Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan mahram?
2. Dasar hukum mahram?
3. Apa saja macam-macam mahram?
4. Pandangan ulama dalam masalah bersentuhan?
5. Implikasi mahram dalam pernikahan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kamu miliki Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang
bersuami, dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian(yaitu) mencari
isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka
isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. An-nisa : 22-24
4
“Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan” (QS.
An-Nisa’: 23).
Dalam periwayatan lain Nabi bersabda:
ُ ضا َعةُْت ُ َح ِّر ُمْال ِّوالَدَْة
َ الر
َّ
“persusuan itu mengharamkan apa yang di haramkan kelahiran.”
Hadits tersebut telah mengharamkan sebab persusuan dengan jelas, persusuan dan
kelahiran memiliki persamaan dalam keharaman. Dalil ijma’, umat Islam sepakat
bahwa persusuan itu menjadi sebab dari beberapa sebab keharaman.
Bila seorang anak menyusu kepada seorang perempuan, maka air susu
yang diminumnya tersebut nantinya akan menjadi darah dan daging dalam
tubuhnya sehingga perempuan tersebut sudah hampir sama seperti ibunya sendiri.
Perempuan itu sendiri dapat menyusui karena kehamilan dari hubungannya
dengan suaminya, maka anak yang menyusu kepadanya juga terhubung dengan
suaminya layaknya seorang anak terhubung kepada ayah kandungnya.
Selanjutnya keharaman-keharaman melakukan perkawinan berlaku sebagaimana
hubungan nasab. Selanjutnya keharaman-keharaman melakukan perkawinan
berlaku sebagaimana hubungan nasab. Para ulama berpendapat bahwa hubungan
persusuan dapat timbul setelah 5 kali persusuan dan usia anak tidak lebih dari dua
tahun
5
Menikah dalam keadaan Ihram, seorang yang sedang dalam keadaan
berihram baik untuk haji atau umrah, dilarang menikah atau
menikahkan orang lain. Begitu ibadah ihramnya selesai, maka boleh
dinikahi.
Menikahi wanita budak padahal mampu menikahi wanita merdeka.
Namun ketika tidak mampu menikahi wanita merdeka, boleh menikahi
budak.
Menikahi wanita pezina,Dalam hal ini selama wanita itu masih aktif
melakukan zina.Sebaliknya, ketika wanita itu sudah bertaubat dengan
taubat nashuha, umumnya ulama membolehkannya.
Menikahi istri yang telah dili`an, yaitu yang telah dicerai dengan cara
dilaknat.
Menikahi wanita non muslim yang bukan kitabiyah atau wanita
musyrikah. Namun begitu wanita itu masuk Islam atau masuk agama
ahli kitab, dihalalkan bagi laki-laki muslim untuk menikahinya.
6
berkata: “Rasulullah Shallallahu‘Alaihi wasallam diuji dengan ayat ini “Jika
datang kepadamu perempuan-perempuan beriman”. Ma’mur berkata bahwasanya
Ibnu Thawus mengabarkan dari bapaknya: “Tidak boleh seorang laki-laki
menyentuh tangan perempuan kecuali perempuan yang ia miliki”.
‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha juga mengatakan di dalam Kitab Shahih Bukhari-
Muslim: “Tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam tidaklah menyentuh
tangan perempuan ketika membaiat (mengadakan janji setia)”. Dan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallam pun bersabda “(Ketika membaiat) Aku tidak
berjabat tangan dengan wanita, namun aku membaiatnya dengan ucapanku
kepada seratus orang wanita sebagaimana baiatku kepada satu orang wanita”.
Diriwayatkan pula bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam berjabat
tangan dengan wanita menggunakan bajunya.
3. Madzhab As-Syafi’i
Imam Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Sahabat kami berkata
bahwa diharamkan untuk memandang dan menyentuh wanita, jika wanita tersebut
telah dewasa. Karena sesungguhnya seseorang dihalalkan untuk memandang
wanita yang bukan mahramnya jika ia berniat untuk menikahinya atau dalam
keadaan jual beli atau ketika ingin mengambil atau memberi sesuatu ataupun
semisal dengannya. Namun tidak boleh untuk menyentuh wanita walaupun dalam
keadaan demikian.
4. Madzhab Hambali
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam Majmu Fatawa, “Haram
hukumnya memandang wanita dan amrod (anak berusia baligh tampan yang tidak
tumbuh jenggotnya) diiringi dengan syahwat. Barang siapa yang
membolehkannya, maka ia telah menyelisihi Ijma (kesepakatan) kaum muslimin.
Hal ini juga merupakan pendapatnya Imam Ahmad dan Imam Asy-Syafi’i. Segala
hal yang dapat menimbulkan syahwat, maka hukumnya adalah haram tanpa
keraguan di dalamnya. Baik itu syahwat yang timbul karena kenikmatan
memandang atau karena hubungan badan. Dan menyentuh dihukumi sebagaimana
memandang sesuatu yang haram.
7
2.5 Implikasi Mahram Dalam Pernikahan
8
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Mahram adalah wanita yang haram di nikahi oleh laki-
laki. Mahram adalah isim maf’ul dari kata “haroma” yang artinya
melarang.
2. Dasar hukum mahram ialah : janganlah kamu kawini wanita-wanita yang
telah dikawini oleh ayahmu,diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-
ibumu, Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami.
3. Macam-macam mahram : Mahram Muabbad (halangan-halangan
abadi) dan Mahram Muaqqot (halangan-halangan sementara)
4. Pandangan Para Ulama Terhadap Mahram Dalam Bersentuhan.
:1.Madzhab Hanafi(Tidak diperbolehkan bagi seorang laki-laki untuk
menyentuh wajah atau telapak tangan seorang wanita walaupun ia merasa
aman dari syahwat)2. Mazhab Maliki(Tidak boleh seorang laki-laki
menyentuh tangan perempuan kecuali perempuan yang ia miliki)Dan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam pun bersabda “(Ketika
membaiat) Aku tidak berjabat tangan dengan wanita, namun aku
membaiatnya dengan ucapanku kepada seratus orang wanita
sebagaimana baiatku kepada satu orang wanita”. Diriwayatkan pula
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam berjabat tangan
dengan wanita menggunakan bajunya.3. Madzhab As-Syafi’i Imam
Nawawi berkata dalam kitabnya Al-Majmu’: “Sahabat kami berkata
bahwa diharamkan untuk memandang dan menyentuh wanita, jika wanita
tersebut telah dewasa.4. Madzhab Hambali (Segala hal yang dapat
menimbulkan syahwat, maka hukumnya adalah haram tanpa keraguan di
dalamnya. Baik itu syahwat yang timbul karena kenikmatan memandang
atau karena hubungan badan. Dan menyentuh dihukumi sebagaimana
memandang sesuatu yang haram)
5. Implikasi mahram dalam pernikahan:1. keluarga yang berhubungan
darah akan mengakibatkan keturunannya kelak kurang sehat dan sering
9
cacat, bahkan inteligensinya kadang-kadang kurang cerdas.2.Terputusnya
hubungan antara individu keluarga yang mengakibatkan putusnya rahim
antara mereka, dan Menanamkan perasaan dendam.
10
DAFTAR PUSTAKA
2017. file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/BAB%20III_2.pdf
11