You are on page 1of 27

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jambi, 29 Agustus 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 2
1.4. Batasan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah 3


2.2. Perkembangan Lembaga Keuangan Pada Masa Rasulullah 4
2.3. Lembaga keuangan pada masa Khulafaur Rasyidin 6
2.4. Lembaga keuangan pada masa Dinasti 7
2.5. Lembaga keuangan syariah modern 8
2.6. Lembaga Pendukung bank Syariah Di Tingkat Internasional 10
2.7. Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia 13
2.8. Produk Produk dan Akad Lembaga Keuangan Syariah 16
2.9. Bank Syariah dan Perkembanganyanya di Indonesia 19

BAB III KESIMPULAN 22

3.1. Kesimpulan 22

3.2. DAFTAR PUSTAKA 25

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berkembangnya bisnis keuangan syariah pada dekade terakhir ini khususnya


pada konsep lembaga keuangan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang harus kita
ketahui bersama jawabannya, diantaranya adalah apakah lembaga keuangan tersebut
telah ada konsepnya di dalam Al-Quran? Dan bagaimana perspektif al-Qur’an tentang
lembaga keuangan itu sendiri ? Al-Qur’an di turunkan kepada nabi Muhammad
SAW. yang artinya apakah sudah ada lembaga keuangan pada masa Rasulullah SAW.
Hal ini membutuhkan pengkajian lebih dalam agar dapat kita ketahui hukum dari
pengelolaan lembaga keuangan syari’ah menurut Al-Qur’an baik yang ada pada masa
klasik maupun yang ada saat ini (modern). Setelah Rasulullah SAW wafat,
kepemimpinan umat Islam di lanjutkan oleh para sahabat rasul yaitu khulafaur
rasyidin, yang kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyyah. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji
bagaimana perkembangan lembaga keuangan syari’ah dari masa Rasulullah SAW
hingga era modern.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang Dimaksud Dengan Lembaga Keuangan Dan Lembaga Keuangan
Syariah ?
2. Bagaimana Perkembangan Lembaga Keungan Syariah Dari Zaman Rasullah
Hingga Zaman Modern ?
3. Bagaimana Perkembangan Lembaga Keungan Indonesia ?
4. Bagaimana Bentuk Keungan Syariah Modern Di tingkat Internasional ?

1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertiian Lembaga Keuangan Dan Lembaga Keuangan
Syariah ?
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Lembaga Keungan Syariah Dari Zaman
Rasullah Hingga Zaman Modern ?
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Lembaga Keungan Indonesia ?
4. Untuk Mengetahui Bentuk Keungan Syariah Modern Di tingkat Internasional ?

1.4. Batasan Masalah


1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
2. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Pada zaman Rasulullah
hingga zaman Modern
3. Pekembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia
4. Jenin-Jenis Lembaga Keungan Internasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah

Pengertian Lembaga Keuangan Menurut SK Menkeu RI No.792 Tahun


1990, lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan,
melakukan perhimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan1 . Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan
diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan namun tidak berarti membatasi
kegiatan pembiayaan lembaga keuangan. Dalam kenyataannya, kegiatan usaha
lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi,
dan kegiatan distribusi barang dan jasa.

Menurut Dahlan Siamat,2 lembaga keuangan adalah badan usaha yang


kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan dibandingkan dengan
aset nonfinansial atau aset riil. Lembaga keuangan memberikan pembiayaan/kredit
kepada nasabah dan menanamkan dananya dalam surat-surat berharga. Di samping
itu, keuangan juga menawarkan berbagai jasa keuangan antara lain menawarkan
berbagai jenis tabungan, proteksi, asuransi, program pensiun, penyediaan sistem
pembayaran dan mekanisme transfer dana.

Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa lembaga keuangan adalah
setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan.
Kegiatan usaha lembaga keuangan dapat berupa menghimpun dana dengan berbagai
skema atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus,
dimana kegiatan usaha lembaga keuangan diperuntukkan investasi perusahaan,
kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi barang dan jasa. Sesuai dengan sistem
keuangan yang ada maka dalam operasionalnya lembaga keuangan dapat berbentuk
lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah.

3
Lembaga keuangan syariah secara esensial berbeda dengan lembaga keuangan
konvensional baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup serta
tanggung jawabnya. Setiap institusi dalam lembaga keuangan syariah menjadi bagian
integral dari sistem syariah Lembaga Keuangan Syariah bertujuan membantu
mencapai tujuan sosio ekonomi masyarakat islam.

2.2. Perkembangan Lembaga Keuangan Pada Masa Rasulullah


2.2.1. Lembaga Keuangan pada masa Rasulullah
Pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syaria’ah pada masa
modern saat ini telah menjadi bagian tradisi umat islam pada masa rasul. Sejak
zaman Rasullah SAW. praktek-praktek seperti menerima titipan harta,
meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan usaha, serta
melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah
SAW. Dengan demikian, fungsi utama perbankan modern, yaitu meghimpun
dana, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman
Rasulullah SAW. Di zaman Rasullah SAW. Juga terdapat lembaga keuangan
dan juga lembaga yang mengurusi kepentingan masyarakat, yaitu Baitul Maal
dan Wilayatul Hisbah.
a. Baitul maal Lembaga Baitul Maal (rumah dana)
Baitul maal merupakan lembaga bisnis dan sosial yang pertama dibangun
oleh nabi. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta. Apa yang
dilaksanakan oleh rasul merupakan proses penerimaan pendapatan (revenue
collection) dan pembelanjaan (expenditure) secara transparan dan bertujuan
seperti apa yang disebut sekarang sebagai welfare oriented15. Ini merupakan
sesuatu yang baru, mengingat pajak- pajak dan pungutan dari masyarakat yang
lain dikumpulkan oleh penguasa dan hanya untuk para raja.
Para penguasa di sekitar Jazirah Arabia seperti Romawi dan Persia
menarik upeti dari rakyat dan dibagi untuk para raja dan kepentingan kerajaan.

4
Sedangkan mekanisme Baitul Maal, tidak saja untuk kepentingan umat Islam,
tetapi juga untuk melindungi kepentingan kafir zhimmi yang ada pada masa itu.
Para ahli ekonomi Islam dan sarjana ekonomi Islam sendiri memiliki
perbedaan dalam menafsirkan Baitul Maal ini. Sebagian berpendapat, bahwa
Baitul Maal itu semacam bank sentral, seperti yang ada saat ini. Tentunya
dengan berbagai kesederhanaannya karena keterbatasan yang ada. Sebagian lagi
berpendapat, bahwa baitul maal itu semacam menteri keuangan atau bendahara
negara. Hal ini mengingat fungsinya untuk menyeimbangakn antara pendapatan
dan pembelanjaan negara. Namun kehadiran lembaga ini membawa pembaruan
yang besar. Dimana dana-dana umat, baik yang bersumber dari dana sosial dan
tidak wajib seperti sedekah, denda (dam), dan juga dana-dana yang wajib
seperti zakat, jizyah dan lain sebagainya, dikumpulkan melalui lembaga Baitul
Maal dan disalurkan untuk kepentingan umat16.
b. Wilayatul Hisbah
Wilayatul Hisbah merupakan lembaga pengontrol pemerintahan. Pada
masa nabi fungsi lembaga kontrol ini dipegang langsung oleh beliau.
Konsep lembaga kontrol ini merupakan fenomena baru bagi masyarakat
Arab, mengingat waktu itu, kerajaan hampir sama sekali tidak ada lembaga
pengontrolnya. Rasulullah berperan langsung sebagai penyeimbang
kegiatan muamalat, baik ekonomi, politik maupun sosial. Rasulullah selalu
menegur bahkan melarang langsung praktik bisnis yang merusak harga dan
menzalimi. Pelarangan riba, monopoli, serta menimbun barang dan
sejenisnya menjadi bukti nyata bahwa terdapat lembaga pengontrol
aktifitas bisnis.
c. Pembagunan etika bisnis
Penting untuk kita ketahui bahwa Rasul tidak saja meletakkan dasar
tradisi penciptaan suatu lembaga, tetapi juga membangun sumber daya
manusia dan akhlak lembaga sebagai pendukung dan prasyarat dari
lembaga itu sendiri. Seperti pelarangan dan penghapusan riba, menegakkan
keadilan, larangan monopoli, serta prinsip dan etika bisnis lainnya. Allah

5
SAW menyerukan dalam surah Hud (11) : 85 yang artinya : Artinya : “Hai
kaumku cukupkanlah takaran dan timbangan dengan Qisth (sepenuh dan
seakurat mungkin) janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu berbuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan”.(Q.S Hud. 85)
.
2.3. Lembaga keuangan pada masa Khulafaur Rasyidin

Ketika rasulullah telah wafat, tradisi yang sudah dibangun oleh Nabi diteruskan
para pemimpin setelahnya. Oleh Abu bakar kebiasaan memungut zakat sebagai
bagian dari ajaran Islam dan menjadi sumber keuangan negara terus ditingkatan.
Bahkan sempat terjadi peperangan antara sahabat yang taat kepada kepemimpinan
beliau melawan orang-orang yang membangkang atas perintah zakat17 . Bahkan
terjadi peperangan antara sahabat yang taat kepada kepemimpinan beliau melawan
orang-orang yang membangkang.

Abu Bakar sebagai yang pertama akan memerangi kaum riddah, yakni
kelompok yang membangkang terhadap perintah membayar zakat dan mengaku
sebagai nabi, sehingga semuanya kembali ke jalan yang benar atau gugur di jalan
Allah sebagai shuhada. Lembaga Baitul Maal semakin mapan keberadaannya semasa
khulafaur rasyidin kedua, yaitu Umar bin Khattab. Khalifah ini meningkatkan basis
pengumpulan dana zakat serta sumber-sumber penerimaan lainnya.

Sistem administrasinya sudah mulai dilakukan penerbitan. Umar memiliki


kepedulian yang tinggi atas kemakmuran rakyatnya. Dikisahkan bahwa beliau
mendatangi lansung rakyatnya yang masih miskin, serta membawakan langsung
makanan untuk rakyatnya. Ucapan beliau yang sangat terkenal, “Jika ada keledai
yang terperosok di Iraq, ia akan ditanya Tuhan mengapa ia tidak meratakan
jalannya”. Pada masa Umar pula mulai dilakukan penertiban gaji dan pajak tanah.
Terkait dengan masalah pajak, Umar membagi warga negara menjadi dua bagian.

6
Bagian pertama warga negara muslim dan bagian kedua warga non muslim yang
damai (dhimmi).

Bagi warga negara muslim, mereka diwajibkan membayar zakat sedangkan


yang dhimmi diwajibkan membayar kharaj dan jizyah. Bagi muslim diperlakukan
hukum Islam dan bagi dhimmi diperlakukan menurut adat dan kebiasaan yang
berlaku. Agar situasi tetap terkendali, Umar menetapkan wilayah jazirah Arab untuk
muslim, dan wilayah luar jazirah Arab untuk non muslim. Sedangkan untuk mencapai
kemakmuran yang merata, wilayah Syiria yang padat penduduknya dinyatakan
tertutup untuk pendatang baru. Untuk mengelola keuangan negara, khalifah
mendirikan Baitul Maal. Pada masa Umar pula mata uang sudah mulai dibuat. Umar
sering berjalan sendiri untuk mengontrol mekanisme pasar. Apakah telah terjadi
kezalimaan yang merugikan rakyat dan konsumen.

Khalifah memberlakuakan kuota perdagangan kepada para pedagangan dari


Romawi dan Persia karena kedua negara tersebut memperlakukan hal yang sama
kepada para pedagang madinah. Kebijakan ini sama dengan sistem perdagangan
intenasional modern yang dikenal dengan principle of reciprocity . Umar juga
menetapakan kebijakan fiskal yang sangat popular tetapi mendapat keritikan dari
kalangan sahabat ialah menetapkan tanah takluakan Iraq bukan untuk tentara kaum
muslimin sebagaimana biasanya tentang ghanimah, tetapi dikembalikan kepada
pemiliknya. Khalifah kemudian menetapkan kebijakan kharaj (pajak bumi) kepada
penduduk Iraq tersebut. Semua kebijakan khalifah Umar Bin Khattab ditindak lanjuti
oleh khalifah selanjutnya, yakini Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib . yang
menarik untuk diperhatikan ialah bahwa lembaga keuangan baitul maal telah
berfungsi sangat strategis baik masa rasulullah maupun khulafa’ alrashidin18

2.4. Lembaga keuangan pada masa Dinasti


Ketika Ali bin Abi Thalib wafat dan diganti oleh Mu’awiyah, lalu diteruskan
oleh anaknya, Yazid maka lembaga syuro lembaga syuro dalam politik pemerintahan
Islam telah bergeser menjadi dinasti/kerajaan. Meskipun berubah, tetapi fungsi Baitul

7
Maal tetap berjalan sebagaimana mestinya. Kecuali bahwa mulai terjadi disfungsi
pada pengeluaran-pengeluaran disebabkan tingkat ketaatan agama mulai menurun.
Hanya satu khalifah pada dinasti ini yang dikagumi karena keadilan dan
keshalehannya, yaitu Umar bin Abdul Aziz, walaupun masa pemerintahannya sukup
singkat yaitu 2,5 tahun, namun ia mampu mendistribusikan pendapatan sedemikian
rupa sehingga dapat mensejahterakan rakyatnya, sehingga pada masa itu susah
mencari orang yang menerima zakat.
Dinasti Umayah di Damaskus berakhir dengan naiknya dinasti Abbasiyah,
sepanjang pemerintahannya terjadi perubahan pola ekonomi, sehingga disalah satu
khalifahnya menciptakan standar uang bagi kaum muslimin dikarenakan ada
kecenderungan orang menurunkan nilai uang emas dan perak, serta mencampurkan
dengan logam yang lebih rendah. Pada zaman keemasan dinasti ini fungsi Baitul
Maal telah merambah kepada pengeluaran untuk riset ilmiah dan penerjemahan buku-
buku Yunani, selain untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai. Dinasti
Abbasiyah pudar berganti dengan Turki Saljuq di Asia Tenggara, Sasanid di Cordova
dan Fathimiyah di Mesir dan berakhir Turki Usmani di Istambul. Selama itu fungsi
Baitul Maal berkembang menjadi perbendaharaan negara dan pengatur kebijakan
fiskal dan moneter. Runtuhnya Dinasti Usmaniyah di Turki menandakan menangnya
kolonialisme di negeri-negeri Islam, baik secara fisik dan pemikiran. Karena itu
meskipun kemudian negeri-negeri Islam merdeka daripenjajahan, namun Baitul Maal
tidak pernah muncul lagi19 .

2.5. Lembaga keuangan syariah modern


Pada tahun 1963 di desa Mit Ghamr, salah satu daerah di wilayah mesir,
dibentuk sebuah lembaga keuangan pedesaan bernama Mit Ghamr Saving atau biasa
disebut dengan Gharmr Bank yang dipelopori oleh seorang ekonom bernama DR
ahmed El Najjar. Lembaga keunagn ini ternyata sangat sukses , baik dalam
penghimpunan mudal dari masyrakat maupun penyaluran modal. Lembaga keunagan
bank ini berhasil mensejahterakan hidup masyarakt berpenghasilan rendah dengan
pemberian modal usaha untuk usaha perdangangan. Mit Ghram bank tidak

8
memberikan bunga bagi tabungan atau pun beban bunga terhadap peminjaman modal
namun hanya melakukan investasi secara langsung dan melakukan kemitraan dalam
usaha perdaganagn dan jenis usaha lainnya yang di halal kan menurut islam. Dengan
prinsip bagi hasil dan memberikan keuntungan hasil inverstasi kepada penabung.
Keberhasilan Mit Ghamr bank ini mengisprirasi banyak pihak untuk
melakukan hal yang sama antara lain sebaga berikut.
1. Pemerintah mesir di bawah pemerintah gamal abdul Naser membentuk social
investment dengan basis perkotaan pada tahun 1972.
2. Masyarakat dan cendikiawan serta professional di Fhilipina membentuk Bank
Amanah yang berdiri pada tahun 1973
3. Organisisasi Konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan pemerintah dari
berbagai Negara berpenduduk mislim mendirikan Islamic Development Bank
(IDB) pada tahun 1973 dan mulai beroperasi pada tahun 1975 dan dengan
kantor pusat Jeddah.

Setelah IDB berdiri sebaga Bank Syariah Internasional, bank Syariah mulai
bermunculan di Negara-ngara Islam dan barat termasuk Indonesia dengan pendirian
Bank Muamalat Indonesia Pada tahun 1992, berikut table sejar pendirian bank
Syariah di negera-negara di Dunia hingga didikanya Bank Muamalat Indonesia
sebagai bank syariah pertama Di Indonesia
Tabel 1.1. Pendirian Bank Islam Di dunia Dari Mir Ghamr Bank sampaii
pendirian Bank Muamalat Indonesia.

Tahun Nama Bank Islam


1963 The Mir Ghamr Bank,Mesir
Islamic Development Bank, Jeddah
1973
Philippine Amanah bank, Filipina
Dubai Islamic Bank,
1975
Faisal Islamic Bank, Egypt

9
Faisal Islamic Bank, Sudan
1977 Kuwait Finacial House, Kuwait
Islamic Finance house Universal Holding, Luxemburg
1978
Bahrain Islamic Bank, Bahrain
1979 Iran Islamic Bank
Islamic Bank Internasinal, Cairo
Dar-Al-Mal-Al-Islam, Swiz
Islamic Finance House, England
1980 Islamic Finance House, Jordan
Islamic Bank Of Western Sudan
Islamic Bank Banglades
Kirbis Islamic Invesment Bank
Qatar Islamic Bank
1982 Tadamon Islamic Bank, Sudan
Faisal Islamic Bank, Senegal
1983 Bank Islam, Malaysia
1984 Faisal Islamic Bank, Niger
1985 Islamic Finance, Jordan
1992 Bank Muamalat Indonesia

2.6. Lembaga Pendukung bank Syariah Di Tingkat Internasional


Dengan perkembangan ekonomi syariah, kini telah banyak berdiri lembaga
keuangan internasional yang berbasis syariah. Lembaga-lembaga ini pada awalnya
hanya didirikan oleh negara-negara yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam.
Namun, setelah melihat perkembangan yang cukup baik dari lembaga-lembaga
keuangan berbasis syariah itu dan pengaruh yang cukup besar dalam perekonomian
dunia, maka negara-negara besar yang berideologi kapitalis ataupun sosialis tertarik
dengan sistem syariah ini. Sehingga berdirilah lembaga-lembaga keuangan berbasis
syariah di negara-negara yang berideologi kapitalis atau sosialis dan mendorong

10
berdirinya lembaga keuangan syariah multilateral yang tidak hanya didirikan oleh
kelompok negara-negara muslim saja.

1. Islamic Development Bank (IDB)


Lembaga keuangan dengan basis syariah ini berawal dari sebuah deklarasi
dalam Konferensi Menteri Keuangan Negara Muslim di Jedah pada bulan Zulkaidah
1393 H (Desember 1973). Kemudian hal tersebut ditindaklanjuti pada sidang
Gubernur Bank Sentral pada bulan Rajab 1395 H (Juli 1975) dan lembaga itu sendiri
resmi lahir pada 15 Syawal 1395 H (20 Oktober 1975). Lembaga ini pada dasarnya
bertujuan untuk menjadi suatu lembaga yang membantu pengembangan ekonomi dan
sosial negara-negara muslim dan melakukan kerjasama dengan menggunakan prinsip
syariah.Lembaga ini berkantor pusat di Jedah, negara Kerjaan Saudi Arabia. Dua
kantor regional didirikan di Rabat, Maroko, dan di Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam
kegiatan sehari-hari, IDB dipimpin oleh seoarng Direktur Eksekutif. Salah satu orang
yang pernah menduduki jabatan tersebut adalah Karnean Perwataatmadja yang
berasal dari Indonesia.
Fungsi dari lembaga ini antara lain memberikan bantuan modal dan kredit hibah
untuk proyek-proyek produktif dan memberikan assisten finansial bagi perusahaan-
perusahaan di negara muslim anggota IDB untuk pengembangan ekonomi dan sosial
negara tersebut. Lembaga ini juga mengalokasikan dana khusus untuk dana asistensi
bagi pengembangan ekonomi dan sosial bagi komunitas Islam di negara yang bukan
anggota IDB.Saat ini anggota IDB berjumlah 54 negara. Negara-negara anggota
menyisihkan sejumlah dana untuk IDB yang nantinya dana tersebut akan digunakan
untuk program-program pengembangan ekonomi dan sosial di negara muslim
tersebut. Pada anggota juga otomatis akan menjadi anggota Organisasi
Konferenasi Islam (OKI) dan dalam kondisi tertentu akan menjadi anggota Dewan
Gubernur IDB.Hingga akhir tahun 1412 H (Juni 1992), dana IDB sebesar 2
Miliar Islamic Dinars. Namun, sejak Muharram 1413 H, atas kesepakatan Dewan
Gubernur IDB, dana atau modal IDB itu diperbesar menjadi 6 Miliar Islamic Dinars,
yang terdiri dari 600 ribu saham dengan nilai pari per lembar saham 10 ribu Islamic

11
Dinars. Nilai Islamic Dinars sama dengan SDR (Special Drawing Right) yang
digunakan IMF.

2. Islamic Financial Services Board (IFSB)


Di sela-sela sidang tahunan IMF di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April
2002, telah disepakati akan dibentuk satu institusi keuangan islam internasional.
Sebagai tindak lanjut dari rencana tersebut, pada tanggal 4 November 2002, delapan
Gubernur Bank Sentral dari delapan negara Islam, ditambah dengan Presiden IDB,
telah menandatangani pendirian Islamic Financial Services Board (IFSB) di Kuala
Lumpur, Malaysia. Lembaga itu langsung dipimpin oleh seorang bankir senior yang
berasal dari Sudan, Prof. Rifaat Ahmed Abdel Kari, Ph.D.
Lembaga multilateral yang akan memayungi lembaga keuangan syariah di
dunia itu, didirikan oleh Bank Sentral dan otoritas moneter dari Indonesia, Bahrain,
Iran, Kuwait, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Sudan, dan Islamic Development
Bank (IDB). Kelahiran IFSB bukan gagasan liar yang muncul secara spontan dalam
sidang tahunan IMF tersebut. Tapi, gagasan ini sudah dirintis sejak lama dan
embrionya tumbuh padaConsultative Meeting for Islamic Financial Products, di
Praha, Ceko, 23 September 2000. Dari situlah komitmen negara-negara pendiri
semakin kuat hingga dibentukTechnical Committee untuk mewujudkan lembaga
tersebut. Setelah melalui sejumlah pertemuan penting, akhirnya terwujud juga pada
tahun 2002.
Bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan syariah dunia, kehadiran IFSB ini
memiliki arti sangat penting. Karena kini terdapat sekitar 200 lembaga perbankan
Islam yang sedang tumbuh di 48 negara, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Asia
Barat. Bank-bank tersebut mengelola aset sekitar $ 170 miliar. IFSB akan menyusun
standar dan prinsip pokok pengawasan, pengaturan, dan penerapan syariah islam oleh
lembaga keuangan syariah di seluruh Indonesia. IFSB juga akan menjadi
penguhubung sekaligus menjalin kerjasama dengan lembaga penetapan standar di
bidang moneter dan stabilitas ekonomi. Di antara hal yang akan dilakukan, yang
cukup penting adalah penyusunan standar operasional yang selaras dengan Basel

12
Accord II. Basel Accord II sendiri masih dalam tahap persiapan akhir bagi
pengimplementasian pada akhir tahun 2006, yang dikendalikan secara eksklusif oleh
Bank for International Settlements (BIS) di Basel, Swiss. Intinya, fungsi IFSB seperti
Bank for International Settlement (BIS).
Bagi Indonesia, keberadaan IFSB sangat strategis. Ini untuk menstandarisasi
perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah di negeri ini sehingga standar
operasi dan produknya sama secara internasional. Selain itu, melalui lembaga tersebut
akan dapat dijalin kerja sama antar lembaga keuangan syariah di dunia.

3. International Isntitute of Islamic Thought (IIIT)


International Institute of Islamic Thought (IIIT) adalah sebuah lembaga
nonprofit, lembaga pendidikan dan budaya, yang fokus terhadap gagasan-gagasan
keislaman secara umum. Lembaga ini berdiri di Amerika Serikat pada 1981 atau 1401
H. Lembaga yang memiliki berbagai cabang di dunia ini, berkantor pusat di Herndon,
Virginia.
Lembaga ini memiliki visi mengembangkan umat melalui pendidikan, budaya,
dan mengintegrasikan, pengetahuan Islam dengan kemanusiaan dan etika Islam
dengan moral pengetahuan. Seiring dengan pengembangan ekonomi syariah, IIIT
juga turut berperan mengembangkan konsep, mensosialisasikan, dan
menstandarisasikan ekonomi syariah. Salah satu program standarisasi ekonomi
syariah adalah, The Registered Fellow in Islamic Finance (RFIF) yang merupakan
sertifikasi keahlian keuangan syariah yang berskala internasional. Untuk
menstandarisasi keahlian ini di Indonesia bekerja sama dengan Karim Business
Consulting.

4. Accounting and Auditing Organitation for Islamic Finance (AAOIFI)


Lembaga ini merupakan lembaga yang menstandarisasi sistem akunting dan
audit keuangan lembaga-lembaga ekonomi syariah, khususnya lembaga keuangan di
dunia. Lembaga ini berkantor pusat di London, Inggris, dan diakui oleh negara-

13
negara yang memiliki lembaga keuangan syariah sebagai benchmark akuntansi dan
audit keuangan syariah.
Lembaga ini didirikan oleh Bank Dunia bekerja sama dengan Bahrain Monetery
Agency. AAOIFI memiliki misi untuk menciptakan sistem keuangan syariah yang
transparan, berkesinambungan, dan bersih. Sejumlah standar akuntansi dan audit
yang diterbitkan AAOIFI menjadi dasar bagi lembaga-lembaga keuangan syariah di
Indonesia. Standar Akuntansi Perbankan Syariah yang baru-baru ini disahkan Dewan
Syariah Nasional merupakan peraturan akuntansi perbankan yang merujuk pada
standar AAOIFI.

2.7. Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia

a. Lembaga Keunagan Syariah BANK


Bank syariah dalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupundalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan
atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

Berdasarkan fungsinya jenis bank di Indonesia dapat dikelompokkan atas:

1. Bank sentral yaitu Bank Indonesia sebagaimana dalam UU No.13 Tahun 1968
tentang Bank Sentral, kemudian dicabut dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia.
2. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3. Bank perkreditan rakyat yaitu bank yang melaksanakan kegiatannya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
4. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu
atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.

14
Yang dimaksud dengan mengkhususkan diri untuk melakukan kegiatan tertentu
adalah melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk
mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau
pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan pembangunan
perumahan.
Peraturan tentang perbankan pertama kali diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun
1992, pada peraturan perundang-undangan ini belum secara tegas menganut bahwa
prinsip syariah dalam perbankan diperbolehkan akan tetapi sudah mulai disinggung
secara implisit. Hal ini dapat dilihat dari pasal 6 huruf b dan m Undang-Undang No.7
Tahun 1992 yaitu : Memberikan kredit; dan menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang diterapkan dalam
peraturan pemerintah; Selain itu juga diatur dalam salah satu kegiatan usaha bank
perkreditan rakyat yaitu “ menyediakan pembiayaan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah”, akan tetapi dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 masih
menganut single banking system yang dipertegas dalam PP No.72 Tahun 1992
tentang Bank Bagi Hasil.

Dalam PP tersebut, bank hanya diperkenankan melakukan kegiatan operasional


usaha secara konvensional saja atau bagi hasil saja, jadi tidak boleh dalam suatu bank
melakukan pelayanan memakai dua prinsip secara bersamaan. Pada tahun 1998
diundangkanlah Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang merubah Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam undang-undang ini baru secara tegas
dikatakan bahwa sektor perbankan di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu bank
konvensional dan bank berdasarkan prinsip syariah baik pada bank umum maupun
bank perkreditan rakyat .

15
b. Lembaga Keunagn Syariah NON BANK

Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang


menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini
diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan
ini adalah termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi di Inggris) , Credit
Union, pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana
pensiun, dan bisnis serupa lainnya. Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi
kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan
bank (asuransi , pegadaian , dana pensiun , reksa dana , bursa efek , leasing ).

Bank syariah dalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan
atau dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

2.8. Produk Produk dan Akad Lembaga Keuangan Syariah


1. AI-mudharabah

Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana
pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila
rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari
kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si
pengelolalah yang bertanggung jawab.

1. mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak
lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu,
spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
2. mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di
mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk


pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk

16
kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan
haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan
deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.

2. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan risiko
berdasarkan porsi kontribusi dana.
Musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
3. Wadi’ah
Dalam tradisi fiqih islam, prinsip titipan/simpanan dikenal dengan prinsip
wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang dijaga dan dikembalikan saja si
penitip menghendaki.
Maknanya adalah perjanjian antara pemilik barang (termasuk uang), dimana
pihak penyimpan bersedia menyimpan bersedia menyimpan dan menjaga
keselamatan barang yang dititipkan kepadanya.
4. Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih
dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang
diinginkannya.
5. Bai'as-salam
Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus

17
diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal
pembayaran harus dalam bentuk uang.
6. Bai'Al istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena
itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam.
Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen
(pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu
tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-
menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per
bulan atau di belakang.
7. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh
perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.
8. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian
mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai
denganyang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
9. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula
diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.
Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan
seseorang.
10. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban
utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan
dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau factoring.

18
11. Ar-Rahn

Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam


sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan
seperti jaminan utang atau gadai.

2.9. Bank Syariah dan Perkembanganyanya di Indonesia

Bank syariah di Indonesia secara konsisten telah menunjukkan perkembanganya


dari waktu ke waktu. Pada awal tahun 2009, aset bank syariah terhadap total
keseluruhan bank telah mencapai 2,24%, adapun dana dari piha ketiga mencapai 2,18
%, sedangkan dalam hal pembiayaan telah mencapai 2,96% dari keserluruhan bank di
Indonesia. Table 1.2 pangsa perbankan syarioah terhadap total keseluruhan bank
(januari 2009)

Bank Syariah
Total Bank (Triliun)
Nominal Pangsa

Total Aset 51,814 2,24% 2,308,0

Dana Pihak Ketiga 38,195 2,18% 1.748,8

Pembiayaan 38,201 2,96% 1,289,8

Sumber : diolah data statistic Perbankan Syariah januari 2009

Perkembangan pertumbuhan bank syariah juga telah dikuiti oleh


perkembangan jaringa kantor perbankan syariah di Indonesia kantor Perbankan. Pada
bulan Januari 2009, Jumlah Bus Adalah sebanyak 5 Perusahaan, Sehangkan jumlah
UUS sebanyak 26 unit dan BPRS sebanyak 132 perusahaan (Lihat Tabel 2.4 )

Tabel 1.3 Jaringan kantor Perbankan Syariah di Indonesia (posisi Januari 2009)

19
Mar Jun Sep Des Jan
2005 2006 2007
08 08 08 08 08

Bank Umum Syariah

Jumlah Bank 3 3 3 3 3 3 5 5

Jumlah Kantor 304 349 401 402 405 497 581 585

Unit Usaha Syariah

Jumlah UUS 19 20 26 28 28 28 27 26

Jumlah Kantor 154 183 196 207 204 216 241 243

Bank Pembiayaan

92 105 114 117 124 128 131 132


Jumlah BPRS

92 105 185 188 195 199 202 204


Jumlah Kantor

Sumber : statistic Perbankan Syariah tahun 2009

Sejak bulan desember 2008, bank syariah yang beroperasi di Indonesia bertambah du
perusahaan yaitu PT Bank Bukopin Syariah yang merupakan konversi dari anak
perusahaan Bank Bukopin dan UUS Bukopin, dna Pt Bank Syariah BRI yang
Merupakan Konversi dari UUS BRI yang menjadi BUS. Sebelumya, hanya ada tiga
Bank Syariah, yaitu PT Muamalat Indonesia, PT Bank Mandiri Syariah Dan PT Bank
mega Syariah Indonesia, adapun UUS yang ada di Indonesia hingga januari 2009
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.4. Tabel Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Di Indonesia

20
NO Bank Umum Syariah (BUS)
1 Bank Muamalat Indonesia
2 Bank Syariah Mandiri
3 Bank Mega Syariah
4 Bank Syariah Bukopin
5 Bank Syariah BRI
NO Unit Usaha Syariah
1 UUS Bank Negara Indonesia
2 UUS Bank Ekspor Indonesia
3 UUS Bank Danamon
4 UUS Bank Permata
5 UUS Bank Internasional Indonesia
6 UUS BTN
7 UUS Bukopin
8 UUS HSBC
9 UUS CIMB Niaga
10 UUS Bank Pembangunan Daerah DKI
11 UUS Bank Pembangunan Daerah Banda Aceh
12 UUS Bank Pembangunan Daerah Sumut
13 UUS Bank Pembangunan Daerah RiauKepri
14 UUS Bank Pembangunan Daerah Sumbar
15 UUS Bank Pembangunan Daerah Sumsel
16 UUS Bank Pembangunan Daerah BJBR
17 UUS Bank Pembangunan Daerah Jateng
18 UUS Bank Pembangunan Daerah DIY
19 UUS Bank Pembangunan Daerah Kaltim
20 UUS Bank Pembangunan Daerah Jatim
21 UUS Bank Pembangunan Daerah Kalsel
22 UUS Bank Pembangunan Daerah Kalbar
23 UUS Bank Pembangunan Daerah Kasltim
24 UUS Bank Pembangunan Daerah Selawesi barat
25 UUS Bank Pembangunan Daerah NTB
26 UUS Bank Lippo

21
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Dalam lembaga keuangan, Al- Qur’an memberikan aturan-aturan dasar, agar


transaksi ekonomi dalam lembaga keuangan tersebut tidak sampai melanggar norma/
etika. Lebih jauh dari itu, transaksi ekonomi dan keuangan lebih berorientasi pada
keadilan dan kemakmuran umat.Pada zaman Rasullah SAW kegiatan praktek-
praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi
dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim
dilakukan.Lembaga keuangan yang ada pada masa Rasulullah yaitu Baitul maal dan
wilayatul hisbah. Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat menjunjung nilai-nilai
Al-Quran dalam menjalankan bisnisnya (aktivitas perniagaan) .Kemudiaan ketika
Rasulullah wafat, lembaga keuangan diteruskan pada zaman Khulafaur Rasyidin.
Dalam prakteknya masih seperti tradisi yang dilakukan oleh Rasulullah, tetapi pada
zaman ini,berkembang sangat pesat. Selanjutnya setelah zaman Khulafaur Rasyidin
berakhir dilanjutkan pada zaman Dinasti, yaitu Dinasti Umayah dan Dinasti
Abasiyah. Pada zaman Dinasti ini fungsi lembaga keuangan hampir sama dengan
zaman-zaman sebelumnya, tetapi pada zaman ini ada perubahan pola ekonomi.
Setelah peradaban Dinasti berakhir maka berlanjut pada masa modern, Lembaga
keuangan modern ini mengarah kepada sistem keuangan yang bebas riba, daimana
pada zamannya kaum penjajah telah mengenalkan sisitem ribawi karenan hal ini
seiring dengan menghilangnya Baitul Maal dalam khazanah kenegaraan.

Hingga kini lembaga keuangan modern yang mendukukung lembaga keuangan


Syariah di tingkat internasional telah berdiri dalam rangka meningkatkan
perekonomian umat yang bebas ribawi. Lembaga tersebut terdiri dari Islamic
Devepment Bank (IDB), Accounting and Auditing Organization For Islamic
Financial Institution, Interntional Islamic Financial Market. Lembaga internasional

22
tersebut merupakan cerminan dari perkembangan Lembaga Keuangan Syariah yang
semakin Pesat.

Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Dimulai pada saat


pendirian Bank Muamalat Indonesia sebagai pada tahun 1993 yang merupakan titik
awal dari perkembangan Ekonomi Syariah Di Indonesia. Lembaga Keuangan
Syariah di Indonesia terus berkembang hingga saat ini berkat dukungan dari
masyarakat Muslim Indonesia dan beberapa Lembaga seperti Bank Indonesia Dan
Majelis Ulama Indonesia sebagai Badan yang bertugas mengawasi dan
mengembangkan ilmu tentang Keuangan syariah. Tercatatat hingga tahun 2009 total
asset perbankan syariah terhadap total asset perbankan nasional telah mencapai
2,14% sehigga masih perlu dukungan dari masyarakat muslim dan pemerintah agar
market share dan total asset mereka dapat terus meningkat.

23
Daftar Pustaka

Azizah. https://www.slideshare.net. 10 2, 2015.


https://www.slideshare.net/azizah1996/lembaga-keuangan-syariah-59784812
(accessed 08 29, 2017).

B, Idwan. "Sejarah Perkembangan Lembaga keuangan Syariah." Ekonomi Syariah ,


2015: 1-12.

Muhammad. Manajemen Keungan Syariah. Yogyakarta: UUP STIM YKPN, 2014.

Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawieja, Ahim Abdurahim. Akuntansi Perbankan


Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Simorangkir, Iskandar. Penngantar Kebangsentralan. Jakarta: Pusat riset Bank


Indonesia, 2014.

Sri Nurhayati, Wasilah. Akuntansi Syariah Di Indonesia. jakarta: Salemba Empat,


2010.

24

You might also like