You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidup berbeda dengan kehidupan, karena hidup diartikan keadaan suatu benda
yang karena kekuatan zat yang Maha Kuasa benda itu dapat bernafas. 1
Jadi kata ‘’hidup’’ bukan lawannya ‘’mati’’ , karena ‘’mati’’ adalah lawannya
‘’lahir’’. lahir adalah awal kehidupan dan mati adalah akhir kehidupan.2
kehidupan adalah serba-serbi daripada hidup itu sendiri mulai dari lahir sampai
dengan makhluk hidup itu mati. Hidup akan berarti apabila dapat dimotivasi dengan
baik. Berbagai motivasi orang untuk hidup yang pada puncak tertinggi disebut cinta,
yaitu keinginan untuk bersedia didominasi dan untuk mencapainya dibutuhkan
pengorbanan, sedang setelah mencapainnya menimbulkan kebahagiaan. Misalnya
cinta anak, cinta harta, cinta pangkat dan sebagainya. Tetapi yang kekal dan abadi
adalah cinta secara sepiritual adalah cinta Tuhan yaitu Allah.3
Dalam kehidupan ini, tidaklah akan didapat dua manusia yang sama jalan
kehidupannya. Variasi jalan hidup ini sudah nyata terlihat sejak dalam rahim Ibu.
Tiap anak lahir kedunia mencucut jarinya, tetapi bentuknya telah dapat dibedakan
dengan anak yang lain. Untuk mempertahankan hidup, seseorang harus
terus-menerus bekerja dan tidak berhenti sejak dilahirkan, biar mati yang
menyudahinya. Demikian ini karena padanyalah berdiri kehidupan.4
kehidupan itu laksana tenunan yang bersambung menjadi kain. Sekalian makhluk di
muka bumi ini seakan-akan tidak kelihatan di dalam tenunan ini, karena sangat kecil,
tenunan hayat tampak ini adalah ujung dari pangkal kain yang telah lalu, yang
bersambung tiada putus, sejak dari awal yang tiada diketahui kapankah sampai pada
akhir yang belum diketahui. Nanti setelah waktu yang telah ditentukan itu dilalui,
maka kehidupan itu pun berhenti pada suatu perhentian yang bernama ‘’el-maut’’,
yaitu berhentinya perjalnan darah yang mengandung oksigen mengelilingi badan. 5

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1Pengertian Makna Hidup
1.2.2 Usia dunia lebih baik
1.2.3 Akhirat lebih baik dan lebih kekal
1.2.4 Nikmat Dunia dan Nikmat Akhirat

1 Yang dimaksud dengan keadaan benda itu adalah fungsi paru-parudan peredaran darah bagi manusia dan
binatang, atau insang bagi sebagaian ikan, atau kulit dan daun bagi sebagaian tumbuh-tumbuhan.
2 Inu Kencana Syafiie, filsafat kehidupan , (jakarta: Bumi Aksara,1995), p.3
3 Ibid
4 Hamka ,falsafah hidup, (jakarta: pustaka panjimas, 1984)
5 Ibid

1
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari makna hidup, tujuan kita berada di dunia,
dan kemana kita setelah ini.

BAB II
ISI
2.1 Pengertian makna hidup
Makna hidup menurut Al Quran, Hidup Adalah Ibadah.
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain
hanyalah untuk beribadah kepada Allah.
Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan
berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek
kehidupan kita.
‫س الْ ِج ن َخ ل َ قْ ت َو َم ا‬ ِ ْ ‫لِ ي َ عْ ب د و ِن إ ِ ّل َو‬
َ ْ ‫اْل ن‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Q.S Adz Dzaariyaat:56)
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia,
mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin.
Sedangkan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan
dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Selama hidup di dunia
manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas
hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk
kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan
manusia sejak bangun tidur sampai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
A. Pedoman hidup
Manusia juga harus mempunyai pedoman hidup untuk mendapatkan ridho yang maha
kuasa yaitu AllAh, karena kalau tidak ada maka tujuan hidupnya tidak akan tercapai,
Dan pedoman hidup manusia adalah Al-Qur’an.
''(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran)

2
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.''
(Q.S An-Nahl (16):89)

B. Prinsip
Begitu pula dengan prinsip hidup adalah islam, kalau prinsip hidupnya bukan islam,
maka dia tidak akan di terima oleh Allah dan akan menjadi orang yang rugi.

C. Contoh Hidup
Di dalam melaksanakan apa yang telah di perintahkan oleh Allah itu memerlukan
contoh, maka Allah telah menunjuk kepada para Nabi, khususnya Nabi Muhammad
saw sebagai contoh hidup, sebagaimana Allah katakan, yaitu :
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Q.S Ali-Imran (3) : 31)

Ada juga arti Hidup Adalah Ujian. Allah berfirman :


‫سن أَيُّك ْم ِل َيبْل َوك ْم َو ْٱل َح َي ٰوة َ ْٱل َم ْوتَ َخلَقَ ٱلذِى‬ َ ‫ْٱلغَفور ْٱل َع ِزيز َوه َو‬
َ ْ‫ع َم ًل أَح‬
”(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Q.S
Al Mulk 67 : 2)
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut “dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (Q.S Al Baqarah [2]:155-156)

Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia, Allah berfirman :


‫اس ز ي ِ َن‬ ِ ‫ب لِ لن‬ ُّ ‫ت ح‬ ِ ‫ير َو الْ ب َ ن ِ ي َن الن ِ سَ ا ِء ِم َن الش َه َو ا‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫الذ ه َ ب ِ ِم َن ال ْ م ق َ نْ ط َ َر ة ِ َو الْ ق َ ن َا‬
ِ‫اْل َن ْ ع َ ا ِم الْ م س َ و َم ِة َو الْ َخ ي ْ ِل َو الْ فِ ض ة‬
ْ ‫ث َو‬ َ ْ‫ك ۗ َو ال‬
ِ ‫ح ْر‬ َ ِ‫َو ّللا ۖ ال د ُّنْ ي َ ا الْ َح ي َ ا ة ِ َم ت َاع ذٰ َ ل‬
‫ال ْ َم آ ب ِ ح سْ ن ِع نْ د َ ه‬
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).“ (Q.S Ali ‘Imran
[3]:14)

‫ك َخ يْر َو ل َ ْْل ِخ َر ة‬ ْ
َ َ ‫اْل و ل َ ٰى ِم َن ل‬

3
“dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang (permulaan)’’ (Q.S Adh Dhuha [93]:4)
Hidup Adalah Sementara, dunia terasa singkat meskipun terasa lama, punah
meskipun terasa stabil, dan akhirat adalah tempat yang kekal dan itulah
sebenar-benarnya kehidupan.
Allah berfirman :
‫اْل ِخ َر ة َ َو إ ِ ن َم ت َاع ال د ُّنْ ي َ ا ال ْ َح ي َ اة ٰهَ ِذ هِ إ ِ ن َم ا ق َ ْو ِم ي َ ا‬
ْ ‫ي‬ ِ ‫الْ ق َ َر‬
َ ِ‫ار د َ ار ه‬
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“ (Q.S Al Mu’min [40]:39)
Sehingga orang yang berakal harus memprioritaskan yang kekal daripada yang
fana, berbuat untuk akhirat lebih banyak daripada untuk dunia.

Nabi Muhammad S.A.W bersabda : Barangsiapa yang menyukai dunia maka


akan merugikan akhiratnnya, dan barangsiapa yang menyukai akhiratnya maka akan
merugikan dunianya, maka hendaklah mengutamakan yang kekal daripada yang
fana.6
Fudhail bin Iyadh ra. Berkata: ‘’seandainya dunia terbuat dari emas yang akan
hancur dan akhirat dari keramik yang kekal, maka kita harus memilih keramik yang
kekal daripada emas yang hancur. Lalu bagaimana, kita telah memilih keramik yang
hancur daripada emas yang kekal?’’7
Syaikh Muhammad Al-Ghazali berkata: sebaik-baiknya seseorang adalah sehat
badan dan akalnya mengetahui karekter dunia yang dihuninya, maka hendaklah ia
tidak membuat bangunan bertingkat-tingkat dengan fondasi yang rapuh.
Apa maksudnya ? Inikah keuntungan keberadaan manusia ?
secara spontanitas kita katakan : tidak, jikalau hakikat kehidupan bumi seperti itu,
niscaya kehidupan setelahnya adalah harapan dan keuntungan yang lebih baik, dan
jikalau kehidupan dunia ini adalah segala sesuatu, pastilah bunuh diri lebih baik bagi
manusia. Sesungguhnya alam akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya dan
persiapan untuknya adalah tugas orang yang berakal dalam waktu sempit. Orang
yang cerdas adalah orang yang membagi perhatiannya untuk kedua alam sesuai
porsinya, sehingga ia menjadikan amalnya untuk dunia sesuai kadar keberadaanya (di
dunia) dan amalnya untuk akhirat sesuai kadar kekekalannya (di akhirat).8
Dalam Al-Quran dan sunah terdapar nash-nash yang menegaskan kebenaran ini.
Kebenaran singkatnya dunia dan kepunahannya, kebesaran akhirat dan kekekalannya,
serta menyerukan manusia agar bangkit dan menyadari kebenara tersebut agar
dipersiapkan.

6 HR. Ahmad dan perawinya jujur, Ibnu Hibban dan di-shahih-kan oleh Al-Hakim (Mughniy Al-Asfar 3/197,
At-Targhib 2/414
7 Ihya’ ‘Ulumuddin 3/302
8 ‘Aqidatul Muslim hlm.233.

4
Allah SWT berfirman :
‫ف ِ ي َو ت َك َ اث ر ب َ يْ ن َك ْم َو ت َف َ اخ ر َو ِز ي ن َة َو ل َ ْه و ل َ ِع ب ال د ُّنْ ي َ ا الْ َح ي َ اة أ َن َم ا ا عْ ل َ م وا‬
‫اْل َ ْم َو ا ِل‬
ْ ‫اْل َ ْو َّل ِد‬
ْ ‫ب غَ يْث كَ َم ث َ ِل ۖ َو‬ َ ‫ص ف َ ًّر ا ف َ ت ََر اه ي َ ِه يج ث م ن َ ب َ ات ه الْ ك ف ا َر أ َعْ َج‬ ْ ‫م‬
‫اْل ِخ َر ة ِ َو ف ِ ي ۖ ح طَ ا ًم ا ي َ ك ون ث م‬ ْ ‫ض َو ان ّللا ِ َن ِِم َو َم غْ فِ َر ة شَ ِد يد ع َ ذ َ اب‬ ْ ‫َو َم ا ۚ َو ِر‬
ْ ِ ‫ال ْ غ ر‬
‫ور َم ت َاع إ ِ ّل ال د ُّنْ ي َ ا ال َح ي َ اة‬
‘’ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah -megah
antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengangumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat dan azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridaan -Nya. Dan Kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.’’ (Q.S Al -Hadid(57):20)
Ibnu Hajar, berkata: ‘’Ilustrasi perumpamaan ini bahwa seseorang
dilahirkan, lalu tumbuh kuat, lalu dianugrahi harta, anak dan jabatan,
setelah itu mulai terjadi penurunan daya tub uh, rambut mulai beruban, lalu
menjadi lemah, sakit-sakitan, tertimpa cobaan seperti sakit, kekurangan
uang, dan kemuliaan, kemudian meninggal dunia sehingga dirinya lenyap
dan hartanya menjadi milik orang lain, dan tubuh -tubuh terus
berubah-ubah. Kondisinya seperti kondisi tanah yang tertimpa air hujan,
lalu tumbuh pepohonan yang indah, kemudian kering dan menguning, lalu
roboh dan hancur hingga lenyap.’’ 9

Allah SWT berfirman:


ْ‫ض ِر ب‬
ْ ‫َو ا‬ َ ْ‫ب ِ هِ ف َ ا ْخ ت َل َ ط َ الس َم ا ِء َن ِِم أ َنْ زَ لْ ن َاه كَ َم اء ال د ُّنْ ي َ ا ال‬
‫ح ي َ ا ة ِ َم ث َ َل ل َ ه ْم‬
‫ض ن َ ب َ ات‬ ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫ص ب َ َح‬ْ َ ‫الر ي َ اح ت َذ ْ ر وه هَ ِش ي ًم ا ف َ أ‬ ِ ۗ ‫ي ء ك لِ ع َ ل َ ٰى ه َِ ِالل َو كَ ا َن‬ ْ َ‫ش‬
‫م قْ ت َ ِد ًر ا‬
‘’ Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai
air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya
tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering
yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.’’
(Q.S Al-Kahfi(18):45)
‫ِو الْ ب َ ا ق ِ ي َ ات ۖ ال د ُّنْ ي َ ا ال ْ َح ي َ ا ة ِ ِز ي ن َة َو الْ ب َ ن و َن الْ َم ال‬
َ ‫ك ِع نْ د َ َخ يْر الص ا لِ َح ات‬ َ ِ ‫َر ب‬
‫أ َ َم ًل َو َخ يْر ث َو ا ب ًا‬
َ
‘’Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan.’’ (Q.S Al-Kahfi(18):46)
Di antara keindahan Istinbath (penggalian hukum) para ulama dari perumpamaan
dunia dengan air, bahwa air tidak menetap di satu tempat, demikian pula dunia terus

9 Fathul Bariy 11/236

5
pergi dan tidak menetap. Tidak seorang pun yang masuk ke dalam air yang tidak
kebasahan, demikian pula tidak seorang pun yang masuk ke dalam dunia akan
selamat dari ujian dan malapetakanya. Selain itu, air jika digunakan sesuai kadarnya
akan bermanfaat dan menumbuh suburkan tanaman, jika berlebihan maka akan
membahayakan dan mematikan tumbuhan. Demikian pula dunia, yang cukup darinya
akan bermanfaat dan kelebihannya akan membawa mudharat. Juga, sekalipun kamu
berusaha menggenggam air di tanganmu pastilah akan terlepas, demikian pula dunia
meskipun kamu gigih meraihnya dan bergantung dengannya, maka dunia pasti lenyap
darimu.10
Allah SWT berfirman :
‫ار َو إ ِ ن ۚ َو ل َ ِع ب ل َ ْه و إ ِ ّل ال د ُّنْ ي َ ا ال ْ َح ي َ اة ٰهَ ِذ هِ َو َم ا‬ ْ ‫ي‬
َ ‫اْل ِخ َر ة َ الد‬ َ ‫ۚ الْ َح ي َ َو ان ل َ ِه‬
‫ي َ ع ْ ل َ م و َن كَ ان وا ل َ ْو‬
‘’Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.’’
(Q.S Al-’Ankabut(29):64)
Maksudnya alam kehidupan yang kekal, tidak sirna dan tidak dinganggu oleh apa
pun.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :
‘’Tidaklah dunia itu pada akhirat kecuali seperti salah seorang di antara kamu
memasukkan jarinya ke dalam lautan, maka perhatikanlah apa yang kembali
(untuknya).’’11
Artinya, tidaklah dunia yang singkat masanya, terbatas masanya, terbatas
kelezatannya sebanding dengan akhirat yang langgeng masanya, kelezatan dan
kenikmatannya kecuali bagaikan jumlah air yang melekat di jari dibandingkan
sejumlah air lautan.
Abdullah Bin Amru ra. Berkata, ‘’suatu ketika Rasulullah SAW lewat di hadapan
kami, dan kami sedang memperbaiki gubuk kami yang telah reyot. Lalu beliau
bertanya, ada apa ini ? lalu kami menjawab, ‘’gubuk ini telah reyot dan kami
memperbaikinya’’. lalu beliau bersabda, aku tidak melihat perkara (dunia) melainkan
lebih cepat (rubuh) dari gubuk itu.’’12

Allah SWT berfirman :


‫يَا‬ ‫َو َّل َو ل َ ِد هِ عَ ْن َو ا لِ د ي ِِ ي َ ْج ز َّل ي َ ْو ًم ا َو ا ْخ ش َْو ا َر ب ك ْم ات ق وا الن اس أ َي ُّ َه ا‬
‫َم ْو ل ود‬ ‫ح ي َ اة ت َغ ر ن ك م ف َ َل ۖ َح ق ّللا ِ َو عْ د َ إ ِ ن ۚ شَ يْ ئ ًا َو ا ل ِ ِد ه ِ عَ ْن َج از ه َو‬ َ ْ‫ال د ُّنْ ي َ ا ال‬
‫ال ْ غ َر ور ب ِ اّلل ِ ي َ غ ر ن ك ْم َو َّل‬
‘’Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang
(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak

10 Al-Qurthubiy 10/442, Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an oleh As-Suyuthi 2/55


11 HR. Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i
12 HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dan dia berkata:’’hadis hasan shahih’’

6
dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula)
penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.’’ (Q.S
Luqman(31):33)
Ambillah ibrah dari orang telah meninggal dunia kemudian berusahalah dan
janganlah lalai, karena kematian tidak akan pernah luput darimu. Di manakah
anak-anak dunia dan para penolongnya yang lebih memprioritaskan dunia,
membangunnya dan bersenang-senang sepanjang hari? Tidakkah dunia akan
menghempaskanmu? Maka lemparkanlah dunia dan carilah kebahagian akhirat
karena Allah telah membuat perumpamaan bagi dunia.
Ali bin Abu Thalib ra. Berkata, ‘’Dunia itu berjalan mundur dan akhirat itu
berjalan maju, dan keduanya memiliki anak-anak, maka jadilah kalian anak-anak
akhirat, dan janganlah menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah amal tanpa
hisab, esok adalah hisab tanpa amal.’’13
Sebagian orang bijak berkomentar. ‘’aku heran dari orang, di mana dunia
berjalan mundur meninggalkannya dan akhirat berjalan maju menghampirinya, ia
sibuk dengan yang akan pergi dan berpaling dari yang akan menghampirinya.’’

2.2 Usia Dunia Lebih Pendek


Sebagaimana keterangan di atas tentang singkatnya dunia dan cepat musnah,
dunia dengan panjang dan luasnya, lalu bagaimana dengan usia kita yang tidak
sepadan dengan usia dunia?
Lalu kenapa usia yang singkat dilalaikan, bertahun-tahun untuk tidur, bertahun-tahun
untuk makan dan minum?
Ingatlah, bahwa orang yang lalai akan mengetahui setelah meninggal dunia nilai
umur-umur mereka. Allah SWT berfirman :

َ‫ۚ سَ ا عَ ة غَ يْ َر ل َ ب ِ ث وا َم ا الْ م ْج ِر م و َن ي ق ْ ِس م الس ا عَ ة ت َق وم َو ي َ ْو م‬


Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa;’’
mereka tidak berdiam melainkan sesat.’’ (Q.S Ar-Rum(30):55)

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman :


‫ض فِي لَبِثْت ْم َك ْم قَا َل‬
ِ ‫اْلر‬ َ َ‫( ِسنِين‬112) ‫ض أ َ ْو يَ ْو ًما لَ ِبثْنَا قَالوا‬
ْ َ‫عدَد‬ َ ‫يَ ْوم بَ ْع‬
Allah bertanya : ‘’Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’’. mereka
menjawab:’’ kami tinggal sehari atau setengah hari.’’ (Q.S Al-Mu’minun
(23):112-113)

13 HR. Al-Bukhari, kitab Ar-Riqaq, bab Al-Amal wa thuluhu

7
Lalu mereka meminta dikembalikan ke dunia untuk melakukan perbuatan yang
telah mereka lalaikan berupa taubat, beriman, dan amal saleh, namun mereka
mendapatkan kecamaan dan celaan:
‫ل ِ لظ ا لِ ِم ي َن ف َ َم ا ف َ ذ وق وا ۖ الن ِذ ير َو َج ا َء ك م ت َذ َ ك َر َم ْن ف ِ ي هِ ي َ ت َذ َ ك ر َم ا ن ع َ ِم ْر ك ْم أ َ َو ل َ ْم‬
‫َص ير ِم ْن‬ ِ ‫ن‬
‘’Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk
berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan datang kepada kamu pemberi peringatan?
Maka rasakanlah dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.’’
(Q.S Fathir (35):37)
Maksudnya bukankah kami memberikanmu umur yang cukup untuk bertaubat
dan berpikir, serta Rasul dan Al-Quran telah memperingatkanmu. Menurut pendapat
lain, ‘’uban sebagai peringatan kematian, kematian keluarga dan kerabat, atau akal
dan usia baligh.’’14
Adapun batasan umur yang cukup untuk bertaubat dan beramal saleh, serta agar
manusia melakukan kewajibannya yaitu 60 tahun. Dalam sebuah hadis Rasulullah
SAW bersabda :
Jika Allah memaafkan seseorang, maka Dia menunda kematiannya hingga ia
mencapai usia 60 tahun.15
Kami tegaskan bahwa batasan umur tersebut bukanlah permulaan untuk
bertaubat, akan tetapi merupakan fase yang cukup untuk menyempurnakan taubat dan
amal saleh, serta agar manusia mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Jika hakikat ini telah mendonasi akal dan hatimu, berarti kamu sepakat bahwa
berbuat untuk akhirat harus lebih optimal dan lebih cepat dibandingkan berbuat untuk
dunia.
Rasulullah SAW menyadarkan kita tentang hakikat ini, beliau bersabda :
Jadilah kamu di dunia seperti orang asing, atau orang yang melintas (dan
siapkan dirimu menjadi penghuni kubur).
Adapun Ibnu Umar ra. Parawi hadis ini berkata:‘’jika kamu berada di sore hari
maka janganlah menunggu pagi, jika berada di pagi hari maka janganlah menunggu
sore hari, manfaatkanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu, masa hidupmu untuk
kematianmu (karena nanti kamu tidak mengetahui siapa kamu wahai hamba
Allah).’’16
Maksudnya apakah kamu nanti tergolong orang yang hidup atau mati? Celaka
atau sedih?
Hadis ini menjelaskan idealitas peran manusia di dunia, yaitu seperti orang asing
atau orang yang melintas. Kita tahu bahwa perasaan dominan orang asing dan orang
yang melintas adalah perasaan takut. Tidak stabil, perasaan pendeknya waktu,

14 Fathul Qadir 4/354-355, dan Fathul bariy 11/243


15 HR. Al-Bukhari, Ahmad, An-Nasa’I, dan lainnya.
16 HR. Al-Bukhari, At-Tirmidzi, Ahmad, An-Nasa’I dan Ibnu Majah

8
ketergantungan hati dengan penduduk asli, dan keinginan untuk cepat kembali.
Konsekuensinya harus meringankan beban dan muatan yang menggangunya serta
keinginan kuat untuk menjalankan misi dan perbekalan yang bermanfaat,
meringankan, dan membahagiakannya setelah kembali ke negerinya.
Dalam Hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: di mana posisiku terhadap dunia!
Tidaklah aku di dunia ini kecuali bagaikkan penunggang unta yang bernaung di
bawah pohon, lalu pergi meninggalkannya.17
Rasulullah SAW bersabda, surga itu lebih dekat kepada salah satu dari kalian
daripada sandalnya, demikian pula nereka.18
Dia natara wasiat Ali Bin Abi Thalib ra. Yang berharga, yaitu ‘’wahai
hamba-hamba Allah bertakwalah, bersegeralah mengisi umurmu dengan amal-amal
baikmu, belilah yang kekal untukmu dengan yang fana, bersiaplah untuk
mengadakan perjalanan karena kamu telah dipanggil, dan persiakanlah kematian
yang telah menghampirimu, jadilah kaum yang diteriakkan lalu berwaspada,
ketahuilah bahwa dunia bukan rumah bagimu maka gantilah dan persiapkanlah
menghadapi kematian, karena Allah tidak menciptakan kamu sia-sia dan tidak
membiarkanmu tanpa guna (maksudnya tidak mengabaikanmu tetapi mengutus para
Rasul untuk memberikan peringatan). Dan tidak ada diantara kamu dengan surga dan
neraka kecuali kematian. Bahwasanya tujuan akhir (maksudnya ajal kematian)
dikurangi oleh kesempatan, dimusnahkan oleh jam karena singkatnya waktu. Dan
yang gaib(kematian) selalu digiring(maksudnya digiring dan didekatkan) oleh dua
waktu yang silih berganti, yaitu malam dan siang, bahwa orang yang akan datang
akan memberikan kemenangan atau penyesalan kepada yang berhak. Oleh karena itu,
berbekallah kalian di dunia berupa amalan yang dapat menyelamatkan dirimu di hari
esok. Sehingga seorang hamba takut kepada Tuhannya, mengingatkan dirinya,
bertaubat, dan mengalahkan nafsunya.’’19
Di antara nasihat Hasan Al-Bashri yang memperingatkan usia yang singkat dan
urgensi beramal dengan segera, ia berkata , ‘’bersegeralah, bersegeralah, karena jika
napas diputus maka segala amalan yang mendekatkan dirimu kepada Allah SWT
akan terputus. Semoga Allah merahmati orang yang memperhatikan dirinya dan
menangisi sejumlah dosa-dosanya, kemudian membaca ayat ini:
‫ع َ د ًّا ل َ ه ْم ن َع د ُّ إ ِ ن َم ا‬
‘’karena sesungguhnya kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk
mereka dengan perhitungan yang teliti.’’ (Q.S Maryam(19):84)
Maksunya napas, hitungan napasmu yang terakhir, akhir hitungan berpisah dari
keluargamu, akhir hitungan kamu masuk ke kuburmu. Ia berkata : ‘’bersabarlah dan
berjuanglah, karena hari-hari amat singkat, kamu adalah kafilah yang berhenti sesaat
dikhawatirkan seorang di antara kamu diseru lalu ia menjawab, namun tidak menoleh
maka berpindahlah dengan membawa kebaikan yang kamu miliki.’’20

17 HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, ia berkata: ‘’hadis hasan shahih’’
18 HR. Al-Bukhari dan Ahmad
19 Nahjul Balaghah hlm.74-75, dan Al-Ihya 4/444
20 Ibid, 4/444-445

9
Hasan Al-Bashri berkata, ‘’sungguh aneh kaum yang diperintahkan untuk
berbekal dan disuruh untuk pergi , namun kelompok pertama mereka ditahan
menunggu kelompok terakhir, sedangkan mereka duduk-duduk sambil bermain.’’21
Ibnu Qayyim berpesan kepada orang yang menyia-nyiakan umurnya atau
diperdaya oleh waktu hendaklah melihat bahwa umur hanyalah perjalanan menuju
Allah dan hari akhir.
Perjalanan usia ini terbagi kepada beberapa tahapan, dan ia berkata: ‘’ orang
yang cerdas mejadikan tiap tahapan berada di dihadapannya, sehingga ia bertekad
melewatinya dengan selamat dan sukses. Jika telah dilewati maka ia menjadikan
tahapan berikutnya berada di hadapannya dan tidak menunda-nunda sehingga hatinya
keras, panjang lamunan dan cenderung menangguhkan amal, bahkan menjadikan
usianya bagian dari tahapan tersebut sehingga berusaha melewatinya dengan baik.
Seorang hamba, jika telah meyakini singkatnya tahapan tersebut, maka akan mudah
beramal dan berbekal diri. Jika ia menghadapi tahapan lain, maka ia hadapi seperti itu
(maksudnya berinteraksi seperti menghadapi tahapan sebelumnya. ia konsisten
dengan sikap ini hingga mampu melewati seluruh tahapan umurnya. Dengan sikap ini,
usahanya diterima dan merasa senang dengan amalan yang disiapkan untuk hari
kefakirannya kepada rahmat Allah. Jika telah terbit fajar hari akhirat dan kegelapan
dunia telah sirna, maka di hari itu ia bahagia dan mendapatkan balasan usahanya.
Telah berakhir masa tidurnya, adakah yang terbaik untuk menyambut harinya!
Sungguh sinar paginnya telah terang benderang dan kemenangan telah tampak.’’22

2.3 Akhirat lebih baik dan lebih kekal


Di antara alasan yang menuntut amalan akhirat lebih optimal dan lebih cepat
daripada amalan dunia, yaitu balasan akhirat lebih baik, lebih kekal, dan lebih besar
serta limpahan rahmat Allah dan rida-Nya lebih baik dari dunia beserta isinya.
Al-Quran dan sunah memberikan gambaran jelas tentang kebenaran ini, seperti
firman Allah SWT :
‫ت َ ْع ِقلونَ أَفَ َل يَتقونَ ِللذِينَ ِ َخيْر ْاْل ِخ َرة َولَلدار َولَ ْهو لَ ِعب ِإّل الدُّ ْن َيا ْال َح َياة َو َما‬
‘’Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?’’ (Q.S Al-An’am(6):32)
Pada ayat lain Allah SWT berfirman:
‫﴿ الدُّ ْن َيا ْال َح َياة َ تؤْ ِثرونَ َب ْل‬١٦﴾ ‫َوأ َ ْبقَى َخيْر َو ْاْل ِخ َرة‬
‘’tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan
lebih kekal.’’ (Q.S Al-A’la(87):16-17)
Allah SWT berfirman :

21 Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm 287


22 Thariqul Hijrataini wa Babus Sa’adataini, karya Ibnu Al-Qayyim, hlm. 170

10
َ َّ َّ َ َ َ َ َ َّ ً ‫الد ْن َيا ْال َح َياة َز ْه َر َة ِّم ْن ُه ْم َأ ْز َو‬
‫اجا ِب ِه َمت ْعنا َما ِإل َع ْين ْيك ت ُمدن َول‬
ُّ ْ ُ َ ْ َ
‫يه ِلنف ِتنهم‬
ُ ْ َ
ِ ِ ‫و َ ِرزق ِف‬
َ َ َ
‫َوأ ْبق خ ْ ري َ ِّربك‬
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami
cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih
kekal.’’ (Q.S Taha(20):131)

Maksudnya balasan dan perbendaharaan Allah untuk hamba-hamba-Nya lebih


baik dan lebih kekal dari rezeki di dunia karena tidak akan terputus, sedangkan dunia
akan berakhir. Menurut pendapat lain, bahwa yang dimaksud dengan rezeki adalah
segala sesuatu yang Allah persembahkan untuk orang-orang beriman berupa harta
rampasan perang dan lain sebagainya. Penafsiran pertama yang lebih kuat, karena
kebaikan dan kekekalan yang tidak terputus keduanya terwujud dalam rezeki ukhrawi
bukan duniawi sekalipun halal lagi baik.23
Allah SWT berfirman :

‫ال‬
َ َُْ َ َُ
ُ ‫ون ْال َم‬ ْ ْ ُّ ُ ْ ُ َّ ‫َأ َم ًل َو َخ ْ ري َث َو ًابا َ ِّرب َك َندِع َخ ْ ري‬
‫الص ِال َحات َوال َب ِاق َيات الدن َيا ال َح َي ِاة ِزينة والبن‬ ِ
‘’Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.’’ (Q.S Al-Kahfi(18):46)
Sebagian sahabat pernah melalaikan hakikat ini, ketika mereka mengabaikan khutbah
jum’at akibat datangnya rombongan pedagang, lalu turunlah ayat yang menyadarkan
mereka.
َ َ ً َ َ ُّ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ِّ ْ َ
‫اّلل ندِِع َما ق ْل ق ِائ ًما َوت َركوك ِإل ْي َها انفضوا ل ْه ًوا أ ْو ِت َج َارة َرأ ْوا َوِإذا‬ ِ ‫الله ِو من خ ري‬
ِّ ُ َ َ ُ ْ َ َ
‫اّلل الت َج َار ِة َو ِم َن‬ َّ
‫الر ِاز ِقي خي و‬
‘’Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan",
dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.’’ (Q.S Al-Jumu’ah(62):11)
Sebagian ulama menafsirkan sebagai isyarat singkatnya dunia dan cepat sirna,
serta kekekalan akhirat dan kebesarannya. Sebagian mereka menafsirkan dengan
memprioritaskan akhirat daripada dunia. Ibnu Rajab berkata: ‘’sebuah teks hukum
atau ketetapan tentang keutamaan akhirat dibandingkan dunia dan segala
aktivitasnya.’’24
Rasulullah SAW bersabda: Ya Allah tidak ada kehidupan yang lebih baik
melainkan kehidupan akhirat.25

23 Fathul Qadir 3/394


24 Jami’ul Ulum wal Hikam, hlm. 364
25 HR. Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad

11
Rasulullah SAW bersabda : Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan
sayap nyamuk niscaya Dia tidak akan memberi minum sedikit pun orang kafir di
dunia.26
Hasan Al-Bashri dari kalangan tabi’in berkata, ‘’barangsiapa yang
menandingimu dalam urusan agamamu, maka tandingilah ia. Dan barangsiapa yang
menandingimu dalam urusan duniamu, maka lemparkanlah (dunia) ke dadanya.’’
Akhirnya, kami berkesimpulan bahwa akhirat diprioritaskan karena akhirat yang
diraih oleh seorang hamba berupa ampunan, surga, dan rida Allah. Adapun dunia
adalah yang dicela sebagaimana telah dijelaskan.

2.4 Nikmat Dunia Dan Nikmat Akhirat


Dunia, secara umum adalah negeri cobaan dan ujian, bukan negeri kebahagiaan dan
ketenangan. Ia diciptakan oleh Allah sebagai pelabuhan untuk menyebrang ke akhirat,
negeri yang tetap.
Allah SWT berfirman :
َ‫ض ت ِريدون‬ َ ‫ع ِزيز َوّللا ْاْل ِخ َرة َ ي ِريد َوّللا الدُّ ْنيَا‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫يمِِ َحك‬..
‘’Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala)
akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.’’ (Q.S
Al-Anfal(8):67)

Perbandingan di dalam Al-Qur’an telah sempurna antara kenikmatan akhirat dan


keindahan dunia. Itu semua dapat mengingatkan orang-orang yang lalai, terlena, dan
malas. Mereka mengetahui bahwa Allah menghendaki akhirat untuk mereka sehingga
mereka berusaha di dunia untuk mendapatkan ridha-Nya, beramal dalam ketaatan
kepada-Nya, serta menegakkan kewajiban yang Allah bebankan kepada mereka.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai mata hati. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingi,yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang terbaik
(Surga).
Allah SWT berfirman :
َ َ َ ْ َ َّ ْ ُ َّ َ ْ ُ َ ‫َ َّ ر‬ َ َ َْ ْ َ َ ً ُ
‫ين ل ِك ِن‬ ‫ينِخ اْلن َه ُار ت ْح ِت َها ِمن ت ْج ِري جنات لهم رب هم اتقوا ال ِذ‬ ‫ند ِّم ْن ن ُزل ِف َيها ِال ِد‬
ِ َ ‫ِع‬
َ َ َ َ َ ‫َ ْر‬ ْ ْ ِّ
‫اّلل‬
ِ ‫اّلل ِعند وما‬ ِ ‫لْلب َر ِار خي‬
‘’Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai

26 HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, ia berkata:’’Hadis hasan Shahih’’

12
tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik
bagi orang-orang yang berbakti.’’ (Q.S Ali-Imran(3):198)

Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:


‘’tempar pecut di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.’’ (HR Al-Bukhari dan
Muslim).
Beliau juga menjelaskan bahwa Rasulullah bersabda:
‘’sehasta(tanah) salah satu dari kalian di surga lebih baik dari pada apa yang telah
diterbitkan baginya (yaitu) matahari.’’ (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Allah telah menerangkan bahwa kenikmatan atau keindahan dunia, sekalipun lama, ia
akan lenyap. Adapun apa yang ada di sisi-Nya di negeri akhirat akan kekal, tidak
akan musnah, dan tidak berkurang sedikitpun.
Di antara kenikmatan surga yang paling agung adalah kesucian, kebersihan, kebaikan,
dan akhlak yang mulia. Tidak terdengar di surga ucapan buruk atau angkuh seperti
yang anda dengar di dunia. Tidak ada riya’ dusta, penjilat, ataupun kemunafikan di
surga. Maka, surga dan semua yang ada di dalamnya tidak pernah berakhir. Tidak
terdengar perkataan yang batil dan tidak akan anda lihat perbuatan buruk.
Allah SWT berfirman :

ً ْ ‫ت َأْثِيم َو َّل فِي َها لَ ْغو ّل َكأ‬


َ‫سا فِي َها يَت َ ٰنَزَ عون‬
‘’Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak
(menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa.’’ (Q.S
Ath-Thur(52):23)

‫( ت َأ ْ ِثي ًما َوّل لَ ْغ ًوا ِفي َها َي ْس َمعونَ ّل‬٢٥) ‫سل ًما ِقيل ِإّل‬
َ ‫سل ًما‬
َ
‘’Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang
menimbulkan dosa,tetapi mereka mendengar ucapan salam.’’ (Q.S
Al-Waqi-ah(56):25-26)

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Makna hidup menurut Al Quran, Hidup Adalah Ibadah.


Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain
hanyalah untuk beribadah kepada Allah.
Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan
berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek
kehidupan kita.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Q.S Adz Dzaariyaat:56)

َ ‫لَ َم ِيتونَ ٰذ ِل‬


‫ک َبعدَ اِنکم ثم‬
‘’Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.’’
(Q.S Al-Mu’Minun(23):15)

‫تبعَثونَ ال ِق ٰي َم ِۃ يَو َم اِنکم ثم‬


‘’Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di
hari kiamat.’’ (Q.S Al-Mu’Minun(23):16)
Allah menjadikan ujian tersebut --ujian akidah, ujian dengan ketaatan, dan ujian
dengan amal-- sebagai syarat masuk surga. Maka, jalan ke surga sangat berat dan

14
sulit. Ia membutuhkan amal dan tidak ada yang mendapatkannya, kecuali
orang-orang yang bersabar dalam ujian dan cobaan tersebut.

3.2 Saran
Karena itu, marilah kita bersabar atas ujian Allah dan mengerjakan kewajiban
kita. Yaitu apa yang diwajibkan dan diperintahkan Allah kepada kita, serta menjauhi
apa yang dilarang. Kita mengerjakan perintah-Nya, menghalalkan semua yang
dihalalkan, dan mengharamkan semua yang diharamkan.
Allah menginginkan untuk kita akhirat dan surga. Dia lebih mengetahui semua
yang di dalamnya dan pahala besar yang dipersiapkan untuk orang-orang mukmin
yang taat, beribadah, bersyukur, dan memuji.
Marilah menuju kepada ketaatan Allah!
Marilah menuju kepada negeri yang di dalamnya ada kenikmatan yang tak
pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas di
dalam benak manusia.
Marilah menuju kepada keridhaan Allah di mana, Dia tidak akan marah kepada
kalian selamanya setelah itu.

DAFTAR PUSTAKA
Nabil Hamid Al-Mu’az. 2006. Jalan Ke surga , Amzah
Zaprulkhan, Filsafat Umum: Sebuah Pendekatan Tematik, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2012
Walter Lippman (Terjemahan & Kata Pengantar oleh A. Rahman Zainuddin, Filsafat
Publik,
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1999.
Juhaya S. Praja, Aliran -Aliran Filsafat dan Etika, Bandung, Yayasan PIARA, 1997
Ahamd Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1996
At-Tazkiyah Dharuratiha-wa sailuha Mawani-uha Dar At-Tauzi wa An-Nasyr
Al-Islamiyah
Ar-Rasul Qudwatuna - Dar Karim bi sars Al-Layan

15
Al-Ahadist Al-Qudiyyah -jam maktabah dar at-turats
https://tafsirq.com
Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi. 2008 . Mengenal Surga. Solo:AQWAM
Syaikh Mahir Ahmad Ash-Sufi. Mengintip indahnya surga. Solo:AQWAM

16

You might also like