Professional Documents
Culture Documents
Tidak terasa sudah satu semester saya lalui di jurusan Health Informatics, Karolinska Institutet.
Masih teringat ketika beberapa tahun yang lalu, ketika pengumuman dari seleksi beasiswa saya yang
tidak lolos membuat saya hampir membatalkan niat saya untuk menempuh pendidikan di Swedia.
Akhirnya, tahun lalu saya bulatkan tekad untuk kembali mendaftar, kembali diterima, dan tetap
berangkat. Saya sempat meragukan kemungkinan untuk bisa kuliah S2 di Swedia secara swadana,
tetapi sekarang saya bisa meyakinkan kamu bahwa ini adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk
dilakukan. Berikut adalah persiapan yang saya lakukan dan mungkin bisa menjadi inspirasi bagi
kamu.
Tidak semua orang memiliki sumber pendanaan alternatif di luar pemberi beasiswa, misalnya
sponsor dari tempat bekerja, orangtua atau anggota keluarga lainnya. Demikian pula halnya saya,
sehingga memang saya harus mencari sumber pendanaan yang bisa sustainable bagi saya selama
berkuliah di Swedia.
1. Bekerja
Bekerja tentu menjadi langkah logis pertama untuk dapat mengumpulkan pundi-pundi yang
nantinya dapat membiayai pendidikan dan penghidupan selama di Swedia. Pada waktu itu,
saya memutuskan untuk tetap melanjutkan pekerjaan saya sebagai dokter umum di rumah
sakit. Saya selalu berusaha memberi nilai tambah (added value) pada setiap tugas saya
sehingga melebihi ekspektasi pimpinan, dapat berimbas kepada evaluasi kinerja yang baik
dan adanya tambahan pemasukan untuk bisa ditabung serta bukan tidak mungkin kenaikan
jenjang karir. Bekerja tanpa membatasi diri hanya pada deskripsi kerja juga dapat membuka
wawasan saya mengenai bidang yang sedang dijalani, yang dalam kasus saya membuat saya
semakin mantap mengambil jalur informatika kesehatan.
”Kalau setelah bekerja malah keterusan dan tidak jadi berangkat bagaimana?” Ya, tentu ini
juga bukan pilihan yang buruk, bukan? Memperoleh kesempatan untuk bekerja dan
mencukupkan kebutuhan diri dan mungkin bisa menghidupi orang lain, tentu ini juga
langkah hidup yang positif. Prinsip saya, saya tidak mau dinilai hanya dari mana saya lulus
pendidikan, tetapi dari apa yang bisa saya karyakan saat ini.