You are on page 1of 35

ANALISIS ETIKA HUKUM PROFESI

TENAGA KESEHATAN
Ekstensi Fakultas kesehatan masyarakat
Universitas Indonesia
2014

Disusun oleh

REVA MULYATI 1406648590


ANA MUKHLISHOH 1406647505
HAAQUL FALAH DAMAR A 1406647934
RANUM MUNTAZIA 1406648565
SELCHIA VIDIANITA 1406648716
RAHMY HADYATILLAH 1406648533
HANI FERRANI 1406647902
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga
kesehatan merupakan pokok dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta
pendayagunaan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur utama
dari subsistem ini adalah perencanaan, pendidikan dan pelatihan, dan
pendayagunaa tenaga kesehatan.
Perencanaan tenaga kesehatan diatur melalui PP No.32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini dinyatakan antar lain bahwa
pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi masyarakat. Perencanaan nasional
tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan jenis pelayanan yang
dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan jumlah yang sesuai. Perencanaan
nasional tenaga kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Sebagai turunan dari PP tersebut, telah diterbitkan beberapa Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes). Kepmenkes No.850/Menkes/SK/XII/2000
Tahun 2000 (Depkes 2004) antara lain mengatur tentang kebijakan perencanaan
tenaga kesehatan untuk meningkatkan kemampuan para perencanan pemerintah,
masyarakat dan semua profesi disemua tingkatan. Kepmenkes No.
81/Menkes/SK/I/2004 Tahun 2004 (Depkes, 2004) antara lain mengatur tentang
pedoman penyusunan perencanaan sumberdaya kesehatan di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, serta rumah sakit. Pada Kepmenkes tersebut disediakan pula
menu tentang metode perencanaan tenaga kesehatan untuk dipilih sesuai dengan
kemauan dan kemampuan.
Jumlah Institusi pendidikan tenaga kesehatan seluruhnya 846 terdiri atas 199
Politeknik Kesehatan (Poltekes) dan 647 non Poltekes. Menurut kepemilikannya,
32 institusi milik pemerintah pusat, 102 milik pemerintah daerah, 34 milik TNI,
dan bagian terbesar (511) adalah milik swasta. jumlah peserta didik seluruhnya
sebanyak 146.220 orang terdiri dari 36.387 peserta didik poltekes, dan 109.833
non Poltekes.
Masa bakti untuk PNS Inpres selama 5 tahun di Jawa, dan 3 tahun di luar
Jawa. Pada periode ini berhasil diangkat sekitar 8.300 tenaga dokter dan dokter
gigi dengan menggunakan formasi Inpres dan hampir semua Puskesmas terisi
oleh tenaga dokter.
Periode 1992-2002 ditetapkan kebijakan zero growth personel. Dengan
demikian hampir tidak ada pengangkatan tenaga dokter baru. Sebagai gantinya
pengangkatan tenaga medis dilakukan melalui program pegawai tidak tetap (PTT)
yang didasarkan atas Permenkes No. 1170.A/Menkes/Per/SK/VIII/1999. Masa
bakti dokter PTT selama 2 sampai 3 tahun. Dalam periode ini telah diangkat
sebanyak 30.653 dokter dan 7.866 dokter gigi yang tersebar di seluruh tanah air.

Sampai dengan bulan April 2005 keberadaan Bidan PTT di seluruh tanah air
sebanyak 32.470 orang, berarti kurang dari 50 % dari jumlah desa. Beberapa
permasalahan yangberkaitan dengan Bidan PTT antara lain pada umumnya
mereka berharap dapat diangkat sebagai PNS (peningkatan status), kompensasi
gaji relatif tidak memadai, dan besaran gaji antara daerah terpencil dengan sangat
terpencil relatif kecil sehingga tidak menarik. (Ruswendi, 2005)

Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia masih belum mencukupi. Berdasarkan


Health System Performance Assessment 2004, rata-rata jumlah dokter per
100.000 penduduk di Indonesia adalah 15,5 dan sekitar 60-70% dokter tersebut
bertugas di Pulau Jawa. Sekitar dua per tiga dari jumlah provinsi mempunyai
rasio dokter dibawah rata-rata nasional, terendah di Maluku (7,0), sedangkan
tertinggi di DKI (70,8). Rata-rata bidan per 100.000 penduduk di Indonesia
sebesar 32,3, terendah di Provinsi Maluku (17,5). Sedangkan rasio perawat
dengan penduduk adalah 108 per 100.000 penduduk. Sebagian besar tenaga
dokter (69%) bekerja disektor pemerintah. (Depkes, 2005).

Dari pembuatan makalah ini diharapkan agar mahasiswa maupun pembaca


dapat mengetahui siapa saja yang dapat disebut sebagai tenaga kesehatan.
Makalah ini juga menjelaskan tentang kelemahan dan kelebihan dari masing-
masing bagian tenaga kesehatan.

BAB II

PROFESI DOKTER

A. PENGERTIAN

Secara operasional, definisi Dokter adalah seorang tenaga kesehatan yang


menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah
kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan
usia, dan jenis kelamin. Sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh,
paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan
profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang
efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum,
etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi
dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.

Menurut UU No. No.29 Tahun 2004 Praktik kedokteran adalah rangkaian


kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatan.
Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri,
nonstruktural, dan bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan
Konsil Kedokteran Gigi.

B. KELEBIHAN/KEKURANGAN
Berbicara mengenai profesi, secara umum dikenal adanya beberapa ciri atau
identitas tentang profesi yang membedakannya dengan kelompok masyarakat
umum, adapun ciri-ciri profesi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kelompok disiplin ilmu yang khusus dan terorganisir.


2. Kegiatan profesi atau pelaksanaan fungsi profesi memerlukan profesi
berpikir yang pada umumnya bersifat intelektual dan menunjukkan
suatu proses penilaian.
3. Memerlukan pendidikan profesional untuk menjalankan profesi
4. Melayani kebutuhan masyarakat dan bukan kepentingan kelompok.
5. Mengembangkan secara terus-menerus ilmu yang di bina dan dapat di
uji kesahihannya serta digunakan dalam praktik untuk memberi
pelayanan kepada masyarakat.
6. Memiliki identitas dan keyakinan kelompok yang di kenal oleh
masyarakat.
7. Memiliki dan memberlakukan kode etik di lingkungan profesinya.
8. Menarik orang-orang dengan kecerdasan tinggi dan kepribadian baik,
untuk memilih profesi ini sebagai pekerjaan dan atau pengabdian
seumur hidup, bukan sekedar sebagai batu loncatan untuk memperoleh
pekerjaan lain.

Adapun kelebihan dan kekurang profesi ini.

Kelebihan

1. Dapat menolong orang banyak


2. Sangat berguna apabila ada keadaan darurat mengenai kesehatan
3. Penghasilan dapat mencukupi hidup
4. Dihargai banyak orang

Kekurangan

1. Siap menerima resiko apabila gagal


2. Beresiko besar apabila tidak dapat menolong jiwa seseorang
3. Sulit mempertahankan nama baik

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan historisnya, dunia kedokteran (pengobatan) pada


awalnya dipandang sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, sehingga dengan
asumsi tersebut, maka orang-orang yang terlibat dalam proses hidup dan
berlangsungnya dunia kedokteran kemudian dinisbahkan sebagai orang-orang
yang juga memiliki kemuliaan; baik pada kata, sikap maupun tabiat yang
dimilikinya. Dengan memandang profesi kedokteran sebagai pekerjaan yang
senantiasa bergelut untuk menutup pintu kematian dan membuka lebar-lebar
kesempatan untuk dapat mempertahankan dan meneruskan hidup seseorang,
maka berkembanglah kesepakatan sosial (social aggrement) akan urgensi dari
ilmu kedokteran sebagai salah satu prasyarat utama untuk dapat mempertahankan
hidup.

Pada akhirnya, lambat namun pasti, profesi kedokteran seakan menjadi ilmu
pengetahuan utama (master of science), dimana setiap dokter dipandang sebagai
seorang jenius dan tahu segalanya dan semua orang akan berusaha menjadi dan
memegang peran besar dalam pekerjaan terhormat ini.

Profesi kedokteran dianggap sebagai sebuah seni (art) dalam kehidupan,


karenanya tidak setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan kecakapan akan
tindakan-tindakan medis, walaupun itu hanya tindakan medis sederhana yang
dapat dimiliki oleh setiap orang saat ini.

Dengan semakin bertambahnya kompleksitas kehidupan manusia, maka


ragam lingkup ilmu pengobatan (kedokteran) menjadi terdesak untuk melakukan
pengembangan dan peningkatan kualitas, sesuai dengan kompleksitas objek
pengobatan yang dijumpai dalam realitas.

Maka mulailah terjadi proses desakralisasi ilmu kedokteran (pengobatan),


dimana setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat memahami dan
memilikinya, tentunya setelah menyanggupi syarat-syarat yang diajukan, melalui
proses pendidikan yang lebih sistematik. Pada aras yang lain, pengembangan ilmu
pengobatan yang sudah ada sebelumnya menjadi bagian yang tak terpisahkan,
mulailah dilakukan penelitian-penelitian (medical research) dengan menggunakan
teknologi modern, untuk menyempurnakan pengetahuan pengobatan yang telah
ada.

Kompetensi yang harus dicapai seorang dokter meliputi tujuh area


kompetensi atau kompetensi utama yaitu sebagai “kemampuan dasar” seorang
“dokter” yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut
“basic medical doctor”.

1. Keterampilan komunikasi efektif.

2. Keterampilan klinik dasar.

3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu


perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran.

4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada indivivu, keluarga


ataupun masyarakat denga cara yang komprehensif, holistik,
bersinambung, terkoordinasi dan bekerja sama dalam konteks
Pelayanan Kesehatan Primer.

5. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi.

6. Mawas diri dan mengembangkan diri/belajar sepanjang hayat.

7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik.

Tugas seorang “dokter” adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit


pasien secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.

c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada


saat sehat dan sakit.

d. Menangani penyakit akut dan kronik.

e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.

f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.
g. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter
Spesialis atau dirawat di RS dan memantau pasien yang telah dirujuk
atau di konsultasikan.

h. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.

i. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai


pencegahan sakit.

j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien


sekarang harus komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif. Dokter berhak dan juga berkewajiban melakukan
tindakan tersebut untuk kesehatan pasien. Tindakan promotif misalnya
memberikan ceramah, preventif misalnya melakukan vaksinasi, kuratif
memberikan obat/ tindakan operasi, rehabilitatif misalnya rehabilitasi
medis.

k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya


peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan
rehabilitasi.

l. Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat dan


melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran.

m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat Keterangan


Sakit dan Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah melakukan
pemeriksaan pada pasien.

D. KESIMPULAN

Terminologi “dokter” memberikan sejumlah predikat, tanggung jawab, dan


peran-peran eksistensial lainnya. Tanpa melupakan sisi dominan proses
pembelajaran dan pengembangan intelektual, seorang dokter juga pada prinsipnya
diamanahkan untuk menjalankan tugas-tugas antropososial dan merealisasikan
tanggung jawab individual kekhalifaan, mewujudkan “kebenaran” dan keadilan,
yang tentunya tidak akan terlepas pada konteks dan realitas dimana dia berada.
Dengan tetap mengindahkan tanggung jawab dispilin keilmuan, maka entitas
dokter haruslah mampu mempertemukan konsepsi dunia kedokterannya dengan
realitas masyarakat hari ini.

Maka adalah penting memahami secara benar konsepsi dan melakukan


pembacaan terhadap realitas yang terjadi didepan mata kita. Jika kita bawa pada
paradigma kedokteran, maka konsepsi dunia kedokteran adalah humanisasi,
sosialisme, penghargaan atas setiap nyawa, pembelajaran dan peningkatan
kualitas hidup, keseimbangan hak dan kewajiban tenaga medis dengan pasien.

E. SARAN/ACUAN DARI ATURAN PERUNDANGAN

Dalam kaitannya dengan hal ini Van der Mijn (1989 : 57) mengemukakan
adanya sembilan alasan tentang perlunya pengaturan hukum yang mengatur
hubungan antara pasien dengan dokter.

1. Adanya kebutuhan pada keahlian keilmuan medis.


2. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik.
3. Hasil guna.
4. Pengendalian biaya.
5. Ketertiban masyarakat.
6. Perlindungan hukum pasien.
7. Perlindungan hukum pengemban profesi kesehatan.
8. Perlindungan hukum pihak ketiga, dan
9. Perlindungan hukum kepentingan hukum.

Acuan hukumnya ada pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29


Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 15/Kki/Per/Viii/2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Dan Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi Konsil Kedokteran Indonesia.

Segala Hal Mengenai Asas Dan Tujuan, Konsil Kedokteran Indonesia,


Standar Pendidikan Profesi Kedokteran Dan Kedokteran Gigi, Pendidikan Dan
Pelatihan Kedokteran Dan Kedokteran Gigi, Registrasi Dokter Dan Dokter Gigi,
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran, Disiplin Dokter Dan Dokter Gigi,
Pembinaan Dan Pengawasan, Ketentuan Pidana Dan Ketentuan Peralihan.
Sarannya diharapkan peraturan dijalankan dengan baik dan evaluasi yang benar.

BAB III

PROFESI PERAWAT

A. PENGERTIAN PERAWAT
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun
diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010)
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat
keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang
ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya
keperawatan nasional, 1983)
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan baik di
dalam dan di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (UU Keperawatan No 38 tahun 2014)
Jadi perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan perawat dan
memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan
secara holistic dan professional untuk individu sehat maupun sakit, perawat
berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio - psiko-sosio dan spiritual
tanpa harus mengeluh.

B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


Kelebihan:
1. Tugas perawat mulia apabila melakukan tugas secara ikhlas
2. Perawat adalah tenaga medis yang paling dekat dengan pasien (24 jam)
Kelemahan:
1. Stigma Perawat tidak ramah terhadap pasien (berwajah judes)
2. Masyarakat umum selalu menganggap perawat adalah pembantu
dokter, yang benar adalah partner dokter

C. PEMBAHASAN
Tugas Perawat
1. Care Giver
Perawat harus :
a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan significant dari klien.
b) Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-nasalah
psikologis
c) Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai
dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks.
2. Client Advocate
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
Selain itu perawat harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien.
Hal ini harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim
kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, leh karena itu perawat harus
membela hak-hak klien.
3. Conselor
a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya.
b) Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan “Dasar” dalam merencanakan
metoda untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c) Konseling diberikan kepada idividu/keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
d) Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah
perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi)
4. Educator
a) Peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, team kesehatan lain, baik
secara spontan (sat interaksi) maupun formal (disiapkan).
b) Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam
upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang
spesifik.
c) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam NCP.
5. Coordinator
Peran perawat adalah mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan
pelayanan dari semua anggota team kesehatan. Karena klien menerima pelayanan
dari banyak profesioanl, misal; pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus
diperhatikan adalah; jenisnya, jumlah, komposisi, persiapan, pengelolaan, cara
memberikan, monitoring, motivasi, dedukasi dan sebagainya.
6. Collaborator
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar
pendapat terhadap pelayanan yang dipelukan klien, pemberian dukungan, paduan
keahlian dan keterampilan dari bebagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
7. Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini
dapat dikatakan perawatan adalah sumber informasi ang berkaitan dengan kondisi
spesifik klien.
8. Change Agent
Element ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis
dalam berhubungan denan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.
Menurut Lokakarya Nasional tentang keperawatan tahun 1983, peran perawat
untuk di Indonesia disepakati sebagai :
a) Pelaksana Keperawatan
Perawat bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari
yang sederhana sampai yang kompleks kepada individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat. Ini adalah merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat
dapat memberikan asuha keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu/teori,
prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah
krieria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa
keperawatan.
b) Pengelola (Administrator)
Sebagai administrator bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan
administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik
dalam sistem pelayanan kesekatan tetap bersatu dengan profesi lain dalam
pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam
kelompoknya dan dapat mengatur, merancanankan,melaksanakan dan menilai
tindakan yang diberikan , mengingat perawat merupakan anggota profesional
yang paling lama bertemu dengan klien, maka perawat harus merencanakan,
melaksanakan, dan mengatur berbagai alternatif terapi yang harus diterima oleh
klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan managerial yang handal dari
perawat.
c) Pendidik
Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawt harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompo dan masyarakat.
d) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
ragsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian.
Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan,
menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah
diberikan.
Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk
berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut
untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media
informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan
penelitian dalam rangka; mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.
Fungsi Perawat
Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanaan perannya, yaitu;
1) Fungsi Independent
Dimana perawat melaksanakan perannya secara mandiri, tidak tergantung
pada orang lain.
Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap aanya penyimpangan
atau tidak terpenuhinya kebutuahn dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan
spiritual), mulai dari tingkat indiovidu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan,
sampai pada tingkat masyarakat, yang jua tercermin pada tidak terpenuhinya
kebutuhan daar p[ada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler.
Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat
bertangungjawab serta beranggung gugat ats rencana dan keputusan tindakannya.
2) Fungsi Dependent
Kegiatan ini dilaksanakan atas pesan atau intruksi dari orang lain.
3) Fungsi Interdependent
Fungsi ini berupa “kerja tim”, sifatnya saling ketergantungan baik dalam
keperawatan maupun kesehatan.
Etika Perawat
Etika Perawat Indonesia tersebut terdiri dari 5 bab dan 16 pasal.
1) Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap tugasnya.
3) Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap
sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
4) Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap profesi keperawatan.
5) Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat
terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air.
Dengan penjabarannya sebagai berikut:
1) Tanggung jawab Perawat terhadap klein untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat
dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut :
2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada
tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan
individu, keluarga, dan masyarakat.
3) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
4) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur keperawatan.
5) Perawat, menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan
masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas
dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
Tanggung jawab Perawat terhadap tugas;
1) Perawat, memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Perawat, tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
4) Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan
kedudukan sosial.
5) Perawat, mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam
melaksanakan tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.
Tanggung jawab Perawat terhadap Sejawat Tanggung jawab perawat terhadap
sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai berikut :
1) Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2) Perawat, menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya
kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari
profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
Tanggung jawab Perawat terhadap Profesi;
1) Perawat, berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-
sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
2) Perawat, menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3) Perawat, berperan dalammenentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan, serta menerapkannya dalam kagiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
4) Perawat, secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
Tanggung jawab Perawat terhadap Negara;
1) Perawat, melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijsanaan yang telah
digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
2) Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.
Hak Perawat
1) Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2) Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi
sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
3) Perawat berhak untuk menolak keinginan klien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan serta standard dan kode etik profesi
4) Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau
keluarganya tentang keluhan kesehatan dan ketidak puasan terhadap pelayanan
yang diberikan.
5) Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan atau
kesehatan secara terus menerus.
6) Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi
pelayanan maupun klien.
7) Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang
dapat menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stres emosional
8) Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan
kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
9) Perawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh klien dan atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya.
10) Perawat berhak untuk menolak di pindahkan ketempat tugas yang lain,
baik melalui anjuran maupun pengumuman tertulis karna diperlukan, untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik
keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.
11) Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang
layak atas jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan
yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan.
12) Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan
klien sesuai dengan bidang profesinya.
Hak Perawat menurut clare fagin (1975)
1) Hak untuk memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan
meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khusus dan latar belakang
pendidikannya.
2) Hak untuk memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya melalui
ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan, serta imbalan
ekonomi sehubungan dengan profesinya.
3) Hak untuk mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional,
serta resiko kerja yang seminimal mungkin.
4) Hak untuk praktek profesi dalam batas-batas hokum yang berlaku.
5) Hak untuk menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang
dilakukan.
6) Hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh
terhadap keperawatan.
7) Hak berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili perawat
dalam meningkatkan asuhan kesehatan.
Kewajiban Perawat
1) Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
2) Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan
standar profesi dan batas kegunaannya.
3) Perawat wajib menghormati hak klien.
4) Perawat wajib merujukkan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain
yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik bila yang
bersangkutan tidak dapat mengatasinya.
5) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan
dengan keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar
profesi yang ada.
6) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan
ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing selama tidak
mengganggu klien yang lainnya.
7) Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan
terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
klien.
8) Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien atau keluarganya sesuai dengan batas
kemampuannya.
9) Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan
bersinambungan.
10) Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus
11) Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tangan kemanusiaan
sesuai dengan batas kewenangannya.
12) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien,
kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.
13) Perawat wajib mematuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.

D. KESIMPULAN
Perawat adalah salah satu tenaga medis yang paling banyak berinteraksi
dengan pasien secara langsung walaupun secara tidak langsung hingga saat ini
masih banyak pasien atau bahkan keluarga pasien yang mengesampingkan atau
bahkan memandang rendah profesi perawat ini. Padahal sebagai profesi yang
paling banyak berhubungan dengan pasien, perawat memegang kunci penting
dalam memberikan informasi mengenai kondisi kesehatan pasien kepada dokter
untuk diambil langkah penanganan yang lebih lanjut.

E. SARAN
Saran untuk perawat:
a. Uji kompetensi untuk perawat
b. Lebih memperhatikan 5S
c. Pemerintah harus lebih memperhatikan lagi kesejahteraan perawat, terutama
yang bekerja di daerah terpencil
BAB IV

PROFESI BIDAN

A. PENGERTIAN
A midwife is a person who, having been regularly admitted to a midwifery
educational programme, duly recognised in the country in which it is located, has
successfully completed the prescribed course of studies in midwifery and has
acquired the requisite qualifications to be registered and/or legally licensed to
practise midwifery. (International Confederation of Midwives, 2005)

Pengertian bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah adalah


seorang perempuanyang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah negara RI serta memiliki kompetensi dan kualifikasi
untuk diregister dan atau untuk secara sah mendapat lisensi untuk atau
menjalankan praktik kebidanan.

Menurut United Kingdom Central Council For Nursing Midwifery And


Health, Bidan komunitas adalah praktisi bidan yang berbasis komunity yang
harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita, pelayanan
berkualitas, nasihatatausaran pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dengan
tanggungjawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada bbl dan bayi
secara komprehensif.

Tugas dan wewenang bidan sudah tercantum dalam PERMENKES RI No


1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
meliputi pelayanan kesehatan Ibu, Pelayanan kesehatan Anak dan Pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dalam pasal 9.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Berbicara mengenai profesi, secara umum dikenal adanya beberapa ciri atau
identitas tentang profesi yang membedakannya dengan kelompok masyarakat
umum, adapun ciri-ciri profesi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bidan memiliki wadah anggota profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia
(IBI).
2. Memiliki peraturan mengenai kode etik dalam menjalankan
profesinya.\
3. Memiliki etika kebidanan dalam melaksanakan atau mengerjakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.
4. Memerlukan pendidikan profesional dalam menjalankan profesi.
5. Mementingkan kepentingan masyarakat banyak, bukan kelompok atau
ras tertentu.
6. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Kepmenkes No.
900 Tahun 2002).
7. Terdapat pelatihan dan seminar yang diadakan untuk mengembangkan
keilmuan dalam praktik kebidanan kepada masyarakat.

Kelebihan
1. Profesinya berguna di bidang kemanusiaan yaitu menolong orang
banyak, terutama melahirkan seorang anak yang ankan menjadi
penerus bangsa.
2. Dihargai banyak orang karena profesinya.
3. Memiliki jiwa sosial yang tinggi dan keterlampilan konseling yang
bagus.
4. Penghasilan dapat mencukupi kebutuhan hidup
5. Kesempatan untuk mengembangkan karirnya mudah

Kekurangan
1. Pekerjaannya beresiko terhadap nyawa seseorang.
2. Beresiko tinggi.

C. PEMBAHASAN

Menurut KEPMENKES RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 dalam praktiknya,


Bidan diharuskan memenuhi persyaratan dan perizinan untuk melaksanakan
praktek, dalam peraturan ini, terdapat ketentuan-ketentuan secara birokrasi hal-
hal yang harus bidan penuhi sebelum melakukan praktik dan juga terlampir
informasi-informasi petunjuk pelaksanaan praktik kebidanan. Bidan hal tersebut
tertuang pada Bab dan Pasal-pasal berikut :
PERIZINAN
Pasal 9
(1) Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB.
(2) Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau
perorangan.
Pasal 13
Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban meningkatkan
kemampuan keilmuan dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau
pelatihan.
PRAKTIK BIDAN
Pasal 14
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. pelayanan kebidanan.
b. pelayanan keluarga berencana.
c. pelayanan kesehatan masyarakat.
Pasal 15
(1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a
ditujukan kepada ibu dan anak.
(2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara
(periode interval).
(3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir,
masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.

Dibawah ini adalah peraturan perundang-undanga yang melandasi tugas dan


praktik Kebidanan :
a. No. 23 tahun 1992 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan
b. KEPMENKES RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 TENTANG
REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN
c. KEPMENKES REPUBLIK INDONESIA NOMOR
369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
d. PERMENKES REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.02.02/MENKES/149/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
e. Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Dengan adanya Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaran Praktik Bidan, seorang bidan dapat melakukan
praktiknya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan,sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam kewenangan setiap tenaga kesehatan.

D. RUU KEBIDANAN
Saat ini profesi kebidanan belum memiliki payung hukum yang kuat, oleh
karena itu profesi kebidanan tengah meminta bantuan komisi IX DPR untuk
merealisasikan RUU Kebidanan untuk segera disahkan. (Kompas.com, 2014)
Dia daerah pedesaan di Indonesia, 50% pesalinan masih ditangani dukun
yang mayoritas masih banyak menimbulkan berbagai masalah, hal ini merupakan
penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu. Karena itu,
persebaran bidan yang merata dianggap salah satu solusi menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, sedangkan agar setiap desa punya bidan, perlu sebuah
undang-undang (UU) yang mangaturnya. Wakil Ketua Komite III Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) RI Fahira Idris mengatakan, keberadaan bidan saat ini
masih belum merata karena kebanyakan terkonsentrasi di kota. Sementara di
daerah terpencil, terluar, dan di daerah perbatasan terutama di kawasan Indonesia
Timur, masih sangat minim bahkan tidak ada sama sekali. Akibatnya, Indonesia
masih menjadi negara dengan tingkat kematian ibu dan bayi yang masih tinggi.
Mengingat peran bidan yang begitu vital di masyarakat, namun sekarang masih
ada 20 persen desa di Indonesia yang tidak punya bidan. Oleh karena itu Dewan
Perwakilan Daerah meminta pemerintah segera menyusun RUU Kebidanan.
(Dakwatuna.com, 2014)

E. KESIMPULAN

1. Menurut KEPMENKES RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002, Bidan dalam


menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
a) pelayanan kebidanan.
b) pelayanan keluarga berencana.
c) pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Masih sulitnya mengurus Surat Tanda Registrasi Bidan (STR) untuk
syarat membuka tempat praktik dan Dinas Kesehatan setempat juga pemerintah
cenderung memperlamat proses pembuatan STR ini, hal ini juga menjadi jalan
basah untuk oknum mengambil biaya mahal pada pembuatan STR terutama di
daerah padahal sudah ada peraturan dari Majelis Tenaga Kerja Indonesia (MTKI)
sendiri.
3. Belum meratanya tenaga kesehatan khususnya Bidan di daerah
terpencil.

SARAN
RUU Kebidanan segera dibahas dalam rapat anggota DPR, agar tenaga bidan
merata di seluruh daerah di Indonesia, dan diharapkan angka kematian Ibu dan
Anak menurun.
BAB V

TENAGA KESEHATAN KEFARMASIAN

A. PENGERTIAN
Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab
langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien (Menkes RI, 2004). Pekerjaan kefarmasian diatur dalam PP
no 51 tahun 2009.
Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian berupa:
a) Apotek
b) Instalasi farmasi rumah sakit
c) Puskesmas
d) Klinik
e) Toko obat atau
f) Praktek bersama

Menurut PP 51 Tahun 2009 Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang


melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PP 51, 2009). Apoteker harus memiliki
kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil
keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri
sebagai pemimpim dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber
daya (manusia, fisik dan anggaran) secara efektif, selalu belajar sepanjang karir
dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan (Menkes RI, 2004).
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

B. KELEBIHAN TENAGA KEFARMASIAN BERDASARKAN PP


NO.51 TAHUN 2009
1. Apoteker yang telah melakukan registrasi akan mendapatkan Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA) sehingga memudahkan mapping untuk apoteker
seluruh indonesia (Pasal 1 (20), pasal 39 (1) dan (2) )
2. Apoteker dapat mengisi posisi Pemastian mutu / quality ansurance (QA) di
Industri Farmasi. (Pasal 9 (1)). Sebelum PP 51 : Posisi QA boleh non farmasi
3. Industri Obat Tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki minimal 1
orang apoteker sebagai penanggung jawab (Pasal 9 (2)). Sebelum PP 51 : tidak
diharuskan penanggung jawab seorang apoteker
4. Apoteker dapat menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Pasal 19).
5. Apoteker dapat mengangkat seorang apoteker pendamping sehingga
pelayanan kefarmasian dapat terjaga kualitasnya sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (Pasal 24).
6. Peluang kerja apoteker bertambah dengan adanya PP no 51 tahun 2009.
7. Masuknya apoteker asing ke Indonesia harus menjadi motivasi dalam
meningkatkan pelayanan kefarmasian

KEKURANGAN TENAGA KEFARMASIAN DI INDONESIA

Meskipun semenjak diberlakukannya PP no 51 tahun 2009 bahwa apoteker dapat


menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Pasal 19), namun nyatanya
masih banyaknya Puskesmas yang kekurangan tenaga kefarmasian.

Berdasarkan data Pusat perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan tahun


2013, puskesmas di Imdonesia masih kekurangan 2.432 tenaga kefarmasian. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, diantarannya pendistribusian
tenaga kefarmasian yang belum merata, selain itu juga banyak tenaga apoteker
yang lebih tertarik di bidang farmasi industri. Karena itu sedikit yang melakukan
praktik kefarmasian.

C. SARAN
 Agar pemerintah dapat melakukan pendistribusian yang merata khususnya
bagi tenaga kefarmasian di seluruh indonesia
 Adanya pembaharuan Standar kefarmasian guna untuk mempersiapkan
persaingan global.

Diperlukan sistem pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan tenaga farmasi


dengan bekal ilmu pengetahuan keprofesian yang mutahir.

BAB VI

PROFESI ANALIS KESEHATAN


(AHLI LABORATORIUM KESEHATAN)

A. PENGERTIAN

Analis kesehatan merupakan tenaga profesi yang memegang peranan penting


dalam analisa laboratorium kesehatan. Ahli Laboratorium Kesehatan adalah
tenaga kesehatan dan ilmuwan berketrampilan tinggi yang melaksanakan dan
mengevaluasi prosedur laboratorium dengan memanfaatkan sumber daya.
Menurut KMK No.370 tentang standar profesi ahli teknologi laboratorium
kualifikasi pendidikan untuk profesi Ahli Laboratorium Kesehatan indonesia
adalah lulusan sekolah menengah analis kesehatan (SMAK) atau akademi analis
kesehatan (AAK) atau akademi analis medis (AAM). Atau pendidikan ahli madya
analis kesehatan (PMA-AK) atau lulusan pendidikan tinggi yang berkaitan
langsung dengan laboratorium kesehatan

B. KELEBIHAN & KEKURANGAN

Kelebihan

1. Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen


2. Keterampilan melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat
3. Ketelitian dalam uji kualitas media dan reagen dalam pemeriksaan
4. Kemampuan mengakses dan menguji keabsahan hasil uji
5. Dan merencanakan kegiatan laboratorium

Kekurangan

1. Kelelahan yang meningkat akibat adanya beban kerja operasi 8-24 jam sehari
sehingga menuntut pola kerja bergilir termasuk tugas jaga malam yang berubah-
ubah
2. Rentan akan kecelakaan medis (pasien yang menjadi korban) dan kecelakaan
kerja dari;
a. Kondisi berbahaya
b. Perbuatan berbahaya
c. Pemaparan bahan kimia medis melalui pernafasan, kulit, dan percernaan

C. PEMBAHASAN
Tugas pokok & Kewajiban

Tugas pokok Ahli Laboratorium Kesehatan melaksanakan pelayanan


laboratorium meliputi bidang;

1. Hematologi
2. Kimia Klinik
3. Mikrobiologi
4. Imunologi-Serologi
5. Toksikologi
6. Kimia Lingkungan
7. Patologi Anatomi (Hispatologi, Sitopatologi, Histokimia,
Imunopatologi, Patologi Molekuler)
8. Biologi Fisika

Selain tugas pokok, Ahli Laboratorium Kesehatan mempunyai kewajiban, yaitu;

1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses specimen


2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan specimen
3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan / instrumen laboratorium
4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur
pengendalian mutu dan mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan hasil uji
5. Mengevaluasi teknik, instrument dan prosedur baru untuk menentukan
manfaat kepraktisannya
6. Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan
efisien untuk menginterpretasikan hasil uji laboratorium
7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium
8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik
kelaboratoriuman
9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan
10.Adapun kompetensi yang harus dimiliki Ahli Laboratorium Kesehatan sebagai
berikut;
a. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan
fungsi
b. Merencanakan / merancang proses yang berkaitan dengan tugas pokok
dan fungsi sesuai jenjang
c. Memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis operasional
pelayanan laboratorium
d. Memberikan penilaian analitis terhadap hasil uji
e. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian
mutu dan prosedur laboratorium
f. Memiliki kewaspadaan terhadao faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil uji laboratorium

Ahli Laboratorium Kesehatan memiliki kode etik umum & khusus, yaitu;

1. Teliti dan cekatan


2. Jujur dan dapat dipercaya
3. Rasa tanggung jawab yang tinggi
4. Mampu berkomunikasi secara efektif
5. Disiplin
6. Berjiwa melayani

Sedangkan kode etik khusus Ahli Laboratorium Kesehatan berdasarkan


MUNAS V PATELKI tanggal 22 Mei 2006 dengan Ketetapan Nomor
08/MUNAS-V/05-2006, diantaranya;

1. Menguasai ilmu pengetahuan;


a. Hematologi & transfusi darah
b. Kimia klinik
c. Serologi-imunologi
d. Virologi
e. Kesehatan lingkungan
2. Membuat perencanaan / merancang proses;
a. Alur kerja proses pemeriksaan laboratorium
b. Alur keselamatan kerja laboratorum
c. Menyusun prosedur baku di laboratorium
d. Menyusun program pemantapan mutu internal & eksternal
3. Melaksanakan proses teknis operasional
a. Mengambil specimen
b. Menangani specimen
c. Mengerjakan prosedur analisa
d. Mengerjakan prosedur dalam pemantapan mutu
e. Membuat laporan administrasi
4. Mampu memberikan penilaian (judgement)
a. Mendeteksi secara dini keadaan specimen yang berubah
b. Mendeteksi secara dini bila muncul penyimpangan dalam proses teknis
operasional
c. Menilai validitas rangkaian analisa atau hasil
d. Menilai layak tidaknya hasil proses pemantapan mutu internal &
eksternal
e. Mendeteksi secara dini terganggunya keamanan lingkungan kerja
5. Pengambilan keputusan
a. Perlu koreksi proses / alat / specimen / reagensia
b. Koreksi pemantapan mutu internal & ekternal

D. KESIMPULAN
Analis kesehatan merupakan profesi yang bekerja pada sarana kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau yang bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat. Di indonesia sebutan analis kesehatan mempunyai pengertian pada
berbagai profesi salah satu yang paling terkenal adalah Ahli Laboratorium
Kesehatan.

Dalam praktek di era globalisasi, realita tuntutan standarisasi mutu pelayanan


ahli laboratorium kesehatan tidak dapat dielakkan lagi. Peraturan perundang-
undangan sudah mulai diarahkan kepada kesiapan seluruh profesi kesehatan
dalam menyongsong era pasar bebas tersebut. Ahli teknologi laboratorium
kesehatan Indonesia harus mampu bersaing dengan ahli-ahli teknologi
laboratorium (Medical Laboratory Technologist) dari negara lain yang lebih maju.
Untuk itulah perlu disusun lebih lanjut suatu standar profesi bagi para ahli
teknologi laboratorium kesehatan di indonesia.

E. SARAN / ACUAN DARI ATURAN PERUNDANGAN

Analis kesehatan dalam hal ini adalah ahli tenaga laboratorium kesehatan
termasuk petugas yang bekerja di dalam ruang spesialisasi laboratorium dan di
dalamnya rentan terpajan masalah kesehatan. Selain pekerjaannya menggunakan
alat-alat kesehtan, berionisasi radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase
yang mematikan dan melakukan percobaan dengan penyakit.

Faktor lingkungan kerja di laboratorium dapat juga mengakibatkan penyakit


akibat kerja. Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan
dengan;

1. faktor biologis, kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien


2. faktor kimia, pemaparan dalam dosisi kecil namun terus menerus seperti
antiseptik pada zat kimia/ solvent yang menyebabkan kerusakan hati
3. faktor ergonomi, cara duduk atau mengangkat pasien yang salah
4. faktor fisik dalam dosisi kecil yang terus menerus, panas pada kulit, tegangan
tinggi, radiasi, dll
5. faktor psikologis, ketegangan di kamar penerimaan pasien gawat darurat,
karantina, dll

sehingga pencegahan yang dapat dilakukan sebagai berikut;

1. petugas mendapat pelatihan, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, dan


menggunakan desinfektan yang sesuai
2. petugas menggunakan alat pelindung diri ketika bertugas
3. posisi kerja diatur senyaman mungkin demi efektifitas kerja
4. pengendalian cahaya, dan pengontrolan teknologi, suhu, dan getaran akibat
alat/ media elektronik yang dapat membahayakan petugas

Acuan hukum terdapat pada MUNAS V PATELKI Nomor 08/MUNAS-V/05-


2006 mengatur kode etik khusus Ahli Laboratorium Kesehatan dan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 370 tahun 2007 tentang Standar Proofesi Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan sebagai lanjutan pelaksanaan ketentuan dari
pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
yang menetapkan tandar Profesi bagi tenaga Ahli Laboratorium Kesehatan.
LAMPIRAN

LEMBAR PERNYATAAN

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah Etika


Hukum tentang Analisis Profesi Tenaga Kesehatan meliputi Profesi Dokter,
profesi Perawat, Profesi Bidan, Profesi Kesehatan Kefarmasian, Profesi Analis
Ahli Laboratorium Kesehatan bebas dari plagiat

HANI FERRANI RANUM MUNTAZIA REVA MULYATI HAAQUL FALAH


DAMAR

SELCHYA VIDIANITA RAHMY HADYATILLAH


Daftar Pustaka

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


 http://t0.gstatic.com
 http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id

 Asmadi (2005),Konsep Dasar Keperawatan, EGC, Jakarta


 UU Nomor 38 Tahun 2014
 drryeah.blogspot.com/2012/01/pengertian-tugas-fungsi-etika-hak-dan.html

 International Confederation of Midwives Council meeting, 19th July, 2005,


Brisbane, Australia
 Supersedes the ICM “Definition of the Midwife” 1972 and its amendments of
1990
 PERMENKES RI No 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
 www.bidanindonesia.org (Ikatan Bidan Indonesia)
http://www.dakwatuna.com/2014/12/10/61359/punya-peran-penting-dpd-minta-
bidan-dilindungi-uu/#ixzz3N18xuDPZ

 PP no 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian


 Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan tahun 2013
 http://ppnisardjito.blogspot.com/2012/06/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
bagi.html
 Undang Undang Keputusan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370
tahun 2007
 MUNAS V PATELKI Nomor 08 Tahun 2006

You might also like