Professional Documents
Culture Documents
MULTIKULTURALISME DI PERANCIS
Disusun oleh:
Rohayu 2311415051
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
yang Berjudul “Pemain Klub Sepak Bola Perancis Sebagai Cermin Multikulturalisme
di Perancis”. Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah la france multiculturelle.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa makalahini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi
terbentuknya makalah yang lebih baik dan sebagai bahan perbaikan terhadap makalah
ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………..…… 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Multikulturalisme……………………………………………… 4
2.2 Jenis Multikulturalisme……………………………………………………. 4
2.3 Pendekatan Multikulturalisme………………….………………………….. 6
2.4 Multikulturalisme di Perancis……………………………………………… 6
2.5 Sepak Bola di Perancis…………………………………………………….. 7
2.6 Pemain Sepak Bola Perancis Sebagai Cermin Multikulturalisme…….…… 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………… 12
Daftar Pustaka……………………………………………………………… 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan mereka; sebaliknya
kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Tipe masyarakat
multikulturalisme akomodatif ini dapat ditemukan di Inggris, Prancis, dan
beberapa negara eropa lainnya.
3. Multikulturalisme Otonomis
Multikulturalisme Otonomis yaitu masyarakat plural dimana kelompok-
kelompk kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya
dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara
kolektif bisa diterima. Fokus pokok kelompok ini adalah untuk mempertahankan
cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan;
mereka menantang kelompok kultural dominan dan berusaha menciptakan suatu
masyarakat dimana semua kelompok dapat eksis sebagai mitra yang sejajar. Contoh
masyarakat jenis ini di antaranya ialah kelompok Quebecois di Kanada, dan
kelompok-kelompok muslim imigran di Eropa yang menuntut untuk dapat
menerapkan syari’ah, mendidik anak-anak mereka pada sekolah Islam, dan
sebagainya.
4. Multikulturalisme Kritikal
Kritikal atau interaktif yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok
kultural tidak terlalu fokus dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih
menuntut penciptaan kultur kolektif yang mencerminkan dan menegaskan
perspektif mereka. Contoh jenis multikulturalisme ini ialah perjuangan masyarakat
kulit hitam di Amerika Serikat, Inggris, dan negara eropa lainnya.
5. Multikulturalisme Kosmopolitan
Multikulturalisme kosmopolitan yakni dimana masyarakat plural berusaha
menghapuskan batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah
masyarakat dimana setiap individu tidak lagi terkait pada budaya tertentu, dan
sebaliknya secara bebas terlibat dalam eksperimen-eksperimen interkultural dan
sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing. Sebagian besar
pendukung multikulturalisme jenis ini ialah kelompok liberal yang memiliki
5
kecenderungan postmodern, memandang seluruh budaya sebagai resources yang
dapat mereka pilih dan ambil secara bebas.
6
negara yang multikultural dan demokratis. Namun permasalahan migrasi sering
menjadi isu utama baik didalam negeri itu sendiri maupun pada tahap Uni Eropa.
Perancis merupakan negara yang penduduk aslinya sejatinya berasal dari
campuran orang Kert (Galia) dan Romawi. Negara yang terkenal dengan slogan
“Liberte, Egalite, Fraternite” ini merupakan salah satu negara yang terkenal dengan
sejarah kolonisasinya. Negara jajahan Perancis sebagian besar merupakan negara-
negara Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, Sengal dan masih banyak lagi.
Masyarakat dari negara-negara jajahan itulah yang kelak membantu Perancis
berperang melawan Jerman dan aliansinya dalam perang dunia ke-2. Pasca perang
dunia ke-2, Perancis membutuhkan banyak pekerja kasar untuk membangun
negerinya yang porak poranda, sehingga semakin banyak imigran yang datang ke
negeri itu untuk bekerja dan kemudian sekaligus menetap disana. Hal inilah yang
melatarbelakangi multikulturalisme di Perancis.
Kini dapat kita lihat dan amati secara baik bahwa negara Perancis tidak lagi
banyak dihuni oleh orang berkulit putih tapi juga dihuni oleh orang-orang berkulit
hitam dan merah seperti Arab dan Afrika. Salah satu contohnya adalah yang terdapat
dalam tim atau klub sepak bola Perancis. Kita dapat melihat bahwa hampir 80%
pemainnya berkulit hitam dan berwajah Arab.
7
disingkat LFP untuk yang mengawasi, mengatur, dan mengelola atas dua liga negara
itu. LFP juga bertanggung jawab untuk mengatur Piala Liga Perancis (bahasa
Perancis: Coupe de la Ligue) yaitu sebuah kompetisi piala liga di Perancis. Federasi
sepak bola Perancis juga mengawasi klub sepak bola AS Monaco, klub sepak bola
dari negara berdaulat Monako. Pada tahun 2006, FFF memiliki 2.143.688 lisensi,
dengan lebih dari 1.850.836 pemain terdaftar dan 18.194 klub terdaftar.
Klub sepak bola pertama diperkenalkan ke Perancis pada tahun 1863 oleh
imigran Inggris seperti yang dijelaskan dalam sebuah artikel surat kabar The
Scotsman, yang menyatakan "Sejumlah pria Inggris yang tinggal di Paris akhir-akhir
ini menyelenggarakan sebuah klub sepak bola ... Pertandingan sepak bola
berlangsung di Bois de Boulogne, dengan izin dari pihak berwenang dan
mengejutkan Perancis secara luar biasa. Sepak bola modern diperkenalkan sembilan
tahun kemudian pada tahun 1872 oleh pelaut Inggris yang bermain di Le Havre pada
tahun 1872. (Sumber: Wikipedia.com)
Sepak bola telah menjadi metafora yang umum untuk kebangkitan kepercayaan
diri nasional secara umum, sebuah pengakuan dan pengakuan yang masih rapuh
bahwa Prancis muncul dari depresi jangka panjang karena negara tersebut telah
sepakat dengan masa perangnya. Kolaborator masa lalu, dengan dekolonisasi, dengan
hilangnya status di dunia yang sekarang didominasi oleh 'Anglo-Saxon' dan bahasa
Inggris, dan dengan ekonomi dan masyarakat dengan tingkat pengangguran yang
tinggi. Melalui sepak bola, Prancis telah menemukan bahwa mereka bukanlah
pecundang abadi.
Sejarah sepak bola Prancis penuh dengan catatan tentang kekalahan heroik (1958
dan 1982) dan pelatih nasional yang mendasarkan taktik pada individualisme esensial
pemain mereka. Gambaran diri nasional berulang ini yang disorot melalui sepak bola
sama dengan yang saya sebut setelah menggunakan istilah Alain Duhamel dalam
konteks sosial dan politik (Duhamel 1985) di kompleks Asterix. Ini mengacu pada
harapan kekalahan yang tak terelakkan untuk 'orang Prancis kecil', seperti Gauls yang
dipimpin oleh Asterix melawan legenda Romawi dapat dirayakan sampai tahun 1998.
8
Jika tidak bisa diharapkan di panggung Eropa atau dunia, maka setidaknya Prancis
bisa memainkan sepak bola 'champagne' di Kopa dan Platini. (Sumber:
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36680448/Football_still_Frenc
h)
9
Juventus ke Real Madrid pada musim 2001-2002 dengan nilai 46 juta poundsterling
sebelum dipecahkan oleh pemain Real Madrid lainnya Cristiano Ronaldo dan Gareth
Bale.
Sebagai pesepak bola kelas dunia, Zidane telah mengenyam banyak prestasi, di
antaranya dua gelar Serie-A bersama Juventus, satu gelar Liga Champions dan satu
gelar La Liga bersama Real Madrid. Zidane juga sukses mengantar Perancis menjadi
juara dunia Piala Dunia 1998 dan juara Piala Eropa 2000. Bersama sahabatnya
Ronaldo, Zidane menjadi pemain sepak bola yang mampu meraih gelar Pemain
Terbaik Dunia FIFA sebanyak tiga kali. Ia juga pernah meraih Ballon d'Or pada tahun
1998.
Selain Zidane, Perancis juga memiliki beberapa pemain yang berasal atau
memiliki keturunan dari beberapa negara diluar negara Perancis yang menganut
agama muslim, diantaranya sebagai berikut:
Zlatan Ibrahimovic (Paris Saint Germain); Ia merupakan pemain muslim terbaik
asal Swedia. Ia merupakan tombak utama AC Milan. Dia juga menjadi Serie A
Footballer Of The year 2005, 2008, 2009, 2011.
Frank Ribery (Bayern Munchen) yang merupakan salah satu pemain terbaik
Perancis. Di Salah satu media Prancis dia di sebut sebut sebagi The next Zinedine
Zidane. dan dia bermain untuk Bayern Munchen Tim Rakasasa Bundesliga jerman.
Samir Nasri (Manchester City); Ia merupakan seorang pemain sepak bola
Perancis yang berposisi sebagai gelandang serang. Saat ini ia bermain untuk
Manchester City di Inggris dan untuk tim nasional Perancis. kontribusinya di city
juga sangat di perhitungkan.
Karim Benzema (Real Madrid) ); Ia merupakan seorang pemain sepak bola
berkebangsaan Perancis keturunan Aljazair yang kini membela klub Real Madrid.
banyak gol yang disumbangkannya untuk real madrid.
Nicolas Anelka (Shanghai Shenhua); Ia merupakan pemain sepak bola
profesional berkebangsaan Perancis yang bermain sebagai penyerang untuk
Shanghai Shenhua. Mantan manajer Chelsea Carlo Ancelotti menyatakan ia sebagai
10
seorang pemain cepat dengan kemampuan duel di udara, teknik, tendangan ke
gawang, dan pergerakan tanpa bola yang bagus.
Abou Diaby (arsenal); Ia adalah pemain sepak bola profesional asal Perancis
keturunan Pantai Gading yang bermain sebagai gelandang di Arsenal dan tim
nasional Perancis.
Hatem Ben Arfa (newcastle united); seorang pemain sepak bola
berkewarganegaraan Perancis yang bermain untuk klub Newcastle United pada
posisi gelandang sayap, dia juga salah satu pemain yang di perhitungkan di newcastle
united.
Dari data dan fakta yang terdapat di lapangan ataupun yang dipaparkan diatas,
dapat kita lihat bahwa Perancis dari bidang olahraga telah menerima pemain diluar
dari negaranya yang mayoritas pemainnya berkulit hitam dan berasal atau memiliki
keturunan Afrika dan Arab. Hal ini, setidaknya dari segi sportivitas yang juga
menunjang dan menguntungkan pihak Perancis telah diterima di negara yang
mayoritas menganut agama Khatolik tersebut. Hal ini juga yang menjadi cermin
multikulturalisme di Perancis.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Multikulturalisme sebagai wujud maupun simbol keberagaman telah
ada di Perancis meski melewati jalan panjang dan penuh kesulitan. Hal ini tak
pernah lepas dari sejarah. Di sisi lain, Perancis tetap mempertahankan nilai
budaya ataupun unsur-unsur asli yang terdapat di negara itu sendiri tanpa
menginginkan adanya terjadi percampuran budaya. Hal ini disebabkan juga
karena Perancis merupakan negara berkelas dan elegan. Itulah salah satu sebab
Perancis ingin tetap menjaga budaya dan suku aslinya. Namun, meskipun
begitu, perlahan Perancis dan masyarakatnya tahu dan sadar bahwa mereka
tidak bisa lepas dari peran dan kebutuhan akan imigran di negara tersebut
mengingat jumlah dan populasi penduduk asli Perancis tidak banyak. Hal ini
pula yang melatarbelakangi terjadinya multikulturalisme di Perancis. Dan kini,
olahraga khususnya sepak bola menunjukkaan adanya multikulturalisme secara
nyata di Perancis.
12
Daftar Pustaka
https://www.ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/dauliyah/article/view/808/
683 diunduh pada 18 Desember 2017 pukul 15.40
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36680448/Football_still_
French.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=15
13922654&Signature=TrRkbsPwvff%2BUXFDAAJS9EC%2Bbeo%3D&resp
onse-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DIs_French_football_still_French_Gl
obalis.pdf diunduh pada 19 Desember 2017 pukul 20.03
Internet:
https://tomisapari.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-multikulturalisme.html
diakses pada 18 Desember 2017 pukul 16.20
https://perancis09upi.wordpress.com/2010/01/07/permasalahan-masyarakat-
multikultural-di-perancis/ diakses pada 18 Desember pukul 17.13
https://susahnama.wordpress.com/2012/10/11/pemain-sepakbola-eropa-yang-
muslim/ diakses pada 19 Desember 2017 pukul 19.12
13