meninggalkan larangan yang terdapat di dalam Al Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi Qur’an. wasallam mengadukan ummatnya Berdasarkan penjelasan tersebut, ".(Q.S. Al Furqan 25:30) Mari kita sejenak merenungi Firman Allah Ta’ala, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengadu tatkala Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi kepada Allah Ta’ala bahwa ummatnya telah menjadikan Al wasallam mengeluhkan ummatnya kepada Allah Ta’ala, yang Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan dan tidak diberikan tercantum indah dalam Al Qur’an surah Al Furqan ayat 30, perhatian, tidak direnungi dan tidak diamalkan, bahkan tidak yang artinya: didengar dan tidak pula dibaca. Allah Ta’ala telah berfirman: ….. “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab “ berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku (Al Qur’an).” (Q.S. Al Ankabut 29:45). menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diabaikan".(Q.S. Al Furqan 25:30). Berpaling dari Al Qur’an merupakan dosa besar Dalam ayat tersebut, terdapat kata “mahjuuran” yang Berpaling dari Al Qur’an merupakan dosa besar, diartikan sebagai sesuatu yang diabaikan. karena Al Qur’an diturunkan oleh Allah Ta’ala sebagai Menurut Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al pedoman hidup bagi seluruh makhluk. Dan merupakan Jazairy, “mahjuuran” artinya adalah “sesuatu yang ditinggalkan kewajiban bagi manusia untuk membacanya, memahaminya, dan sesuatu yang tidak diberikan perhatian terhadapnya.” dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Aisarut Tafaasir, 2/1223). Allah Ta’ala berfirman yang artinya : Sedangkan menurut Al Imam Ibnu “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka Katsir rahimahullah, kata “mahjuuran” memiliki beberapa sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami pengertian (Tafsir Ibnu Katsir, 6/98-99), yaitu: akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan 1. Orang-orang musyrik yang tidak mau mendengarkan Al buta.” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau Qur’an tatkala dibacakan kepada mereka, mereka menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku mengabaikannya dengan cara memperbanyak omongan dahulunya adalah seorang yang bisa melihat?” Allah dan ucapan lain yang tidak bermanfaat seperti syair, berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat ucapan-ucapan yang tidak bermutu, lagu-lagu, nyanyian, Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari atau segala macam cara lainnya untuk menutupi telinga ini kamupun dilupakan”. (Q.S. Thaha 20:124-126). mereka dari Al Qur’an. Ayat tersebut mengabarkan kepada kita bahwa pada 2. Mendustakan isi kandungan Al Qur’an. hakikatnya penyebab utama kehidupan yang sempit adalah 3. Enggan merenungi dan memahami kandungan Al diri kita sendiri yang berpaling dari peringatan Allah Ta’ala. Qur’an. Namun seringkali kita tidak menyadarinya sehingga lupa untuk melakukan introspeksi diri, Pernahkan kita memandang bagaimana kita menjalani untuk menjauhinya. Lalu, kenapa jarak antara kita dengan Al hari demi hari yang sudah berlalu? Apakah Al Qur’an Qur’an semakin hari justru semakin jauh? menjadi sahabat yang selalu menemani kita tatkala kita Mari kita berkaca pada diri kita sendiri. Mungkin kita sedih dan galau, atau justru gadget yang lebih kita pilih tidak dengan sengaja meninggalkan Al Qur’an… Tapi kita untuk mendengarkan berbagai curahan hati kita? Apakah dengan sengaja memprioritaskan selain Al Qur’an untuk lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an lebih sering kita dengarkan, menemani keseharian kita…Media sosial lebih menarik bagi atau justru lantunan musik dan nyanyian yang menemani kita dibandingkan dengan Al Qur’an. Jalan-jalan dan kumpul- waktu-waktu luang kita? kumpul dengan teman lebih kita sukai dibandingkan dengan Jika ternyata Al Qur’an masih jauh dari keseharian kita, berduaan dengan Al Qur’an. Dan gadget lebih nyaman untuk maka sadarilah bahwa itulah yang menjadi penyebab kenapa kita genggam daripada sentuhan lembut mushaf Al Qur’an. kehidupan kita masih sempit. Benarlah apa yang difirmankan Allah pada ayat yang telah kami sebutkan tadi, (Q.S. Thaha 20: 126). Aku dilupakan karena aku melupakan Sesungguhnya, bukanlah Al Qur’an yang Dalam kehidupan ini, waktu yang kita miliki merupakan meninggalkan kita, akan tetapi karena kita meninggalkan Al taruhan yang sangat besar, apakah akan kita gunakan untuk Qur’an dengan mengutamakan hal selain Al Qu’an, sehingga sesuatu yang bermanfaat atau justru kita gunakan untuk Al Qur’an pun meninggalkan kita. Bukan karena kita sengaja sesuatu yang sia-sia atau bahkan kemaksiatan. Tidak ada menjauhi kebaikan, akan tetapi karena kita terlalu sibuk pertengahan dalam menggunakan waktu, tidak ada dengan perkara yang buruk dan tidak bermanfaat, maka netral. Karena waktu hanya akan habis oleh dua kegiatan, hati kita pun menjadi berat untuk melakukan kebaikan. yaitu kegiatan yang bermanfaat dan kegiatan yang tidak bermanfaat. Saatnya memperbaiki diri Adapun berdiam diri tanpa melakukan apapun Apakah kita termasuk penista Al Qur’an yang diadukan merupakan kegiatan yang sia-sia sehingga termasuk dalam oleh Nabi karena telah menjadikan Al Qur’an sebagai sesuatu kegiatan yang tidak bermanfaat dan merupakan keburukan. yang ditinggalkan dan tidak diberikan perhatian, tidak Ibnul Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah berkata: direnungi dan tidak diamalkan, bahkan tidak didengar dan “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti tidak pula dibaca? Sungguh, kita berlindung kepada akan disibukkan dengan hal-hal yang bathil.” (Al Jawabul Allah Ta’ala dari yang demikian itu. Ataukah kita sudah bisa Kaafi/156). bersikap kepadanya dengan semestinya? Selama ini, mungkin kita jauh dari Al Qur’an, mungkin Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk kita jarang bahkan tidak pernah membaca Al Qur’an, mungkin membenahi diri. Kembali kepada fitrah orang beriman yang kita tidak menghafalkan Al Qur’an, apalagi memahaminya dan senantiasa mengisi waktunya dengan kebaikan, sehingga kita mengamalkannya dengan baik. dapat luput dari hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Dan Mengapa demikian? Apakah kita dengan sengaja selanjutnya, semoga Allah menjaga hati kita agar tetap meninggalkan Al Qur’an? Apakah kita benar-benar berlari dan istiqamah di jalan kebaikan hingga ajal menjemput kita. menjauh dari Al Qur’an? Tentu saja tidak. Kerena setiap orang Aamiin. yang beriman pasti meyakini bahwa Al Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia sehingga tidak mungkin sengaja Penulis : Romansyah Makalalag (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)