You are on page 1of 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Fraktur kompresi vertebra akibat Osteoporosis merupakan penyakit atau
cidera yang semakin lama semakin meningkat angka kejadiannya di masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh semakin meningkatnya angka harapan hidup manusia. Fraktur
kompresi vertebra merupakan salah satu manifestasi orthopaedi tersering dari kondisi
Osteoporosis, selain fraktur tulang radius bagian distal dan fraktur pada femur
proximal ataupun panggul (hip).1 Dari beberapa literatur, dikatakan bahwa hanya
23% sampai 33% saja dari fraktur ini yang terlihat secara klinis. Keluhan utama
penderita terutama adalah nyeri yang sangat hebat.2,3
Osteoporosis sendiri didefinisikan sebagai penurunan kepadatan massa tulang.
Diperkirakan Osteoporosis mengenai 40% dari perempuan pasca menopause.4
Penyakit ini dikenal juga dengan nama silent disease, oleh karena penurunan densitas
tulang ini tidak menimbulkan keluhan atau gejalan klinis pada pasien. Keluhan nyeri
hanya akan muncul jika sudah terjadi fraktur patologis akibat Osteoporosis tersebut.5
Metode diagnostik Osteoporosis yang menjadi baku emas adalah dengan Dual
Energy Xray Densitometry, atau DEXA scan. Melalui pemeriksaan ini akan diperoleh
hasil kepadatan tulang atau Bone Mineral Density (BMD) dengan bentuk T-score dan
z-score. Perlu diketahui, T-score adalah perbandingan anatara BMD aktual penderita
dengan rata-rata BMD pada usia 25 tahun, pada jenis kelamin yang sama. Sedangkan
Z-score adalah perbandingan BMD aktual penderita dengan rerata BMD pada
kelompok usia yang sama, pada jenis kelamin yang sama.5-7
Tatalaksana penderita fraktur kompresi vertebra akibat Osteoporosis ini
adalah meliputi terapi terhadap Osteoporosis secara umum, dan terapi terhadap
manifestasi orthopaedi yang terjadi, yakni fraktur. Tatalaksana meliputi pemberian
obat-obatan, perubahan pola aktivitas dan pemakaian brace. Akan tetapi, penderita
bisa saja tidak menunjukkan respon yang baik terhadap modalitas terapi ini, dan hal
ini membuat kualitas hidup pasien menjadi menurun karena tidak dapat beraktivitas
dengan baik kembali. Tindakan operatif menjadi tidak menarik oleh karena pasien-
pasien ini memiliki kualitas tulang yang jelek. Resiko pembiusan juga semakin besar
pada pasien-pasien berusia lanjut.8
Walaupun brace banyak digunakan dan diresepkan, pemakaian brace ini tidak
selalu memberi efek yang baik bagi pasien. Ditemukan berbagai efek samping
pemakaian brace seperti atrofi otot dan iritasi pada kulit.6-8
Penelitian ini disusun untuk mengevaluasi secara objektif hasil luaran klinis
dan kualitas hidup dari pasien-pasien fraktur kompresi vertebra akibat Osteoporosis,
yang diterapi dengan menggunakan brace dan tanpa menggunakan brace, di RSUP
H. Adam Malik dan RS Setiabudi Medan. Parameter klinis yang digunakan
mencakup skala nyeri Visual Analog Score (VAS) dan Oswestry Disability Index
(ODI). Sedangkan parameter fungsional memakai kuesioner SF-36 yang telah
terbukti akurat sebagai alat survey dalam menilai kualitas hidup penderita.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana luaran klinis terapi dengan menggunakan brace pada
tatalaksana penderita fraktur kompresi vertebra akibat Osteoporosis
b. Bagaimana luaran klinis terapi dengan tidak menggunakan brace pada
tatalaksana penderita fraktur kompresi vertebra akibat Osteoporosis
c. Apakah terdapat perbedaan hasil terapi dalam rentang waktu 3 bulan, di
antara kedua metode terapi tersebut
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak tatalaksana brace dan tanpa
brace pasien-pasien fraktur kompresi vertebra akibat Osteoporosis terhadap
perbaikan klinis, berkurangnya rasa nyeri, dan kualitas hidup pasien.

1.3.2 Tujuan Khusus


- Mengetahui perubahan skor rata-rata kualitas hidup pasien berdasarkan
kriteria Oswestry Disability Index (ODI) yang diukur pada 3 bulan setelah
terjadinya fraktur vertebra
- Mengetahui perubahan skor nyeri pasien berdasarkan kriteria VAS
- Mengetahaui perubahan skor SF-36
- Mengetahui perbedaan hasil perbaikan kinis dan kualitas hidup pasien yang
diterapi dengan brace dan non-brace

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Kegunaan Teoritis
Sebagai sebuah sarana pendidikan dalam melakukan proses penelitian,
melatih cara berpikir analitik sistematik, serta meningkatkan wawasan pengetahuan
mengenai analisis hasil penelitian. Penelitian ini juga merupakan salah satu syarat
kelulusan program pendidikan dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4.2 Kegunaan Praktis


Diharapakan pelayanan terhadap pasien akan menjadi lebih baik, karena
dengan mengetahui luaran tata laksana ini, maka akan dapat memberi referensi yang
bermanfaat mengenai efektivitas terapi brace ataupun non brace dalam
menatalaksana pasien dengan fraktur kompresi vertebra akibat Osteoporosis.

You might also like