You are on page 1of 10

PROFIL INTELIGENSI PADA SISWA DENGAN KESULITAN BELAJAR DI

SD NEGERI GISIKDRONO SEMARANG

Costrie Ganes Widayanti, Diana Rusmawati, Siswati


Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudharto. SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50275

costrie@undip.ac.id, dianarusmawati@yahoo.com , wt_psi@yahoo.com

Abstract
Cognitive development is a very important aspect of children’s growth and development. Student with learning
disability will face obstacles finishing their learning tasks. This study describes the intelligence profile of students with
learning disability. Based on our screening, the sample of this research was 24 students from first to sixth grade which
demonstrated some characteristics of learning disability. WISC test was also run. The purposive sampling technique
was used and data were described using descriptive statistics. The intelligence profiles showed that 46% of students
having specific learning disability and 54% having learning disability (IQ= 71-84). The IQ performance of students
with specific learning disability was higher than IQ verbal. According to the students’ IQ level, sufficient educational
strategies are imperative to support students’ achievement.

Keywords: Learning disability, IQ, IQ performance, IQ verbal

Abstrak
Perkembangan kognitif merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Siswa dengan
kesulitan belajar memiliki hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terkait dengan belajar. Adapun teknik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel penelitian adalah siswa kelas 1-6 SD sebanyak 24 orang,
yang menunjukkan beberapa karakteristik siswa dengan kesulitan belajar dari hasil skrining. Selanjutnya tes WISC
disajikan ke pada siswa secara individual. Profil inteligensi siswa dengan kesulitan belajar menunjukkan 46%
mengalami kesulitan belajar spesifik dan 54% adalah lambat belajar (IQ= 71-84). Pada siswa dengan kesulitan belajar
spesifik menunjukkan skor IQ performansi yang relatif di atas skor IQ verbal. Dibutuhkan strategi pembelajaran sesuai
dengan kapasitas inteligensi yang dimiliki anak sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mencapai keberhasilan.

Kata kunci: kesulitan belajar, IQ, IQ verbal, IQ performansi

Konsep perkembangan dipahami sebagai Perkembangan kemampuan intelektual ber-


pertambahan kemampuan dalam struktus kaitan dengan konsep-konsep yang dimiliki
tubuh dan fungsi ke arah yang lebih kompleks serta tindakan kognitif seseorang. Dalam
dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi kegiatan belajar mengajar, seringkali anak
sebagai hasil dari proses kematangan. diperhadapkan pada persoalan-persoalan yang
Perkembangan merupakan suatu proses yang menuntut kemampuan abstraksi dan analisis
berkesinambungan mulai sejak di dalam dalam memecahkan persoalan. Kegiatan-
kandungan hingga mencapai dewasa. Dalam kegiatan dapat dilakukan secara fisik, antara
proses perkembangan inilah, individu akan lain anak diminta untuk mengamati dan
melewati tiap tahap perkembangan untuk mencatat karakteristik dari suatu objek. Lebih
mencapai dewasa. Perkembangan tersebut lanjut, anak diminta untuk menanggapi suatu
meliputi perkembangan fisik, emosi, sosial, objek melalui kemampuan berpikir mengenai
dan intelektual. suatu konsep atau prinsip atas suatu objek atau
situasi tertentu. Melalui penjelasan ini, terlihat
bahwa dalam aktivitas belajar tidak hanya

1
2 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012

melibatkan masalah fisik, melainkan meli- belajar (Pramudigdo, 1998). Di samping itu,
batkan kemampuan mental, yaitu aspek kog- Indonesia termasuk negara yang memiliki
nitif. masalah kesulitan belajar membaca. Indeks
kemampuan membaca siswa SD di Indonesia
Perkembangan kognitif menjadi suatu hal yang jauh berada di bawah indeks Singapura
harus diperhatikan karena merupakan dasar (Kompas, 2008).
prognosis perkembangan di masa selanjutnya.
Apabila pada anak menunjukkan adanya gejala Selain itu, kurangnya pemahaman tentang
ketertinggalan dibandingkan teman-teman se- siswa dengan kesulitan belajar memberikan
usianya, maka prognosis anak pada masa dampak terhadap upaya-upaya pembelajaran
perkembangan selanjutnya juga kurang baik. yang dilakukan oleh guru dalam rangka
Perkembangan kognitif yang baik akan me- meningkatkan prestasi akademik siswa, yang
nentukan prognosis ke depan juga akan lebih selanjutnya dapat mempengaruhi mutu se-
baik. Salah satu permasalahan yang serius kolah. Hal ini disebabkan pada umumnya
adalah terkait dengan kesulitan belajar pada kesulitan belajar baru terdeteksi saat siswa
siswa. mulai duduk di bangku sekolah dasar.
US Office of Education (1977, dalam Fletcher Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
dkk, 2003) dan US National Joint Committee profil inteligensi pada siswa dengan kesulitan
on Learning Disabilities (2000, dalam belajar dan mengetahui perkembangan kognitif
Gunderson & Siegel, 2001) menyatakan bah- pada siswa sekolah dasar dengan kesulitan
wa istilah kesulitan belajar (Learning belajar spesifik sehingga dapat dijadikan se-
Disability) didefinisikan sebagai suatu ke- bagai alat bantu bagi guru dalam mendidik dan
lompok gangguan yang bersifat heterogen, dan mengembangkan kemampuan siswa.
mengandung karakteristik yang bervariasi
antarindividu sehingga mengakibatkan adanya Perkembangan Kognitif
perbedaan antara IQ dengan prestasi yang
Kognitif dipandang sebagai suatu konsep yang
dicapai anak. Manifestasi dari kesulitan belajar
luas dan inklusif yang mengacu kepada
ini berupa hambatan untuk mendengarkan,
kegiatan mental yang terlibat di dalam per-
berbicara, membaca, menulis, berpikir logis,
olehan, pengolahan, organisasi dan peng-
dan kemampuan matematis. Kesulitan belajar
gunaan pengetahuan. Proses terjadi meliputi
tidak selalu eksplisit, sehingga untuk men-
mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan
deteksi kesulitan belajar anak, akan dilakukan
dan mengingat informasi, mengevaluasi ga-
pemeriksaan inteligensi. IQ telah menjadi
gasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah,
salah satu kriteria penting untuk menentukan
mengkhayal berbagai kemungkinan, meng-
apakah seorang anak mengalami kesulitan
hasilkan strategi dan berfantasi. Bila disim-
belajar atau tidak, yang ditandai dengan
pulkan maka kemampuan kognitif merupakan
tingkat IQ yang berada pada taraf rata-rata
kemampuan yang mencakup segala bentuk
atau di atas rata-rata.
pengenalan, kesadaran, pengertian yang ber-
Sebanyak 90% siswa dengan kesulitan belajar sifat mental pada diri individu yang digunakan
juga mengalami kesulitan membaca (Lyon, dalam interaksinya antara kemampuan po-
1996). Di negara berkembang seperti tensial dengan lingkungan dalam hal aktivitas
Indonesia, prevalensi siswa dengan kesulitan mengamati, menafsirkan memperkirakan,
belajar dimungkinkan lebih besar, mengingat mengingat, dan menilai (Suharnan, 2005;
berbagai masalah kesehatan, antara lain Syaodih, 1995).
tingginya angka kurang gizi pada ibu dan
Proses kognitif penting dalam membentuk
anak, penyakit persalinan, dan penyakit diare,
pengertian karena berhubungan dengan proses
yang menjadi salah satu faktor resiko kesulitan
mental dari fungsi intelektual, dan ditandai
Widayanti, Rusmawati, Siswati, Profil Inteligensi pada Siswa dengan 3
Kesulitan Belajar di SD Gisikdrono,Semarang

dengan representasi suatu objek ke dalam menemukan kembali objek yang disem-
gambaran mental seseorang dalam bentuk bunyikan.
simbol, tanggapan, ide atau gagasan dan nilai
atau pertimbangan. Hubungan kognisi dengan Tahap praoperasional,
proses mental disebut sebagai aspek kognitif.
Manipulasi simbol merupakan karakteristik
Faktor kognitif memiliki pemahaman meliputi
esensial dari tahapan ini. Hal ini sering
upaya memperoleh dan menggunakan bentuk-
dimanefestasikan dalam peniruan tertunda,
bentuk representasi yang mewakili objek-
tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat
objek yang dihadapi dan dihadirkan dalam diri
pesat, kemampuan anak menggunakan gambar
seseorang melalui tanggapan, gagasan atau
simbolik dalam berfikir, memecahkan ma-
lambang yang bersifat mental. Semakin ber-
salah, dan aktivitas bermain kreatif meningkat
variasi ide dan gagasan, semakin kaya dan
lebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya.
luaslah pikiran kognitif individu. Faktor kog-
Pemikiran ini khas bersifat egosentris. Pada
nitif mempunyai peranan penting bagi ke-
tahap ini anak sulit membayangkan segala
berhasilan anak dalam belajar, karena sebagian
sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
besar aktivitasnya dalam belajar selalu ber-
Karakteristik lain dari cara berfikir pra-
hubungan dengan masalah mengingat dan
operasional yaitu memusat (centralized).
berpikir.
Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang
Tahapan Perkembangan Kognitif multidimensional, maka anak akan me-
Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan musatkan perhatiannya hanya pada satu
bertahap dan berurutan selama masa kanak- dimensi dan mengabaikan dimensi lainnya.
kanak Piaget (Silverthon, 1999; Setiono, K. Berpikir praoperasional juga tidak dapat
2009; Ayriza, Y. 1995) melukiskan urutan dibalik (irreversable). Anak belum mampu
tersebut ke dalam empat tahap perkembangan untuk meniadakan suatu tindakan dengan
yang berbeda secara kualitatif yaitu: melakukan tindakan tersebut sekali lagi secara
mental dalam arah yang sebaliknya.
Tahap sensori motor
Tahap operasional konkrit
Tahap ini ada pada usia antara 0-2 tahun,
mulai pada masa bayi ketika ia menggunakan Tahap operasional konkrit dapat digambarkan
pengindraan dan aktivitas motorik dalam pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri
mengenal lingkungannya. Pada masa ini bayi negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara
keberadaannya masih terikat kepada orang lain berfikir egosentris pada tahap operasional
bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh
inderanya sudah dapat berfungsi. Tindakannya desentrasi yang benar, artinya anak mampu
berawal dari respon refleks, kemudian ber- memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara
kembang membentuk representasi mental. serempak dan juga untuk menghubungkan
Menurut Piaget, perkembangan kognitif dimensi-dimensi itu satu sama lain. Menurut
selama stadium sensorimotor, intelegensi anak Piaget, anak pada tahap ini mengerti masalah
baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik konservasi karena mampu melakukan operasi
sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam sta- mental yang dapat dibalikkan (reversable).
dium ini yang penting adalah tindakan- Kendati kemampuan penalaran, pemecahan
tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan masalah dan logika telah berkembang tetapi
yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, pemikiran masih terbatas pada operasi konkrit.
tetapi secara perlahan-lahan melalui peng- Pada tahap ini anak dapat mengkonservasi
ulangan dan pengalaman konsep objek kualitas serta dapat mengurutkan dan meng-
permanen lama-lama terbentuk. Anak mampu klasifikasikan objek secara nyata. Tetapi
belum dapat memahami tentang abstraksi,
4 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012

proposisi hipotesis, sehingga anak mengalami 2. Adanya hambatan dalam belajar, antara lain
kesulitan untuk menyelesaikan masalah yang membaca, berhitung, dan membaca
bersifat abstrak. 3. Bukan disebabkan oleh adanya gangguan-
gangguan visual-auditoris, retardasi mental,
Tahap operasional formal gangguan emosional, serta kurangnya
stimulus dari lingkungan, budaya, dan
Anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat
ekonomi (Giuhan & Pierangela, 2007).
atau didengar ataupun pada masalah yang
4. Adanya perbedaan mencolok antara potensi
dekat, melainkan dapat membayangkan ma-
siswa dengan capaian kecakapan siswa
salah dalam pikiran serta mengembangkan
pada taraf rendah
potesis secara logis. Perkembangan lain ialah
kemampuannya untuk berpikir secara sis- Definisi kedua dari the National Joint
tematis dan mampu memikirkan berbagai Committee on Learning Disabilities, melalui
kemungkinan secara teratur atau sistematis konsep-konsepnya yaitu:
untuk memecahkan masalah. Anak dapat 1. Kesulitan belajar merupakan kelompok
memprediksi berbagai kemungkinan yang kelainan yang beragam
terjadi atas suatu peristiwa. 2. Permasalahan yang dialami murni di-
Kesulitan Belajar Spesifik pengaruhi oleh faktor internal siswa dan
bukanlah oleh faktor eksternal
Kesulitan belajar terdiri dari dua golongan, 3. Perhatian sebaiknya ditujukan pada ke-
yaitu kesulitan belajar umum dan kesulitan tidakberfungsian sistem saraf pusat,
belajar spesifik. Pada kesulitan belajar umum, sehingga lebih menitikiberatkan pada
fungsi biologis
siswa mengalami kesulitan untuk mengikuti
4. Gangguan dapat disertai dengan adanya
proses belajar mengajar di sekolah yang kelainan lainnya, misalnya disleksia dan
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor gangguan emosional.
eksternal. Faktor internal terkait dengan
Pada anak berkesulitan belajar membaca
motivasi berprestasi. Sedangkan faktor eks- ditunjukkan dengan sering mengalami
ternal terkait dengan lingkungan sekolah, kekeliruan mengenal dan menggunakan kata.
fasilitas yang tersedia, dan kondisi sosial Kekeliruan tersebut meliputi penghilangan,
ekonomi (Fletcher dkk. 2003) penyisipan, penggantian, pembalikan, salah
ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal
Terdapat dua definisi tentang kesulitan belajar kata, dan tersentak-sentak (Abdurrahman,
yang digunakan oleh Public Law: Education 2003). Akibatnya siswa mengalami kegagalan
for All, AS. Definisi pertama dari Congress of menjawab pertanyaan yang terkait dengan
bacaan serta tidak mampu mengurutkan jalan
the National Advisory Committee on
cerita yang dibaca secara runtut dan tidak
Handicapped Children yang menghasilkan mampu memahami tema utama dari suatu
konsep-konsep sebagai berikut: cerita. Sedangkan pada siswa dengan kesulitan
belajar berhitung ditunjukkan dengan adanya
1. Adanya kesulitan belajar dalam salah satu/ hambatan dalam hubungan keruangan,
beberapa proses psikologis yang melibatkan abnormalitas persepsi visual, kesulitan
kemampuan memahami dan menggunakan mengenal dan memahami simbol, kesulitan
bahasa, yaitu: memori, persepsi peng- dalam membaca dan bahasa.
lihatan, persepsi pendengaran
Widayanti, Rusmawati, Siswati, Profil Inteligensi pada Siswa dengan 5
Kesulitan Belajar di SD Gisikdrono,Semarang

Profil Inteligensi pada Siswa Kesulitan Tes inteligensi mengukur beberapa konstruk
Belajar terkait dengan kemampuan berpikir logis,
potensi. Tipe-tipe pertanyaan yang terdapat
Merupakan kenyataan yang tidak terbantahkan pada tes inteligensi melibatkan kemampuan
bahwa di dalam setting pendidikan terdapat bahasa ekspresif, mengingat jangka pendek,
siswa yang tidak menunjukkan performansi pengetahuan tentang fakta, dan kosakata
optimal sehingga akibatnya prestasi yang di- (Siegel, 1988).
hasilkan tidak optimal. Adapun kondisi ter- METODE
sebut disebut sebagai kesulitan belajar.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat mem- Partisipan
pengaruhi proses belajar yang sedang dijalani Penelitian dilakukan pada siswa SD Negeri
siswa. Gisikdrono Semarang dengan teknik purposif
Siswa dengan kesulitan belajar mengalami yang memiliki kriteria (a) berusia antara 7-12
gangguan dalam satu atau lebih dari proses tahun, (b) berada pada perkembangan kognitif
psikologis dasar yang diperlukan di sekolah. operasional konkrit dan operasional formal, (c)
mengalami kesulitan membaca, menulis,
Proses psikologis tersebut antara lain terkait
mengeja huruf, dan berhitung, dan (d)
dengan persepsi, ingatan, bahasa, perhatian, memperoleh rekomendasi dari sekolah untuk
dan pembentukan konsep. Adapun impli- terlibat sebagai subjek penelitian.
kasinya adalah bahwa gangguan yang dialami Perolehan subjek didasarkan pada hasil
merupakan kondisi intrinsik yang dapat interviu dengan guru kelas terkait dengan
mengganggu proses belajar siswa. siswa-siswa dengan kesulitan belajar dan
Proses belajar pada seorang anak dilakukan daftar cek karakteristik siswa dengan kesulitan
belajar spesifik
melalui penerimaan secara selektif dan
diterima sebagai masukan sensori yang Pengukuran
memberikan informasi berkaitan dengan
Setelah siswa dengan kesulitan belajar
lingkungan hidup. Untuk mendapatkan makna, diperoleh, maka siswa akan dikenai tes
stimuli sensori yang bekerja harus mampu inteligensi menggunakan tes WISC yang telah
melakukan proses, dapat menghubungkan, dan terstandardisasi. Data diperoleh dengan
berintegrasi dalam kulit lapisan otak (cortex) melakukan subtes verbal (kosakata, informasi,
untuk menyalurkan informasi dan menda- berhitung, dan deret angka) dan subtes
patkan pengertian yang sama. Informasi di- performansi (menyusun gambar, desain balok,
coding, dan maze). Tes dilakukan secara
peroleh melalui kemampuan persepsi dan
individual, dibantu oleh enam orang asisten.
keterampilan kesadaran-tubuh, disimpan di Data dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan
otak untuk nantinya digunakan sebagai bentuk melaporkan IQ total, IQ performansi, dan IQ
respon. Tipe respon antara lain: berbicara, verbal dan selanjutnya menghitung rerata dan
menulis, mengeja huruf, bahasa tubuh, eks- standar deviasi.
presi wajah, gerak, keterampilan khusus psi-
HASIL DAN PEMBAHASAN
komotor.
Selanjutnya, tingkat kemampuan persepsi Profil Inteligensi
perlu adanya pertimbangan terhadap tingkat
yang paling rendah pada jenjang pengalaman- Hasil penelitian tentang profil inteligensi
pada siswa dengan kesulitan belajar
pengalaman belajar dalam kognisi.
menunjukkan bahwa 11 (46%) orang subjek
6 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012

memiliki tingkat inteligensi yang berada pada ngan tingkat inteligensi rata-rata dan me-
taraf rata-rata. (IQ= 88-110 berdasar skala nunjukkan kesulitan di beberapa area belajar
Wechsler, N= 24, mean = 84.75, SD = yaitu membaca, menulis, dan berhitung.
8.65). Terdapat 13 orang siswa (54%) yang Siswa yang tergolong lambat belajar
tergolong lambat belajar/slow learner (IQ= menunjukkan adanya kesulitan mencapai
71-84 berdasar skala Wechsler). Siswa de- prestasi.

Tabel 1. Profil Inteligensi

Kelas IQ IQ Verbal IQ Performansi

I 88 90 89
I 76 67 90
I 70 75 71
II 90 70 114
II 83 87 82
II 88 96 82
II 95 89 101
II 78 76 85
II 99 101 97
III 103 113 92
III 77 79 80
IV 77 65 94
IV 77 76 83
IV 96 96 94
V 78 79 82
V 83 99 72
V 96 84 111
V 75 67 89
V 82 82 85
VI 85 82 92
VI 87 85 92
VI 83 79 92
VI 77 79 79
VI 91 91 92

Pembahasan Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam


belajar. Di samping itu, siswa membutuhkan
Inteligensi melibatkan serangkaian kemam- waktu belajar relatif lebih lama dibandingkan
puan berpikir yang mempengaruhi siswa siswa yang memiliki tingkat inteligensi rata-
dalam mencapai prestasi belajar. Tingkat rata. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan
inteligensi yang tergolong lambat belajar adanya kesamaan dengan studi yang dilakukan
ditandai dengan adanya hambatan untuk oleh Ames serta Belmont & Belmont (dalam
memproses informasi yang membutuhkan Kavale & Forness, 2003) yang menyatakan
kemampuan analisis sintesis yang cukup kom- bahwa kesulitan belajar dapat terjadi pada
pleks dan membutuhkan tingkat pemahaman semua tingkat IQ. Skor IQ diperkirakan
yang tinggi terhadap informasi yang diberikan.
Widayanti, Rusmawati, Siswati, Profil Inteligensi pada Siswa dengan 7
Kesulitan Belajar di SD Gisikdrono,Semarang

menjadi salah satu tolok ukur sejauh mana tingkat tinggi dalam kemampuan kognitif
pengetahuan dapat diperoleh (Gunderson & seseorang yang ditandai dengan pemahaman
Siegel, 2001). Pembahasan hasil penelitian ini terhadap situasi kompleks. Di sisi lain,
difokuskan pada siswa dengan kesulitan be- sejumlah subjek memperlihatkan kondisi
lajar spesifik dan siswa lambat belajar. terbalik yang ditunjukkan melalui beberapa
skor performansi yang lebih menonjol diban-
Siswa dengan Kesulitan Belajar Spefisik dingkan skor verbal. Misalnya pada subtes
mengatur gambar menunjukkan kemampuan
Siswa dengan kemampuan inteligensi rata-rata
yang cukup memadai untuk mengintegrasikan
menunjukkan beberapa ciri anak dengan
pola dan bentuk benda.
kesulitan belajar spesifik. Hal ini ditunjukkan
melalui hasil skrining guru bahwa siswa yang Kemampuan membaca dan berbahasa subjek
bersangkutan memiliki kesulitan terkait dengan kesulitan belajar spesifik tampak
dengan kemampuan membaca, berhitung, dan berkembang kurang optimal. Sebagian subjek
menulis. Misal, subjek seringkali kehilangan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
jejak saat membaca, kesulitan memahami membaca dan mengeja kata-kata. Kesulitan ini
konsep angka dan urutan, serta ketidak- berkaitan dengan ketidakmampuan pada
konsistenan dalam penulisan huruf. Ber- proses fonologis (inadequate phonological
dasarkan tabel di atas, mayoritas subjek processing abilities) yang ditandai dengan
dengan kesulitan belajar spesifik menunjukkan kesalahan membaca kata-kata yang tidak
IQ performansi yang berada relatif lebih tinggi familiar sehingga mempengaruhi pemahaman
dibandingkan dengan IQ verbal (mean= 89.17, terhadap informasi yang dibaca. Kondisi ini
SD= 10.26, N= 24). sesuai dengan salah satu ciri dari disleksia,
yaitu kesulitan memahami isi bacaan
Melalui subtes informasi subjek diminta untuk
sebagaimana yang dikemukakan oleh Turner
mengorganisasikan pengetahuan yang dimiliki
& Rack (2005) dan Singleton (2003).
sehingga dapat memberikan respon secara
tepat. Sedangkan pada subtes performansi, Siswa Lambat Belajar (Slow Learner)
antara lain melengkapi gambar, subjek diminta
untuk memberikan perhatian pada detail gam- Siswa lambat belajar ditunjukkan dengan
bar yang disajikan sehingga dapat menyatakan adanya kesulitan menyelesaikan tugas sekolah
bagian yang belum lengkap dari stimulus yang oleh karena hambatan dalam memproses
bersifat visual. informasi. Keberadaan siswa lambat belajar
merupakan fenomena yang kurang menda-
Dari kesebelas subjek yang mengalami patkan perhatian, sehingga guru dan orangtua
kesulitan belajar spesifik, 5 orang di antaranya tidak menaruh curiga karena ketiadaan
memiliki skor IQ verbal yang lebih tinggi, dan perbedaan fisik dibandingkan siswa pada
6 orang memiliki skor IQ performansi lebih umumnya. Keluhan guru dan orangtua terkait
tinggi. Skor verbal yang menonjol tampak dengan kesulitan siswa dalam menyelesaikan
pada subtes persamaan dan informasi. Kedua tugas-tugas sekolah, sulit membaca atau
subtes mengungkap kemampuan subjek dalam menulis atau berhitung, kesulitan mengingat,
mengorganisasikan informasi verbal yang ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan
diperoleh sebelumnya dengan informasi baru hiperaktivitas merupakan karakteristik pada
dan membuat asosiasi antara kedua informasi siswa lambat belajar mendukung penelitian
tersebut. Sebaliknya, subjek tampaknya memi- yang dilakukan oleh Kaznowski (dalam
liki kesulitan untuk menyelesaikan subtes Kalande dkk, 2008). Selanjutnya, siswa lambat
performansi yaitu merakit objek, yang menun- belajar akan mengalami kesulitan terhadap
jukkan bahwa subjek gagal dalam kemampuan tugas-tugas yang menuntut kemampuan
abstraksi. Kemampuan abstraksi merupakan pemecahan masalah. Pada penelitian ini, siswa
8 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012

lambat belajar memiliki skor IQ performansi penanganan untuk membantu siswa dengan
yang lebih tinggi dibandingkan skor IQ verbal. kesulitan belajar.
Hal ini disebabkan adanya kesulitan
memproses informasi berupa simbol dan yang KESIMPULAN DAN SARAN
bersifat abstrak. Pada subtes performansi
beberapa subjek menunjukkan perbedaan Temuan dari penelitian ini menunjukkan
dalam skornya. 5 subjek menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tergolong lambat
kesulitan dengan simbol, yang menunjukkan belajar sementara yang lain tergolong dalam
bahwa subjek mengalami kesulitan untuk kesulitan belajar spesifik, yang ditunjukkan
mengingat hubungan dan mencatat hubungan dengan skor IQ. Siswa dengan kesulitan
yang ada antara minimal dua benda. Berkaitan belajar spesifik memiliki skor IQ yang berada
dengan tes membaca, siswa lambat belajar pada taraf rata-rata dibandingkan skor IQ
menunjukkan kesulitan untuk mengenali huruf siswa yang tergolong lambat belajar.
dan bunyi, bahkan mengalami pertukaran saat Siswa dengan keadaan ini menunjukkan
membaca kata yang bentuk hurufnya hampir kesulitan mencapai prestasi belajar sesuai
sama. Namun demikian, apakah tes membaca dengan harapan guru. Siswa membutuhkan
ini berhubungan dengan skor IQ tidak terjawab upaya relatif lebih keras dibandingkan dengan
dalam penelitian ini. Kendati demikian, be- siswa pada umumnya. Ketidakmampuan untuk
berapa penelitian menunjukkan ketiadaan memahami tugas mengakibatkan siswa gagal
hubungan antara skor IQ dengan kemampuan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
membaca (Siegel, 1988; Gunderson & Siegel, lebih lanjut dapat mengakibatkan kesulitan
2001). Bahkan, siswa dengan skor IQ di belajar bahkan berakhir dengan kegagalan
bawah 80 tidak selalu menunjukkan kesulitan menyelesaikan sekolah apabila tidak segera
membaca (Siegel, 1988). memperoleh penanganan sesuai dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan kondisinya.
belajar yang dialami oleh siswa tidak sepe- Adanya perbedaan antara skor IQ verbal yang
nuhnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. lebih rendah dibandingkan skor IQ perfor-
Kesulitan belajar yang dipahami oleh guru mansi pada siswa menunjukkan bahwa adanya
mengarah pada kegagalan siswa menye- kesulitan untuk memproses informasi yang
lesaikan tugas di sekolah dan bukan kesulitan berupa simbol dan abstrak.
pada proses kognitif. Selain itu, kondisi siswa
yang berasal dari kalangan menengah ke Dibutuhkan suatu pemahaman baik oleh guru
bawah berdampak pada terbatasnya aksesi- maupun orangtua untuk mengenali karak-
bilitas siswa memperoleh informasi baru. teristik siswa dan melakukan upaya-upaya
Selain itu, dimungkinkan kurangnya dukungan yang diperlukan agar siswa tidak mengalami
dan model dari keluarga dapat mempengaruhi ketertinggalan dalam hal akademik, yang dapat
motivasi anak untuk belajar. Temuan ini mempengaruhi kondisi psikologis siswa.
mendukung penelitian yang menunjukkan Upaya pendampingan dan model pembelajaran
bahwa sosioekonomi keluarga merupakan yang diberikan berulang-ulang dan bersifat
salah satu faktor penting yang mempengaruhi individual diharapkan mampu membantu sis-
perkembangan kognitif anak (Jordan & wa untuk mencapai keberhasilan.
Levine, 2009; APA, 2003; dan Jeung dkk,
2002). Oleh karena itu, dibutuhkan Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan:
pemahaman faktor sosiodemografis dan a. Tidak digunakannya alat tes lain yang dapat
pengaruhnya terhadap kondisi siswa yang memberikan gambaran secara lebih me-
mengalami kesulitan belajar dan upaya nyeluruh terkait dengan kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa.
Widayanti, Rusmawati, Siswati, Profil Inteligensi pada Siswa dengan 9
Kesulitan Belajar di SD Gisikdrono,Semarang

b. Tidak digunakannya data-data sekunder diajarkan terutama materi yang belum


sebagai salah satu pertimbangan yang dikuasai anak
digunakan dalam penentuan subjek pe- b. Penyampaian disampaikan dalam
nelitian, misalnya nilai raport. Skrining suasana yang menyenangkan dan tanpa
yang digunakan dalam penelitian ini lebih tekanan untuk mempermudah materi
menitikberatkan pada penilaian guru. dipahami oleh anak
Berdasarkan hasil temuan, saran yang dapat
disampaikan antara lain:
1. Peneliti selanjutnya DAFTAR PUSTAKA
a. Menggunakan data sekunder antara lain
raport dan nilai ulangan harian sebagai Aburrahman, M. (2003). Pendidikan bagi anak
salah satu pertimbangan dalam men- berkesulitan belajar. Jakarta: PT. Rineka
jelaskan kesulitan belajar siswa Cipta.
b. Mengikutsertakan variabel sosiodemo-
APA. (2011). Education and Socioeconomic
grafis antara lain tingkat pendidikan,
Status. Diunduh dari http://www.apa.org/
pekerjaan, pendapatan orangtua, serta
pi/ses/resources/publications/factsheet-
struktur keluarga sebagai variabel bebas
education.aspx.
c. Meneliti dampak psikologis dari ke-
sulitan belajar yang dialami siswa, antara Ayriza, Y. (1995). Teori perkembangan
lain konsep diri akademik dan motivasi kognitif piaget sebagai alat bantu petunjuk
berprestasi. dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9
tahun. Cakrawala Pendidikan, Mei, 155-
2. Sekolah
163.
a. Memberikan kesadaran serta pemaha-
man kepada guru dan orangtua terkait Feldman, W. (2002). Mengatasi gangguan
dengan kondisi siswa beserta karak- belajar pada anak. Jakarta: Prestasi
teristik yang dimiliki. Diharapkan Pustaka.
melalui pemahaman tersebut, maka ke-
beradaan anak-anak dengan kesulitan Fletcher, J.M., Morris, R. D., & Lyon, G.R.
belajar dapat dipahami dan dilakukan (2003). Classification and definition of
upaya penanganan secara tepat learning disability. In Swanson, H.L.,
b. Memberlakukan metode pembelajaran Harris, K.R., & Graham, S. (Eds).
dengan mempergunakan alat bantu untuk Handbook of Learning Disability (pp.30-
memperjelas materi pelajaran. Selain itu, 56). New York: The Guilford Press.
siswa dengan kesulitan belajar sebaiknya
diberikan pendampingan individual Gunderson, L., & Siegel, L.S. (2001). The
dibandingkan siswa pada umumnya. evils of the use of iq tests to define
Misalnya untuk siswa lambat belajar learning disability in first and second
difasilitasi adanya tutor, mengijinkan language learners. The Reading Teacher,
penggunaan alat bantu saat me- 55(1), 48-55.
nyelesaikan soal (misal: kalkulator, Harrison, A.G. (2005). Recommended best
ekstra waktu menyelesaikan tugas). practice for the early identification and
3. Keluarga diagnosis of children with specific
a. Menyediakan waktu untuk membantu learning disabilities in Ontario. Canadian
dan mengajari anak terkait dengan Journal of School Psychology. 20(1), 21-
materi-materi pelajaran yang telah 43.
10 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012

Kavale, K.A. & Forness, S. K. 2003. Learning Setiono, K. (2009). Psikologi perkembangan:
disability as a discipline. In Swanson, kajian teori Piaget, Selman, Kohlberg, &
H.L., Harris, K.R., & Graham, S. (Eds). aplikasi riset. Bandung: Widya Padjajaran
Handbook of Learning Disability (pp. 76-
93). New York: The Guilford Press. Siegel, L.S. (1988). Evidence that iq scores are
irrelevant to the definition and analysis of
Kompas, 2008. Kemampuan baca siswa reading disability. Canadian Journal of
Indonesia, h.5. Psychology, 42(2), 201-215.
Lyon, G,R . 1996. Learning disabilities. In E.J. Silverthon, P. (1999). Jean Piaget’s theory of
Mash & RA Barkey (Eds). Child development. Diunduh dari members.
psychopathology (pp.520-586). New iinet.net.au/.../4.../Piagets_Theory_of_Dev
York; the Guilford Press. elopment.pdf
Pramudigdo, M. (1998). Aspek neuropsikologi Singleton, C. (2003). Understanding dyslexia.
pada siswa sekolah dasar dengan prestasi Diunduh dari www.Lucid-Research.com
belajar rendah. Tesis. Tidak diterbitkan.
Program Pendidikan Dokter Spesialis Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif.
Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK Surabaya: Srikandi
Universitas Diponegoro Semarang
Syaodih, E. (1998). Perkembangan Kognitif
Pierangelo, R. & Giulian, G. (2008). Learning Anak Prasekolah. Diunduh dari
disabilities: Theory, diagnosis, and file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGT
teaching strategies. (8th ed). Boston: K/196510011998022/perk_kognitif_a
Houghton Mifflin Company. nak.pdf.
Turner, M., & Rack, J. (2005). The Study of
Dyslexia. New York: Kluwer
Academic.

You might also like