You are on page 1of 15

JENIS-JENIS KESALAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Analisi Kesalahan Berbahasa
Dosen Pengampu: Sundawati Tisnasari, S.S., M.Pd.

Kelompok 3
Disusun oleh:
1. Dewi Prastika (2222160060)

2. Gita Sentanari Br. Pinem (2222160064)

3. Ferdianti Fitri Asih (2222160070)

6B

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat meyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini berisi tentang Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa.

Adapun maksud penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas


kelompok Analisis Kesalahan Berbahasa. Makalah ini dapat terselesaikan berkat
bantuan berbagai pihak untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu kami baik dosen pengampu mata
kuliah ini, teman-teman, dan pihak lainnya yang ikut berkontribusi.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan, pengalaman bagi pembacanya dan dapat dijadikan acuan dalam
penelitian lanjutan. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam penyusunan makalah ini dan jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami juga
berharap kritik dan saran untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi
kedepannya.

Serang, 19 Februari 2019

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Jenis-Jenis Kesalahan.......................................................................................3-12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................13

A. SIMPULAN.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak-gerik manusia sebagai makhluk sosial. Dalam berbahasa baik secara
lisan maupun tulisan seringkali banyak penyampaian yang kurang tepat sehingga
menyebabkan kesalahan informasi yang diterima ataupun ketidak pahaman penerima
informasi memahami apa yang disampaikan.
Sering sekali kita tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan
kaidah atau EBI, hal ini dapat terjadi karena ketidak tahuan maupun kebiasaan berbahasa.
Yang kita ketahui perbedaan B1 dan B2 pada peserta didik dapat menyebabkan terjadinya
kesulitan dalam berbahasa dan pada akhirnya terjadi kesalahan dalam berbahasa. Sebagai
contoh peserta didik yang bahasa ibunya menggunakan bahasa Jawa, kemudian ia sekolah
yang bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kedua, pastilah ada kesulitan dan
kesalahan dalam memahami bahkan kesalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia.
Kesalahan adalah penyimpangan-penyimpangan yang bersifat sistematis yang
dilakukan si terdidik ketika ia menggunakan bahasa. Kesalahan yang bersifat sistematis
berhubungan dengan kompetensi. Faktor kompetensi inilah yang merupakan kesalahan
yang disebabkan peserta didik belum memahami kaidah bahasa yang digunakannnya.
Kesalahan berbahasa akan sering terjadi apabila pemahaman siswa tentang sistm bahasa
kurang. Kesalahan berbahasa dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Maka dari
itu, kelompok kami ingin memberikan informasi, wawasan dan pengetahuan tentang
“Jenis-jenis Kesalahan dalam berbahasa”, agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam
bahasa yang mereka gunakan sudah benar atau belum, dan dapat memperbaiki bahasanya.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa saja Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai ialah untuk mengetahui
dan memahami jenis-jenis kesalahan berbahasa.

BAB II

PEMBAHASAN

1
A. Jenis-Jenis Kesalahan

Kesalahan adalah penyimpangan-penyimpangan yang bersifat sistematis yang


dilakukan si terdidik ketika ia menggunakan Bahasa. Kesalahan yang bersifat sistematis
berhubungan dengan kompetensi.

Kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak semuanya dapat dikategorikan
pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi. Disadari pula bahwa pada mulanya
analisis kesalahan hanya digunakan untuk bahasa Inggris sebagai bahasa kedua yang
diajarkan di negara-negara di dunia ini. Guru bahasa Inggris yang mengajar si terdidik yang
berlatar belakang bahasa bukan bahasa Inggris menjumpai banyak kesulitan dan menemui
bahwa si terdidik yang mempelajari bahasa Inggris tersebut membuat kesalahan. Salah satu
usaha untuk mendeskripsi kesalahan ini, ialah menerapkan analisis kesalahan.

Timbul pertanyaan, apakah analisis kesalahan dapat diterapkan di dalam bahasa


Indonesia? Jawabannya, dapat. Alasan utamanya karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
kedua bagi hampir semua si terdidik di Indonesia. Memang disadari sistem bahasa Indonesia
sangat berbeda dengan sistem bahasa Inggris, namun teori-teori yang digunakan untuk
menganalisis kesalahan dalam penggunaan bahasa Inggris dapat dipertimbangkan untuk
menganalisis kesalahan berbahasa Indonesia. Sudah tentu perlu diadakan penyesuaian-
penyesuaian. Itu sebabnya jenis kesalahan yang akan diuraikan lebih dihubungkan dengan
kenyataan di dalam bahasa Indonesia. Konsep jenis kesalahan itu sendiri telah dikembangkan
dan diberikan contoh-contoh dalam bahasa Indonesia atau bahasa ibu penulis. Diharapkan
dengan mengetahui jenis kesalahan ini, guru dapat menganalisisnya sendiri terhadap data
yang diperolehnya dari si terdidik.

1. Kesalahan Acuan
Di dalam bidang makna, disinggung pula apa yang disebut makna acuan (lihat Pateda,
1986). Dalam kaitannya dengan jenis kesalahan, terdapat pula istilah kesalahan acuan
‘referential errors’. Corder (dalam Allen dan Corder, Ed. 1974: 123) mengatakan :
“..where the speaker uses a term with the intention of referring to some feature of the
world to which it is conventionally inapplicable’.
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi apa yang diambil, dibawa, ditunjuk,
dibayangkan, tidak sesuai dengan acuan yang dimaksud oleh pembicara. Misalnya kita
menyuruh seseorang, “Bawalah kursi kuliah”, lalu yang dibawa hanya kursi biasa. Pada
kesempatan lain kita menyuruh seorang anak, “Pergilah kau ke pasar, belilah bawang
putih”. Setelah berapa lama anak tadi kembali, dan berkata , “Ini kak” (sambal

2
menyerahkan apa yang dibelinya). Serta merta timbul kejengkelan, sebab yang dibeli
bukan bawang putih melainkan bawang merah. Benda yang diacu tidak sesuai dengan
yang dikehendaki.
Pada kalimat, “Pergilah kau ke pasar, belilah bawang putih”, yang kemudian
kenyataannya hanya bawang merah, tidak dapat kita menyalahkan anak itu, karena
barangkali perintah yang diberikan tidak terlalu jelas bagi anak. Dalam kaitan ini
penerimaan pesan, kurang tepat.
Kesalahan acuan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada kesempatan
tertentu kita meminta ini, yang dibawa itu, kita meminta dibelikan celana panjang yang
dibeli celana pendek. Singkatnya, kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda,
proses, atau peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau
penulis. Untuk menghindari agar kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan yang kita
sampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Misalnya, kalua kita
mengatakan kursi kuliah akan berbeda realisasinya kalua kita hanya mengatakan kursi,
karena kata kursi bersifat umum. Dapat kita katakana, makin khusus yang dikatakan
makin terang pesan yang kita sampaikan dan makin kecil kesalahan yang dibuat oleh si
pendengar.

2. Kesalahan Register
Istilah register sebenarnya dapat kita temui dalam bidang sosiolinguistik. Wlkins
(1972: 137) berkata: “… it is supposed that there are distinct varities of language
associated with people’s occupations and to these the name “register” has been given”.
Mackey (1965: 45) berkata: “register is a term employed by some linguists to indicate the
uses to which a language is put occupational, emotive, informative”.
Memahami kutipan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa register berhubungan
dengan variasi yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Dengan demikian kesalahan
register, ‘register errors’ adalah kesalahan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan
seseorang.
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata operasi. Bagi seorang dokter, kata operasi
selalu dihubungkan dengan usaha menyelamatkan nyawa seseorang dengan jalan
membedah tubuh atau bagian tubuh. Misalnya, kita dengar dari kalimat dokter berbunyi,
“operasi usus buntu anak Bapak, Insya Allah akan dilaksanakan besok”. Terdengar
pula kalimat, “Operasi jantung Pak Koko berjalan lancer”. Bagi seorang petugas
pemerintah, kata operasi biasanya dihubungkan dengan pemungutan pajak, penertiban
keamanan, ajakan membersihkan selokan sehingga muncul kalimat, “Operasi IPEDA
akan dilaksanakan hari Jumat”. Ada pula kalimat, “Operasi pembersihan sampai

3
berhasil dengan baik karena ada partisipasi para pegawai”. Bagi seorang militer, kata
operasi selalu dikaitkan dengan usaha penumpasan musuh sehingga muncullah kalimat,
“Operasi kami ke lambung pertahanan musuh berhasil baik”.
Melihat contoh penggunaan kata operasi, terdapat perbedaan daerah pengertian yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang. Dari contoh yang dikemukakan, terdapat jenis
pekerjaan yakni dokter, petugas pemerintahan, dan militer. Penggunaan kata operasi dalam
kalimat-kalimat itu tidak salah. Tetapi kalau kita berkata, “Para dokter melaksanakan
operasi penagihan IPEDA”, tentu tidak terlalu tepat, karena operasi penagihan IPEDA
lumrah dilaksanakan oleh petugas pemerintahan. Demikian pula kalau si terdidik
mengatakan, “Prajurit itu sedang melaksanakan operasi jantung temannya”, tentu
tidak terlalu tepat, karena operasi jantung semestinya dilaksanakan oleh seorang dokter
(bahkan oleh seorang dokter spesialis bedah jantung). Untuk kalimat, “Prajurit sedang
melaksanakan operasi jantung temannya”, lebih tepat kalau dikatakan saja, “Prajurit
sedang menolong temannya yang sakit”.

3. Kesalahan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri. Dalam kenyataan
seperti itu, ia harus berkomunikasi dengan orang lain. Dalam sosiolinguistik dikenal
variasi bahasa yang dikaitkan dengan latar belakang sosial pembicara dan pendengar. Yang
dimaksud dengan latar belakang sosial disini, misalnya yang berhubungan dengan jenis
kelamin, pendidikan, umur, tempat tinggal, dan jabatan. Latar belakang sosial ini
mengharuskan kita untuk pandai-pandai memilih kata kalimat yang sesuai dengan latar
belakang orang yang diajak bicara. Kesalahan memilih kata yang dikaitkan dengan status
sosial orang yang diajak berbicara menimbulkan kesalahan yang disebut kesalahan sosial.
‘social errors’. Corder (dalam Allen dan Corder,1974: 123) berkata : social errors, where
he selects forms which are inappropriate to his social relations with his hearer…”
Misalnya, kalau seorang terdidik berkata kepada guru, “Pak kemarin aku mendapat
hadiah baju baru dari ayah”, tentu penggunaan kata aku tidak tepat karena anak tersebut
berkata kepada guru. Kata aku tidak digunakan kepada orang yang status sosialnya lebih
tinggi dari orang yang berbicara (pembicara). Kalimat yang berbunyi, “Kepala kampung
A mampus kemarin”, tentu kurang enak didengar, karena kata mampus tidak sepantasnya
digunakan kepada orang yang mempunyai status sosial seperti kepala kampung. Meskipun
kata mampus bersinonim dengan kata meninggal atau wafat, tetapi penggunaannya
berbeda.

4
Dalam kaitan ini guru harus pandai-pandai mengoreksi kata yang digunakan si
terdidik. Di sini tentu kita berhadapan dengan bidang makna, penggunaan serta pemilihan
kata yang berkaitan dengan status sosial lawan bicara.
4. KESALAHAN TEKSTUAL

Kesalahan tekstual, ‘textual errors’ muncul sebagai akibat salah menafsirkan pesan
yang tersirat dalam kalimat atau wacana. Corder (dalam Allen dan Corder. Ed. 1974:
123) berkata;

“when the speakers does not select the structurally correct from to show the intended
relation between two sentences in a discource...”

Jelas di sini bahwa kesalahan tekstual mengacu pada jenis kesalahan yang disebabkan
oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau wacana yang kita dengar atau yang kita
baca. Misalnya kalimat, “Anak dokter Ahmad Ali sakit”, memperlihatkan berbagai
kemungkinan tafsiran. Seandainya yang saya maksud hanya ada dua orang yang sakit dan
sahabat saya berpendapat bahwa ada empat orang yang sakit, maka tafsiran sahabat saya
itu dapat digolongkan ke dalam kesalahan tekstual.

Pendapat sahabat saya itu sebenarnya tidak salah karena, tidak ada penanda untuk
menunjukkan makna yang tersirat pada kalimat itu. Dalam kehidupan sehari-hari
kesalahan tekstual selalu muncul. Hal yang sama sering terjadi apabila ada instruksi atau
edaran dari Jakarta yang disalah tafsirkan oleh oknum pejabat di daerah. Itu sebabnya
petugas di Jakarta menyuruh petugas tertentu untuk memantau isi edaran atau instruksi
yang seharusnya dilaksanakan.

5. KESALAHAN PENERIMAAN

Kesalahan penerimaan, ‘receptive errors’, biasanya berhubungan dengan keterampilan


menyimak atau membaca.

Dihubungkan dengan menyimak kesalahan penerimaan disebabkan oleh, (i) pendengar


yang kurang memperhatikan pesan yang disampaikan oleh pembicara, (ii) alat dengar
pendengar, (iii) suasana hati pendengar, (iv) lingkungan pendengar, misalnya kebisingan,
ribut, (v) ujaran yang disampaikan tidak jelas, (vi) kata atau kalimat yang digunakan
pembicara mempunyai makna ganda, (vii) antara pembicara dan pendengar tidak saling
mengerti, (viii) terlalu banyak pesan yang disampaikan sehingga sulit diingat oleh si
pendengar.

5
Contoh, seorang ibu menyuruh kemenakannya dan berkata, “Dululah, pergilah ke
pasar, belilah ikan, mujair, sayur, kangkung, rempah-rempah dan lombok”.
Kemenakan yang disuruh segera kembali, tetapi yang ia beli tidak sesuai dengan apa yang
disuruhkan kepadanya. Kenyataan ini memperlihatkan adanya kesalahan penerimaan yang
barangkali disebabkan oleh banyaknya pesan yang disampaikan. Kesalahan penerimaan
kadang-kadang mencelakakan orang lain.

6. KESALAHAN PENGUNGKAPAN

Kesalahan pengungkapan, ‘expressive errors’ berkaitan dengan pembicara. Pembicara


atau penulis salah mengungkapkan atau menyampaikan apa yang dipikirkannya, yang
dirasakannya atau yang diinginkannya. Misalnya petugas bandar udara mengucapkan
fifteen, padahal yang dimaksud fifty. Akibat salah pengungkapan itu kapten kapal (Pilot)
segera menukikkan pesawatnya dan tentu saja kecelakaan tak dapat dihindari.

Di dalam sidang-sidang apakah yang namanya rapat atau diskusi sering kita dengar
seorang pembicara mengatakan, “Pendapat saya identil dengan pendapat Bapak itu”.
Sering juga kita dengar orang berkata, “Mereka melakukan peninjauan on de pot”,
padahal yang dimaksudkan on the spot, kata intruksi untuk instruksi.

Akibat salah mengungkapkan pasti banyak, dan salah satunya telah diberikan contohnya di
atas. Dalam kaitan ini, guru harus segera memperbaikinya kalau hal itu ia jumpai dalam
praktek bahasa si terdidik.

7. KESALAHAN PERORANGAN

Kesalahan perorangan, ‘errors of individuals’, jelas menggambarkan yang dibuat oleh


seseorang di antara kawan-kawannya sekelas. Kalau kita mengajar, pelajaran yang kita
berikan tentunya ditujukan untuk sekelompok terdidik yang terdapat di dalam sebuah
kelas, namun yang belajar sesungguhnya individu-individu itu sendiri.

Kalau kita memberikan tugas kepada mereka, katakanlah menulis, hasilnya tentu
harus kita periksa. Ketika kita memeriksa, kita dapat memisahkan kesalahan yang
bersifatnya perorangan dan yang sifatnya kelompok, bahkan yang sifatnya klasikal.
Misalnya, semuanya menulis huruf kapital di awal kalimat dan hanya seorang yang tidak.
Kesalahan seperti ini kita sebut kesalahan perorangan. Memperbaiki kesalahan perorangan

6
tentu bersifat perorangan pula. Sebagai seorang guru, kita bergembira karena hanya
seorang yang salah. Kesalahan seperti itu mudah diperbaiki, karena kita hanya
menghadapi seorang.

8. KESALAHAN KELOMPOK

Hendaknya kita bedakan pengertian kelompok dan klasikal. Kelompok merupakan


bagian dari murid-murid sekelas yang sifatnya klasikal. Sekelompok boleh saja hanya 3
orang, 5 orang, tetapi barangkali pula sampai 10 orang.

Mempelajari kesalahan kelompok, ‘errors of groups! Hanya berarti apabila kelompok


itu homogen, misalnya menggunakan bahasa ibu yang sama dan semuanya mempunyai
latar belakang yang sama, baik intelektual maupun sosial. Murid yang menggunakan
bahasa yang berbeda-beda, kesalahannya lebih banyak jika dibandingkan dengan murid-
murid yang homogen. Seorang guru yang menyuruh si terdidik berbicara, membaca atau
menulis pasti akan menemukan kesalahan. Kesalahan itu, ada yang berulang-ulang dibuat
oleh kelompok atau oleh banyak orang. Kesalahan seperti itu, disebut kesalahan
kelompok. Oleh karena sifatnya kelompok, tentu memperbaikinya secara kelompok pula,
dan pasti menggunakan waktu lama. Latihan bersama-sama dapat digunakan untuk
memperbaiki kesalahan kelompok.

9. KESALAHAN MENGANALOGI

Kesalahan menganalogi, ‘errors of overgeneralization atau ‘analogical errors’ adalah


sejenis kesalahan pada si terdidik yang menguasai suatu bentuk bahasa yang dipelajari lalu
menerapkannya dalam konteks, padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan. Si terdidik
melakukan proses pemukulrataan, tetapi proses pemukulrataan yang berlebihan. Si
terdidik menggunakan kata atau kalimat yang berpola pada kata atau kalimat yang
didengarnya padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan.

Misalnya, dalam bahasa Indonesia tedapat kata-kata tobat, topan, torat, yang berasal
dari bahasa Arab taubat, taufan, taurat (Badudu, 1974:32). Berdasarkan bentuk taubat,
taufan, dan taurat, muncul kata anggauta, sentausa, tauladan, yang tentu saja salah. Yang
benar, anggota, sentosa, teladan. Kesalahan dengan jalan menģanggap kata anggota,
sentosa, teladan dapat diubah menjadi anggauta, sentausa, tauladan, termasuk kesalahan
menganalogi.

7
Demikian pula, dalam bahasa Indonesia terdapat kata mahasiswa, mahasiswi, siswa,
siswi yang sebenarnya menganalogi pada bahasa Sansekerta, dewa, dewi, putera, puteri.
Tetapi kalau si terdidik mengatakan ketua, ketui, kepala, kepali, ini menandakan adanya
kesalahan analogi. Oleh karena akhiran -i itu tidak dapat dilekatkan begitu saja pada
bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia.

Tugas guru menunjukkan bentuk yang benar. Bentuk yang benar adalah ketua, kepala,
baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak mungkin kita mengatakan ketui meskipun
ketua itu adalah perempuan.

10. KESALAHAN TRANSFER

Kesalahan transfer, ‘transfer errors’ terjadi apabila kebiasaan-kebiasaan pada bahasa


pertama diterapkan pada bahasa yang dipelajari. Misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak
mempunyai bunyi / / seperti dalam kata Inggris “thank, think”. Orang Indonesia sering
menggantikan bunyi tadi dengan / t / atau / s /. Proses penggantian semacam ini yang
disebut transfer. Corder (dalam Allen dan Corder. Ed. 1974:130) berkata:

“this observation has led to the widely accepted theory of transfer which states that a
learner of a second language transfers into his performance in the second languange the
habits of his mother-tongue”.

Apabila sistem bahasa pertama mirip dengan bahasa kedua, transfer seperti ini disebut
fasilitas ‘facilitation’ atau transfer positif, ‘positive transfer’, atau interlingual, dan apabila
transfer yang disebabkan oleh sistem bahasa yang berbeda, disebut interferensi
‘interference’ atau intralingual. Untuk transfer positif, misalnya transfer yang terjadi pada
pembicara bahasa Gorontalo ketika ia mempelajari bahasa Indonesia, dan untuk
interferensi atau transfer negatif ‘negative transfer’, atau intralingual, misalnya transfer
yang terjadi pada pembicara bahasa Gorontalo atau bahasa Indonesia yang mempelajari
bahasa Inggris.

Kalau kita berbicara dalam bahasa Indonesia, sering muncul pengaruh bahasa ibu,
lebih-lebih dalam kalimat. Orang Indonesia sering mengatakan, “Rumah si Ali
terbakar”. Kita mengetahui, unsur -Nya pada kata rumahnya menandai makna punya,
sedangkan dalam kalimat, “Rumah si Ali terbakar”, yang memiliki rumah sudah jelas,
yakni Ali. Kalau demikian, unsur -Nya pada kata rumahnya, tidak dibutuhkan lagi. Tetapi
kalimat, “Rumahnya si Ali terbakar” dan yang sejenisnya sering muncul. Mengapa? Hal

8
ini disebabkan oleh pengaruh bahasa ibu atau bahasa daerah. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia kalimat, “Rumahnya si Ali terbakar”, dalam bahasa Gorontalo menjadi “Bele le
Ali lopobu”. Morfem le ‘kepunyaan’ tidak dapat dihilangkan, sebab dalam bahasa
Gorontalo tidak ada kalimat, Bele Ali lopobu. Rupa-rupanya morfem le yang
mempengaruhi hadirnya -nya pada kata rumahnya. Oleh karena bahasa Gorontalo dan
bahasa Indonesia masih serumpun, maka transfer seperti ini disebut transfer positif.

Orang Gorontalo yang mempelajari bahasa Inggris sering melafalkan det, sing untuk
kata-kata that, thing, karena dalam bahasa Gorontalo tidak terdapat bunyi / / dan /ꝋ/.
Kesalahan seperti ini disebut kesalahan transfer, dan termasuk kesalahan transfer negatif
atau interferensi atau intralingual, karena bahasa Gorontalo dan bahasa Inggris tidak
serumpun. Dengan kata lain sistem bahasa Gorontalo dan sistem bahasa Inggris tidak
mirip.

11. KESALAHAN GURU

Kesalahan guru sebenarnya berhubungan dengan teknik dan metode pengajaran yang
dilakukan guru di dalam kelas. Kesalahan guru, ‘teaching-induced’ adalah kesalahan yang
dibuat si terdidik karena metode atau bahan yang diajarkan salah. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia terdapat sisipan –el- dan –er-. Guru yang kurang hati-hati mengatakan, sisipan –
el- dan –er- dapat dilekatkan pada beberapa kata yang dikiranya mungkin. Itu sebabnya ia
berkata, sisipan –el- terdapat pada kata belebas dan gelas, sisipan –er- terdapat pada kata
beras, dan sisipan –em- terdapat pada pemakai. Penjelasan guru ini kelihatannya masuk
akal karena kata-kata itu dapat diuraikan menjadi :

Bebas + -el- menjadi belebas

Gas + -el- menjadi gelas

Bas + -er- menjadi beras

Pakai + -em- menjadi pemakai

Padahal kata bebas tidak ada hubungan sama sekali dengan kata belebas, kata gas tidak
ada hubungan sama sekali dengan gelas, kata kata bas tidak ada hubungan sama sekali
dengan beras, dan kata pakai sebenarnya beroleh imbuhan pe-. Imbuhan pe- yang
dilekatkan pada morfem dasar pakai mengalami proses morfofonologi, yakni /p/ luluh dan
muncul sengau /m/.

9
Si terdidik menerima penjelasan guru tanpa koreksi. Contoh guru tadi digunakannya.
Si terdidik salah, padahal kesalahannya disebabkan oleh guru. Itu sebabnya kesalahan
seperti ini disebut kesalahan guru. Untuk itu guru harus hati-hati. Kadang-kadang guru
asal menjelaskan saja, dan tidak jarang guru yang hanya mengarang saja jawaban karena
takut dijuluki guru yang bodoh. Untuk melindungi ketidaktahuan guru, ia memberikan
penjelasan yang tidak meyakinkan. Si terdidik tentu menerima begitu saja penjelasan guru,
karena guru adalah orang yang harus dipercaya.

12. KESALAHAN LOKAL

Kesalahan lokal, ‘local errors’ adalah kesalahan yang tidak menghambat komunikasi
yang pesannya diungkapkan dalam sebuah kalimat. Menurut Valdman (1975) yang dikutip
oleh Ruru dan Ruru (1985:2), kesalahan lokal adalah suatu kesalahan linguistis, ‘linguistic
error’ yang menyebabkan suatu ‘form’ atau struktur dalam sebuah kalimat tampak
canggungung, tetapi bagi seorang penutur yang mahir bahasa asing hampir tidak ada
kesulitan untuk mengerti apa yang dimaksud dengan kalimat itu.

Kesalahan lokal dapat juga kita katakan kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan
bahasa yang biasa di daerah tertentu kemudian digunakan untuk berkomunikasi dengan
orang dari daerah lain. Misalnya, di daerah Gorontalo digunakan kata bola kaki untuk
sepak bola. Itu sebabnya orang Gorontalo akan mengadakan, “pertandingan bola kaki
antara PSIS dan PERSEBAYA berlangsung seru”. Orang Jakarta masih mengerti
meskipun di Jakarta (dan bentuk itu yang baku) digunakan kata sepak bola. Demikian
pula, di Ujung Pandang orang menggunakan kata kami untuk mengacu saudara atau anda.
Itu sebabnya orang Ujung Pandang akan mengatakan, “kami sudah lama disini?” “kami
tinggal dimana”?. Yang dimaksud dengan kata kami pada kalimat ini, adalah saudara atau
anda. Orang Sunda yang mendengar kalimat tadi tentu mengerti, meskipun bertanya-tanya
dalam hati, siapa yang dimaksud dengan kata kami.

Kesalahan ini tidak menghambat komunikasi. Pendengar masih mengerti. Orang


Jakarta pasti mengerti kalau orang Gorontalo mengatakan, “pukul berapa pertandingan
bola kaki itu dimulai?” orang Jakarta dengan segala kerlaan hati akan menjawab, “nanti
malam, Pak. Bapak datang dari daerah?” Dalam kaitan ini Norrish, kesalahan (1983 : 128)
berkata : “local error an error which only affects the meaning of the clause in which it is
found”. Bagi Norrish, kesalahan lokal hanya disebabkan oleh pengaruh makna yang
terdapat di dalam klausa.

10
13. KESALAHAN GLOBAL

Kesalahan global, ‘global error’ adalah kesalahan karena efek makna seluruh kalimat
(Norrish 1983 :127). Kesalahan jenis ini menyebabkan pendengaran atau pembaca salah
mengerti suatu pesan atau menganggap bahwa suatu kalimat tidak dapat dimengerti.
Valdman (1975) yang dikutip Ruru dan Ruru (1985 : 2) mengadakan modivikasi terhadap
batasan yang dikemukakan di atas. Valdman mendifinisikan kesalahan global sebagai
kesalahan komunikatif yang menyebabkan seorang penutur yang mahir dalam suatu
bahasa asing, salah tafsir terhadap pesan lisan atau yang tertulis.

Kalimat yang digunakan menimbulkan berbagai tafsiran. Kita mengharapkan makna


ini, realisasinya lain, karena efek makna yang ditimbulkan oleh keseluruhan kalimat.
Contoh, salah satu bunyi putusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi DEBDIKBUD no.
26/DIKTI/Kep/1985 tanggal 25 Mei 1985 berbunyi : “yang dapat dipilih sebagai calon
ketua / sekretaris jurusan adalah tenaga pengajar biasa dalam jurusan yang bersangkutan”.
Pada kalimat ini terdapat urutan kata, tenaga pengajar biasa yang dapat ditafsirkan tenaga
tetap di jurusan atau tenaga lain, asal saja yang mengajar di jurusan yang bersangkutan.
Barangkali penyusun konsep surat putusan itu berpendapat bahwa yang dimaksud adalah
tenaga tetap, tetapi karena ada penggunaan kata tenaga pengajar biasa, maka yang
diharapkan menjadi lain.

BAB III

PENUTUP
11
A. SIMPULAN
Kesalahan adalah penyimpangan-penyimpangan yang bersifat sistematis yang
dilakukan si terdidik ketika ia menggunakan Bahasa. Kesalahan yang bersifat sistematis
berhubungan dengan kompetensi. Kesalahan berbahasa itu banyak jenisnya, namun tidak
semuanya dapat dikategorikan pada kesalahan yang berhubungan dengan kompetensi.
Jenis-jenis kesalahan itu yakni, (1) Kesalahan Acuan; (2) Kesalahan Register; (3)
Kesalahan Sosial; (4) Kesalahan Tekstual; (5) Kesalahan Penerimaan; (6) Kesalahan
Pengungkapan; (7) Kesalahan Perorangan; (8) Kesalahan Kelompok; (9) Kesalahan
Menganalogi; (10) Kesalahan Transfer; (11) Kesalahan Guru; (12) Kesalahan Lokal; (13)
Kesalahan Global.

DAFTAR PUSTAKA

Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.

12

You might also like