Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidup berbeda dengan kehidupan, karena hidup diartikan keadaan suatu benda
yang karena kekuatan zat yang Maha Kuasa benda itu dapat bernafas. 1
Jadi kata ‘’hidup’’ bukan lawannya ‘’mati’’ , karena ‘’mati’’ adalah lawannya
‘’lahir’’. lahir adalah awal kehidupan dan mati adalah akhir kehidupan.2
kehidupan adalah serba-serbi daripada hidup itu sendiri mulai dari lahir sampai
dengan makhluk hidup itu mati. Hidup akan berarti apabila dapat dimotivasi dengan
baik. Berbagai motivasi orang untuk hidup yang pada puncak tertinggi disebut cinta,
yaitu keinginan untuk bersedia didominasi dan untuk mencapainya dibutuhkan
pengorbanan, sedang setelah mencapainnya menimbulkan kebahagiaan. Misalnya
cinta anak, cinta harta, cinta pangkat dan sebagainya. Tetapi yang kekal dan abadi
adalah cinta secara sepiritual adalah cinta Tuhan yaitu Allah.3
Dalam kehidupan ini, tidaklah akan didapat dua manusia yang sama jalan
kehidupannya. Variasi jalan hidup ini sudah nyata terlihat sejak dalam rahim Ibu.
Tiap anak lahir kedunia mencucut jarinya, tetapi bentuknya telah dapat dibedakan
dengan anak yang lain. Untuk mempertahankan hidup, seseorang harus
terus-menerus bekerja dan tidak berhenti sejak dilahirkan, biar mati yang
menyudahinya. Demikian ini karena padanyalah berdiri kehidupan.4
kehidupan itu laksana tenunan yang bersambung menjadi kain. Sekalian makhluk di
muka bumi ini seakan-akan tidak kelihatan di dalam tenunan ini, karena sangat kecil,
tenunan hayat tampak ini adalah ujung dari pangkal kain yang telah lalu, yang
bersambung tiada putus, sejak dari awal yang tiada diketahui kapankah sampai pada
akhir yang belum diketahui. Nanti setelah waktu yang telah ditentukan itu dilalui,
maka kehidupan itu pun berhenti pada suatu perhentian yang bernama ‘’el-maut’’,
yaitu berhentinya perjalnan darah yang mengandung oksigen mengelilingi badan. 5
1 Yang dimaksud dengan keadaan benda itu adalah fungsi paru-parudan peredaran darah bagi manusia dan
binatang, atau insang bagi sebagaian ikan, atau kulit dan daun bagi sebagaian tumbuh-tumbuhan.
2 Inu Kencana Syafiie, filsafat kehidupan , (jakarta: Bumi Aksara,1995), p.3
3 Ibid
4 Hamka ,falsafah hidup, (jakarta: pustaka panjimas, 1984)
5 Ibid
1
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari makna hidup, tujuan kita berada di dunia,
dan kemana kita setelah ini.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian makna hidup
Makna hidup menurut Al Quran, Hidup Adalah Ibadah.
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain
hanyalah untuk beribadah kepada Allah.
Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan
berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek
kehidupan kita.
س الْ ِج ن َخ ل َ قْ ت َو َم ا ِ ْ لِ ي َ عْ ب د و ِن إ ِ ّل َو
َ ْ اْل ن
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Q.S Adz Dzaariyaat:56)
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia,
mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin.
Sedangkan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan
dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Selama hidup di dunia
manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas
hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk
kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan
manusia sejak bangun tidur sampai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.
A. Pedoman hidup
Manusia juga harus mempunyai pedoman hidup untuk mendapatkan ridho yang maha
kuasa yaitu AllAh, karena kalau tidak ada maka tujuan hidupnya tidak akan tercapai,
Dan pedoman hidup manusia adalah Al-Qur’an.
''(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran)
2
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.''
(Q.S An-Nahl (16):89)
B. Prinsip
Begitu pula dengan prinsip hidup adalah islam, kalau prinsip hidupnya bukan islam,
maka dia tidak akan di terima oleh Allah dan akan menjadi orang yang rugi.
C. Contoh Hidup
Di dalam melaksanakan apa yang telah di perintahkan oleh Allah itu memerlukan
contoh, maka Allah telah menunjuk kepada para Nabi, khususnya Nabi Muhammad
saw sebagai contoh hidup, sebagaimana Allah katakan, yaitu :
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Q.S Ali-Imran (3) : 31)
ك َخ يْر َو ل َ ْْل ِخ َر ة ْ
َ َ اْل و ل َ ٰى ِم َن ل
3
“dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang (permulaan)’’ (Q.S Adh Dhuha [93]:4)
Hidup Adalah Sementara, dunia terasa singkat meskipun terasa lama, punah
meskipun terasa stabil, dan akhirat adalah tempat yang kekal dan itulah
sebenar-benarnya kehidupan.
Allah berfirman :
اْل ِخ َر ة َ َو إ ِ ن َم ت َاع ال د ُّنْ ي َ ا ال ْ َح ي َ اة ٰهَ ِذ هِ إ ِ ن َم ا ق َ ْو ِم ي َ ا
ْ ي ِ الْ ق َ َر
َ ِار د َ ار ه
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“ (Q.S Al Mu’min [40]:39)
Sehingga orang yang berakal harus memprioritaskan yang kekal daripada yang
fana, berbuat untuk akhirat lebih banyak daripada untuk dunia.
6 HR. Ahmad dan perawinya jujur, Ibnu Hibban dan di-shahih-kan oleh Al-Hakim (Mughniy Al-Asfar 3/197,
At-Targhib 2/414
7 Ihya’ ‘Ulumuddin 3/302
8 ‘Aqidatul Muslim hlm.233.
4
Allah SWT berfirman :
ف ِ ي َو ت َك َ اث ر ب َ يْ ن َك ْم َو ت َف َ اخ ر َو ِز ي ن َة َو ل َ ْه و ل َ ِع ب ال د ُّنْ ي َ ا الْ َح ي َ اة أ َن َم ا ا عْ ل َ م وا
اْل َ ْم َو ا ِل
ْ اْل َ ْو َّل ِد
ْ ب غَ يْث كَ َم ث َ ِل ۖ َو َ ص ف َ ًّر ا ف َ ت ََر اه ي َ ِه يج ث م ن َ ب َ ات ه الْ ك ف ا َر أ َعْ َج ْ م
اْل ِخ َر ة ِ َو ف ِ ي ۖ ح طَ ا ًم ا ي َ ك ون ث م ْ ض َو ان ّللا ِ َن ِِم َو َم غْ فِ َر ة شَ ِد يد ع َ ذ َ اب ْ َو َم ا ۚ َو ِر
ْ ِ ال ْ غ ر
ور َم ت َاع إ ِ ّل ال د ُّنْ ي َ ا ال َح ي َ اة
‘’ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah -megah
antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak,
seperti hujan yang tanam-tanamannya mengangumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat dan azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridaan -Nya. Dan Kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu.’’ (Q.S Al -Hadid(57):20)
Ibnu Hajar, berkata: ‘’Ilustrasi perumpamaan ini bahwa seseorang
dilahirkan, lalu tumbuh kuat, lalu dianugrahi harta, anak dan jabatan,
setelah itu mulai terjadi penurunan daya tub uh, rambut mulai beruban, lalu
menjadi lemah, sakit-sakitan, tertimpa cobaan seperti sakit, kekurangan
uang, dan kemuliaan, kemudian meninggal dunia sehingga dirinya lenyap
dan hartanya menjadi milik orang lain, dan tubuh -tubuh terus
berubah-ubah. Kondisinya seperti kondisi tanah yang tertimpa air hujan,
lalu tumbuh pepohonan yang indah, kemudian kering dan menguning, lalu
roboh dan hancur hingga lenyap.’’ 9
5
pergi dan tidak menetap. Tidak seorang pun yang masuk ke dalam air yang tidak
kebasahan, demikian pula tidak seorang pun yang masuk ke dalam dunia akan
selamat dari ujian dan malapetakanya. Selain itu, air jika digunakan sesuai kadarnya
akan bermanfaat dan menumbuh suburkan tanaman, jika berlebihan maka akan
membahayakan dan mematikan tumbuhan. Demikian pula dunia, yang cukup darinya
akan bermanfaat dan kelebihannya akan membawa mudharat. Juga, sekalipun kamu
berusaha menggenggam air di tanganmu pastilah akan terlepas, demikian pula dunia
meskipun kamu gigih meraihnya dan bergantung dengannya, maka dunia pasti lenyap
darimu.10
Allah SWT berfirman :
ار َو إ ِ ن ۚ َو ل َ ِع ب ل َ ْه و إ ِ ّل ال د ُّنْ ي َ ا ال ْ َح ي َ اة ٰهَ ِذ هِ َو َم ا ْ ي
َ اْل ِخ َر ة َ الد َ ۚ الْ َح ي َ َو ان ل َ ِه
ي َ ع ْ ل َ م و َن كَ ان وا ل َ ْو
‘’Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.’’
(Q.S Al-’Ankabut(29):64)
Maksudnya alam kehidupan yang kekal, tidak sirna dan tidak dinganggu oleh apa
pun.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :
‘’Tidaklah dunia itu pada akhirat kecuali seperti salah seorang di antara kamu
memasukkan jarinya ke dalam lautan, maka perhatikanlah apa yang kembali
(untuknya).’’11
Artinya, tidaklah dunia yang singkat masanya, terbatas masanya, terbatas
kelezatannya sebanding dengan akhirat yang langgeng masanya, kelezatan dan
kenikmatannya kecuali bagaikan jumlah air yang melekat di jari dibandingkan
sejumlah air lautan.
Abdullah Bin Amru ra. Berkata, ‘’suatu ketika Rasulullah SAW lewat di hadapan
kami, dan kami sedang memperbaiki gubuk kami yang telah reyot. Lalu beliau
bertanya, ada apa ini ? lalu kami menjawab, ‘’gubuk ini telah reyot dan kami
memperbaikinya’’. lalu beliau bersabda, aku tidak melihat perkara (dunia) melainkan
lebih cepat (rubuh) dari gubuk itu.’’12
6
dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula)
penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.’’ (Q.S
Luqman(31):33)
Ambillah ibrah dari orang telah meninggal dunia kemudian berusahalah dan
janganlah lalai, karena kematian tidak akan pernah luput darimu. Di manakah
anak-anak dunia dan para penolongnya yang lebih memprioritaskan dunia,
membangunnya dan bersenang-senang sepanjang hari? Tidakkah dunia akan
menghempaskanmu? Maka lemparkanlah dunia dan carilah kebahagian akhirat
karena Allah telah membuat perumpamaan bagi dunia.
Ali bin Abu Thalib ra. Berkata, ‘’Dunia itu berjalan mundur dan akhirat itu
berjalan maju, dan keduanya memiliki anak-anak, maka jadilah kalian anak-anak
akhirat, dan janganlah menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah amal tanpa
hisab, esok adalah hisab tanpa amal.’’13
Sebagian orang bijak berkomentar. ‘’aku heran dari orang, di mana dunia
berjalan mundur meninggalkannya dan akhirat berjalan maju menghampirinya, ia
sibuk dengan yang akan pergi dan berpaling dari yang akan menghampirinya.’’
7
Lalu mereka meminta dikembalikan ke dunia untuk melakukan perbuatan yang
telah mereka lalaikan berupa taubat, beriman, dan amal saleh, namun mereka
mendapatkan kecamaan dan celaan:
ل ِ لظ ا لِ ِم ي َن ف َ َم ا ف َ ذ وق وا ۖ الن ِذ ير َو َج ا َء ك م ت َذ َ ك َر َم ْن ف ِ ي هِ ي َ ت َذ َ ك ر َم ا ن ع َ ِم ْر ك ْم أ َ َو ل َ ْم
َص ير ِم ْن ِ ن
‘’Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk
berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan datang kepada kamu pemberi peringatan?
Maka rasakanlah dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.’’
(Q.S Fathir (35):37)
Maksudnya bukankah kami memberikanmu umur yang cukup untuk bertaubat
dan berpikir, serta Rasul dan Al-Quran telah memperingatkanmu. Menurut pendapat
lain, ‘’uban sebagai peringatan kematian, kematian keluarga dan kerabat, atau akal
dan usia baligh.’’14
Adapun batasan umur yang cukup untuk bertaubat dan beramal saleh, serta agar
manusia melakukan kewajibannya yaitu 60 tahun. Dalam sebuah hadis Rasulullah
SAW bersabda :
Jika Allah memaafkan seseorang, maka Dia menunda kematiannya hingga ia
mencapai usia 60 tahun.15
Kami tegaskan bahwa batasan umur tersebut bukanlah permulaan untuk
bertaubat, akan tetapi merupakan fase yang cukup untuk menyempurnakan taubat dan
amal saleh, serta agar manusia mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Jika hakikat ini telah mendonasi akal dan hatimu, berarti kamu sepakat bahwa
berbuat untuk akhirat harus lebih optimal dan lebih cepat dibandingkan berbuat untuk
dunia.
Rasulullah SAW menyadarkan kita tentang hakikat ini, beliau bersabda :
Jadilah kamu di dunia seperti orang asing, atau orang yang melintas (dan
siapkan dirimu menjadi penghuni kubur).
Adapun Ibnu Umar ra. Parawi hadis ini berkata:‘’jika kamu berada di sore hari
maka janganlah menunggu pagi, jika berada di pagi hari maka janganlah menunggu
sore hari, manfaatkanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu, masa hidupmu untuk
kematianmu (karena nanti kamu tidak mengetahui siapa kamu wahai hamba
Allah).’’16
Maksudnya apakah kamu nanti tergolong orang yang hidup atau mati? Celaka
atau sedih?
Hadis ini menjelaskan idealitas peran manusia di dunia, yaitu seperti orang asing
atau orang yang melintas. Kita tahu bahwa perasaan dominan orang asing dan orang
yang melintas adalah perasaan takut. Tidak stabil, perasaan pendeknya waktu,
8
ketergantungan hati dengan penduduk asli, dan keinginan untuk cepat kembali.
Konsekuensinya harus meringankan beban dan muatan yang menggangunya serta
keinginan kuat untuk menjalankan misi dan perbekalan yang bermanfaat,
meringankan, dan membahagiakannya setelah kembali ke negerinya.
Dalam Hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: di mana posisiku terhadap dunia!
Tidaklah aku di dunia ini kecuali bagaikkan penunggang unta yang bernaung di
bawah pohon, lalu pergi meninggalkannya.17
Rasulullah SAW bersabda, surga itu lebih dekat kepada salah satu dari kalian
daripada sandalnya, demikian pula nereka.18
Dia natara wasiat Ali Bin Abi Thalib ra. Yang berharga, yaitu ‘’wahai
hamba-hamba Allah bertakwalah, bersegeralah mengisi umurmu dengan amal-amal
baikmu, belilah yang kekal untukmu dengan yang fana, bersiaplah untuk
mengadakan perjalanan karena kamu telah dipanggil, dan persiakanlah kematian
yang telah menghampirimu, jadilah kaum yang diteriakkan lalu berwaspada,
ketahuilah bahwa dunia bukan rumah bagimu maka gantilah dan persiapkanlah
menghadapi kematian, karena Allah tidak menciptakan kamu sia-sia dan tidak
membiarkanmu tanpa guna (maksudnya tidak mengabaikanmu tetapi mengutus para
Rasul untuk memberikan peringatan). Dan tidak ada diantara kamu dengan surga dan
neraka kecuali kematian. Bahwasanya tujuan akhir (maksudnya ajal kematian)
dikurangi oleh kesempatan, dimusnahkan oleh jam karena singkatnya waktu. Dan
yang gaib(kematian) selalu digiring(maksudnya digiring dan didekatkan) oleh dua
waktu yang silih berganti, yaitu malam dan siang, bahwa orang yang akan datang
akan memberikan kemenangan atau penyesalan kepada yang berhak. Oleh karena itu,
berbekallah kalian di dunia berupa amalan yang dapat menyelamatkan dirimu di hari
esok. Sehingga seorang hamba takut kepada Tuhannya, mengingatkan dirinya,
bertaubat, dan mengalahkan nafsunya.’’19
Di antara nasihat Hasan Al-Bashri yang memperingatkan usia yang singkat dan
urgensi beramal dengan segera, ia berkata , ‘’bersegeralah, bersegeralah, karena jika
napas diputus maka segala amalan yang mendekatkan dirimu kepada Allah SWT
akan terputus. Semoga Allah merahmati orang yang memperhatikan dirinya dan
menangisi sejumlah dosa-dosanya, kemudian membaca ayat ini:
ع َ د ًّا ل َ ه ْم ن َع د ُّ إ ِ ن َم ا
‘’karena sesungguhnya kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk
mereka dengan perhitungan yang teliti.’’ (Q.S Maryam(19):84)
Maksunya napas, hitungan napasmu yang terakhir, akhir hitungan berpisah dari
keluargamu, akhir hitungan kamu masuk ke kuburmu. Ia berkata : ‘’bersabarlah dan
berjuanglah, karena hari-hari amat singkat, kamu adalah kafilah yang berhenti sesaat
dikhawatirkan seorang di antara kamu diseru lalu ia menjawab, namun tidak menoleh
maka berpindahlah dengan membawa kebaikan yang kamu miliki.’’20
17 HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, ia berkata: ‘’hadis hasan shahih’’
18 HR. Al-Bukhari dan Ahmad
19 Nahjul Balaghah hlm.74-75, dan Al-Ihya 4/444
20 Ibid, 4/444-445
9
Hasan Al-Bashri berkata, ‘’sungguh aneh kaum yang diperintahkan untuk
berbekal dan disuruh untuk pergi , namun kelompok pertama mereka ditahan
menunggu kelompok terakhir, sedangkan mereka duduk-duduk sambil bermain.’’21
Ibnu Qayyim berpesan kepada orang yang menyia-nyiakan umurnya atau
diperdaya oleh waktu hendaklah melihat bahwa umur hanyalah perjalanan menuju
Allah dan hari akhir.
Perjalanan usia ini terbagi kepada beberapa tahapan, dan ia berkata: ‘’ orang
yang cerdas mejadikan tiap tahapan berada di dihadapannya, sehingga ia bertekad
melewatinya dengan selamat dan sukses. Jika telah dilewati maka ia menjadikan
tahapan berikutnya berada di hadapannya dan tidak menunda-nunda sehingga hatinya
keras, panjang lamunan dan cenderung menangguhkan amal, bahkan menjadikan
usianya bagian dari tahapan tersebut sehingga berusaha melewatinya dengan baik.
Seorang hamba, jika telah meyakini singkatnya tahapan tersebut, maka akan mudah
beramal dan berbekal diri. Jika ia menghadapi tahapan lain, maka ia hadapi seperti itu
(maksudnya berinteraksi seperti menghadapi tahapan sebelumnya. ia konsisten
dengan sikap ini hingga mampu melewati seluruh tahapan umurnya. Dengan sikap ini,
usahanya diterima dan merasa senang dengan amalan yang disiapkan untuk hari
kefakirannya kepada rahmat Allah. Jika telah terbit fajar hari akhirat dan kegelapan
dunia telah sirna, maka di hari itu ia bahagia dan mendapatkan balasan usahanya.
Telah berakhir masa tidurnya, adakah yang terbaik untuk menyambut harinya!
Sungguh sinar paginnya telah terang benderang dan kemenangan telah tampak.’’22
10
َ َّ َّ َ َ َ َ َ َّ ً الد ْن َيا ْال َح َياة َز ْه َر َة ِّم ْن ُه ْم َأ ْز َو
اجا ِب ِه َمت ْعنا َما ِإل َع ْين ْيك ت ُمدن َول
ُّ ْ ُ َ ْ َ
يه ِلنف ِتنهم
ُ ْ َ
ِ ِ و َ ِرزق ِف
َ َ َ
َوأ ْبق خ ْ ري َ ِّربك
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami
cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih
kekal.’’ (Q.S Taha(20):131)
ال
َ َُْ َ َُ
ُ ون ْال َم ْ ْ ُّ ُ ْ ُ َّ َأ َم ًل َو َخ ْ ري َث َو ًابا َ ِّرب َك َندِع َخ ْ ري
الص ِال َحات َوال َب ِاق َيات الدن َيا ال َح َي ِاة ِزينة والبن ِ
‘’Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.’’ (Q.S Al-Kahfi(18):46)
Sebagian sahabat pernah melalaikan hakikat ini, ketika mereka mengabaikan khutbah
jum’at akibat datangnya rombongan pedagang, lalu turunlah ayat yang menyadarkan
mereka.
َ َ ً َ َ ُّ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ِّ ْ َ
اّلل ندِِع َما ق ْل ق ِائ ًما َوت َركوك ِإل ْي َها انفضوا ل ْه ًوا أ ْو ِت َج َارة َرأ ْوا َوِإذا ِ الله ِو من خ ري
ِّ ُ َ َ ُ ْ َ َ
اّلل الت َج َار ِة َو ِم َن َّ
الر ِاز ِقي خي و
‘’Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan",
dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.’’ (Q.S Al-Jumu’ah(62):11)
Sebagian ulama menafsirkan sebagai isyarat singkatnya dunia dan cepat sirna,
serta kekekalan akhirat dan kebesarannya. Sebagian mereka menafsirkan dengan
memprioritaskan akhirat daripada dunia. Ibnu Rajab berkata: ‘’sebuah teks hukum
atau ketetapan tentang keutamaan akhirat dibandingkan dunia dan segala
aktivitasnya.’’24
Rasulullah SAW bersabda: Ya Allah tidak ada kehidupan yang lebih baik
melainkan kehidupan akhirat.25
11
Rasulullah SAW bersabda : Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan
sayap nyamuk niscaya Dia tidak akan memberi minum sedikit pun orang kafir di
dunia.26
Hasan Al-Bashri dari kalangan tabi’in berkata, ‘’barangsiapa yang
menandingimu dalam urusan agamamu, maka tandingilah ia. Dan barangsiapa yang
menandingimu dalam urusan duniamu, maka lemparkanlah (dunia) ke dadanya.’’
Akhirnya, kami berkesimpulan bahwa akhirat diprioritaskan karena akhirat yang
diraih oleh seorang hamba berupa ampunan, surga, dan rida Allah. Adapun dunia
adalah yang dicela sebagaimana telah dijelaskan.
12
tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik
bagi orang-orang yang berbakti.’’ (Q.S Ali-Imran(3):198)
( ت َأ ْ ِثي ًما َوّل لَ ْغ ًوا ِفي َها َي ْس َمعونَ ّل٢٥) سل ًما ِقيل ِإّل
َ سل ًما
َ
‘’Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang
menimbulkan dosa,tetapi mereka mendengar ucapan salam.’’ (Q.S
Al-Waqi-ah(56):25-26)
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Q.S Adz Dzaariyaat:56)
14
sulit. Ia membutuhkan amal dan tidak ada yang mendapatkannya, kecuali
orang-orang yang bersabar dalam ujian dan cobaan tersebut.
3.2 Saran
Karena itu, marilah kita bersabar atas ujian Allah dan mengerjakan kewajiban
kita. Yaitu apa yang diwajibkan dan diperintahkan Allah kepada kita, serta menjauhi
apa yang dilarang. Kita mengerjakan perintah-Nya, menghalalkan semua yang
dihalalkan, dan mengharamkan semua yang diharamkan.
Allah menginginkan untuk kita akhirat dan surga. Dia lebih mengetahui semua
yang di dalamnya dan pahala besar yang dipersiapkan untuk orang-orang mukmin
yang taat, beribadah, bersyukur, dan memuji.
Marilah menuju kepada ketaatan Allah!
Marilah menuju kepada negeri yang di dalamnya ada kenikmatan yang tak
pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terlintas di
dalam benak manusia.
Marilah menuju kepada keridhaan Allah di mana, Dia tidak akan marah kepada
kalian selamanya setelah itu.
DAFTAR PUSTAKA
Nabil Hamid Al-Mu’az. 2006. Jalan Ke surga , Amzah
Zaprulkhan, Filsafat Umum: Sebuah Pendekatan Tematik, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 2012
Walter Lippman (Terjemahan & Kata Pengantar oleh A. Rahman Zainuddin, Filsafat
Publik,
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1999.
Juhaya S. Praja, Aliran -Aliran Filsafat dan Etika, Bandung, Yayasan PIARA, 1997
Ahamd Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1996
At-Tazkiyah Dharuratiha-wa sailuha Mawani-uha Dar At-Tauzi wa An-Nasyr
Al-Islamiyah
Ar-Rasul Qudwatuna - Dar Karim bi sars Al-Layan
15
Al-Ahadist Al-Qudiyyah -jam maktabah dar at-turats
https://tafsirq.com
Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi. 2008 . Mengenal Surga. Solo:AQWAM
Syaikh Mahir Ahmad Ash-Sufi. Mengintip indahnya surga. Solo:AQWAM
16