You are on page 1of 3

AKU DILUPAKAN KARENA AKU MELUPAKAN 4.

Sikap tidak mau menjalankan perintah dan


meninggalkan larangan yang terdapat di dalam Al
Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi Qur’an.
wasallam mengadukan ummatnya Berdasarkan penjelasan tersebut, ".(Q.S. Al Furqan 25:30)
Mari kita sejenak merenungi Firman Allah Ta’ala, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengadu
tatkala Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi kepada Allah Ta’ala bahwa ummatnya telah menjadikan Al
wasallam mengeluhkan ummatnya kepada Allah Ta’ala, yang Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan dan tidak diberikan
tercantum indah dalam Al Qur’an surah Al Furqan ayat 30, perhatian, tidak direnungi dan tidak diamalkan, bahkan tidak
yang artinya: didengar dan tidak pula dibaca. Allah Ta’ala telah berfirman:
       
   …..  
   “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab
“ berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku (Al Qur’an).” (Q.S. Al Ankabut 29:45).
menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diabaikan".(Q.S.
Al Furqan 25:30). Berpaling dari Al Qur’an merupakan dosa besar
Dalam ayat tersebut, terdapat kata “mahjuuran” yang Berpaling dari Al Qur’an merupakan dosa besar,
diartikan sebagai sesuatu yang diabaikan. karena Al Qur’an diturunkan oleh Allah Ta’ala sebagai
Menurut Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al pedoman hidup bagi seluruh makhluk. Dan merupakan
Jazairy, “mahjuuran” artinya adalah “sesuatu yang ditinggalkan kewajiban bagi manusia untuk membacanya, memahaminya,
dan sesuatu yang tidak diberikan perhatian terhadapnya.” dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
(Aisarut Tafaasir, 2/1223). Allah Ta’ala berfirman yang artinya :
Sedangkan menurut Al Imam Ibnu “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
Katsir rahimahullah, kata “mahjuuran” memiliki beberapa sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
pengertian (Tafsir Ibnu Katsir, 6/98-99), yaitu: akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
1. Orang-orang musyrik yang tidak mau mendengarkan Al buta.” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau
Qur’an tatkala dibacakan kepada mereka, mereka menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku
mengabaikannya dengan cara memperbanyak omongan dahulunya adalah seorang yang bisa melihat?” Allah
dan ucapan lain yang tidak bermanfaat seperti syair, berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat
ucapan-ucapan yang tidak bermutu, lagu-lagu, nyanyian, Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari
atau segala macam cara lainnya untuk menutupi telinga ini kamupun dilupakan”. (Q.S. Thaha 20:124-126).
mereka dari Al Qur’an. Ayat tersebut mengabarkan kepada kita bahwa pada
2. Mendustakan isi kandungan Al Qur’an. hakikatnya penyebab utama kehidupan yang sempit adalah
3. Enggan merenungi dan memahami kandungan Al diri kita sendiri yang berpaling dari peringatan Allah Ta’ala.
Qur’an. Namun seringkali kita tidak menyadarinya sehingga lupa untuk
melakukan introspeksi diri,
Pernahkan kita memandang bagaimana kita menjalani untuk menjauhinya. Lalu, kenapa jarak antara kita dengan Al
hari demi hari yang sudah berlalu? Apakah Al Qur’an Qur’an semakin hari justru semakin jauh?
menjadi sahabat yang selalu menemani kita tatkala kita Mari kita berkaca pada diri kita sendiri. Mungkin kita
sedih dan galau, atau justru gadget yang lebih kita pilih tidak dengan sengaja meninggalkan Al Qur’an… Tapi kita
untuk mendengarkan berbagai curahan hati kita? Apakah dengan sengaja memprioritaskan selain Al Qur’an untuk
lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an lebih sering kita dengarkan, menemani keseharian kita…Media sosial lebih menarik bagi
atau justru lantunan musik dan nyanyian yang menemani kita dibandingkan dengan Al Qur’an. Jalan-jalan dan kumpul-
waktu-waktu luang kita? kumpul dengan teman lebih kita sukai dibandingkan dengan
Jika ternyata Al Qur’an masih jauh dari keseharian kita, berduaan dengan Al Qur’an. Dan gadget lebih nyaman untuk
maka sadarilah bahwa itulah yang menjadi penyebab kenapa kita genggam daripada sentuhan lembut mushaf Al Qur’an.
kehidupan kita masih sempit. Benarlah apa yang difirmankan Allah pada ayat yang
telah kami sebutkan tadi, (Q.S. Thaha 20: 126).
Aku dilupakan karena aku melupakan Sesungguhnya, bukanlah Al Qur’an yang
Dalam kehidupan ini, waktu yang kita miliki merupakan meninggalkan kita, akan tetapi karena kita meninggalkan Al
taruhan yang sangat besar, apakah akan kita gunakan untuk Qur’an dengan mengutamakan hal selain Al Qu’an, sehingga
sesuatu yang bermanfaat atau justru kita gunakan untuk Al Qur’an pun meninggalkan kita. Bukan karena kita sengaja
sesuatu yang sia-sia atau bahkan kemaksiatan. Tidak ada menjauhi kebaikan, akan tetapi karena kita terlalu sibuk
pertengahan dalam menggunakan waktu, tidak ada dengan perkara yang buruk dan tidak bermanfaat, maka
netral. Karena waktu hanya akan habis oleh dua kegiatan, hati kita pun menjadi berat untuk melakukan kebaikan.
yaitu kegiatan yang bermanfaat dan kegiatan yang tidak
bermanfaat. Saatnya memperbaiki diri
Adapun berdiam diri tanpa melakukan apapun Apakah kita termasuk penista Al Qur’an yang diadukan
merupakan kegiatan yang sia-sia sehingga termasuk dalam oleh Nabi karena telah menjadikan Al Qur’an sebagai sesuatu
kegiatan yang tidak bermanfaat dan merupakan keburukan. yang ditinggalkan dan tidak diberikan perhatian, tidak
Ibnul Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah berkata: direnungi dan tidak diamalkan, bahkan tidak didengar dan
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti tidak pula dibaca? Sungguh, kita berlindung kepada
akan disibukkan dengan hal-hal yang bathil.” (Al Jawabul Allah Ta’ala dari yang demikian itu. Ataukah kita sudah bisa
Kaafi/156). bersikap kepadanya dengan semestinya?
Selama ini, mungkin kita jauh dari Al Qur’an, mungkin Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk
kita jarang bahkan tidak pernah membaca Al Qur’an, mungkin membenahi diri. Kembali kepada fitrah orang beriman yang
kita tidak menghafalkan Al Qur’an, apalagi memahaminya dan senantiasa mengisi waktunya dengan kebaikan, sehingga kita
mengamalkannya dengan baik. dapat luput dari hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Dan
Mengapa demikian? Apakah kita dengan sengaja selanjutnya, semoga Allah menjaga hati kita agar tetap
meninggalkan Al Qur’an? Apakah kita benar-benar berlari dan istiqamah di jalan kebaikan hingga ajal menjemput kita.
menjauh dari Al Qur’an? Tentu saja tidak. Kerena setiap orang Aamiin.
yang beriman pasti meyakini bahwa Al Qur’an adalah
pedoman hidup bagi manusia sehingga tidak mungkin sengaja
Penulis : Romansyah Makalalag (Alumnus Ma’had Al ‘Ilmi
Yogyakarta)

You might also like