Professional Documents
Culture Documents
1
surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif (Austin,
1984).
2. Sifat-sifat Sabun
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak.
Sabun secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan.
R – COOL .Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan gugus
– COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na, K atau
NH4. Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu makin tinggi
(Harold. 1982).
3. Kegunaan Sabun
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran
berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini
disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah
molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak.
Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh
ujung anion molekul - molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak
lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun - minyak, maka minyak
itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi (Austin, 1984).
4. Pembuatan Sabun
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau
lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan
sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai
guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam
proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat,
natrium fosfat, parfum, dan pewarna. Lemak dan minyak yang umum
digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah
asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing–
masing lemak mengandung sejumLah molekul asam lemak dengan rantai
karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada
lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida
2
diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium
hidroksida membebaskan gliserol (Baysinger, 2004).
a. Bahan Pembuatan Sabun
1) Bahan Baku
Alkali, Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses
saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan
ethanolamines. NaOH merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan
dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam
air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang
murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat
menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines
merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu
menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines
dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun
tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen,
bukan sebagai sabun rumah tangga.
2) Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses
penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan
pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap
dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-
bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan
ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk
sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara
lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
a) NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan
sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena
kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
3
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang
tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari
besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas.
b) Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara
mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan
bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi
permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder
juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar
proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu
mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas.
Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa
kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat
atau zeolit.
c) Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran
bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak
atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran
bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada
umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat.
Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra
sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini
berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
d) Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun.
Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen
untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang
4
menarik. Biasanya warna-warna sabun itu terdiri dari warna merah,
putih, hijau maupun jingga.
e) Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum
memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan
produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang
ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat
fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan
berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam
perhitungan, berat parfum dalam gram(g) dapat dikonversikan ke
mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1mL. Pada dasarnya,
jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
parfum umum dan parfum ekslusif.
b. Reaksi Pembuatan Sabun
Sabun dihasilkan reaksi saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi
asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang
biasanya digunakan adalah NaOH dan KOH. Asam lemak yang berikatan
dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.
Namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan
NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang
dibuat menggunakan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH,
KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang
dibuat dengan alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih
rendah yaitu 8,0 sampai 9,5 (Nurul Hidajati, dkk., 2017).
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali
adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH)
yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis
sebagai berikut :
5
Minyak Basa Sabun Gliserol
(Nurul Hidajati, dkk., 2017).
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin
sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan
garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang
lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun
tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk
ion. Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan
sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali
yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat
menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun
cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu,
jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang
dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras
daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun. Sifat –
sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumLah dan komposisi dari
komponen asam–asam lemak yang digunakan.Komposisi asam–asam
lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan
tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12
atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada
kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon
membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.
Terlalu besar bagian asam–asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun
yang mudahteroksidasi bila terkena udara. Alasan–alasan di atas, faktor
6
ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dapat
dibuat menjadi sabun terbatas (Nurul Hidajati, dkk., 2017).
5. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumLah asam lemak bebas, serta
dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam
lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumLah milligram KOH yang
digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1
gram minyak atau lemak. Penentuan bilangan asam digunakan untuk
mengukur jumLah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau
lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari
minyak atau lemak tersebut. Bilangan asam yang besar menunjukkan asam
lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak,
ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi bilangan
asam, maka makin rendah kualitasnya. Pada percobaan ini, bilangan asam
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
V x N x Mr KOH
Bilangan Asam =
w
Keterangan:
V :jumlah mL larutan KOH standar
N :normalitas larutan KOH standar
W:bobot sampel minyak atau lemak (gram) Angka asam menunjukkan asam
lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak ataupun karena
proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin
rendah kualitasnya.
(Nurul Hidajati, dkk., 2017).
6. Bilangan Penyabunan
Selain bilangan asam kualitas minyak atau lemak dapat ditentuka
dengan bilangan penyabunan. Bilangan penyabunan didefinisikan sebagai
jumLah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak
atau minyak. Apabila sejumLah contoh minyak atau lemak disabunkan
dengan larutan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi
dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul
7
minyak atau lemak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi
menggunakan asam, sehingga jumLah alkali yang ikut bereaksi dapat
diketahui (Nurul Hidajati, dkk., 2017).
Bilangan ini juga menyatakan indeks berat molekul suatu minyak.
Jika asam lemak yang terdapat dalam minyak mempunyai berat molekul
rendah (rantai pendek), maka jumLah gliseridanya semakin banyak. Hal ini
menyebabkan bilangan penyabunan meningkat (Anwar, 1996).
Besarnya bilangan penyabunan dapat dihitung menggunakan rumus:
V x N x Mr HCl
Bilangan penyabunan =
w
Keterangan
V : jumLah mL larutan HCl
N : normalitas larutan HCl
W: bobot sampel minyak atau lemak (gram) Semakin tinggi bilangan
penyabunan, maka semakin rendah kualitas sabun tersebut
(Nurul Hidajati, dkk., 2017).
7. Jenis-jenis Minyak
Jumlah minyak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus
dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi
produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut),
dan lain-lain. Beberapa jenis minyak yang biasa dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya :
a. Palm Oil (Minyak Sawit)
Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya
kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan bersifat
keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun, minyak sawit harus dicampur dengan
bahan lainnya. Kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-
44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%,
asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
8
b. Coconut Oil (Minyak Kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering
digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna
kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang
dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak
jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga
minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
c. Palm Kernel Oil (Minyak Inti Sawit)
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti
sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak
kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih
tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak
kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil
yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-
19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%,
asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.
d. Olive Oil (Minyak Zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun
dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang
berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi
kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak
tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen.
Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol yang sebagian besar
di antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat.
Kandungan asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen dari total
asam lemak dalam minyak zaitun.
.
9
F. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 6 buah
b. Pipet tetes 10 buah
c. Gelas ukur 10 mL 1 buah
d. Neraca Ohauss 1 buah
e. Gelas Kimia 250 mL 2 buah
f. Spatula 1 buah
g. Cetakan sabun 3 buah
h. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
i. Botol timbang 12 buah
j. Termometer 1 buah
k. Spirtus 1 buah
l. Korek 1 buah
m. Statif dan klem 3 buah
n. Selang plastik 4 buah
o. Kaki tiga 1 buah
2. Bahan
a. Minyak kelapa 22 gram
b. Minyak sawit 22 gram
c. Minyak curah 22 gram
d. Etanol 12 gram
e. Larutan alkali pekat (NaOH) 4,2 gram
f. Gliserin 12 gram
g. Minyak zaitun 3 mL
h. Indikator PP 6 tetes
i. Asam stearat 3 gram
j. Larutan KOH alkoholik 0,1N 75 mL
k. Larutan standar HCl 0,5 N 30 mL
l. Pewarna secukupnya
m. Minyak bibit secukupnya
n. Aquades secukupnya
10
G. Alur
a. Pembuatan Larutan NaOH
1,4 gram NaOH
1. Dilarutkan dalam 3,3ml air
2. Dibiarkan sampai larutan NaOH
ditumbuhkan suhunya
Larutan NaOH
b. Pembuatan Sabun
Warna kekuningan
sabun
11
b. Sifat emulsi sabun
3ml aquades
Tabung Tabung
1 2
1. Ditambah 2ml 1. Tidak ditambahkan
larutan sabun larutan sabun
2. Dikocok kuat 2. Didiamkan
sampai mendapat 3. Diamati
kan emulsi 4. Dicatat waktu
3. Didiamkan terjadinya
4. Diamati pemisahan
5. Dicatat waktu yang
diperlukan
terjadinya
pemisahan
Hasil pengamatan Hasil pengamatan
2. Bilangan Asam
5-10gram sampel minyak
12
3. Bilangan Penyabunan
5-10gram sampel
13
H. Hasil Pengamatan
14
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
Pembuatan Sabun asam stearat asam stearat + sawit = padat, sedikit
10 gram minyak berbentuk minyak + berminyak
butiran-butiran dipanaskan + Sabun dari minyak
1. Dimasukkan dalam erlenmeyer
berwarna curah = sangat padat,
2. Dimasukkan 1 gram asam stearat berwarna putih
kecoklatan
3. Dipanaskan sampai suhu 70℃ sampai minyak kelapa tidak berminyak
setelah ditambah
mencair seluruhnya berwarna Sabun dari minyak
NaOH + Alkohol
kuning kelapa = kurang
Warna Kecoklatan + gliserin =
keputihan (+) keras, sangat
larutan berwarna
4. Dibiarkan sampai suhu 50℃
minyak sawit putih kekuninga,
berminyak
5. Ditambah larutan NaOH
berwarna keruh, kental Kualitas sabun urut
6. Diaduk
kuning (++) larutan + daru yang terbaik
7. Ditambah 12 gram alkohol
minyak curah dipanaskan= + 1. Sabun dari minyak
8. Ditambah 4 gram gliserin
9. Dipanaskan dan diaduk sampai terbentuk berwarna larutan jernih kelapa
larutan jernih kuning (+++) berwarna 2. Sabun dari minyak
10. Dibiarkan agak dingin Larutan NaOH kecoklatan (Nurul Hidajati, dkk, 2017). sawit
11. Ditambah 1 ml minyak zaitun tiak berwarna setelah 3. Sabun dari minyak
12. Diberi pewarna + parfum curah
Alkohol = tidak ditambahkan
berwarna 1mL minyak
gliserin = kental zaitun +
15
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
tidak berwarna pewangi +
13. Dituang kecetakan sebelum memadat minyak zaitun= perwarna merah
14. Dibiarkan sampai memadat kuning jernih = larutan sabun,
(+) dituangkan
Sabun kecetakan
memadat
menjadi sabun
padat berwarna
merah
16
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
2. Sifat Emulsi Sabun minyak curah minyak curah - Minyak + air akan lebih Waktu yang
a. Pembuatan larutan sabun berwarna minyak curah + cepat memisah daripada diperlukan untuk
kuning (+++) air memisah campuran minyak + sabun membuat emulsi
0,1-0,2 gram sabun
minyak sawit dalam 49 detik + air minyak kelapa
1. Dilarutkan ke dalam 6-8 mL
berwarna minyak curah + - Sabun minyak kelapa >minyak sawit
air panas
kuning muda larutan sabun + memiliki daya >minyak curah
Larutan sabun
(++) air larutan mengemulsi paling baik
minyak kelapa berwarna putih dari minyak pada minyak
berwarna dan berbusa sawit dan minyak curah
kuning ketika dikocok - Sifat pengemulsi
keputihan (+) waktu yang memperlambat
aquades tak diperlukan terbentuknya lapisan
berwarna untuk memisah minyak dan larutan
5 menit 43 detik ( Dalimunthe, 2009 )
minyak sawit
minyak sawit +
air memisah
dalam waktu 38
detik
17
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
b. Sifat Emulsi Sabun minyak sawit +
3 mL aquades larutan sabun +
1. Ditambah 5 tetes sampel minyak air larutan
2. Dimasukkan kedalam tabung reaksi
berwarna putih
18
No. Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc. Sebelum Sesudah
berwarna putih
keruh dan
berbusa ketika
dikocok
waktu yang
diperlukan
untuk memisah
6 menit 23 detik
19
No Hasil Pengamatan
Prosedur percobaan Dugaan/ reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
3. Bilangan Asam - Minyak curah - Minyak curah - Secara teori semakin besar Berdasarkan percobaan
a. : berwarna + etanol : bilangan asamnya menunjukkan yang dilakukan urutan
5 gram minyak curah kuning larutan tak semakin kurang baik proses bilangan asam minyak
- Etanol : bercampur pengolahan dan kualitasnya curah > minyak sawit >
1. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer larutan tak - Minyak curah ( Dalimunthe, 2009) minyak kelapa.
2. Ditambahkan 25 mL etanol berwarna + etanol + Sehingga kualitas
3. Ditambahkan 6 tetes indikator PP - KOH : laruta indikator PP : minyak terbaik, minyak
4. Dititrasi dengan larutan standar KOH tak berwarna larutan tak kelapa > minyak sawit
0,1 N - Indikator PP : bercampur > minyak curah.
Hasil larutan tak - Dititrasi :
berwarna larutan
- Minyak sawit berwarna
: berwarna merah muda
b. kuning (soft pink) 2HC O O C C17H33
5 gram minyak sawit - Minyak - V KOH 0,1 N
kelapa : =
1. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer berwarna a. 54 mL O
2. Ditambahkan 25 mL etanol kuning pudar b. 47 mL + 3KOH(aq) + 3C2H5OH(aq)
3. Ditambahkan 6 tetes indikator PP c. 17 mL 3C12H33COOC2H5(aq) + H2C OH
4. Dititrasi dengan larutan standar KOH - Minyak
0,1 N sawit + HC OH
Hasil etanol =
larutan tak H2C OH
bercampur
- Minyak
sawit +
etanol + PP
= larutan tak
20
No Hasil Pengamatan
Prosedur percobaan Dugaan/ reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
c. bercampur
5 gram minyak kelapa - Dititrasi:
larutan
1. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer merah muda
2. Ditambahkan 25 mL etanol - Minyak
3. Ditambahkan 6 tetes indikator PP kelapa +
4. Dititrasi dengan larutan standar etanol + PP
KOH0,1 N = larutan tak
Hasil berwarna
dan tak
bercampur
- Dititrasi:
larutan
berwarna
merah muda
- Bilangan
asam:
a. 60,48
b. 52,64
c. 19,04
21
No Hasil Pengamatan
Prosedur percobaan Dugaan/ reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
4. Bilangan Penyabunan - Minyak - Minyak curah KOH(aq) + C17H33COOH(aq) Bilangan penyabunan:
curah: + KOH: C17H33COOK(aq) + H2O(l) 1. Minyak curah:
1,5-2 gram sampel berwarna larutan tidak Bilangan penyabunan semakin 21,037
1. Dimasukkan dalam Erlenmeyer kuning bercampur besar, maka kualitas minyak 2. Minyak sawit:
2. Dimasukkan 25 mL larutan KOH 0,5 - Minyak Di semakin baik ( Dalimunthe, 2009 ) 98,175
N beralkohol sawit: refluks: 3. Minyak Kelapa:
3. Campuran direfluks dalam 30 menit berwarna larutan 287,5125
4. Dinginkan kuning berwarna Berdasarkan bilangan
5. Ditambahkan indikator PP - Minyak kuning + penyabunan yang
6. Dititrasi dengan standarisasi HCl 0,5 kelapa: indikator: diperoleh, kualitas
N jernih atau berwarna soft minyak yang paling
7. Diulang sebanyak 3 kali kuning pudar pink baik adalah, minyak
8. Dihitung bilangan penyabunan - Indikator PP: - Minyak sawit kelapa > minyak sawit
Bilangan penyabunan larutan tidak + KOH: > minyak curah
berwarna larutan tidak
- HCl: larutan bercampur
tidak Di
berwarna refluks:
larutan
berwarna
kuning +
indikator:
berwarna soft
pink
- Minyak
kelapa +
KOH: larutan
tidak
bercampur
Di
22
No Hasil Pengamatan
Prosedur percobaan Dugaan/ reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
refluks:
larutan
berwarna
kuning pudar /
jernih +
indikator:
berwarna soft
pink
- Volume
KOH:
a. Minyak
curah:
23,5 mL,
indikator
PP: 25
tetes
b. Minyak
sawit:
21,5 mL,
indikator
PP: 30
tetes
c. Minyak
kelapa:
4,5 mL,
indikator
PP: 8 tetes
23
I. Analis dan Pembahasan
1. Pembuatan Sabun
Pada percobaan pertama, bertujuan untuk membuat langkah kerja
pembuatan sabun, menentukan persamaan reaksi pada pembuatan sabun,
dan menjelaskan perbedaan produk sabun yang dibuat menggunakan basa
NaOH dan KOH. Sabun merupakan salah satu produk yang diperoleh dari
minyak. Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan
mereaksikan suatu senyawa yang bersifat alkali, misalnya NaOH atau KOH
dengan minyak. Reaksi ini dikenal dengan reaksi penyabunan
(saponifikasi). Reaksi pembuatan sabun secara umum adalah:
24
sabun dan menstabilkan busa. Setelah itu campuran tersebut dipanaskan
pada suhu 70℃ agar asam stearat mencair, namun saat melakukan
pemanasan jangan pada suhu yang terlalu tinggi karena dengan suhu
terlalu panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya
menjadi cokelat, hal ini berhubungan erat dengan bilangan peroksida
yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak
yang disebabkan oleh auto oksidasi. Oleh karena itu, jika telah mencapai
suhu 70℃, sampel minyak diangkat dari pembakar spiritus kemudian
didiamkan hingga suhu turun menjadi 50℃.
Sementara itu, disiapkan larutan NaOH dari 1,4 gram padatan putih
NaOH yang dilarutkan dalam 3,3 mL aquades. Larutan yang terbentuk
adalah larutan tidak berwarna. Reaksi pembuatan larutan NaOH
merupakan reaksi eksoterm sehingga saat reaksi ini berlangsung, akan
terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan, sehingga
menyebabkan gelas kimia terasa panas. Larutan NaOH dibiarkan hingga
dingin terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam campuran
minyak dan asam stearat. Campuran tadi dipindahkan ke dalam wadah
yang lebih besar, yakni gelas kimia 250 mL. Saat penambahan NaOH
sampel minyak harus diaduk menggunakan spatula. Penambahan Larutan
NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa.
Basa yang digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat,
tetapi jika digunakan basa KOH maka yang diperoleh adalah sabun cair
(lunak) (Nurul Hidajati, dkk, 2017).
Setelah penambahan larutan NaOH, sampel minyak menjadi
menggumpal dan warnanya berubah keruh. Kemudian ditambahkan 12
gram etanol dan 4 gram gliserin larutan berwarna putih kekuningan,
keruh, dan kental. Etanol merupakan larutan yang tidak berwarna.
Sedangkan gliserin berbentuk gel (kental) tidak berwarna. Setelah
ditambahkan etanol dan gliserin, dilakukan pemanasan dan pengadukan
hingga larutan menjadi jernih. Fungsi dari penambahan etanol dan
gliserin, yaitu etanol berfungsi sebagai pelarut pada proses pembuatan
sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
25
Sedangkan gliserin merupakan humektan. Humektan adalah suatu zat
higroskopis yang digunakan untuk menjaga kelembaban sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Selain itu, gliserin juga berfungsi
sebagai pembentuk busa pada sabun. Setelah larutan menjadi jernih,
gelas kimia diangkat dari pembakar spritus dan didiamkan hingga hangat.
Kemudian ditambahkan 1 mL minyak zaitun. Minyak zaitun berupa
cairan yang tidak berwarna. Tujuan penambahan minyak zaitu adalah
sebagai bahan yang dapat menghaluskan kulit. Lalu ditambahkan
pewarna dan minyak bibit secukupnya. Dalam percobaan ini digunakan
pewarna merah untuk pembuatan sabun dari minyak kelapa. Tujuan
penambahan bibit parfum dan pewarna adalah untuk membuat sabun
yang dihasilkan berbau harum dan memiliki warna yang menarik.
Kemudian, dituangkan campuran tersebut kedalam cetakan sebelum
memadat.
2. Sifat Emulsi Sabun
Pada percobaan kedua, bertujuan membuat emulsi sabun, dilakukan
percobaan pada tiga jenis sabun yaitu sabun dari minyak sawit, minyak
kelapa, dan minyak curah. Pada percobaan ini setiap percobaan sampel
minyak terdapat 2 tabung reaksi dengan perlakuan yang berbeda untuk
dibandingkan hasilnya.
a. Minyak Kelapa
Pada tabung I percobaan ini 3 mL aquades ditetesi 5 tetes minyak
kelapa dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi Tabung 1 dilakukan
pelarutan 0,2 gram sabun ke dalam 6 mL air panas. Dikocok untuk
mendapatkan emulsi kemudian didiamkan dan diamati pemisahan lapisan
minyak dan dicatat waktu yang diperlukan. Sedangkan tabung 2 3 mL
aquades ditetesi 5 tetes minyak kelapa langsung dikocok untuk
mendapatkan emulsi didiamkan dan diamati pemisahan lapisan minyak
dan dicatat waktu yang diperlukan. Pada tabung 1 waktu yang diperlukan
untuk larutan memisah yakni 6 menit 23 detik, larutan terbentuk menjadi
dua lapisan yaitu lapisan atas minyak dan lapisan bawah aquades. Berarti
sabun yang dibuat itu mengalami emulsi yang sempurna. Sabun
26
merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat mengurangi tegangan
permukaan larutan, sehingga dengan adanya proses ini sifat emulsinya
akan meningkat yang disebabkan oleh sifat struktur sabun yang
mempunyai dua kutub yaitu kutub yang bersifat hidrofilik dan kutub
yang bersifat hidrofobik. Dimana kutub hidrofilik akan menuju ke
lapisan air, sedangkan kutub hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan
adanya sifat tersebut, maka cairan dalam air akan membentuk emulsi
(Nurul Hidajati, dkk, 2017).
Pada tabung 2 Waktu yang diperlukan untuk larutan memisah
yakni 27 detik, larutan terbentuk menjadi dua lapisan yakni lapisan atas
minyak dan lapisan bawah aquades. Setelah didapatkan hasil,
terbentuknya dua lapisan pada tabung 2 membutuhkan waktu yang lebih
singkat dibandingkan dengan tabung 1. Hal ini disebabkan karena pada
tabung 2 tidak terdapat zat pengemulsi, yaitu zat yang membantu
menjaga kestabilan minyak.
b. Minyak Sawit
Pada tabung I langkah pertama pada percobaan ini 3 mL aquades
ditetesi 5 tetes minyak sawit dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi
Tabung 1 dilakukan pelarutan 0,2 gram sabun dari minyak sawit ke
dalam 6 mL air panas. Dikocok untuk mendapatkan emulsi kemudian
didiamkan dan diamati pemisahan lapisan minyak dan dicatat waktu yang
diperlukan. Sedangkan tabung 2 langsung dikocok untuk mendapatkan
emulsi didiamkan dan diamati pemisahan lapisan minyak dan dicatat
waktu yang diperlukan. Pada tabung 1 waktu yang diperlukan untuk
larutan memisah yakni 5 menit 53 detik, larutan terbentuk menjadi dua
lapisan yaitu lapisan atas minyak dan lapisan bawah larutan sabun. Hal
ini sabun yang dibuat mengalami emulsi yang sempurna. Sabun
merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat mengurangi tegangan
permukaan larutan, sehingga dengan adanya proses ini sifat emulsinya
akan meningkat yang disebabkan oleh sifat struktur sabun yang
mempunyai dua kutub yaitu kutub yang bersifat hidrofilik dan kutub
yang bersifat hidrofobik. Dimana kutub hidrofilik akan menuju ke
27
lapisan air, sedangkan kutub hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan
adanya sifat tersebut, maka cairan dalam air akan membentuk emulsi
(Nurul Hidajati, dkk, 2017).
Pada tabung 2 Waktu yang diperlukan untuk larutan memisah
yakni 38 detik, larutan terbentuk menjadi dua lapisan yaitu lapisan atas
minyak dan lapisan bawah aquades. Setelah didapatkan hasil,
terbentuknya dua lapisan pada tabung 2 membutuhkan waktu yang lebih
singkat dibandingkan dengan tabung 1. Hal ini disebabkan karena pada
tabung 2 tidak terdapat zat pengemulsi, yaitu zat yang membantu
menjaga kestabilan minyak.
c. Minyak Curah
Pada tabung I percobaan ini 3 mL aquades ditetesi 5 tetes minyak
curah dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi Tabung 1 dilakukan
pelarutan 0,2 gram sabun ke dalam 6 mL air panas. Dikocok untuk
mendapatkan emulsi kemudian didiamkan dan diamati pemisahan lapisan
minyak dan dicatat waktu yang diperlukan. Sedangkan tabung 2 langsung
dikocok untuk mendapatkan emulsi didiamkan dan diamati pemisahan
lapisan minyak dan dicatat waktu yang diperlukan. Pada tabung 1 waktu
yang diperlukan untuk larutan memisah yakni 5 menit 43 detik, larutan
terbentuk menjadi dua lapisan yaitu lapisan atas minyak dan lapisan
bawah aquades. Berarti sabun yang dibuat itu mengalami emulsi yang
sempurna. Sabun merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat
mengurangi tegangan permukaan larutan, sehingga dengan adanya proses
ini sifat emulsinya akan meningkat yang disebabkan oleh sifat struktur
sabun yang mempunyai dua kutub yaitu kutub yang bersifat hidrofilik
dan kutub yang bersifat hidrofobik. Dimana kutub hidrofilik akan menuju
ke lapisan air, sedangkan kutub hidrofobik menuju ke lapisan udara.
Dengan adanya sifat tersebut, maka cairan dalam air akan membentuk
emulsi (Nurul Hidajati, dkk, 2017).
Pada tabung 2 waktu yang diperlukan untuk larutan memisah yakni
49 detik, larutan terbentuk menjadi dua lapisan yakni lapisan atas minyak
dan lapisan bawah aquades. Setelah didapatkan hasil, terbentuknya dua
28
lapisan pada tabung 2 membutuhkan waktu yang lebih singkat
dibandingkan dengan tabung I. Hal ini disebabkan karena pada tabung 2
tidak terdapat zat pengemulsi, yaitu zat yang membantu menjaga
kestabilan minyak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat emulsi sabun
yang terbaik secara berturut-turut adalah sabun yang terbuat dari minyak
kelapa > minyak sawit > minyak curah. Semakin lama waktu pemisahan
air dengan minyak, maka emulsi dari sabun akan semakin baik
3. Bilangan Asam
Percobaan bilangan asam ini merupakan salah satu ukuran kualitas
minyak atau lemak.Bilangan asam didefinisikan sebagai banyaknya
miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang
terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam dapat
dihitung menggunakan rumus :
V x N x Mr KOH
Bilangan asam :
w
(Nurul Hidajati, dkk., 2017)
Pada titrasi yang pengukuran bilangan asam, secara umum reaksi yang
terjadi sesuai persamaan:
+ + +
( Dalimunthe, 2009 )
a. Minyak Kelapa
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
memasukkan 5 gram minyak kelapa ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambah dengan 25mL etanol.Minyak kelapa berwarna kuning pudar,
sedangkan etanol tidak berwarna.Setelah ditambahkan etanol, larutan
dalam erlenmeyer menjadi 2 fasa karena minyak kelapa tidak larut dalam
29
etanol. Penambahan etanol berfungsi sebagai pelarutuntuk melarutkan
lemak atau minyak agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Lalu
ditambahkan 6 tetes indikator fenolftalein (PP) yang bertujuan untuk
memudahkan pengamatan saat tercapainya titik akhir titrasi, indikator PP
tidak berwarna.Setelah ditambahkan indikator PP, tidak terjadi perubahan
pada campuran pada minyak dan etanol tadi. Selanjutnya, larutan dalam
erlenmeyer di titrasi dengan KOH 0,1N. Setelah mencapai titik akhir
titrasi larutan tersebut menjadi berwarna merah muda. Hal ini
menandakan bahwa titrasi harus dihentikan. Pada titrasi ini volume
larutan KOH yang dibutuhkan sebesar 17 mL dan bilangan asam pada
minyak kelapa sebesar 19,04.
b. Minyak Sawit
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
memasukkan 5 gram minyak sawit ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambah dengan 25 mL etanol.Minyak sawit berwarna kuning,
sedangkan etanol berupa larutan yang tidak berwarna.Setelah
ditambahkan etanol, larutan dalam erlenmeyer menjadi 2 fasa karena
minyak sawit tidak larut dalam etanol. Penambahan etanol berfungsi
sebagai pelarutuntuk melarutkan lemak atau minyak agar dapat bereaksi
dengan basa alkali. Lalu ditambahkan 6 tetes indikator fenolftalein (PP)
yang bertujuan untuk memudahkan pengamatan saat titik akhir titrasi
tercapai, indikator PP tidak berwarna. Setelah ditambahkan ndikator PP
tidak ada perubahan yang terjadi pada campuran minyak dan etanol.
Selanjutnya, larutan dalam erlenmeyer di titrasi dengan KOH 0,1N.
Titrasi dihentikan sampai tercapainya titik akhir titrasi. Tercapainya titik
akhir titrasi ditandai dengan larutan tersebut menjadi berwarna merah
muda Hal ini menandakan bahwa titrasi harus dihentikan. Pada titrasi ini
volume larutan KOH yang dibutuhkan sebesar 47 mL dan bilangan asam
pada minyak sawit sebesar 52,64.
c. Minyak Curah
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
memasukkan 5 gram minyak curah ke dalam erlenmeyer kemudian
30
ditambah dengan 25mL etanol.Minyak curah berwarna kuning,
sedangkan etanol berupa larutan yang tidak berwarna. Setelah
ditambahkan etanol, larutan dalam erlenmeyer menjadi 2 fasa karena
minyak curah tidak larut dalam etanol. Penambahan etanol berfungsi
sebagai pelarut. Lalu ditambahkan 6 tetes indikator fenolftalein (PP)
yang bertujuan untuk memudahkan pengamatan saat titrasi, indicator PP
tidak berwarna. Selanjutnya, larutan dalam erlenmeyer di titrasi dengan
KOH. Tercapainya titik akhir titrasi ditandai dengan larutan tersebut
menjadi berwarna merah muda Hal ini menandakan bahwa titrasi harus
dihentikan. Pada titrasi ini volume larutan KOH yang dibutuhkan sebesar
54 mL dan bilangan asam pada minyak curah sebesar 60,48.
Secara teori semakin besar bilangan asamnya menunjukkan
semakin kurang baik proses pengolahan dan kualitasnya (Andri. 2008).
Sehingga berdasarkan percobaan yang telah dilakukan urutan bilangan
asam minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa, jadi kualitas
minyak terbaik minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah.
4. Bilangan Penyabunan
Percobaan bilangan penyabunan ini dilakukan untuk mengetahui
kualitas sabun ditinjau dari besarnya bilangan penyabunan. Bilangan
penyabunan didefinisikan sebagai jumLah miligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan 1 gram minyak. Apabila asam lemak yang terdapat
dalam minyak mempunyai berat molekul rendah (rantai pendek), maka
jumlah gliseridanya semakin banyak (Anwar, 1996). Hal ini menyebabkan
bilangan penyabunan meningkat. Besarnya bilangan penyabunan dapat
dihitung menggunakan rumus:
V x N x Mr HCl
Bilangan penyabunan :
w
(Nurul Hidajati, dkk., 2017)
Pada titrasi yang pengukuran bilangan penyabunan, secara umum
reaksi yang terjadi sesuai persamaan:
KOH(aq) + C17H33COOH(aq) C17H33COOK(aq) + H2O(l)
( Dalimunthe, 2009 )
31
a. Minyak Kelapa
Langkah pertama memasukkan 2 gram minyak kelapa yang telah
ditimbang kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 25 mL KOH
alkoholik 0,5 N. Minyak kelapa berwarna kuning pudar, sedangkan KOH
alkoholik tidak berwarna. Penambahan KOH alkoholik berfungsi untuk
melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan
basa sehingga membentuk sabun. Lalu campuran didalam erlenmeyer
dirangkai dengan alat refluks, kemudian di refluks selama 30 menit.
Refluks dilakukan untuk menguapkan alcohol pada larutan
tersebut.Setelah direfluks terbentuk larutan tak berwarna kemudian
larutan didiamkan sampai hangat.Setelah larutan menjadi hangat, dititrasi
kelebihan KOH dengan larutan standar HCl 0,5 N menggunakan
indikator fenolftalein (PP). Fungsi penambahan indikator PP untuk
memudahkan pengamatan titik akhir titrasi. Setelah ditambahkan
indikator fenoliftalein, larutan yang semula tak berwarna berubah
menjadi larutan berwarna merah muda. Titrasi dihentikan saat titik akhir
titrasi telah tercapai, ditandai dengan berubahnya warna larutan kembali
seperti warna awal larutan (merah muda menjadi tak berwarna
kembali).Titrasi ini membutuhkan volume HCl 0,5 N sebesar 4,5 mL
dengan bilangan penyabunan sebesar 575,025.
b. Minyak Sawit
Langkah pertama memasukkan 2 gram minyak sawityang telah
ditimbang kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 25 mL KOH
alkoholik 0,5 N. Minyak sawit berwarna kuning, sedangkan KOH
alkoholik tidak berwarna. Penambahan KOH alkoholik berfungsi untuk
melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan
basa sehingga membentuk sabun. Lalu campuran didalam erlenmeyer
dirangkai dengan alat refluks, kemudian di refluks selama 30 menit.
Refluks dilakukan untuk menguapkan alkohol pada larutan tersebut.
Setelah direfluks terbentuk larutan berwarna kuning kemudian larutan
didiamkan sampai hangat. Setelah larutan menjadi hangat, dititrasi
kelebihan KOH dengan larutan standar HCl 0,5 N menggunakan
32
indikator fenolftalein (PP). Fungsi penambahan indikator PP untuk
memudahkan pengamatan titik akhir titrasi.Setelah ditambahkan
indikator fenoliftalein, larutan yang semula berwarna kuning berubah
menjadi larutan berwarna merah muda. Titrasi dihentikan saat titik akhir
titrasi telah tercapai, ditandai dengan berubahnya warna larutan kembali
seperti warna awal larutan (merah muda menjadi berwarna kuning).
Titrasi ini membutuhkan volume HCl 0,5 N sebesar 21,5 mL dengan
bilangan penyabunan sebesar 98,175.
c. Minyak Curah
Langkah pertama memasukkan 2 gram minyak curah yang telah
ditimbang kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 25 mL KOH
alkoholik 0,5 N. Minyak curah berwarna kuning, sedangkan KOH
alkoholik tidak berwarna. Penambahan KOH alkoholik berfungsi untuk
melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan
basa sehingga membentuk sabun. Lalu campuran didalam erlenmeyer
dirangkai dengan alat refluks, kemudian di refluks selama 30 menit.
Refluks dilakukan untuk menguapkan alkohol pada larutan tersebut.
Setelah direfluks terbentuk larutan berwarna kuning kemudian larutan
didiamkan sampai hangat. Setelah larutan menjadi hangat, dititrasi
kelebihan KOH dengan larutan standar HCl 0,5 N menggunakan
indikator fenolftalein (PP). Fungsi penambahan indikator PP untuk
memudahkan pengamatan titik akhir titrasi.Setelah ditambahkan
indikator fenoliftalein, larutan yang semula berwarna kuning berubah
menjadi larutan berwarna merah muda.Titrasi dihentikan saat titik akhir
titrasi telah tercapai, ditandai dengan berubahnya warna larutan kembali
seperti warna awal larutan (merah muda menjadi berwarna kuning).
Titrasi ini membutuhkan volume HCl 0,5 N sebesar 23,5 mL dengan
bilangan penyabunan sebesar 21,0375.
Secara teori semakin tinggi bilangan penyabunan maka semakin
baik kualitas minyak. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
urutan bilangan penyabunan minyak kelapa > minyak sawit > minyak
33
curah, jadi kualitas minyak yang terbaik minyak kelapa > minyak sawit >
minyak curah.
J. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sabun dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkali dengan minyak.
2. Persamaan reaksi pembuatan sabun adalah reaksi antara bahan dasar
seperti minyak kelapa, minyak curah atau yang lainnya dengan KOH atau
NaOH sebagai pembuat suasana basa.
3. Produk sabun NaOH merupakan sabun keras, sedangkan produk sabun
KOH merupakan sabun lunak.
4. Sifat emulsi sabun yang terbaik secara berturut-turut adalah sabun yang
terbuat dari minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah. Semakin lama
waktu pemisahan air dengan minyak, maka emulsi dari sabun akan
semakin baik
5. Urutan bilangan asam minyak curah > minyak sawit > minyak kelapa, jadi
kualitas minyak terbaik minyak kelapa > minyak sawit > minyak curah.
6. Urutan bilangan penyabunan minyak kelapa > minyak curah > minyak
sawit, jadi kualitas sabun yang terbaik minyak kelapa > minyak curah >
minyak sawit.
34
K. Daftar Pustaka
Anwar, Chairil, dkk. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:
FMIPA UGM.
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed.
Singapura: McGra- Hill Book Co.
Dalimunthe, Masra. 2009. Meraup Untung dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa
Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
DITJEN POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik 3rd Edition.
Penerbit Erlangga: Jakarta.
Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hidajati, Nurul, dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA UNESA
Estien, Yazid dan Lisda, Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum
Biokimia.Yogyakarta : CV. Andi Offset.
35
L. Lampiran
1. Jawaban Pertanyaan
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan Lunak (dalam bentuk alur
kerja/diagram alur)?
Sabun lunak
Sabun padat
36
2. Tulis secara lengkap reaksi pembuatan sabun?
3 mL aquades + 5 tetes
sampel minyak
- Dimasukkan kedalam 2 tabung
reaksi
Tabung 1 Tabung 2
- Ditambah 2 mL sabun (yang dibuat - Tidak ditambah larutan
dengan cara melarutkan 0,2 gram sabun
sabun dalam 6-8 mL air panas) - Dikocok untuk
- Dikocok untuk mendapatkan emulsi mendapatkan emulsi
- Didiamkan dan diamati pemisahan - Didiamkan dan diamati
lapisan minyak pemisahan lapisan minyak
- Dicatat waktu yang diperlukan - Dicatat waktu yang
diperlukan
37
5. Buatlah rumusan masalahnya bila pembuatan sabun menggunakan alkali
NaOH dengan KOH, dengan konsentrasi, prosedur praktikum dan alat dan
bahan yang sama!
Rumusan masalah:
1. Bagaimana bentuk sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
2. Bagaimana bau wangi sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
3. Bagaimana struktur sabun yang dihasilkan jika menggunakan alkali
KOH?
6. Identifikasi variabel-variabel yang terlibat (variabel manipulasi, respon
dan kontrol)!
Variabel manipulasi : Jenis Minyak yang digunakan
Variabel kontrol : Volume Parfum, volume aquades, berat asat
stearat, berat NaOH, berat gliserin, volume alkohol, volume minyak
zaitun.
Variabel respon : Waktu terbentuknya sabun, tekstur sabun, bau
wangi sabun
7. Buatlah prosedur praktikumnya!
Pembuatan Sabun
a. Timbang 10 gram minyak sawit
b. Timbang NaOH 1,4 gram
c. NaOH selanjutnya dilarutkan dalam 3,3 mL air, reaksi akan
menghasilkan panas, biarkan sampai larutan NaOH dingin.
d. Timbang asam stearat 1 gram (asam lemak bebas yaitu tidak terikat
dalam gliserin, hal ini dimaksudkan untuk menambah kekerasan
sabun). Masukkan asam stearat ini ke dalam minyak atau lemak.
e. Panaskan campuran ini sampai suhu 70°C sampai seluruh asam stearat
mencair, suhu yang terlalu panas akan mengoksidasi minyak sehingga
warnanya jadi kecoklatan.
f. Biarkan campuran ini sampai suhu 50°C dan masukkan larutan NaOH
dan aduk terus. Tambahkan 12 gram alkohol dan 4 gram gliserin,
38
panaskan dan aduk hingga terbentuk larutan jernih. Biarkan campuran
agak dingin. Kemudian tambahkan 1 mL minyak zaitun. Tuangkan ke
dalam cetakan sebelum campuran memadat.
2. Dokumentasi
2.
3.
39
2. Menimbang NaOH, 1. 1. Padatan NaOH =
asam stearat, dan 1,4 gram
gliserin 2. Asam stearat = 1
gram
3. Gliserin = 4 gram
2.
3.
40
3. 1,4 gram padatan - Larutan tak
NaOH + 3,3 ml berwarna
aquades - Larutan terasa
hangat
41
6. Ditambah larutan Larutan berwarna putih
NaOH + dikocok kekuningan
42
Dituang ke dalam Menjadi sabun padat
cetakan, ditunggu
hingga memadat
43
1. Menimbang masing – 1. 1. Minyak curah
masing minyak 2. Minyak sawit
dengan berat 5 gram 3. Minyak kelapa
2.
3.
44
Minyak + etanol Larutan memisah (tak
bercampur)
45
1. Menimbang masing – 1. 4. Minyak curah
masing minyak 5. Minyak sawit
sebesar 2 gram 6. Minyak kelapa
2.
3.
46
5 gram minyak + 25
ml KOH + direfluks
47
3. Perhitungan
a. Perhitungan Bilangan Asam
Diketahui :
- Mr KOH = 56 gram/mol
- N KOH = 0,1 N
- V KOH minyak curah = 54 ml
- V KOH minyak sawit = 47 ml
- V KOH minyak kelapa = 17 ml
- Massa minyak = 5 gram
Jawab :
1) Minyak curah
V KOH X N KOH X Mr KOH
Bilangan asam =
massa minyak
54 ml x 0,1 N x 56 gram/mol
=
5 gram
= 68,48
2) Minyak sawit
V KOH X N KOH X Mr KOH
Bilangan asam =
massa minyak
47 ml x 0,1 N x 56 gram/mol
=
5 gram
= 52,64
3) Minyak kelapa
V KOH X N KOH X Mr KOH
Bilangan asam =
massa minyak
17 ml x 0,1 N x 56 gram/mol
=
5 gram
= 19,04
48
b. Bilangan penyabunan
Diketahui :
- N HCl = 0,5 N
- V HCl minyak kelapa = 4,5 ml
- V HCl minyak sawit = 21,5 ml
- V HCl minyak curah = 23,5 ml
- V KOH / Vb = 25 ml
- Massa sampel = 2 gram
Jawab :
1) Minyak curah
56,1 x N HCl x (Vb−Va)
P=
massa sampel
5,61 x 0,5 N x (25−23,5)ml
=
2 gram
= 21,0375
2) Minyak sawit
56,1 x N HCl x (Vb−Va)
P=
massa sampel
56,1 x 0,5 N x (25−21,5)ml
=
2 gram
= 98,175
3) Minyak kelapa
56,1 x N HCl x (Vb−Va)
P=
massa sampel
= 287,513
49