Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Widya Annisa
Dosen Pengampu
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita hanturkan kepada Allah SWT atas nikmat iman,
kesehatan, kesempatan dan kecerdasan yang diberikan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan pada mata kuliah petrologi batuan karbonat.
Tak lupa pula shalawat dan salam kita kirimkan kepada baginda Rasulullah
SAW yang mana merupakan tokoh percontohan kita sekaligus penyelamat kita
dari gelapnya zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan yang luas
seperti saat ini.
Banyak pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan modul ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baik atas dorongan, semangat, dan motivasinya.
Penulis menyadari benar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kesalahan-kesalahan dalam modul yang perlu diperbaiki. Oleh
karena itu, diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga modul
ini dapat jadi lebih baik dan bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
Daftar Gambar.....................................................................................................iii
Daftar Tabel ........................................................................................................iv
1. Pengertian Batuan Karbonat ........................................................................1
2. Genesa Batuan Karbonat..............................................................................2
3. Klasifikasi Batuan Karbonat ........................................................................4
4. Fasies Batuan Karbonat ...............................................................................14
5. Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat Menurut Tucker 1985............18
6. Lingkungan Pengendapan Batuan karbonat Menurut Friedman dan
Reeckmann (1982) .......................................................................................20
7. Mineralogi Batuan Karbonat........................................................................24
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Limestone ..........................................................................................1
Gambar 2. Dolostone ..........................................................................................2
Gambar 3. Ilustrasi kondisi ideal pembentukan batuan karbonat (James &
Bourque, 1992 dalam Rizqi Amelia Melati, 2011)....................................3
Gambar 4. Klasifikasi Folk (1962)......................................................................6
Gambar 5 Tabel Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan Dunham (1962).....8
Gambar 6 Klasifikasi Embry dan Klovan (1971) ...............................................12
Gambar 7. Fasies Pengendapan Menurut Wilson (1975)....................................15
Gambar 8. Fasies Pengendapan Menurut Link (1950)........................................18
Gambar 9. Fasies Karbonat Ramp.......................................................................18
Gambar 10. Fasies Karbonat Platform ................................................................19
Gambar 11. Fasies Karbonat Shelves (Shelf) .....................................................20
Gambar 12. Penampang ideal lingkungan pengendapan batuan karbonat
(Friedman & Reeckmann, 1982 dalam Carla Goncalves 2013) ................24
Gambar 13. Diagram yang memperlihatkan posisi relatif mineral aragonit
dan kalsit terhadap kedalaman air laut dan tingkat solubilitas
mineral yang ditunjukkan oleh garis ACD dan CCD pada daerah
tropis. Pembagian zona menjadi 4 zona yaitu zona presipitasi (I),
zona dissolusi parsial (II), zona dissolusi aktif (III) dan zona
dimana tidak ditemukan lagi mineral karbonat (IV) (Sam Boggs
2nd, 1978) ..................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Grabau.................................................................................5
Tabel 2. Komposisi mineral setiap organisme yang umum dijumpai
pada batuan karbonat modern (Flugel, 1982) ............................................25
Tabel 3. Sifat petrografis mineral pembentuk batuan karbonat (Flugel, 1982) ..26
Tabel 4. Komposisi kimia dan mineral karbonat yang umum
dijumpai (Sam Boggs, 1978) .....................................................................27
iv
1. PENGERTIAN BATUAN KARBONAT
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih
dari 50% yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & Hsu, 1986). Sementarra
itu, menurut Bates & Jackson (1987), batuan karbonat adalah batuan yang
komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari
50%. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah
batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95%, sehingga tidak semua
batuan karbonat adalah batugamping, namun batugamping merupakan bagian dari
kelompok batuan karbonat.
Batuan karbonat menyusun 10-15% batuan sedimen dan pada umumnya
tersusun atas dua jenis batuan, yaitu:
1. Limestone/Batu Kapur/Batugamping, yang terdiri atas mineral calcite
(CaCO3) atau Mg Calcite (MgCO3).
Gambar. 1. Limestone
2. Dolostone, yang sebagian besar terdiri atas mineral dolomite
[CaMg(CO3)2]. Mineral karbonat sangat mudah larut dalam air asam,
sehingga mereka kebanyakan memiliki porositas dan permeabilitas tinggi
yang membuat batuan ini sangat baik untuk terjadinya reservoir minyak.
Gambar.2. Dolostone
Limestone mudah diamati karena sifatnya yang sangat mudah bereaksi
dengan HCl dan jika melapuk akan berwarna putih atau abu-abu. Sedangkan
Dolostone tidak akan ngecoss (bereaksi) kecuali berupa serbuk dan akan berwarna
coklat jika melapuk, warna coklat ini adalah warna Fe yang sedikit terbentuk
untuk menggantikan Mg.
2. GENESA BATUAN KARBONAT
Batuan karbonat terbentuk melalui proses biologis, biokimia dan presipitasi
anorganik larutan CaCO3 di dalam suatu cekungan (Scoffin, 1987). Menurut
(Pirson, 1958), batuan karbonat terbentuk pada lingkungan laut dangkal, dimana
pada lingkungan tersebut tidak terjadi pengendapan material asal daratan. Hal ini
memungkinkan pertumbuhan organisme laut misalnya koral, ganggang, bryozoan
dan sebagainya. Cangkang-cangkang dari organisme tersebut mengandung
mineral aragonit yang kemudian berubah menjadi mineral kalsit. Proses
pembentukan batuan karbonat akan terus berlangsung, bila keadaan laut relatif
dangkal. Hal ini dapat terjadi bila ada keseimbangan antara pertumbuhan
organisme dan penurunan dasar laut tempat terbentuknya batuan tersebut,
sehingga dapat menghasilkan batuan karbonat yang tebal.
Sementara menurut (Landes, 1959), selain dipengaruhi oleh lingkungan laut
dangkal dan tanpa adanya pengendapan material asal daratan, pembentukan
batuan karbonat membutuhkan lingkungan pengendapan dengan syarat-syarat
khusus sebagai berikut:
a. Dasar laut yang relatif datar dan stabil
b. Kedalaman laut yang dangkal
c. Suhu air yang relatif hangat (± 38° C)
d. Ombak yang tidak begitu besar
e. Tidak ada arus yang besar dan kuat
f. Kegaraman air laut sekitar 13% (permil)
.
5. Indeks energi V
Batuan karbonat yang diendapkan pada kondisi air laut yang
bergelombang kuat (strongly agitated). Dicirikan oleh kandungan
lumpurnya yang kurang dari 5%. Keadaan fosilnya sebagian besar telah
pecah-pecah. Dapat pula batuan karbonat ini tersusun oleh organisme yang
tumbuh dan berkembang di daerah tersebut, seperti koloni koral,
ganggang, stromatoporoid dan lainnya.
e. Klasifikasi Embry dan Klovan (1971)
Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur pengendapan dan merupakan
pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962) yaitu dengan menambahkan
kolom khusus pada kolom boundstone, menghapus kolom crystalline carbonate,
dan membedakan persen butiran yang berdiameter </= 2 mm dari butiran yang
berdiameter > 2mm. Dengan demikian klasifikasi Embry and Klovan seluruhnya
didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih tegas di dalam ukuran butir yaitu
ukuran grain =/>0,03–2 mm dan ukuran lumpur karbonat <0,03 mm. Berdasarkan
cara terjadinya, Embry & Klovan membagi batugamping menjadi dua kelompok,
yaitu batugamping allochtonous dan batugamping autochtonous. Batugamping
autochtonous adalah batugamping yang komponen penyusunnya berasal dari
organisme yang saling mengikat selama pengendapannya. Batugamping ini dibagi
menjadi 3 yaitu: bafflestone (tersusun oleh biota berbentuk cabang), bindstone
(tersusun oleh biota berbentuk menegak atau lempengan) dan framestone
(tersusun oleh biota berbentuk kubah atau kobis). Batugamping allochtonous
adalah batugamping yang komponennya berasal dari sumbernya oleh fragmentasi
mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan kembali sebagai
partikel padat. Batugamping ini dibagi menjadi 6 macam yaitu: mudstone,
wackestone, packetone, grainstone, floatstone dan rudstone. Dengan demikian
klasifikasi Embry & Klovan sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan
tingkat energi pengendapan.
klasifikasi Dunham adalah batuan dimana komponennya saling terikat satu
sama lainnya atau tersusun oleh organisme. Dalam klasifikasi tersebut tekstur
seperti ini dimasukkan kedalam boundstone. Selain ketiga kelompok tekstur di
atas, maka batuan karbonat juga dikelompokkan berdasarkan diagenetiknya, yaitu
jika komponen penyusunnya tidak lagi memperlihatkan tekstur asalnya.
Kelompok batuan ini dikenal sebagai kristallin karbonat (calcite crystalline rocks
dan dolomite crystalline rocks). Tekstur ini oleh Embry & Klovan 1971
menyempurnakannya klasifikasi Dunham (1962) dengan mempertimbangkan
pengaruh energi dan sedimen-sedimen yang terbawa dan terakumulasi pada
batuan tersebut. Embry & Klovan melihat pentingnya ukuran fragmen (butiran)
yang terakumulasi pada batuan yang didominasi oleh matriks. Batuan dengan
tekstur wackestone dengan kandungan butiran lebih besar dari 2 mm, maka
menurut Embry & Klovan bahwa batuan ini erat hubungannya dengan sumber
butiran (fragmen) sehingga perlu memberikan nama khusus yaitu floatstone untuk
menggambarkan lingkungan pengendapannya. Sedangkan pada tekstur grainstone
Embry & Klovan menamakannya sebagai rudstone untuk batuan dengan butiran
lebih besar dari 2 mm.
Gambar 13. Diagram yang memperlihatkan posisi relatif mineral aragonit dan
kalsit terhadap kedalaman air laut dan tingkat solubilitas mineral yang
ditunjukkan oleh garis ACD dan CCD pada daerah tropis. Pembagian zona
menjadi 4 zona yaitu zona presipitasi (I), zona dissolusi parsial (II), zona dissolusi
aktif (III) dan zona dimana tidak ditemukan lagi mineral karbonat (IV) (Sam
Boggs 2nd, 1978)
Terjadinya perbedaan tersebut tidak hanya terjadi oleh karena perbedaan sinar
matahari yang bisa masuk tetapi juga disebabkan oleh temperatur air laut,
kandungan Mg2+, saturasi dari konsentrasi (CO3)2- serta fisiologi biotanya (Tucker
dan Wright, 1990).
Diagram yang diperlihatkan pada (gambar 10) di atas secara berangsur
berubah atau mendangkal seiring dengan perubahan latitude, dimana semakin
kearah kutub, maka zona-zona tersebut semakin mendangkal. Perubahan tersebut
terjadi oleh perbedaan cahaya matahari yang bisa masuk kedalam air laut.
Kedalaman air laut yang bisa tertembus oleh sinar matahari semakin tinggi pada
posisi dekat dengan equator atau khatulistiwa. Oleh karena itu pada daerah-daerah
equatorial merupakan wilayah yang menjadi tempat berkembangnya terumbu
modern yang baik. Sebaliknya zona yang menjauh dari daerah equatorial maka
kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya matahari semakin dangkal
sehingga semakin kurang baik perkembangan terumbunya.
DAFTAR PUSTAKA
Maryanto, S., 2012. Rekaman Proses Diagenesis Berdasarkan Data Petrografi
Pada Batugamping Formasi Sentolo di Lintasan Hargorejo, Kokap
Kulomprogo. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 7, No. 2, pp. 87-99.
Moore, C. H., 1997. Carbonate Diagenesis and Porosity, Developments in
Sedimentology 46. Amsterdam: Elsevier Science B.V.
Praptisih dkk., 2012. Fasies Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat Formasi
Parigi di Daerah Palimanan, Cirebon. Riset Geologi dan Pertambangan,
Vol. 22, No. 1, pp. 33-43.
Shima, J., 2014. Analisis Fasies dan Permodelan Sikuen Stratigrafi Batuan
Karbonat Lintasan Korindo, Formasi Wainukendi, Kabupaten Supiori,
Papua. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas
Dipenogoro.
Tucker, M. E. and Wright V. P., 1990. Carbonate Sedimentology, Blackwell
Science Ltd., United Kingdom.
Tucker, M. E., Wright, V. P., dan Dickson, J. A. D., 1990. Carbonate
Sedimentology. London: William Clowes Ltd.
Walker, R. G., 1984. Facies Models. Canada: Geological Association of Canada.
Wilson, J. L., 1975, Carbonate Facies in Geologic History: Springer-Verlag,
Berlin, 471 p.
Wiratama, K., 2012. Lingkungan Pengendapan Karbonat Menurut M. E. Tucker
1985.
http://khariswiratama.blogspot.co.id/2013/10/lingkunganpengendapan-
karbonat-menurut.html. Di akses pada tanggal 29 September 2015.