You are on page 1of 6

8 Kemuliaan Ramadhan

Aus Hidayat Nur 10/09/08 | 15:11 Syarah Hadits Ada 13 komentar43.687 Hits

dakwatuna.com – Rasulullah saw. memberikan sambutannya menjelang


Bulan Suci Ramadhan. “Wahai segenap manusia, telah datang kepada kalian bulan yang
agung penuh berkah bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik
dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan qiyam di
malam harinya sebagai sunnah. Barangsiapa menunaikan ibadah yang difardukan, maka
pekerjaan itu setara dengan orang mengerjakan 70 kewajiban.

Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga. Ramadhan
merupakan bulan santunan, bulan yang dimana Allah melapangkan rezeki setiap hamba-Nya.
Barangsiapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan
diampuni dosanya, dan dibebaskan dari belenggu neraka, serta mendapatkan pahala setimpal
dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang berpuasa tersebut.” (HR
Khuzaimah)

Sambutan Nabi Muhammad saw. ini merupakan teladan bagi umatnya dalam menghadapi
datangnya Bulan Ramadhan. Sambutan hangat penuh kegembiraan yang Beliau sampaikan
menunjukkan perlunya tarhib Ramadhan seperti khutbah Nabi ini ditradisikan kaum
muslimin. Jika ada satu momen dimana kepala negara menyampaikan pidatonya tentulah
momen tersebut bukan momen biasa. Itu sebuah program superpenting dengan momen paling
istimewa. Demikian pula dengan bulan Ramadhan yang penuh dengan keunggulan dan
kemuliaan.
Dari hadits tersebut, Nabi kita menyebutkan 8 keistimewaan Ramadhan dibandingkan bulan-
bulan lainnya, yaitu:
1. Syahrun Azhim (Bulan Yang Agung)
Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala. Namun juga digunakan untuk menunjukkan
kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Sesuatu yang diagungkan Nabi
tentulah memiliki nilai yang jauh lebih besar dan sangat mulia dengan sesuatu yang
diagungkan oleh manusia biasa. Alasan mengagungkan bulan Ramadhan adalah karena Allah
juga mengagungkan bulan ini. Firman Allah, “Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha
mintaqwal quluub, barangsiapa mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka itu datang dari
hati yang bertakwa.”
Diagungkan Allah karena pada bulan inilah Allah mewajibkan puasa sebagai salah satu dari
lima rukun Islam. Allah Yang Maha Pemurah Penyayang menetapkan dan mensucikan bulan
ini kemudian memberikan segala kemurahan, kasih sayang, dan kemudahan bagi hamba-
hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Syahrul Mubarak
Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan berhasil guna, bermanfaat secara maksimal. Detik
demi detik di Bulan Suci ini bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang
beriman. Pasalnya semua perbuatan kita di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala yang
balasannya langsung dari Allah. Amal baik sekecil apapun nilainya
dilipatgandakan sehingga kita menjadi puas dalam melakukannya.
Keberkahan Ramadhan oleh Nabi kita secara garis besar dibagi 3, yaitu 10 malam periode
pertama penuh rahmat Allah, 10 berikutnya diisi dengan ampunan (maghfirah), sedangkan di
10 malam terakhir merupakan pembebas manusia dari api neraka. Keberkahan yang Allah
berikan ini akan optimal jika kita mengelola waktu pendekatan diri kepada Allah
sebagaimana arahan Rasulullah saw.
3. Syahru Nuzulil Qur’an
Allah mengistimewakan Ramadhan sekaligus menyediakan target terbesar, yaitu menjadikan
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Simaklah firman Allah dalam rangkaian ayat puasa,
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan
(pembeda).” (Al-Baqarah: 185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa target utama amaliyah Ramadhan membentuk insan takwa
yang menjadikan Kitabullah sebagai manhajul hayat (pedoman hidup). Dapat dikatakan
bahwa Ramadhan tidak dapat dipisahkan dengan Al-Qur’an. Rasulullah saw. mendapatkan
wahyu pertama pada bulan Ramadhan dan di setiap bulan Ramadhan Malaikat Jibril datang
sampai dua kali untuk menguji hafalan dan pemahaman Rasulullah saw. terhadap Al-Qur’an.
Bagi ummat Muhammad, ada jaminan bahwa Al-Qur’an kembali nuzul ke dalam jiwa
mereka manakala mengikuti program Ramadhan dengan benar.
4. Syahrus Shiyam
Pada Bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari 5 rukun (tiang)
Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). Kewajiban puasa sebagaimana kewajiban
ibadah shalat 5 waktu. Maka sebulan penuh seorang muslim mengkonsentrasikan diri untuk
ibadah sebagaimana dia mendirikan shalat Subuh atau Maghrib yang memakan waktu
beberapa menit saja. Puasa Ramadhan dilakukan tiap hari dari terbit fajar hingga terbenam
matahari (Magrib). Tidak cukup menilai dari yang membatalkannya seperti makan dan
minum atau berhubungan suami-istri di siang hari saja, tetapi wajib membangun akhlaqul
karimah, meninggalkan perbuatan maksiat dan yang makruh (yang dibenci Allah).
5. Syahrul Qiyam
Bulan Ramadhan menggairahkan umat Islam untuk menjalankan amalan orang-orang saleh
seperti sholat tahajjud dan membaca Al-Qur’an dengan benar di dalam shalat malamnya. Di
Bulan Ramadhan Kitabullah mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan ketinggian
derajatnya setiap mukmin sangat dianjurkan shalat tarawih dan witir agar di luar Ramadhan
dia bisa terbiasa mengamalkan qiyamullail.
6. Syahrus Sabr (bulan sabar)
Bulan Ramadhan melatih jiwa muslim untuk senantiasa sabar tidak mengeluh dan tahan
uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual dan
operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar
adalah surga.
Sabar lahir bersama dengan segala bentuk kerja besar yang beresiko seperti dalam dakwah
dan jihad fi sabilillah. Ramadhan melatih muslim beramal islami dalam berjamaah untuk
meninggikan kalimat Allah.
7. Syahrul Musawwah (Bulan Santunan)
Ramadhan menjadi bulan santunan manakala orang-orang beriman sadar sepenuhnya bahwa
puasanya mendidik mereka untuk memiliki empati kepada fakir miskin karena merasakan
lapar dan haus sebagaimana yang mereka rasakan. Karena itu kaum muslimin selayaknya
menjadi pemurah dan dermawan. Memberi dan berbagi harus menjadi watak yang
ditanamkan.
Segala amal yang berkaitan dengan amwal (harta) seperti zakat fitrah sedekah, infak, wakaf,
dan sebagainya, bahkan zakat harta pun sebaiknya dilakukan di bulan yang mulia ini.
Memberi meskipun kecil, bernilai besar di sisi Allah. Siapa yang memberi makan minum
pada orang yang berpuasa meskipun hanya seteguk air, berpahala puasa seperti yang
diperoleh orang yang berpuasa.
8. Syahrul Yuzdaadu fiihi Rizqul Mu’min
Bulan ini rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan dibuka oleh Allah
seluas-luasnya. Para pedagang akan beruntung, orang yang jadi pegawai dapat kelebihan
pendapatan dan sebagainya. Namun rezeki terbesar adalah hidayah Allah kemudian hikmah
dan ilmu yang begitu mudah diperoleh di bulan mulia ini.
Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan
Ulis Tofa, Lc 23/09/08 | 08:10 Hadits Ada 5 komentar45.805 Hits

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau
pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

dakwatuna.com – Bulan Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi orang-orang yang
bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shaleh. Terutama, sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Sebagian ulama kita membagi bulan ini dengan tiga fase: fase pertama sepuluh hari awal Ramadhan sebagai
fase rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai fase maghfirah dan sepuluh akhirnya sebagai fase pembebasan dari
api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya
rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Dari ummul mukminin, Aisyah ra., menceritakan tentang kondisi Nabi saw. ketika memasuki sepuluh hari
terakhir Ramadhan: “Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Apa rahasia perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:

Sebab pertama, karena sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan
itu tergantung pada penutupannnya atau akhirnya. Rasulullah saw. berdo’a:
“‫”خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي‬
“Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah
pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana saya berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi, yang penting adalah hendaknya setiap manusia meangakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan kebaikan.
Karena boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian kebaikan, namun ia memilih mengakhiri
hidupnya dengan kejelekan.

Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri
Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah
di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.

Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul qadar, karena lailatul
qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan firman Allah swt.
‫إنا أنزلناه في ليلة القدر‬

“Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam kemulyaan.”


Allah swt. juga berfirman:

‫شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان‬

“Bulan Ramadhan,adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil-.”
Dalam hadits disebutkan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul qadar,
malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya maka ia diharamkan mendapatkan
kebaikan seluruhnya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-.”
Al qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di
sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
“‫“في العشر األواخر من رمضان التمسوها‬.
“Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan berikutnya, apakah lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja?
Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh hari terakhir. Dan juga banyak hadits yang
menerangkan lailatul qadar ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
“‫”األواخر وفي األوتار التمسوها في العشر‬
“Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
“‫”إن هللا وتر يحب الوتر‬

“Sesungguhnya Allah ganjil, menyukai bilangan ganjil.”


Oleh karena itu, kita rebut lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau di
bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau ijma’ tentang kapan turunya lailatul qadar.
Di kalangan umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana
pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada
konsensus pastinya.
Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” menyebutkan, “Paling tidak ada 39 pendapat berbeda
tentang kapan lailatul qadar.”
Ada yang berpendapat ia turun di malam dua puluh satu, ada yang berpendapat malam dua puluh tiga, dua puluh
lima, bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada yang berpendapat lailatul qadar pindah-pindah atau
ganti-ganti, pendapat lain lailatul qadar ada di sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.

Untuk lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.

Apa yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?

Adalah qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu’. Qira’atul qur’an, dzikir
kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, istighfar, do’a, shalawat atas nabi dan melaksanakan
kebaikan-kebaikan yang lainnya.

Lebih khusus memperbanyak do’a yang ma’tsur:

َ ‫ الله ُه هم إنهك‬: ‫ قُولِي‬: ‫ َما أَقُو ُل فِي َها ؟ قَا َل‬، ‫ي لَ ْي َل ٍة لَ ْيلَةُ ْالقَد ِْر‬
ُّ‫عفُ ٌّو تُحِ ب‬ ُّ َ ‫عل ِْمت أ‬ ْ ‫ أ َ َرأَيْت‬، ِ‫َّللا‬
َ ‫إن‬ ُ ‫ َيا َر‬: ‫ قُ ْلت‬: ‫ت‬
‫سو َل ه‬ ْ َ‫ع ْن َها قَال‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ ‫َو‬
‫عنِي‬ َ ‫ْف‬ُ ‫ْال َع ْف َو فَاع‬

Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa beliau berkata: “Saya berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu
jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku kerjakan? Nabi bersabda:
“Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun,
Engkau mencintai orang yang meminta maaf, maka ampunilah saya.” (Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani)
Patut kita renungkan, wahai saudaraku muslim-muslimah: “Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu
Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba Tuhan.” Karena ada sebagian
manusia yang menyibukkan diri di bulan Ramadhan dengan keta’atan dan qiraatul Qur’an, kemudian ia
meninggalkan itu semua bersamaan berlalunya Ramadhan.
Kami katakan kepadanya: “Barangsiapa menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun
barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah mati.”
Allah cinta agar manusia ta’at sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di
sepanjang waktu.

Dan karena kita ingin mengambil bekalan sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan
selainnya.

Semoga Allah swt. menerima amal kebaikan kita. Amin

You might also like