Professional Documents
Culture Documents
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
3.1. Kesimpulan 22
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertiian Lembaga Keuangan Dan Lembaga Keuangan
Syariah ?
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Lembaga Keungan Syariah Dari Zaman
Rasullah Hingga Zaman Modern ?
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Lembaga Keungan Indonesia ?
4. Untuk Mengetahui Bentuk Keungan Syariah Modern Di tingkat Internasional ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa lembaga keuangan adalah
setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan.
Kegiatan usaha lembaga keuangan dapat berupa menghimpun dana dengan berbagai
skema atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus,
dimana kegiatan usaha lembaga keuangan diperuntukkan investasi perusahaan,
kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi barang dan jasa. Sesuai dengan sistem
keuangan yang ada maka dalam operasionalnya lembaga keuangan dapat berbentuk
lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah.
3
Lembaga keuangan syariah secara esensial berbeda dengan lembaga keuangan
konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup serta
tanggung jawabnya. Setiap institusi dalam lembaga keuangan syariah menjadi bagian
integral dari sistem syariah Lembaga Keuangan Syariah bertujuan membantu
mencapai tujuan sosio ekonomi masyarakat islam.
4
Sedangkan mekanisme Baitul Maal, tidak saja untuk kepentingan umat Islam,
tetapi juga untuk melindungi kepentingan kafir zhimmi yang ada pada masa itu.
Para ahli ekonomi Islam dan sarjana ekonomi Islam sendiri memiliki
perbedaan dalam menafsirkan Baitul Maal ini. Sebagian berpendapat, bahwa
Baitul Maal itu semacam bank sentral, seperti yang ada saat ini. Tentunya
dengan berbagai kesederhanaannya karena keterbatasan yang ada. Sebagian lagi
berpendapat, bahwa baitul maal itu semacam menteri keuangan atau bendahara
negara. Hal ini mengingat fungsinya untuk menyeimbangakn antara pendapatan
dan pembelanjaan negara. Namun kehadiran lembaga ini membawa pembaruan
yang besar. Dimana dana-dana umat, baik yang bersumber dari dana sosial dan
tidak wajib seperti sedekah, denda (dam), dan juga dana-dana yang wajib
seperti zakat, jizyah dan lain sebagainya, dikumpulkan melalui lembaga Baitul
Maal dan disalurkan untuk kepentingan umat16.
b. Wilayatul Hisbah
Wilayatul Hisbah merupakan lembaga pengontrol pemerintahan. Pada
masa nabi fungsi lembaga kontrol ini dipegang langsung oleh beliau.
Konsep lembaga kontrol ini merupakan fenomena baru bagi masyarakat
Arab, mengingat waktu itu, kerajaan hampir sama sekali tidak ada lembaga
pengontrolnya. Rasulullah berperan langsung sebagai penyeimbang
kegiatan muamalat, baik ekonomi, politik maupun sosial. Rasulullah selalu
menegur bahkan melarang langsung praktik bisnis yang merusak harga dan
menzalimi. Pelarangan riba, monopoli, serta menimbun barang dan
sejenisnya menjadi bukti nyata bahwa terdapat lembaga pengontrol
aktifitas bisnis.
c. Pembagunan etika bisnis
Penting untuk kita ketahui bahwa Rasul tidak saja meletakkan dasar
tradisi penciptaan suatu lembaga, tetapi juga membangun sumber daya
manusia dan akhlak lembaga sebagai pendukung dan prasyarat dari
lembaga itu sendiri. Seperti pelarangan dan penghapusan riba, menegakkan
keadilan, larangan monopoli, serta prinsip dan etika bisnis lainnya. Allah
5
SAW menyerukan dalam surah Hud (11) : 85 yang artinya : Artinya : “Hai
kaumku cukupkanlah takaran dan timbangan dengan Qisth (sepenuh dan
seakurat mungkin) janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu berbuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan”.(Q.S Hud. 85)
.
2.3. Lembaga keuangan pada masa Khulafaur Rasyidin
Ketika rasulullah telah wafat, tradisi yang sudah dibangun oleh Nabi diteruskan
para pemimpin setelahnya. Oleh Abu bakar kebiasaan memungut zakat sebagai
bagian dari ajaran Islam dan menjadi sumber keuangan negara terus ditingkatan.
Bahkan sempat terjadi peperangan antara sahabat yang taat kepada kepemimpinan
beliau melawan orang-orang yang membangkang atas perintah zakat17 . Bahkan
terjadi peperangan antara sahabat yang taat kepada kepemimpinan beliau melawan
orang-orang yang membangkang.
Abu Bakar sebagai yang pertama akan memerangi kaum riddah, yakni
kelompok yang membangkang terhadap perintah membayar zakat dan mengaku
sebagai nabi, sehingga semuanya kembali ke jalan yang benar atau gugur di jalan
Allah sebagai shuhada. Lembaga Baitul Maal semakin mapan keberadaannya semasa
khulafaur rasyidin kedua, yaitu Umar bin Khattab. Khalifah ini meningkatkan basis
pengumpulan dana zakat serta sumber-sumber penerimaan lainnya.
6
Bagian pertama warga negara muslim dan bagian kedua warga non muslim yang
damai (dhimmi).
7
Maal tetap berjalan sebagaimana mestinya. Kecuali bahwa mulai terjadi disfungsi
pada pengeluaran-pengeluaran disebabkan tingkat ketaatan agama mulai menurun.
Hanya satu khalifah pada dinasti ini yang dikagumi karena keadilan dan
keshalehannya, yaitu Umar bin Abdul Aziz, walaupun masa pemerintahannya sukup
singkat yaitu 2,5 tahun, namun ia mampu mendistribusikan pendapatan sedemikian
rupa sehingga dapat mensejahterakan rakyatnya, sehingga pada masa itu susah
mencari orang yang menerima zakat.
Dinasti Umayah di Damaskus berakhir dengan naiknya dinasti Abbasiyah,
sepanjang pemerintahannya terjadi perubahan pola ekonomi, sehingga disalah satu
khalifahnya menciptakan standar uang bagi kaum muslimin dikarenakan ada
kecenderungan orang menurunkan nilai uang emas dan perak, serta mencampurkan
dengan logam yang lebih rendah. Pada zaman keemasan dinasti ini fungsi Baitul
Maal telah merambah kepada pengeluaran untuk riset ilmiah dan penerjemahan buku-
buku Yunani, selain untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai. Dinasti
Abbasiyah pudar berganti dengan Turki Saljuq di Asia Tenggara, Sasanid di Cordova
dan Fathimiyah di Mesir dan berakhir Turki Usmani di Istambul. Selama itu fungsi
Baitul Maal berkembang menjadi perbendaharaan negara dan pengatur kebijakan
fiskal dan moneter. Runtuhnya Dinasti Usmaniyah di Turki menandakan menangnya
kolonialisme di negeri-negeri Islam, baik secara fisik dan pemikiran. Karena itu
meskipun kemudian negeri-negeri Islam merdeka daripenjajahan, namun Baitul Maal
tidak pernah muncul lagi19 .
8
memberikan bunga bagi tabungan atau pun beban bunga terhadap peminjaman modal
namun hanya melakukan investasi secara langsung dan melakukan kemitraan dalam
usaha perdaganagn dan jenis usaha lainnya yang di halal kan menurut islam. Dengan
prinsip bagi hasil dan memberikan keuntungan hasil inverstasi kepada penabung.
Keberhasilan Mit Ghamr bank ini mengisprirasi banyak pihak untuk
melakukan hal yang sama antara lain sebaga berikut.
1. Pemerintah mesir di bawah pemerintah gamal abdul Naser membentuk social
investment dengan basis perkotaan pada tahun 1972.
2. Masyarakat dan cendikiawan serta professional di Fhilipina membentuk Bank
Amanah yang berdiri pada tahun 1973
3. Organisisasi Konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan pemerintah dari
berbagai Negara berpenduduk mislim mendirikan Islamic Development Bank
(IDB) pada tahun 1973 dan mulai beroperasi pada tahun 1975 dan dengan
kantor pusat Jeddah.
Setelah IDB berdiri sebaga Bank Syariah Internasional, bank Syariah mulai
bermunculan di Negara-ngara Islam dan barat termasuk Indonesia dengan pendirian
Bank Muamalat Indonesia Pada tahun 1992, berikut table sejar pendirian bank
Syariah di negera-negara di Dunia hingga didikanya Bank Muamalat Indonesia
sebagai bank syariah pertama Di Indonesia
Tabel 1.1. Pendirian Bank Islam Di dunia Dari Mir Ghamr Bank sampaii
pendirian Bank Muamalat Indonesia.
9
Faisal Islamic Bank, Sudan
1977 Kuwait Finacial House, Kuwait
Islamic Finance house Universal Holding, Luxemburg
1978
Bahrain Islamic Bank, Bahrain
1979 Iran Islamic Bank
Islamic Bank Internasinal, Cairo
Dar-Al-Mal-Al-Islam, Swiz
Islamic Finance House, England
1980 Islamic Finance House, Jordan
Islamic Bank Of Western Sudan
Islamic Bank Banglades
Kirbis Islamic Invesment Bank
Qatar Islamic Bank
1982 Tadamon Islamic Bank, Sudan
Faisal Islamic Bank, Senegal
1983 Bank Islam, Malaysia
1984 Faisal Islamic Bank, Niger
1985 Islamic Finance, Jordan
1992 Bank Muamalat Indonesia
10
berdirinya lembaga keuangan syariah multilateral yang tidak hanya didirikan oleh
kelompok negara-negara muslim saja.
11
Dinars. Nilai Islamic Dinars sama dengan SDR (Special Drawing Right) yang
digunakan IMF.
12
Accord II. Basel Accord II sendiri masih dalam tahap persiapan akhir bagi
pengimplementasian pada akhir tahun 2006, yang dikendalikan secara eksklusif oleh
Bank for International Settlements (BIS) di Basel, Swiss. Intinya, fungsi IFSB seperti
Bank for International Settlement (BIS).
Bagi Indonesia, keberadaan IFSB sangat strategis. Ini untuk menstandarisasi
perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah di negeri ini sehingga standar
operasi dan produknya sama secara internasional. Selain itu, melalui lembaga tersebut
akan dapat dijalin kerja sama antar lembaga keuangan syariah di dunia.
13
negara yang memiliki lembaga keuangan syariah sebagai benchmark akuntansi dan
audit keuangan syariah.
Lembaga ini didirikan oleh Bank Dunia bekerja sama dengan Bahrain Monetery
Agency. AAOIFI memiliki misi untuk menciptakan sistem keuangan syariah yang
transparan, berkesinambungan, dan bersih. Sejumlah standar akuntansi dan audit
yang diterbitkan AAOIFI menjadi dasar bagi lembaga-lembaga keuangan syariah di
Indonesia. Standar Akuntansi Perbankan Syariah yang baru-baru ini disahkan Dewan
Syariah Nasional merupakan peraturan akuntansi perbankan yang merujuk pada
standar AAOIFI.
1. Bank sentral yaitu Bank Indonesia sebagaimana dalam UU No.13 Tahun 1968
tentang Bank Sentral, kemudian dicabut dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia.
2. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3. Bank perkreditan rakyat yaitu bank yang melaksanakan kegiatannya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
4. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu
atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.
14
Yang dimaksud dengan mengkhususkan diri untuk melakukan kegiatan tertentu
adalah melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk
mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau
pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan pembangunan
perumahan.
Peraturan tentang perbankan pertama kali diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun
1992, pada peraturan perundang-undangan ini belum secara tegas menganut bahwa
prinsip syariah dalam perbankan diperbolehkan akan tetapi sudah mulai disinggung
secara implisit. Hal ini dapat dilihat dari pasal 6 huruf b dan m Undang-Undang No.7
Tahun 1992 yaitu : Memberikan kredit; dan menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang diterapkan dalam
peraturan pemerintah; Selain itu juga diatur dalam salah satu kegiatan usaha bank
perkreditan rakyat yaitu “ menyediakan pembiayaan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah”, akan tetapi dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 masih
menganut single banking system yang dipertegas dalam PP No.72 Tahun 1992
tentang Bank Bagi Hasil.
15
b. Lembaga Keunagn Syariah NON BANK
Bank syariah dalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan
atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana
pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila
rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari
kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si
pengelolalah yang bertanggung jawab.
1. mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak
lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu,
spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
2. mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di
mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
16
kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan
haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan
deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.
2. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan risiko
berdasarkan porsi kontribusi dana.
Musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
3. Wadi’ah
Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan/simpanan dikenal dengan prinsip
wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang dijaga dan dikembalikan saja si
penitip menghendaki.
Maknanya adalah perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang), dimana
pihak penyimpan bersedia menyimpan bersedia menyimpan dan menjaga
keselamatan barang yang dititipkan kepadanya.
4. Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih
dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang
diinginkannya.
5. Bai'as-salam
Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus
17
diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal
pembayaran harus dalam bentuk uang.
6. Bai'Al istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena
itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam.
Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen
(pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu
tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-
menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per
bulan atau di belakang.
7. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh
perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.
8. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian
mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai
denganyang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
9. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula
diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.
Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan
seseorang.
10. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban
utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan
dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring.
18
11. Ar-Rahn
Bank Syariah
Total Bank (Triliun)
Nominal Pangsa
Tabel 1.3 Jaringan kantor Perbankan Syariah di Indonesia (posisi Januari 2009)
19
Mar Jun Sep Des Jan
2005 2006 2007
08 08 08 08 08
Jumlah Bank 3 3 3 3 3 3 5 5
Jumlah Kantor 304 349 401 402 405 497 581 585
Jumlah UUS 19 20 26 28 28 28 27 26
Jumlah Kantor 154 183 196 207 204 216 241 243
Bank Pembiayaan
Sejak bulan desember 2008, bank syariah yang beroperasi di Indonesia bertambah du
perusahaan yaitu PT Bank Bukopin Syariah yang merupakan konversi dari anak
perusahaan Bank Bukopin dan UUS Bukopin, dna Pt Bank Syariah BRI yang
Merupakan Konversi dari UUS BRI yang menjadi BUS. Sebelumya, hanya ada tiga
Bank Syariah, yaitu PT Muamalat Indonesia, PT Bank Mandiri Syariah Dan PT Bank
mega Syariah Indonesia, adapun UUS yang ada di Indonesia hingga januari 2009
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4. Tabel Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Di Indonesia
20
NO Bank Umum Syariah (BUS)
1 Bank Muamalat Indonesia
2 Bank Syariah Mandiri
3 Bank Mega Syariah
4 Bank Syariah Bukopin
5 Bank Syariah BRI
NO Unit Usaha Syariah
1 UUS Bank Negara Indonesia
2 UUS Bank Ekspor Indonesia
3 UUS Bank Danamon
4 UUS Bank Permata
5 UUS Bank Internasional Indonesia
6 UUS BTN
7 UUS Bukopin
8 UUS HSBC
9 UUS CIMB Niaga
10 UUS Bank Pembangunan Daerah DKI
11 UUS Bank Pembangunan Daerah Banda Aceh
12 UUS Bank Pembangunan Daerah Sumut
13 UUS Bank Pembangunan Daerah RiauKepri
14 UUS Bank Pembangunan Daerah Sumbar
15 UUS Bank Pembangunan Daerah Sumsel
16 UUS Bank Pembangunan Daerah BJBR
17 UUS Bank Pembangunan Daerah Jateng
18 UUS Bank Pembangunan Daerah DIY
19 UUS Bank Pembangunan Daerah Kaltim
20 UUS Bank Pembangunan Daerah Jatim
21 UUS Bank Pembangunan Daerah Kalsel
22 UUS Bank Pembangunan Daerah Kalbar
23 UUS Bank Pembangunan Daerah Kasltim
24 UUS Bank Pembangunan Daerah Selawesi barat
25 UUS Bank Pembangunan Daerah NTB
26 UUS Bank Lippo
21
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
22
tersebut merupakan cerminan dari perkembangan Lembaga Keuangan Syariah yang
semakin Pesat.
23
Daftar Pustaka
24