You are on page 1of 14

Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia

Vol 1, No 5, Januari 2013

PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA LANSIA DI PANTI WERDAH PEMATANGSIANTAR

Pipin Sumantrie. Email. pipinsitorus99@gmail.com

Proses menua diartikan sebagai proses biologi yang dicirikan dengan ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh tersebut menjadi lemah, Sebagai contoh tambahan kelenjar timus yang ada
pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah AutoImune (Goldteris,
1989). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara linier dapat digambarkan
melalui empat tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional
(functional limitation), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan
(handicap) yang akan dialami secara bersamaan dengan proses kemunduran
(Bondan, 2005).Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas makamasalah
yang teridentifikasi adalah:”Apakah senam lansia dapat meningkatkan tekanan
darah sistol pada lansia panti sosial Werdah di Pematangsiantar”?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu atau Quasi Eksperiment DesignPopulasi dalam penelitian ini adalah para
lansia yang ada di panti werdah Pematang SiantarPengambilan sample yang
digunakan peneliti adalah Non Random (Non Probability) Sampling dengan teknik
Accidental Random. Pembahasan Senam lansia dapat meningkatkan tekanan darah
sistol dengan rata-rata peningkatan tekanan darah sistol 9,7 mmHg, dan
menunjukkan perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perlakuan dengan
nilai signifikansi 0,019 (p<0,05) menurut Mann Whitney Test dan tingkat
keyakinanya 95%. kesimpulan sebagai berikut: Senam lansia dapat meningkatkan
tekanan darah sistol dengan rata-rata peningkatan tekanan darah sistol 9,7 mmHg,
dan menunjukkan perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perlakuan dengan
nilai signifikansi 0,019 (p<0,05) menurut Mann Whitney Test dan tingkat
keyakinanya 95%.

Kata Kunci : senam manula, tekanan darah


Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

PENDAHULUAN pneumonia 3,8%, NEC 7%, DM 4,9%


Seiring dengan keberhasilan Pemerintah (Hamid, 2011).
Dalam pembangunan Nasional, telah Proses menua diartikan sebagai
mewujudkan hasil yang positif proses biologi yang dicirikan dengan
diberbagai bidang, yaitu adanya ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
kemajuan ekonomi, perbaikan tahan terhadap zat tersebut sehingga
lingkungan hidup, kemajuan ilmu jaringan tubuh tersebut menjadi lemah,
pengetahuan dan teknologi, terutama Sebagai contoh tambahan kelenjar timus
dibidang medis atau ilmu kedokteran yang ada pada usia dewasa berinvolusi
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan semenjak itu terjadilah AutoImune
kesehatan penduduk serta meningkatkan (Goldteris, 1989). Proses menua yang
umur harapan hidup manusia. Akibatnya terjadi pada lanjut usia secara linier
jumlah penduduk yang berusia lanjut dapat digambarkan melalui empat tahap
meningkat dan Bertambah cenderung yaitu, kelemahan (impairment),
lebih cepat. keterbatasan fungsional (functional
Saat ini, diseluruh dunia jumlah lanjut limitation), Ketidakmampuan
usia diperkirakan ada 500 juta dengan (disability), dan Keterhambatan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan (handicap) yang akan dialami secara
pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 bersamaan dengan proses Kemunduran
miliyar. Secara demografi, menurut (Bondan, 2005).
sensus penduduk pada tahun 2010 di Hasurungan (2002) Dalam
Indonesia jumlah lansia sekitar 18,1 penelitian pendahuluanya Yang
juta, dan umur harapan hidup 65-70 bertujuan untuk melihat faktor-faktor
tahun. Angka Persentasi penyebab yang berhubungan peningkatan Darah
kematian lansia adalah 20,6% pada lansia di Kota Depok pada tahun
meninggal disebabkan stroke, iskemik 2002 dengan mengambil sampel dalam
6,9%, hipertensi 7,7%, penyakit jantung penelitian sebanyak 310 orang lansia
lain 5,9%, infeksi paru kronik 10, 5%, (181 perempuan dan 129 laki-laki)
TBC 8,9%, penyakit hati 4,4%, berumur 53-93 tahun Didapatkan
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

proporsi tekanan darah sebesar 50%, dan Tujuan Umum


berdasarkan pada jenis kelamin laki-laki Mengetahui adanya pengaruh
Latihan otot isometrik terhadap
sebesar 41,9%, sedangkan pada tekanan darah pada lansia di panti
perempuan 57,4%, dan angka ini jauh sosial werdah di Pematangsiantar?
lebih besar dari prevalensi peningkatan
tekanan darah yang telah ditetapkan oleh
Depkes RI (20-30%) untuk lansia di Tujuan Khusus
Tahun 2000.Responden dengan derajat Untuk mengetahui manfaat
Stress tinggi berpeluang mendapatkan Latihan otot bagi kesehatan pada lansia
tekanan darah 3,02 kali dibandingkan di Panti Sosial Werdah Pematangsiantar.
yang derajat stress rendah, dan Menurut Dempsey dan Dempsey
responden dengan derajat stress sedang (2002:6-64) mendefenisikan tinjauan
berpeluang mendapat tekanan darah teoritis secara sederhana merupakan
2,74 kali dibandingkan dengan derajat penggunaan teori-teori yang terkait
Stress rendah. Dilanjutkan dengan untuk mendukung rasional (alasan)
penelitian Sing (2012) menjelaskan Dilakukanya studi dan memberikan
bahwa peningkatan tekanan darah rata- pedoman untuk menganalisa hasilnya.
rata setelah senam lansia 11,6 mmHg, Pada tinjauan teoritis ini akan
yaitu tekanan darah sistolik rata-rata membahas tentang defenisi tekanan
sebelum perlakuan 135 mmHg dan darah, faktor-faktor yang mempengaruhi
Setela
h perlakuan 146,6 mmHg. Data tekanan darah, pengkajian tekanan
ini menunjukkan peningkatan tekanan darah, konsep lanjut usia, perubahan
darah setelah melakukan senam lansia. kondisi fisik lanjut usia, aspek fisiologi
Dilanjutkan dalam penelitian Puskesmas senam lansia, prinsip program senam
Denpasar selatan pada tanggal 13 lansia, pengaruh senam lansia terhadap
januari 2012, jumlah lansia yang tekanan darah, dan kerangka pemikiran.
menjadi responden 50 orang. Tekanan Pengertian Tekanan Darah
sistol rata-rata sebelum senam 140,5 Tekanan darah adalah tekanan
mmHg dan setelah senam tekanan rata- yang ditimbulkan pada dinding arteri.
rata sistolnya 150 mmHg. Data ini Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh
menunjukkan peningkatan tekanan beberapa faktor seperti curah jantung,
darah setelah melakukan senam lansia ketegangan arteri, dan volume, laju serta
(Mursyida, 2012). kekentalan (viskositas) darah. Tekanan
darah terjadi akibat fenomena siklis.
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

Tekanan puncak terjadi saat ventrikel diastolik atau minimum. Tekanan


berkontraksi dan disebut tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang
sistolik. Tekanan Diastolik adalah mendesak
tekanan terendah, yang terjadi saat Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan
jantung beristirahat. Tekanan darah Darah
biasanya digambarkan sebagai rasio Faktor-faktor utama yang
tekanan sistolik terhadap tekanan mempengaruhi tekanan darah adalah
diastolik, dengan nilai dewasa curah jantung, tekanan pembuluh darah
normalnya berkisar dari 100/60 sampai perifer, dan volume atau aliran darah.
140/90. Rata-rata tekanan darah normal Faktor-faktor yang meregulasi tekanan
biasanya 120/80 (Brunner and Suddarth, darah bekerja untuk periode jangka
1996). pendek dan jangka panjang
Tekanan darah merupakan salah Regulasi Tekanan Darah Jangka
satu parameter hemodinamik yang Panjang
sederhana dan mudah dilakukan Walaupun baroreseptor bekerja
pengukuranya. Tekanan darah untuk jangka pendek, akan tetapi
merupakan kekuatan lateral pada Baroreseptor dengan cepat dapat
dinding arteri oleh darah yang didoring beradaptasi untuk meregulasi
dengan tekanan dari jantung . Tekanan Peningkatan atau penurunan tekanan
sistemik atau arteri darah adalah tekanan darah yang berlangsung lama atau
darah dalam sistem arteri tubuh yang keadaan yang kronik. Ginjal
juga indikator yang baik tentang mempertahankan homeostasis tekanan
kesehatan kardiovaskular (Ganong, darah dengan meregulasi volume darah.
1999). Aliran darah mengalir pada Walaupun volume darah bervariasi
sistem sirkulasi karena perubahan berdasarkan usia dan jenis kelamin,
tekanan darah. Darah mengalir dari mekanisme ginjal mempertahankanya
daerah yang tekananya tinggi ke daerah kira-kira 5 L (Price, 1996).
yang tekananya rendah. Kontraksi Seperti telah diketahui bahwa
jantung mendorong darah dengan volume darah merupakan faktor penentu
tekanan tinggi ke aorta. Puncak tekanan utama dari curah jantung (melalui
maksimum saat ejeksi terjadi adalah pengaruhnya terhadap tekanan vena,
tekanan darah sistolik. Pada saat aliran balik, volume akhir diastolik, dan
ventrikel relaksasi, darah yang tetap isi sekuncup). Peningkatan volume
dalam arteri menimbulkan tekanan darah diikuti dengan peningkatan
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

tekanan darah dan semua hal yang mengeluarkan enzim renin ke dalam
meningkatkan darah seperti komsumsi darah. Renin ini akan memicu serial
garam yang berlebihan akan reaksi enzimatika yang akan menyebabkan penahanan
air yang memproduksi angiotensin II, suatu selanjutnya meningkatkan arteri rata-
hormon yang mempercepat absorpsi rata. Dengan proses yang sama, garam dan air
yang akan meningkatkan penurunan volume cairan akan tekanan darah. Mekanisme
pengaruh menurunkan tekanan darah. Peningkatan ginjal secara tidak langsung
melibatakan volume darah juga merangsang ginjal mekanisme renin-angiotensin
(Ball, untuk mengeluarkan cairan (Price, 1996).
1996).
Ginjal bekerja secara langsung Klasifikasi Tekanan Darah
maupun tidak Langsung dalam Klasifikasi Tekanan Tekanan
meregulasi tekanan arteri dan bekerja
untuk mekanisme jangka panjang dalam sistolik diastolik
mengontrol tekanan darah. Mekanisme
pengaruh langsung menggambarkan Normal <120 <80 mmHg
kemampuan ginjal untuk mempengaruhi
volume darah. Saat volume darah atau mmHg
tekanan darah meningkat, kecepatan
filtrasi cairan di ginjal di percepat. Pada Prehipertensi 120-139 80-89
keadaan demikian, ginjal tidak mampu mmHg mmHg
untuk memproses lebih cepat hasil
filtrasi, dengan demikian akan lebih
banyak cairan yang meninggalkan tubuh Hipertensi 140-159 90-99
lewat urine, akibatnya volume darah tahap 1 mmHg mmHg
akan menurun yang diikuti dengan
penurunan tekanan darah. Sebaliknya,
saat tekanan darah atau volume darah Hipertensi >160 >100mmHg
menurun, maka air akan ditahan dan tahap 2 mmHg
kembali ke sistem aliran darah (Guyton,
1999). Tabel 1: Tabel klasifikasi tekanan darah
Pada saat tekanan darah arteri (sumber:the seventh report of the joint
menurun, sel khusus pada ginjal National Comitte of prevention,
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

Latihan otot isometrik


detection, evaluation, and treatment of Latihan otot isometrik adalah
hight blood pressure. The JNC 7 report suatu bentuk latihan fisik yang teratur
2003 May 21;289(19):2560-71). yang merupakan representasi dari ciri
Konsep Lanjut Usia kehidupan. Merupakan suatu bentuk
Usia lanjut adalah suatu proses latihan fisik yang dikemas secara
alamiyang tidakdapat dihindarkan. sistematis yang tersusun dalam suatu
Proses menjadi tua disebabkan oleh program yang bertujuan untuk
faktor biologik yang terdiri dari tiga meningkatkan kesegaran tubuh.
fase yaitu fase progresif, fase stabil, Memberikan pengaruh baik (positif)
fase regresi. Dalam fase regresif
terhadap kemampuan fisik seseorang,
mekanisme lebih kearah kemunduran
apabila dilakukan secara baik dan
yang dimulai dalamsel, komponen
benar.
terkecil manusia. Sel-sel menjadi aus
Hasil survey pembuatan norma
karena lama berfungsi sehingga
kesegaran jasmani pada usia lanjut yang
mengakibatkan kemunduran yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan
dominan dibandingkan terjadinya
pada tahun 1992-1993 menemukan
pemulihan. Di dalam struktur anatomi
bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki
proses menjadi tua terlihat sebagai
tingkat kesegaran jasmani yang rendah,
kemunduran di dalam sel. Proses ini
terutama pada komponen daya tahan
berlangsung secara alamiah, terus
kardio, respiratori dan kekuatan otot.
menerus dan berkesinambungan, yang
Hal tersebut dapat dicegah dengan
selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomi, fisiologis dan melakukan latihan fisik yang baik dan
biokimia pada jaringan tubuh dan benar. Manfaat latihan fisik bagi
akhirnya akan mempengaruhi fungsi kesehatan adalah sebagai upaya
dan kemampuan badan secara promotif, preventif, kuratif,
keseluruhan. dan rehabilitatif. Manfaat tersebut
ditinjau secara fisiologis, psikologis dan
Perubahan-Perubahan Psikososial sosial. Salah satu faktor yang
Nilai seseorang sering dinilai sangat menentukan tingkat kemandirian
dari segi produktivitasnya dan identitas pada usia lanjut adalah keadaan mental,
sering dikaitkan dengan peranan dalam karena pada usia lanjut sering
pekerjaan. Bila lansia pensiun ia akan mengalami apa yang disebut dementia
mengalami kehilangan sebagai berikut: yaitu kemunduran dalam fungsi
a. Kehilangan finansial atau income berfikir. Gangguan biasanya dimulai
berkurang. dengan sukar mengingat apa yang
b. Kehilangan status atau dulu mempunyai didengar atau dibaca sampai dengan
jabatan yang cukup tinggi dan setelah bicara tanpa ada ujung pangkalnya.
lansia ia kehilangan jabatan tersebut.
c. Kehilangan teman atau relasi. Gangguan kesehatan pada usia lanjut
d. Lansia sadar akan mengalami kematian, seringkali disebabkan oleh proses
perubahan dalam cara hidup, dan degenerative yang dialami oleh usia
penyakit kronis dan ketidakmampuan. lanjut. Hasil survey rumah tangga
(Anonim,1995)
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

Aspek Fisiologi Latihan isometrik Langkah yang dilakukan dalam latihan


Selama melakukan latihan otot isometrik isometrik masing-masing gerakan
terjadi kontraksi skletal (rangka) yang akan
dilakukan 8 hitungan kemudian
menyebakan respons mekanik dan kimiawi.
Menurut Ronny (2009), respons mekanik pada relaksasi dan diulangi 4 kali yaitu
saat otot berkontraksi dan berelaksasi sebagai berikut
menyebabkan kerja katup vena menjadi
1. Duduk diatas kursi dengan badan
optimal sehingga darah yang balik keventrikel
kanan menjadi meningkat. Aliran balik tegak, kemudian tarik nafas dalam.
jantung yang meningkat mempengaruhi 2. Tekuk lutut membentuk sudut 90o.
peningkatan regangan pada ventrikel kiri
3. Tekan kaki kebawah.
jantung sehingga curah jantung meningkat
sampai mencapai 4-5 kali dibandingkan curah 4. Letakkan tangan diatas lutur, tekan
jantung saat istirahat kebawah.
(Latief,2002).Respons kimiawi menghasilkan 5. Posisikan kaki seperti jinjit.
penurunan Ph dan kadar PO2,
6. Tekuk kaki kanan.
terakumulasinya asam laktat, adenosin dan
+ 7. Tekuk kaki kiri.
K oleh metabolisme selama otot aktif
8. Kaitkan kedua tangan secara
berkontraksi (Ronny, 2009). Akumulasi zat
bersamaan dekat dengan dada,
metabolik ini menyebabkan pembuluh darah
mengalami dilatasi yang akan menurunkan kemudian tekan.
tekanan arteri, namun berlangsung sementara 9. Kaitkan kedua tangan dekat dengan
karena adanya respon arterial baroreseptor dada, kemudian tarik.
dengan meningkatkan denyut jantung dan isi
10. Tekuk tangan kanan keatas.
sekuncup sehingga tekanan darah meningkat
(Latief,2002). 11. Tekuk tangan kiri keatas.
Tekanan darah yang meningkatkan 12. Kepalkan tangan sekuat mungkin.
stimulus impuls pada pusat baroresptor di 13. Tumpuk kedua kepalan tangan,
arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan
tangan kanan mendorong dan tangan
menuju pusat pengendalian kardiovaskuler di
medula oblongata melalui neuron sensorik kiri menahan.
yang akan mempengaruhi kerja saraf 14. Tumpuk kedua kepalan tangan,
simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin
tangan kiri mendorong dan tangan
dan epinephrin). Saraf parasimpatis yang akan
melepaskan lebih banyak ACH yang kanan menahan.
mempengaruhi SA node yang akan
menurunkan tekanan darah (Guyton,2001).
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

Merupaka
Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap n Variabel yang paling
Tekanan Darah dominan berhubungan dengan
Penelitian pendahuluan peningkatan tekanan darah (Hasurungan,
hasurungan tahun 2002 yang bertujuan 2002).
untuk melihat faktor-faktor yang METODOLOGI PENELITIAN
berhubungan peningkatan darah pada Menurut Soekidjo, N. (2010:
lansia di Kota Depok pada tahun 2002 24-25)menjelaskan metodologi adalah
dengan mengambil Sampel dalam pembahasan yang membantu untuk
penelitian sebanyak 310 orang lansia memutuskan bagaimana Penelitian
(181 perempuan dan 129 laki-laki) dilakukan, dari mana Gambaran
berumur 53-93 tahun didapatkan Rancangan yang menyeluruh Dan
proporsi tekanan darah sebesar 50%, dan Kemudian memperhatikan dari Dekat
berdasarkan pada jenis kelamin laki-laki setiap bagian.
sebesar 41,9%, Sedangkan pada Metode yang digunakan dalam
perempuan 57,4%, dan angka ini jauh penelitian ini adalah metode eksperimen
lebih besar dari prevalensi peningkatan semu atau Quasi Eksperiment Design.
tekanan darah yang telah ditetapkan oleh Menurut Soekidjo Notoatmojo (2010:
Depkes RI (20-30%) untuk lansia di 60) menjelaskan metode Eksperimen
tahun 2000. Responden dengan derajat semu adalah metode yang tidak
stress tinggi berpeluang mendapatkan mempunyai pembatasan yang Ketat
tekanan darah 3,02 kali dibandingkan terhadap randomisasi, dan pada saat
yang derajat stress rendah, dan yang sama dapat mengontrol ancaman-
responden dengan derajat stress sedang ancaman validitas. Rancangan Yang
berpeluang mendapat Tekanan darah digunakan dalam penelitian ini adalah
2,74 kali dibandingkan dengan derajat rancangan one-group pretest-posttest
stress rendah. Responden dengan latihan design yang memungkinkan Dapat
isometriik berpeluang mendapat membandingkan hasil intervensi Yang
peningkatan tekanan darah 2,73 kali diberikan. Rancangan ini juga tidak ada
dibandingkan dengan yang tidak senam. kelompok pembanding (kontrol), tetapi
Responden yang tidak kawin berpeluang paling tidak sudah dilakukan observasi
mendapat peningkatan tekanan darah pertama (Pretest) yang memungkinkan
2,07 kali dibandingkan dengan yang menguji perubahan-perubahan yang
kawin. Selanjutnya disimpulkan dari 5 terjadi setelah adanya Eksperimen
variabel tersebut, derajat stress tinggi
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

(Program). Bentuk rancangan ini dapat diperhitungkan, tetapi semata-


sebagai berikut: mata hanya berdasarkan kepada segi-
Pretest Perlakuan Postest segi kepraktisan belaka.
Lokasi dan Waktu Penelitian
01 X 02 Penelitian dilaksanakan di Panti
Werdah Pematangsiantar, dan waktu
Tabel 2: Rancangan Eksperimen. Penelitian dilaksanakan pada akhir
Populasi: Populasi dalam penelitian ini April.
adalah para lansia yang ada di panti Pengelolahan Data
Pengolahan data yang
werdah Pematang Siantar.
Sampel: Menurut Soekidjo, N. (2010: Digunakan peneliti adalah pengolahan
115) menjelaskan sample adalah data secara komputer, proses
sebagian atau wakil populasi yang pengolahan data ini melalui tahap-tahap
mempunyai karakteristik tertentu atau editing, coding, memasukan data, dan
ciri yang akan diukur. Pengambilan pembersihan data.
sample yang digunakan peneliti adalah HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di UPT.
Non Random (Non Probability)
Sampling dengan teknik Accidental Panti Werdah PematangSiantar selama 3
Random. Menurut Soekidjo Notoadmojo kali dalam satu minggu selama 2
(2010: 124-125) menjelaskan Non minggu Subjek penelitian
Random (Non Probability) Sampling berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 9
adalah pengambilan sample bukan yang laki-laki dan 21 perempuan. Dengan
tidak didasarkan atas kemungkinan yang rentang usia 60-85 tahun

Hasil Observasi Tekanan Darah


Responden(X) T1(mmHg) T2(mmHg) T3(mmHg) Mean(mmHg)
X1 5 14 10 9,6
X2 10 14 10 11,3
X3 10 10 10 10
X4 10 10 10 10
X5 10 10 10 10
X6 16 10 10 12
X7 10 10 10 10
X8 10 10 10 10
X9 8 12 10 10
X10 10 10 6 8,6
X11 10 5 10 8,3
X12 10 10 10 10
X13 10 10 10 10
X14 12 10 10 10,6
X15 10 10 10 10
X16 10 10 10 10
X17 6 10 10 8,6
X18 4 10 10 8
X19 10 10 10 10
X20 14 10 10 11,3
X21 12 10 10 10,6
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013
X22 10 10 10 10
X23 10 10 10 10
X24 12 10 10 10,6
X25 10 10 10 10
X26 10 10 10 10
X27 10 10 10 10
X28 10 10 10 10
X29 4 10 10 8
X30 4 10 10 8
Tabel 3: Hasil observasi tekanan darah.
Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah statistik Non-Parametrik, yaitu statistik
bebas sebaran (tidak mensyaratkan sebaran parameter populasi baik normal atau
tidak). Ciri-ciri Non-Parametrik:
1. Tidak membutuhkan asumsi normalitas.
2. Secara umum metode statistik Non-Parametrik lebih mudah dikerjakan dan
lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan statistik Parametrik karena
statistik Non Parametrik tidak membutuhkan perhitungan mate-matik yang
rumit.
Dan pengujian data yang digunakan peneliti adalah Mann Whitney Test,
hasil analisis Mann Whitney Test dengan tingkat kepercayaan 95% ( p≤ 0,05) yang
dimana dapat diolah melalui program SPSS dan manual. Peneliti disini
menggunakan yang manual untuk mencari nilai p. Dengan rumus:
U1 = ƞ + ƞ (ƞ +1) / 2 - ∑R2
U2= ƞ – U1
Z= U – ƞ/2/
√ ƞ(ƞ+ƞ)/12

Ranking Pretest Postest Tekanan Darah


Responden(x) Rata pre Ranking Rata Post Ranking
X1 135,3 6 145 9
X2 126,6 4,5 138 7
X3 146,6 10 156,6 13,5
X4 116,6 2 126,6 3
X5 126,6 4,5 136,6 6,5
X6 110 1,5 125 2
X7 126,6 4,5 136,6 6,5
X8 110 1,5 120 1
X9 148,6 12,5 156,6 13,5
X10 131,3 5 140 8
X11 145 9 153,3 12
X12 120 3,5 130 4,5
X13 120 3,5 130 4,5
X14 148 11 158,6 14
X15 156 14,5 166 16,5
X16 150 13 160 15
X17 158 15 166,6 17,5
X18 148,6 12,5 156,6 13,5
X19 126,6 4,5 136,6 6,5
X20 138 7 149,3 10
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013
X21 139,3 8,5 150 11,5
X22 156 14,5 166 16,5
X23 158,6 16 166,6 16,5
X24 139,3 8,5 150 11,5
X25 126,6 4,5 136,6 6,5
X26 126,6 4,5 136,6 6,5
X27 126,6 4,5 136,6 6,5
X28 126,6 4,5 133,3 5
X29 126,6 4,5 136,6 6,5
X30 148,6 12,5 ∑R1= 156,6 13,5 ∑R2=271
228
Tabel 4: Ranking Pretest Postest Tekanan Darah
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

menyebabkan kerja katup vena menjadi


U1 = ƞ + ƞ (ƞ +1) / 2 - ∑R2 optimal sehingga darah yang balik keventrikel
= 30 +30(30+1)/2-271 kanan menjadi meningkat. Aliran balik
= 224
jantung yang meningkat mempengaruhi
U2= ƞ – U1
peningkatan regangan pada ventrikel kiri
=30 -224
= - 194
jantung sehingga curah jantung meningkat
Z= U – ƞ/2/ sampai mencapai 4-5 kali dibandingkan curah
√ ƞ(ƞ+ƞ)/12 jantung saat istirahat (Latief,2002).
=-194-30/2/ Respons kimiawi menghasilkan
√30(30+30)/12 penurunan pH dan kadar PO2,akumulasiasam
=209/10800
+
= 0,019 laktat, adenosin dan K oleh metabolisme
selama otot aktif berkontraksi (Ronny, 2009).
Menurut nilai perhitungan diatas yakni Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan
p= 0,019, jadi sesuai dengan teori hasil analisis pembuluh darah mengalami dilatasi yang akan
data menggunakan Mann Whitney U Test menurunkan tekanan arteri, namun
dengan tingkat kepercayaan 95% (p ≤0,05). berlangsung sementara karena adanya respon
jadi menurut hasil perhitungan diatas yakni p= arterial baroreseptor dengan meningkatkan
0,019, dengan arti sudah memenuhi nilai yang denyut jantung dan isi sekuncup sehingga
ditentukan oleh Mann Whitney U Test dengan tekanan darah meningkat (Latief,2002).
tingkat kepercayaan 95%. Tekanan darah yang meningkatkan
stimulus impuls pada pusat baroresptor di
Interpretasi Data arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan
Dari hasil analisa data diatas maka menuju pusat pengendalian kardiovaskuler di
peneliti membuat interpretasi data bahwa medula oblongata melalui neuron sensorik
kedua hasil observasi tekanan darah terdapat yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis
perbedaan rata-rata 9,7 mmHg dan mempunyai dan melepaskan NE (norepinephrin dan
nilai signifikansi 0,019. Nilai signifikansi yang epinephrin). Saraf parasimpatis yang akan
normal menurut Mann Whitney U Test dibawah melepaskan lebih banyak ACH yang
0,05, maka hasil tersebut mempunyai pengaruh mempengaruhi SA node yang akan
yang positif dengan tingkat kepercayaan 95%. menurunkan tekanan darah (Guyton,2001).
Rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum perlakuan 135,4 dan setelah perlakuan
tekanan darah sistoliknya rata-rata 145,25.
Selama melakukan latihan
Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
terjadi kontraksi skletal (rangka) yang akan
perlakuan menunjukkan perbedaan yang
menyebakan respons mekanik dan kimiawi.
bermakna dengan hasil perhitungan statistik
Menurut Ronny (2009), respons mekanik pada
menurut Menurut nilai perhitungan diatas
saat otot berkontraksi dan berelaksasi
yakni p= 0,019, jadi sesuai dengan teori hasil
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

analisis data menggunakan Mann Whitney U yang berdampak pada penurunan tekanan
Test dengan tingkat kepercayaan 95% (p darah.
≤0,05). jadi menurut hasil perhitungan diatas
yakni p= 0,019, dengan arti sudah memenuhi DAFTAR PUSTAKA
nilai yang ditentukan oleh Mann Whitney U Brunner dan Suddarth. (1997). Keperawatan
Test dengan tingkat kepercayaan 95%. Medikal Bedah. Volume 2.
Dengan demikian didapatlag suatu kesimpulan Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
sebagai berikut: Senam lansia dapat EGC.
meningkatkan tekanan darah sistol dengan rata- Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan
rata peningkatan tekanan darah sistol 9,7 Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
mmHg, dan menunjukkan perbedaan yang Penerbit Nuha Medika.
bermakna sebelum dan setelah perlakuan Dempsey, P., dan Arthur D. Dempsey. (1997).
dengan nilai signifikansi 0,019 (p<0,05) Riset Keperawatan: Buku Ajar Dan
menurut Mann Whitney Test dan tingkat Latihan (Edisi 4). Trans.Palupi
keyakinanya 95%. Wudyastuti. Jakarta:EGC
Muttaqin, A. (2009). Pengkajian
Pengaruh Latihan otot terhadap tekanan Keperawatan.Banjarmasin: Penerbit
darah: Salemba Medika.
Ketika dilakukan kontraksi, arteri dan arteriol Nugroho, W.(2000). Keperawatan Gerontik
yang ada di sekitar otot akan mengalami (Edisi 2). Jakarta: EGC.
konstriksi akibat tekanan dari otot, sehingga Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
aliran darah pada pembuluh darah tertahan. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Ketika otot direlaksasikan, akan terjadi Rineka Cipta.
Stanley, M., dan Patricia G. Bare. (2006). Buku
mekanisme hiperemia reaktif yang Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.
menyebabkan terjadinya aktivasi semua faktor Trans.
vasodilator pada pembuluh darah setempat, Netty Juniarty Dan Sari Kurnianingsih. Jakarta:
sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan EGC.
aliran darah empat sampai tujuh kali keadaan
normal yang diakibatkan oleh terjadinya
pengaturan aliran darah metabolik lokal.
Hiperemia reaktif meningkatkan kecepatan
aliran darah dan menginduksi mekanisme
“shear stress” pada sel endotel pembuluh
darah akibat tarikan viskositas darah terhadap
dinding vaskuler. Stres ini akan mengubah
bentuk sel-sel endotel sesuai dengan aliran
darah dan selanjutnya meningkatkan pelepasan
endothelium-derived relaxing factor (EDRF)
yang pada dasarnya tersusun atas nitrit oxide
(NO). NO akan merelaksasikan pembuluh
darah dan meningkatkan diameter pembuluh
darah sehingga resistensi perifer menurun,
Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia
Vol 1, No 5, Januari 2013

You might also like