ‫ مالك‬atau ْ‫ َملَك‬malāk) adalah makhluk yang memiliki

kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah.Menurut bahasa, kata “Malaikat”
merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (‫ )ملك‬yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata
mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut
dengan ar-rasul.

Malaikat adalah alam ghaib yang disifati Allah di dalam Al-Qur'an dengan sekian banyak sifat; disifati
juga oleh Nabi dalam hadits. Cara mengimani mereka adalah dengan mengimani nama yang telah
dipastikan dalam sebuah nash, sedangkan yang tidak dipastikan namanya dalam nash, kita imani secara
global.

Demikian juga dalam mengimani pekerjaan mereka yang kita ketahui juga melalui nash dan mengimani
sifat-sifat yang kita ketahui berdasarkan nash. Kewajiban kita terhadap para malaikat itu adalah
membenarkan mereka yang mecintai mereka karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang
melaksanakan perintah-Nya, misalnya dalam firman Allah SWT.

"Kepunyaan-Nya-lah segala yang ada di langit dan di bumi. Para malaikat yang di sisi-Nya tiada
mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letif. Mereka selalu bertasbih
malam dan siang tanpa henti." Surah Al-Anbiya 21 ayat 19-20.

Ciri-Ciri dan Sifat-Sifat Malaikat

Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti.

Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat,
dan lainnya.

Selalu takut dan taat kepada Allah.

Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya.

Mempunyai sifat malu.

Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung

Tidak makan dan minum.

Mampu mengubah wujudnya.

Memiliki kekuatan dan kecepatan cahaya.

Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur
dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi
Muhammad S.A.W yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali.

Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika
mereka diciptakan.

Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat,
karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak
memiliki pilihan lain.

Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi
alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan
dan tidak berkeluarga.

Pengertian Haji secara Etimologi haji adalah menyengaja. Sedangkang secara Terminology Haji adalah
suatu amal ibadah yang dilakukan dengan sengaja mengunjungi baitulloh di mekah dengan maksud
beribadah dengan iklas mengharap keridhoaan Allah Swt dengan syarat dan rukun tertentu. Haji
merupakan salah satu rukun islam. Berikut syarat wajib dan syarat sah Haji.

Yang di maksud dengan syarat wajib dan syarat sah haji adalah hal hal yg apabila telah terpenuhi
menyebabkan orang yg berasangkutan wajib menunaikan haji. Syarat sah haji adalah hal hal yg harus
dipenuhi oleh orang yg menunaikan ibadah haji, apabila tidak tidak terpenuhi salah satu syarat sah haji,
maka menjadikan hajinya tidak sah.

Syarat Wajib Haji :

Islam. Ibadah haji hanya wajib dikerjakan oleh orang yg beragama islam.

Baligh. Anak anak dibawah umur belum diwajibkan. Kalaupun di sudah mengerjakan haji, maka hajinya
tetap sah tetapi dikategorikan sebagai haji sunnah.

Berakal sehat.

Merdeka ( tidak menjadi budak ).

Mampu.

Ada mahram ( muhrim ) bagi wanita , bagi wanita harus ada suami atau orang yang mendampinginya.

Syarat Sah Haji :

Haji di nyatakan sah apabila melaksanakannya memenuhi beberapa hal berikut ini.

Dikerjakan sesuai batas batas waktunya, misalnya miqat zamani (batas waktu pemakaman ibrahim), dan
batas waktu wukuf.
Melakukan urutan rukun haji tidak boleh dibalik balik.

Dipenuhi syarat syaratnya, misalnya syarat thowaf dan sa'i.

Dikerjakan di tempat yg telah di tentukan, misalnya tempat wukuf, thawaf, sa'i, melontar jumroh dan
hadir di muzdalifah ataupun bermalam di mina.

Rukun Haji

Yang dimaksud dengan rukun haji adalah perbuatan yg harus dilaksanakan sekama menunaikan ibadah
haji dan apabila ada rukun yg tertinggal, maka ibadah hajinya tidah sah dan tidak dapat di ganti dengan
dam serta wajib mengulangi kembali ibadah hajinya pada tahun yang akan datang. Adapun rukun haji
terdiri atas enam macam, yaitu sebagai berikut.

Ihram, ihram adalah niat mengerjakan haji dengan memakai pakaian ihram dan meninggalkan semua yg
dilarang atau diharamkan dalam haji.

Wukuf di padang arafah, adalah berhenti di padang arafah pada tanggal 9 zulhijah, yg dimulai dari
tergelincirnya matahari (tanggal 9 zulhijah) sampai dengan fahar tanggal 10 zulhijah.

Thawaf, Thawaf memiliki pengertian , mengelilingi ka`bah sebanyak tuju kali dengan syarat syarat
sebagai berikut :

Suci dari hadas dan najis

Menutup aurot

Ka`bah berada di sebelah kiri orang yg thawaf.

Hitungannya di mulai dari rukun hajar aswad.

Thawaf di lakukan di dalam masjidil haram. Adapun macam macam thawaf adalah sebagai berikut :

Thawaf ifadah (thawaf rukun haji).

Thawaf qudum, yaitu thawaf yang di lakukan ketika baru pertama kali datang ke tanah suci dan melihat
ke ka`bah.

Thawaf sunnah, yaitu thawaf yang bisa dilaksanakan kepan saja.

Thawaf madzar, yaitu thawaf yang dinazarkan (dijanjikan).

Thawaf wada, yaitu thawaf yang dikerjakan ketika hendak meninggalkan tanah suci (saat akan pulang).

Sa`i, yaitu berlari lari kecil dari bukit shafa kebukit marwah dan sebaiknya sebanyak tujuh kali. Syarat
syarat sa`i adalah sebagai berikut :

Dimulai dari bukit shafa dan diakhiri di bukit marwah.

Dikerjakan setelah thawaf, baik thawaf qudum maupun thawaf ifadah.


Dikerjakan sebanyak tujuh kali.

Tahalul, yang artinya yaitu bercukur atau memotong sebagian rambut kepala.

Tertib atau Urut.

Wajib Haji

Wajib haji adalah amalan amalan dalam ibadah haji yang wajib dikerjakan, tetapi sahnya haji tidak
tergantung kepadanya. Jika ia ditinggalkan, hajinya tetap sah dengan cara menggantikannya dengan
dam (bayar denda). Wajib haji ada tujuh, yaitu :

Berihram sesuai miqatnya.

Bermalam muzdalifah.

Bermalam(mabit) di mina.

Melontarkan Jumroh aqobah.

Melontarkan jumroh Ula, Wustho dan aqabah.

Menjauhkan diri dari hal hal yang dilarang dalam ihram.

Thawaf wada.

Sunnah Haji

Sunnah haji adalah perbuatan perbuatan yang dianjurkan dilaksanakan oleh orang yang beribadah haji.
Ada beberapa sunnah haji, yaitu sebagai berikut :

Mengerjakan haji dengan cara ifrad.

Membaca talbiyah mulai sejak ihram sampai dengan melempar jumrah aqabah pada tanggal 10 zulhijah.

Membaca doa setelah membaca doa talbiyah.

Thawaf qudum, yaitu thawaf pada saat pertama kali datang di kota mekah al-muqaramah.

Menunaikan sholat sunnah dua rekaat setelah selesai thawaf qudum.

Mencium hajar aswad.

Larangan-Larangan Ibadah Haji

Dalam melaksanakan ibadah haji ada beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar dan apabila
dilanggar akan terkena dam (denda). Larangan larangan yang tidak boleh dilakukan oleh jama`ah haji itu
adalah sebagai berikut :

A.Larangan khusus bagi pria :

Memakai pakaian berjahit selama dalam ihram. Jamaah haji hanya boleh pria hanya boleh memakai kain
putih yang tidak berjahit.
Memakai tutup kepada sawaktu dalam ihram.

Memakai sepatu yang menutupi mata kaki sewaktu dalam masa ihram.

B. Larangan khusus bagi wanita :

Memakai tutup muka.

Memakai sarung tangan.

C. Larangan Bagi Jamaah Pria Dan Wanita :

Memotong dan mencabut kuku.

Memotong atau mencabut rambut kepala, mencabut bulu badan lainnya, menyisir rambut kepala, dan
sebagainya.

Memakai harum haruman pada badan, pakaian maupun rambut kecuali yang dipakai sebelum ihram.

Memburu atau membunuh binatang darat dengan cara apapun ketika dalam ihram.

Mengadakan perkawinan, mengawinkan orang liana atau menjadi wakil dalam akad nikah atau
melamar.

Bercumbu rayu dengan syahwat atau bersenggama. Orang yang melakukan hubungan suami istri
sebelum tahalul maka hajinya batal.

Mencacimaki, mengumpat, bertengkar, mengucapkan kata kata kotor, dll.

Memotong atau menebang pohon atau mencabut segala macam yang tumbuh di tanah suci.

Larangan larangan tersebut harus di perhatikan barang siapa yang melanggarnya maka kepadanya
digunakan dam denda).

Dam (denda) Dalam Haji

Ditinjau dari segi etimologi, dan artinya yaitu darah, sedangkan menurut terminology dan artinya adalah
mengalirkan darah atau menyembelih hewan terrnak sebagai tebusan atas pelanggaran yang dilakukan.

Macam - Macam Haji Dan Perbedaannya

Di dalam melaksanakan haji terdapat 3 macam cara di dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut :

Haji Ifrad, haji ifrad adalah haji yang dikerjakan dengan cara melaksanakan haji terlebih dahulu,
kemudian baru melaksanakan umroh, jadi dalam hal ini kita dua kali melakukan ihram, yaitu dari miqat
untuk haji dan ihram lagi dari miqat untuk umrah serta melaksanakan seluruh pekerjaan umrah. Semua
ini dekerjakan setelah ibadah haji.

Haji Tammatu`, adalah cara melaksanakan haji dengan mengerjakan umrah terlebih dahu pada bulan
bulan haji dan setelah selesai barulah mengerjakan haji.
Haji Qiran, adalah mengerjakan ibadah haji dan umroh secara bersama sama, jadi dalm hal ini
melakukan ihram dari miqat dengan niat untuk haji sekaligus umroh.

Tata Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji

Tata urutan haji dapat dikemukakan sebagai berikut :

Ihram.

Wukuf di arafah.

Mabit di Muzdalifah.

Melontarkan jumroh aqobah.

Thawaf Ifadah.

Mengerjakan sa`i.

Tahallul.

Bermalam (mabit) di Mina.

Thawaf Wadaa`.

Umrah

1. Pengetian dan hukum umrah.

menurut bahasa umrah berarti ziarah atau berkunjung. Sedangkan menurut istilah umrah adalah
melakukan ziarah ke Baitulloh (ka`bah) di tanah suci dengan niat karena Allah Swat dengan syarat dan
rukun tertentu. Melaksanakan umrah hukumnya adalah sunnah. Firman Allah Swt yang artinya
"sempurnakan lah olehmu haji dan umrah karena Allah." (QS. Al- Baqarah).

2. Syarat, Rukun, dan Wajib Umrah

Syarat umrah ada dua yaitu syarat wajib dan syarat sah.

Syarat Wajib Umrah

Islam

Balig

Berakal sehat

Merdeka

Mampu.

Syarat Sah Umrah

Islam.
Balig.

Berakal.

Merdeka.

Rukun dan Wajib Umrah

Rukun Umrah da lima macam yaitu sebagai berikut.

Ihram.

Thawaf yaitu mengelilingi ka`bah 7 kali dengan niat thawaf umrah.

Sa`i.

Tahalul.

Tertib.

Wajib Umrah

Ihram di Miqat.

Meninggalkan segala larangan umrah sebagaimana larangan haji.

3. Tata Urutan Pelaksanaan Umrah

Ibadah umrah ialah merupakan rangkaian kegiatan ibadah haji, umrah sering disebut haji kecil,
sedangkan haji disebut dengan haji arafah. Adapun tata urutan mengerjakan umrah sebagai berikut.

Ihram disertai niat umrah di dalam hati, semata mata mengharapkan ridha Allah Swt.

Kemudian maasuk kedalam masjidil haram untuk melakukan thawaf sebanyak 7 kali (sama seperti pada
haji).

Selesai thawaf dilanjutkan sa`i antara bukit safa dan bukit marwah.

Selesai sa`i kemudian tahalul dan seterusnya seperti pada pelaksanaan haji.

4. Miqat Umrah

Seperti halnya dalam ibadah haji, maka dalam ibadah umrah pun terdapat iqat mukani yang pada
prinsipnya sam dengan miqat haji, untuk zamani umrah tidak ada (sepanjang masa).

5. Larangan Dalam Ibadah Umrah

Larangan dalam ibadah umrah sama dengan larangan larangan dalam ibadah haji.
Berdasarkan bahasa zakat diartikan dalam tiga bentuk, yaitu An-Nama, Ath-Thaharah, dan Ash-Sholahu.
An-Nama atau tumbuh dan berkembang memiliki arti bahwa mengeluarkan zakat tidak akan
mengurangi harta yang dimiliki, namun dengan kuasa Allah SWT harta tersebut akan tumbuh dan
berkembang.

Sedangkan arti dari Ath-Thaharah adalah suci. Maksudnya apabila seorang muslim mengeluarkan zakat
atas hartanya maka hal tersebut akan membersihkan atau mensucikan jiwanya dari sifat buruk.

Dan yang terakhir yaitu arti dari Ash-Sholahu yang berarti baik. Maksudnya adalah dengan berzakat
harta kita akan menjadi baik dan juga memperbaiki kualitas harta sehingga akan lebih berguna untuk
dunia dan akhirat.

Lalu apakah arti dari zakat menurut istilah. Secara syara’ atau kata lain dari istilah zakat merupakan
sebuah ibadah wajib bagi umat muslim dengan memberikan sejumlah harta kekayaan dengan nominal
tertentu kepada orang yang berhak menerimanya sesuai dengan aturan hukum/syariat Islam.

Pentingnya Zakat

Zakat dalam konsep ajaran Islam yang dilakukan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul bahwa harta
yang dimiliki oleh tiap orang di dunia ini merupakan amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan memiliki
fungsi sosial. Oleh karena itu zakat merupakan kewajiban bagi umat muslim. Dengan berzakat kita bisa
membantu sesama dan memperbaiki hidup orang lain.

Macam-Macam Zakat

Menurut Islam, Zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat fitrah / nafs dan zakat mal/harta.

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah memiliki fungsi untuk mengembalikan umat muslim kepada fitrahnya dengan mensucikan
jiwa dari dosa akibat dari pergaulan dan sebagainya. Itulah mengapa zakat tersebut dinamakan zakat
fitrah.

Zakat fitrah dilakukan dengan cara memberikan bahan makanan pokok atau makanan pokok daerah
tertentu yang berbeda dari daerah lainnya. Seperti misalnya beras, jagung, tepung, atau bahan-bahan
lainnya.
Melakukan zakat fitrah hukumnya adalah wajib seusai bulan Ramadhan, sebelum melakukan shalat id.
Apabila dilakukan setelah melakukan Shalad Id maka bukan lagi zakat fitrah namanya, melainkan
sedekah.

Membayarkan zakat fitrah adalah dengan memberikan 2.5 kg beras atau 3.2 liter beras kepada kaum
yang berhak menerimanya.

Lalu siapakah yang berhak menerima zakat? Hal tersebut akan dibahas di akhir artikel ini.

2. Zakat Maal

Pengertian dari zakat maal adalah zakat yang dikenakan atas suatu harta atau maal yang dimiliki oleh
seseorang atau badan hukum atau lembaga dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya.

Maal atau harta menurut bahasa memiliki arti segala sesuatu yang diinginkan oleh seluruh manusia
untuk dimiliki dan disimpan. Namun menurut hukum Islam, maal atau harta berarti segala hal yang
dimiliki oleh manusia dan bisa digunakan untuk memberikan manfaat menurut kebiasaan.

Terdapat dua syarat apa saja yang bisa dikatakan sebagai mall atau harta tadi, syarat tersebut adalah :

Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun atau dikuasai.

Benda tersebut dapat diambil manfaatnya sesuai dengan fungsinya, seperti mobil, rumah, uang, emas,
perak dan yang lainnya.

Golongan Penerima Zakat

Seperti yang sudah dikatakan pada penjelasan Zakat fitrah bahwa bagian terakhir adalah menjelaskan
mengenai siapa saja yang berhak menerima zakat fitrah atau zakat maal. golongan tersebut terbagi
menjadi 8 golongan.

Baca Juga Media Untuk Proses Masuknya Islam Ke Indonesia

1. Golongan Fakir
Golongan fakir dalam berzakat adalah orang yang tidak memiliki apa-apa sehingga sangat kesulitan
untuk memenuhi biaya hidup atau kebutuhan pokok hidupnya.

2. Golongan Miskin

Golongan miskin merupakan golongan yang memiliki harta, namun walau memiliki harta mereka tetap
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer untuk menjalankan hidup.

3. Golongan Amil

Pengertian amil adalah orang-orang mulia yang memiliki tugas untuk membagikan dan juga
mengumpulkan zakat.

4. Golongan Mu’allaf

Golongan mu’allaf merupakan orang-orang yang menerima hidayah dari Allah SWT untuk berpindah
keyakinan ke Islam. Golongan ini tentu saja membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan dirinya dengan
Islam dan juga butuh untuk diperkenalkan dengan zakat.

5. Golongan Hamba Sahaya

Golongan ini merupakan golongan orang-orang yang ingin memerdekakan dirinya.

6. Golongan Gharimin

Merupakan golongan dimana mereka memiliki utang akan suatu yang halal, namun sayangnya mereka
tidak bisa melunasi atau memenuhi utangnya tersebut.

7. Golongan Fisabilillah

Golongan ini berisikan orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT.

8. Golongan Ibnu Sabil

Golongan yang terakhir adalah golongan Ibnu Sabil. Merupakan orang yang merantau dan kesulitan
dalam hal biaya ketika melakukan perjalanan.
Menurut bahasa, kata wakaf berasal dari bahasa Arab, yaitu Waqafa yang artinya menahan atau
berhenti atau berdiam di tempat atau tetap berdiri.

Menurut istilah Fiqih, wakaf adalah memindahkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan yang
memberi manfaat bagi masyarakat (Mujieb, 2002:414).

Wakaf menurut hukum Islam dapat juga berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya
kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik berupa perorangan maupun berupa badan pengelola
dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syari’at
Islam (M. Zein, 2004:425).

Tujuan Wakaf

Wakaf merupakan amalan yang berdasarkan ketentuan agama dengan tujuan taqarrub kepada Allah
SWT untuk mendapatkan kebaikan dan ridha-Nya. Mewakafkan harta benda jauh lebih utama dan lebih
besar pahalanya daripada bersedekah biasa, karena sifatnya kekal dan manfaatnya pun lebih besar.
Pahalanya akan terus mengalir kepada wakifnya meskipun dia telah meninggal.

Tujuan wakaf berdasarkan hadits yang berasal dari Ibnu Umar ra. dapat dipahami ada dua macam yakni:

1. Untuk mencari keridhaan Allah SWT

2. Untuk kepentingan masyarakat

Wakaf : Pengertian, Tujuan, Dasar Hukum, Syarat, Macam, Fungsi

Hukum dan Keistimewaan Wakaf

Hukum wakaf seperti amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya, orang yang berwakaf bukan hanya
berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala dan manfaatnya terhadap orang yang berwakaf.
Pahala yang diterimanya akan terus mengalir selama harta atau barang yang diwakafkan tersebut masih
digunakan dan bermanfaat. Hukum wakaf adalah sunah. Ditegaskan dalam hadits:

َ َ‫ع َملُ ْهُ اِنق‬


‫ط َْع ا َد َْم ابنَْ َماتَْ اِذَا‬ َ ‫لا‬
ْ ِ‫ ثَالَثْ مِ نْ ا‬: ْ‫ص َدقَة‬ ِ ‫صالِحْ َولَ ِْد اَوْ ِب ِْه َينتَفَ ُْع عِلمْ اَوْ َج‬
َ ْ‫ار َية‬ َ ُ ‫)مسلم رواه( َيدعُولَ ْه‬
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam),
yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atu anak shaleh yang
mendoakannya.” (HR Muslim)

Di antara keistimewaan wakaf dibandingkan dengan sedekah dan hibah antara lain :

1. Terus-menerusnya pahala yang akan mengalir. Ini adalah tujuan wakaf dilihat dari sisi wakif (yang
mewakafkan).

2. Terus-menerusnya manfaat dalam berbagai jenis kebaikan dan tidak terputus dengan sebab
berpindahnya kepemilikan. Ini adalah tujuan wakaf dilihat dari kemanfaatannya bagi kaum muslimin.

Dasar Hukum Wakaf

Disyariatkannya wakaf di antaranya ditunjukkan oleh dalil-dalil sebagai berikut.

1. Dalil dari al-Qur’an

Allah berfirman: Kalian sekali-kali tidak akan menggapai kebaikan kecuali kalian mau menginfaqkan
harta-benda yang kalian cintai. (Q.S. Ali Imran: 92).

Aspek pendalilannya adalah: Kebaikan akan tergapai dengan wakaf. Hal ini berdasarkan riwayat bahwa
Abu Thalhah, ketika beliau mendengar ayat tersebut, beliau bergegas untuk mewakafkan sebagian harta
yang ia cintai, yaitu Beirha, sebuah kebun yang terkenal. Maka, ayat tersebut menjadi dalil atas
disyariatkannya wakaf.

2. Dalil dari al-Hadits

Asy-Syaikh Muhammad ibn Shalih al-’Utsaimin Rahimahullah mengatakan, “Yang menjadi pijakan dalam
masalah ini (wakaf) adalah bahwasanya Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab RA. memiliki tanah di
Khaibar. Tanah tersebut adalah harta paling berharga yang beliau miliki. Beliau pun datang menemui
Rasulullah SAW untuk meminta pendapat Rasulullah SAW tentang apa yang seharusnya dilakukan
(dengan tanah tersebut) - karena para sahabat adalah orang-orang yang senantiasa menginfakkan harta
yang paling mereka sukai. Rasulullah SAW memberikan petunjuk kepada beliau untuk mewakafkannya
dan mengatakan,
ْ‫أَصلَ َها َحبَستَْ شِئتَْ إِن‬، َْ‫ص َدقت‬
َ َ ‫بِ َها َوت‬

“Jika engkau mau, engkau tahan harta tersebut dan engkau sedekahkan hasilnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Ini adalah wakaf pertama dalam Islam. Cara seperti ini tidak dikenal di masa jahiliah.”

Disyariatkannya wakaf juga ditunjukkan oleh hadits:

‫سانُْ َماتَْ إِذَا‬


َ ‫اإلن‬
ِ ‫ط َْع‬ َ ُ‫ع َملُ ْه‬
َ َ‫عن ْهُ اِنق‬ َ ‫لا‬
ْ ِ‫لا ثَالَثْ مِ نْ إ‬
ْ ِ‫ص َدقَةْ مِ نْ إ‬ ِ ‫ َج‬، ْ‫بِ ِْه يُنتَفَ ُْع عِلمْ أَو‬، ْ‫الح َولَدْ أَو‬
َ ْ‫اريَة‬ ِْ ‫ص‬َ ْ‫لَ ْه ُ يَدعُو‬

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputus darinya amalnya kecuali dari tiga hal (yaitu): dari
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu, al-Imam an-Nawawi t berkata terkait dengan hadits ini, “Di dalam hadits ini ada dalil
yang menunjukkan tentang benar/sahnya wakaf dan besarnya pahalanya.” (al-Minhaj, Syarh Shahih
Muslim)

3. Ijma’

Sebagaimana diisyaratkan oleh Imam Tirmidzi ketika menjelaskan hadits Umar Radhiyallaahu ‘anhu
tentang wakaf.

Beliau berkata, “Ini adalah hadits hasan sahih”. Para ulama dari kalangan para sahabat Rasulullah SAW
dan yang lainnya telah mengamalkan hadits ini. Di samping itu, kami tidak menjumpai adanya
perbedaan pendapat di kalangan orang-orang yang terdahulu di antara mereka tentang dibolehkannya
mewakafkan tanah dan yang lainnya.” (Jami’ al-Imam at-Tirmidzi)

Rukun dan Syarat Wakaf


Menurut jumhur ulama dari mazhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali, mereka sepakat bahwa rukun wakaf ada
empat, yaitu:

1. Wakif (orang yang berwakaf)

a. Syarat seorang wakif yaitu :

b. Orang yang berakal dan dewasa pemikirannya (rasyid).

c. Sudah berusia baligh dan bisa bertransaksi.

d. Orang yang merdeka (bukan budak).

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan menyebutkan dalam Mulakhas Fiqhi, “Disyaratkan bagi orang yang wakaf, ia
adalah orang yang transaksinya diterima (bisa menggunakan harta), yaitu dalam keadaan sudah baligh,
merdeka, dan dewasa pemikirannya (rasyid). Maka dari itu, tidak sah wakaf yang dilakukan oleh anak
yang masih kecil, orang yang idiot, dan budak.” (al-Mulakhash)

2. Mauquf ‘alaih (orang yang menerima wakaf)

Jika wakaf ditujukan untuk kepentingan umum, maka deemi terjaganya kelangsungan dan manfaat,
maka pengelolaan wakaf diserahkan kepada seorang nazir. Adapun kriteria seorang nazir adalah :

a. Berakal sehat

b. Dewasa

c. Amanah

d. Memahami cara mengelola harta waqaf.

e. Cakap

3. Mauquf (harta yang diwakafkan)


Hal yang perlu diperhatikan tentang harta yang akan diwakafkan antara lain:

a. Harta yang diwakafkan telah diketahui dan ditentukan bendanya.

Sesuatu yang diwakafkan harus sudah jelas dan ditetapkan. Bukan sesuatu yang belum jelas bendanya,
karena kalau demikian, tidak sah wakafnya.

Contoh : Seseorang mengatakan, “Saya wakafkan salah satu rumah saya.”

Wakaf seperti ini tidak sah, karena rumah yang dia wakafkan belum ditentukan, kecuali kalau
mewakafkan sesuatu yang belum ditentukan namun dari benda yang sama jenis dan keadaannya.

Pendapat yang benar dalam masalah ini adalah jika keadaan benda tersebut sama, maka wakafnya sah.
Contohnya, seseorang memiliki dua rumah yang sama dari segala sisinya. Kemudian dia mengatakan,
“Saya wakafkan salah satu rumah saya kepada fulan.” Yang demikian ini tidak mengapa….”

b. Benda tersebut adalah milik orang yang mewakafkan

Tidak diperbolehkan mewakafkan harta yang sedang dijadikan jaminan hutang atau digadaikan kepada
pihak lain.

c. Harta yang diwakafkan adalah benda yang bisa terus dimanfaatkan dengan tetap masih ada wujud
bendanya.

4. Sighat (pernyataan wakif untuk mewakafkan harta bendanya).

Adapun lafadz yang dengannya wakaf akan teranggap sah, para ulama membaginya menjadi dua bagian:

1. Lafadz yang sharih, yaitu lafadz yang dengan jelas menunjukkan wakaf dan tidak mengandung makna
lain. Contoh : “Saya wakafkan tanah ini ........”

2. Lafadz kinayah, yaitu lafadz yang mengandung makna wakaf meskipun tidak secara langsung dan
memiliki makna lainnya, namun dengan tanda-tanda yang mengiringinya menjadi bermakna wakaf.
Contoh : “Saya sadaqahkan untuk dibangun ........”
Unsur-unsur Wakaf menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Menurut pasal 6 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur
wakaf sebagai berikut:

1. Wakif

2. Nadzir (orang / badan pengelola wakaf)

3. Harta Benda Wakaf

4. Ikrar Wakaf

5. Peruntukkan Harta Benda Wakaf

6. Jangka Waktu Wakaf

Bagaimana seseorang telah dianggap sah telah berwakaf?

Wakaf akan terjadi atau teranggap sah dengan salah satu dari dua cara berikut.

1. Ucapan yang menunjukkan wakaf, seperti, “Saya wakafkan bangunan ini,” atau, “Saya jadikan tempat
ini sebagai masjid.”

2. Perbuatan yang menunjukkan wakaf, seperti menjadikan rumahnya sebagai masjid dengan cara
mengizinkan kaum muslimin secara umum untuk shalat di dalamnya; atau menjadikan tanahnya
menjadi permakaman dan membolehkan setiap orang mengubur jenazah di tempat tersebut.

Ketika seseorang membangun masjid dan mengatakan kepada orang-orang secara umum (disertai niat
berwakaf), “Shalatlah di tempat ini!”, berarti dia telah mewakafkan tempat tersebut meskipun dia tidak
mengucapkan, “Saya wakafkan tempat ini untuk masjid.”

Macam-macam Wakaf

Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batasan waktunya dan penggunaan
barangnya.

a. Macam-Macam wakaf berdasarkan tujuan


Wakaf berdasarkan tujuan ada tiga macam, yaitu:

1. Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi), yaitu wakaf yang bertujuan untuk kepentingan
umum

2. Wakaf keluarga (dzurri), yaitu wakaf yang bertujuan untuk memberi manfaat kepada wakif,
keluarganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat kaya atau miskin, sakit atau sehat
dan tua atau muda. Seperti telah kita ketahui sedekah terbaik adalah sedekah kepada kerabat /
keluarga.

3. Wakaf gabungan (musytarak), yaitu wakaf bertujuan untuk kepentingan umum dan keluarga secara
bersamaan.

b. Macam-Macam wakaf berdasarkan batasan waktunya

Wakaf berdasarkan batasan waktunya terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Wakaf abadi yaitu apabila barang yang diwakafkan bersifat abadi, seperti tanah dan tanah beserta
bangunan, atau barang bergerak yang ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif, dimana
sebagian hasilnya untuk disalurkan sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk biaya perawatan
wakaf dan mengganati kerusakannya.

2. Wakaf Sementara yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang yang mudah rusak ketika
dipergunakan tanpa memberi syarat untuk mengganti bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa
dikarenakan oleh keinginan wakif yang memberi batasan waktu ketika mewakafkan barangnya.

c. Macam-Macam wakaf berdasarkan penggunaannya

Wakaf berdasarkan penggunaanya dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Wakaf langsung yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk mencapai tujuannya seperti
mesjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, rumah sakit untuk mengobati orang sakit
dan sebagainya.
2. Wakaf Produktif yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk kegiatan produksi dan hasilnya
diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.

Fungsi Wakaf

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 5 dijelaskan bahwa fungsi wakaf adalah
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk
memajukan kesejahteraan umum.

Fungsi wakaf itu terbagi menjadi empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi Ekonomi. Salah satu aspek yang terpenting dari wakaf adalah keadaan sebagai suatu sistem
transfer kekayaan yang efektif.

2. Fungsi Sosial. Apabila wakaf diurus dan dilaksanakan dengan baik, berbagai kekurangan akan
fasilitas dalam masyarakat akan lebih mudah teratasi.

3. Fungsi Ibadah. Wakaf merupakan satu bagian ibadah dalam pelaksanaan perintah Allah SWT, serta
dalam memperkokoh hubungan dengan-Nya.

4. Fungsi Akhlaq. Wakaf akan menumbuhkan ahlak yang baik, dimana setiap orang rela mengorbankan
apa yang paling dicintainya untuk suatu tujuan yang lebih tinggi dari pada kepentingan pribadinya

You might also like