You are on page 1of 109

STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN TENTANG HADIS DUSTA

UNTUK MEMBUAT ORANG TERTAWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas


Dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Dalam Ilmu Ushuluddin

Oleh:
USWATUN HASANAH
1113034000057

PROGRAM S 1
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Uswatun Hasanah: Studi Kritik Sanad dan Matan tentang Hadis Dusta
untuk Membuat Orang Tertawa

Lisan berperan sebagai sarana untuk berkomunikasi kepada yang lainnya.


Lisan juga termasuk kedalam nikmat Allah yang besar, Namun memiliki peran
yang besar dalam kehidupan. Seseorang akan dapat terjerumus kedalam api
neraka ataupun ke surga karena lidahnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita
membutuhkan humor sehingga muncullah tawa yang sangat menyenangkan.
Kegiatan tertawa merupakan sebuah kebiasaan yang biasa dilakukan untuk
mencairkan suasana untuk merefreshingkan suasana agar tidak kaku. Namun,
banyak terjadi kesalahan ketika seseorang ingin membuat orang lain tertawa.
Salah satunya mengeluarkan kata-kata dusta yang tanpa disadari kegiatan tersebut
sering dilakukan setiap hari. Dengan demikian lidah memiliki peran besar
terhadap keselamatan manusia tersebut di akhirat ataupun di dunia.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Takhrij hadis dalam
mengumpulkan hadis-hadis yang sesuai dengan tema dan penulis juga
menggunakan penelitian kepustakaan dengan metode library Research, yaitu
dengan menelaah beberapa literatur yang relevan dengan pokok pembahasan
skripsi ini.
Setelah melakukan kegiatan penelitian sanad dan juga matan hadis
penulis berkesimpulan bahwasanya hadis tentang ancaman bagi orang yang
melakukan berdusta, pada hadis pertama memiliki kualitas sahih baik dari segi
sanad ataupun matannya, sedangkan, untuk hadis kedua, memiliki kualitas sanad
daif tetapi, matan nya berkualitas sahih. Kendati demikian, hadis tersebut dapat
dijadikan pedoman bagi manusia untuk menghindari perbuatan berdusta dengan
tujuan agar membuat orang lain tertawa.

viii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan ke hadirat

Ilahi atas rahmat dan hidayat-Nya serta inayah-Nya yang selalu diberikan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Studi Kritik sanad

dan Matan Hadis larangan berdusta untuk membuat orang tertawa”.

Salawat dan salam yang tak terlupakan penulis panjatkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah banyak memberi pengajaran dan pelajaran agar

manusia berada di jalan yang benar dan lurus dan senantiasa berada dalam

keadaan nyaman dan juga selamat.

Melalui upaya dan usaha yang melelahkan, akhirnya dengan limpahan

karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan yang penulis rasakan dalam penyusunan

skripsi ini, alḥamdulillāh dapat teratasi berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosada, MA., selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

beserta para pembantu Dekan.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis

dan Ibu Drs. Banun Bina Ningrum, M. Pd., selaku Sekretaris Jurusan

Tafsir Hadis.

ix
4. Ibu Dr.Faizah Ali Syibromalisi,MA, Selaku dosen pembimbing

akademik.

5. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, terkhususnya jurusan Tafsir Hadis yang

dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar dalam mencurahkan dan

mendidik pada saya selama menimba ilmu di kampus tercinta ini.

6. Bapak Dr.Bustamin,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu memberikan didikasinya kepada penulis, bersabar memberikan

ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah

bimbingannya. Juga melalui beliau, tumbuh ide-ide baru, pemikiran

baru, sehingga penulis ada gairah semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Arman dan ibunda Tri Yatmi,

yang telah mengarahkan, dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih,

tak pernah lelah dan tak bosan dalam memberikan dukungan moral

maupun materil, serta do’a dan semangat yang selalu membanjiri hati

buah hatimu ini.

8. Seluruh sahabat-sahabat Nur Izzah Fakhriah dan M. Fauzan yang telah

memberikan support serta doanya dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

9. Seluruh teman-teman Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2013 terutama

TH-B. Mudabbiroh, Siti Munawarah, Nurul Ihya, Nuzzulinna Azka R,

Alfi Syahriyati, dan Ummu Hafidzah, terima kasih atas doa kalian

x
dan dukungan kalian yang semua nama-nama tidak saya sebutkan satu

persatu.

10. Seluruh teman-teman dari KKN SEGAR yang setia mendoakan dan

memberikan motivasi kepada saya.

11. Terimakasih kepada Kakak Eka Napisah yang selalu memberikan

motivasi kepada penulis ketika sedang merasa lelah dalam penulisan

ini.

12. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses

penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa

mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih terdapat kekurangan dan bahkan tidak menutup

kemungkinan di dalamnya skripsi ini terdapat kekeliruan dan kesalahan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk penulis

yang lebi baik lagi kedepannya dan harapan penulis semoga skripsi ini

sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah swt. selalu

memberkahi dan membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta

membantu penyelesaian skripsi ini.

Āmīn yā Rabb al-Ālamīn.

Jakarta, 13 November 2017

Uswatun Hasanah

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... ii


PERSETUJUAN TIM PENGUJI ............................................................ iii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ....................... 7

C. Tujuan Penulisan ................................................................. 8

D. Metodologi Penelitian ........................................................ 9

E. Kajian Pustaka .................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ......................................................... 11

Bab II KONSEP ISLAM TENTANG DUSTA DAN TERTAWA

A. Konsep Islam Tentang Dusta

1. Pengertian Dusta ............................................................ 13

2. Bentuk-Bentuk Dusta ..................................................... 16

3. Pengaruh yang Timbul dari Dusta ................................. 20

4. Pengaruh Dusta Terhadap Kepribadian ......................... 20

5. Cara Meninggalkan Dusta ............................................. 20

B. Tinjaun Umum tentang Tertawa

1. Pengertian Tertawa ........................................................ 21

2. Etika Tertawa Rasulullah ............................................... 23

xii
3. Bahaya Dari Tertawa Menurut Pandangan Islam ........... 25

BAB III HADIS – HADIS TENTANG DUSTA DAN TERTAWA

A. Hadis - Hadis tentang Dusta dan Terjemahannya ............... 27

B. Hadis - Hadis tentang Tertawa dan Terjemahannya............ 36

BAB IV ANALISA HADIS TENTANG ANCAMAN ORANG YANG

BERDUSTA UNTUK MEMBUAT TERTAWA

A. Teks Hadis dan Terjemahannya ......................................... 44

B. Kegiatan Takhrij al-Hadis .................................................. 45

C. I’tibar .................................................................................. 46

D. Pengertian Kritik Sanad dan Matan Hadis .......................... 47

1. Kritik Sanad Hadis .......................................................... 48

2. Kritik Matan Hadis ........................................................ 48

E. Kritik Hadis tentang Ancaman Terhadap Orang yang

Berdusta untuk Membuat Tertawa ..................................... 49

Bab V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 90

B. Saran ................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 92

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat sering menyisipkan humor1 dalam komunikasi

sehari-hari. Komunikasi yang disisipi humor seringkali memiliki makna lebih

yang ingin disampaikan oleh penutur. Bahkan, saat ini masyarakat telah

menempatkan humor sebagai suatu hal yang penting dalam kehidupannya. Hal

tersebut dibuktikan dengan banyaknya acaranya televisi yang menayangkan

hal tersebut di Indonesia.

Saat ini program acara televisi banyak menyajikan program acara yang

beragam. Pada hakikatnya televisi merupakan salah satu media komunikasi

massa yang berfungsi untuk menghibur dan memberi informasi kepada

khalayak sesuai dengan fungsi komunikasi masa. Secara garis besar fungsi

dari komunikasi massa menurut Onong Effendi2 mengatakan bahwasanya ada

3 yaitu menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), dan

menghibur (to entertain).”3

Menyenangkan perasaan orang yang sedang kesusahan termasuk

bagian dari menghibur dan meringankan musibah orang lain. Biasanya orang

suka bersenda gurau wajahnya selalu kelihatan muda, simpati dan

menyenangkan di mana- mana tidak pernah kelihatan murung, sebaliknya ia

1
Rangsangan verbal atau visual yang secara langsung dimaksudkan dapat memancing
senyum dan tawa pendengar atau orang yang melihatnya, Abdul Chaer, Ketawa-Ketiwi
Betawi(Depok: Masup Jakarta, 2007), Hal: 5.
2
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. adalah salah satu tokoh Ilmu Komunikasi di
Indonesia.
3
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam(Ciputat:Pt. Logos Wacana
Ilmu,1999) Hal: 23.

1
2

selalu periang. Apalagi sampai menangis, susahpun seakan-akan belum pernah

dialaminya. Namun, bersenda-gurau dalam segala agama ada yang

membolehkan dan ada juga yang melarang.

Dalam bersenda-gurau ada hal yang tercela dan yang terlarang menurut

agama ialah yang dilakukan secara terus-menerus dan melampaui batas. Oleh

karena itu, hal tersebut dilarang, dikarenakan ia akan sibuk membuat

permainan yang dapat menertawakan orang atau mencari halnya yang

dianggap orang lucu.4

Adapun bersenda-gurau yang melampaui batas itu dilarang

dikarenakan akan menyebabkan senantiasa ketawa dan mungkin akan

menyebabkan perasaan yang tidak enak dalam hati orang yang tersinggung

atau merasa tersindir atas lelucun yang kita perbuat.

Senda gurau ada yang diperbolehkan yaitu senda gurau yang sunyi dari

keadaan-keadaan sebagaimana yang tersebut, maka tidaklah tercela sama

sekali. Siapapun dapat mengerjakan senda gurau yang baik asalkan

diusahakan benar-benar dan tidak pula mengatakan selain yang tidak benar.

Akan tetapi, tujuan dari bersenda gurau hanyalah agar orang-orang tertawa

dan jika mereka telah dapat dibuat tertawa, maka gembiralah hati pembuat

lelucon tadi.

Terdapat sebuah kekeliruan yang besar yaitu ketika seseorang

menganggap sendau gurau itu sebagai suatu karya. Seseorang akan terus

menerus berbuat sedemikian rupa dan sampai melampaui batas yang ada.

Apabila kita bersendau gurau dan dapat mekukan yang baik-baik serta tidak

4
Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, (Jakarta:Bumi Aksara,1994), Hal: 155.
3

ada ucapkan melainkan yang benar, maka itulah yang tidak memiliki larangan

dan juga tidak berdosa.

Etika di dalam bersendau gurau sebaiknya mengandung hal yang benar

dan tidak terdapat didalamnya mengandung dusta.5 Hendaknya di dalam

bersenda gurau tersebut tidak mengada-ada atau terdapat dusta tentang cerita-

cerita yang hanya bertujuan untuk membuat tertawa. Rasulullah SAW

melarangnya, hal tersebut sesuai dengan hadis nabi yang berbunyi:

‫ال‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَه ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬


َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيه ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬
‫ك بِِه الْ َق ْوَم َويْ ٌل‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ
َ ‫ض ِح‬
ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ِّث فَيَك‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ ُ ‫صلَّى َسلَّ َم يَ ُق‬ ِ َ ‫ََِسعت رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ ُ ْ
6
ُ‫لَهُ َويْ ٌل لَه‬
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah
menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang
yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah
ia, celakalah ia.". 7

Dalam bersenda gurau haruslah melihat kondisi ataupun kepada siapa

ia akan bersendau gurau. Maka dengan itu di dalam bersenda gurau tidak

boleh terdapat unsur-unsur yang menyakiti perasaan orang lain. Adapun ketika

bersenda gurau pula sebaiknya tidak dilakukan kepada orang yang lebih tua

daripada kita. Ataupun kepada orang-orang yang tidak dapat bersenda gurau.

Sebaiknya tidak terlalu memperbanyak senda gurau karena itu akan

mengakibatkan seseorang akan dianggap rendah oleh orang lain.8 Rasulullah

5
TB. Asep Subhi dan Ahmad Taufik , 101 Dosa Besar(Jakarta:Qultum Media, 2004), Hal:
146.
6
Abu Daud Sulaeman Al-Sajastani, Sunan Abu Daud(Beirut:Daral Kitab al-Arabi),
Kitab:Adab, Bab: Teguran Keras Dari Dusta, Hal: 539.
7
Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA
8
Jurnal Rokayah, Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, IAIN Raden
Inten Lampung, Terampil, Juni, 2001, Hal. 17-18.
4

SAW bersabda tentang orang- yang mau meninggalkan dusta untuk membuat

tertawa dengan balasan rumah di surga. Yakni :

‫ال َح َّدثَِِن َسلَ َمةُ بْ ُن‬ َ َ‫ك ق‬ ٍ ‫ي حدَّثَنَا ابن أَِِب فُ َدي‬ ِ
‫ر‬ ‫ص‬ ‫ب‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ٍ‫حدَّثَنا عقبة بن م َكر‬
‫م‬
ْ ُ ْ َ ُّ ْ َ ُّ ِّ َ ِّ ُ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن تَ َرَك‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ٍ ِ‫س ب ِن مال‬ ِ
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ك ق‬ َ ْ ِ َ‫َوْرَدا َن اللَّْيث ُّي َع ْن أَن‬
‫ِن لَهُ ِِف َو َس ِط َها‬ ِ ِ ِ ِْ ‫ض‬ ِ َ‫اط ٌل بُِِن لَهُ ِِف َرب‬ ِ ‫الْ َك ِذب وهو ب‬
َ ُ‫اْلَنَّة َوَم ْن تَ َرَك الْمَراءَ َوُه َو ُُم ٌّق ب‬ َ َ ََُ َ
9
‫ِن لَهُ ِِف أ َْع ََل َها‬ ِ
َ ُ‫َوَم ْن َح َّس َن ُخلَُقهُ ب‬
“Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram Al 'Ammiyyu Al
Bashari, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia berkata, Telah
menceritakan kepadaku Salamah bin Wardan Al Laitsi dari Anas bin Malik
ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
yang meninggalkan berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang
tidak dibenarkan) maka akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga,
barangsiapa yang meninggalkan perdebatan (sedang dia orang yang berhak
untuk berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga,
dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan
rumah untuknya di bagian yang “paling atas”.10

Dalam bersenda gurau tersebut maka akan menimbulkan tawa. Tawa

adalah ciri dari manusia, dalam arti bahwasanya yang tertawa hanyalah

manusia. Tawa tersebut terjadi karena adanya sebuah ulah atau sikap manusia,

atau hal-hal lain yang dihubungkan dengan manusia. Biasanya tawa lebih

banyak terjadi jika objek dihadapan atau dilihat oleh lebih dari seseorang

ketimbang jika hanya dilihat seorang diri.

Manusia tertawa karena merasa senang terhadap orang lain dan ingin

menunjukkan rasa bangga terhadap orang lain. Sifat yang demikian tersebut

merupakan tabiat asli yang menghiasai kehidupan manusia sehari-harinya.11

Humor dalam kehidupan memiliki kualitas insani yang berdampak positif bagi

9
Abu Daud Sulaeman al-Sajastani,Sunan Abu Daud(Beirut:Daaral Kitab al-Arabi),
Kitab:Adab, Bab:Teguran Keras dari Dusta, Hal:539.
10
Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA
11
Abdul Majid S, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah(Jakarta:Gema Insani
Press, 2004), Hal: 23.
5

kesehatan fisik dan juga mental bagi manusia. Humor sangat penting dalam

kehidupan manusia, karena humor memicu seseorang untuk tersenyum dan

tertawa. Senyum dan tawa sangat bermanfaat untuk kesehatan jiwa manusia.

Saat ini telah banyak peneliti yang telah menemukan berbagai manfaat yang

dihasilkan dengan humor. Humor dapat mengurangi tingkat kecemasan dan

juga stress bagi individu, meningkatan kesehatan mental, dan juga membuat

seseorang dapat berkreativitas.

Ada masyarakat, bahkan seseorang yang dikenal sebagai humoris.

Namun, ada juga yang tidak demikian. Kelucuan selalu mengena dengan hal-

hal yang tidak wajar atau umum. Kelucuan atau humor berlaku bagi manusia

normal yaitu dengan adanya kelucuan maka akan menghibur. Hiburan

merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi manusia untuk ketahanan diri

dalam proses pertahanan hidupnya.

Pada dasarnya manusia itu diciptakan oleh Allah SWT dengan

berbagai macam watak dan juga perilaku. Kita tidak dapat menyalahkan

seseorang yang memiliki kegemaran terhadap orang yang suka terhadap

humor. Dengan demikian, tertawa merupakan fitrah bagi setiap manusia, yang

tidak diberikan kepada ciptaan yang lainnya.

Tertawa dapat mendatangkan kesehatan, yaitu dengan tertawa yang

lahir dari perasaan yang rela, riang dan gembira. Dengan kata lain bahwasanya

ketika tertawa tersebut dilakukan dengan tarikan nafas yang teratur dan tidak

tertawa yang berlebihan yaitu dengan terbahak-bahak. Tertawa juga

merupakan suatu olahraga yang menyegarkan paru-paru, melancarkan


6

peredaran darah kelenjar-kelenjar buntu serta menyegarkan anggota tubuh.

Dengan tertawa juga dapat memanjangkan umur dan menyehatkan badan. 12

Rasulullah SAW mengatakan bahwasanya sebaiknya ketika dalam

bergurau lebih baik meningalkan kedustaan dalam gurauanya tersebut. Hal ini

sesuai dengan sabda Rasullullah SAW yaitu:

‫ول َع ْن أَِِب‬ ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُ َذي ٍن َعن مكْح‬
ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ ْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬
ِْ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬
‫اْلميَا َن ُكلَّهُ َح ََّّت يَْت ُرَك‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ُهَريْ َرَة ق‬
َ
13 ِ ِ ِ ‫الْ َك ِذب ِِف الْمز‬
‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬
َ َُ َ
Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah menceritakan
kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari Makhul dari Abu
Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda:
"Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan sepenuhnya hingga ia
meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau, dan meninggalkan
berdebat meski ia benar. "14

Amin berkata “seandainya manusia bersikap jujur, niscaya mereka

tidak memerlukan tiga perempat obat-obatan yang ada di apotik, dan ia cukup

mengobatinya dengan tertawa. Satu tawa lebih baik dari seribu kali aspirin dan

pil penenang.Orang yang banyak tersenyum akan melihat kesulitan-kesulitan

hidup dengan tenang, untuk kemudian mampu mengalahkan kesulitan-

kesulitan itu.15

12
Majid S, Abdul, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah (Jakarta:Gema Insani
Press,2004), Hal: 31.
13
Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal Al-Syaybānî,, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub,1971), Kitab:Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan
hadits, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, Juz: 2, Hal:352.
14
Aplikasi Sembilan Imam Hadis LIDWA
15
Iwan Marwan , Rasa Humor dalam Perspektif Agama(Buletin Al-Turas 19.2 (2013)
7

Dengan demikian, keberadaan humor sebagai sarana hiburan sangatlah

penting. Humor dapat tampil mantap sebagai penyegar pikiran dan sekaligus

sebagai penyejuk batin, dan sebagai penyalur uneg-uneg. Humor dapat juga

memberikan sesuatu wawasan yang arif dengan tampilan yang menghibur.

Adapun alasan penulis memilih judul ini karena fenomena saat ini

perihal stand up yang disingungkan dengan isi matan hadis tersebut, maka

perlu diadakan penelitian matan untuk mengetahui lebih dalam tentang matan

hadis tersebut. Untuk lebih dalam memahami hadis, maka sebelumnya

dilakukan penelitian sanad, dikarenakan hadis tersebut tidak terhimpun di

dalam kitab-kitab hadis yang tingkatannya sahih yaitu sahih Bukhari dan juga

sahih Muslim. Oleh karena itu, penulis ingin membahas tentang “Studi Kritik

Sanad dan Matan tentang Hadis Dusta untuk membuat orang tertawa”.

B. Identifikasi , Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang permasalahan, dapat

diidentifikasi beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan dusta ?

b. Apa macam-macam bentuk dusta ?

c. Bagaimana pengaruh yang timbul dari dusta ?

d. Bagaimana cara mengobati penyakit dusta?

e. Bagaimana pengaruh dusta terhadap kepribadian?

f. Bagaimana cara meninggalkan dusta ?

g. Apa yang dimaksud dengan tawa?

h. Bagaimana tertawa Rasulullah?


8

i. Apa yang bahaya tertawa menurut pandangan Islam ?

j. Bagaimana kualitas hadis-hadis tentang ancaman terhadap orang yang

berdusta untuk menimbulkan tawa?

2. Pembatasan Masalah

Dari uraian diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

skripsi ini adalah Bagaimana kualitas hadits larangan dusta untuk orang

lain tertawa ruang lingkup penulisan ini hanya mencangkup tentang

berdusta dan juga tentang tertawa. Hadis- hadis yang akan diadakan

penelitian terbatas pada hadits-hadits yang dirujuk dalam kitab al-Mu’jᾶm

al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan juga kitab-kitab takhrij

lainnya yang berada di dalam kitab al-Kutub al-Tis’ah. Untuk lebih

terarahnya pembahasan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

3. Perumusan Masalah

a. Bagaimana kualitas sanad dan matan tentang ancaman orang berdusta

hanya untuk membuat orang tertawa?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kualitas sanad dan matan hadis.

2. Untuk menggali kandungan hadis tentang Ancaman terhadap orang

berdusta hanya untuk tertawa.

3. Untuk menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan kaum muslimin

pada umumnya.
9

4. Untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menyelesaikan gelar sarjana

strata satu (SI) pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri ( UIN )

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Metodologi Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian skripsi ini, yaitu :

1. Metode Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan studi kepustakaan

(library research), yaitu dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan,

merumuskan masalah dengan menggunakan sumber-sumber primer yaitu

dengan kitab-kitab hadis al-Kutub at-Tis’ah, penulis juga menggunakan

kitab-kitab kamus hadis seperti al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-

Hadῖts al-Nabawῖ,Miftâh Kunûz al-Sunnah, Mausû’ah Atrâf al-Hadîs al-

Nabawî al-Syarif, Tuhfatu al-Asyrâf Bima’rifati al-Atrâf dan kitab-kitab

yang laiinya yang berkenaan dengan masalah yang penulis angkat dan

dapat dijadikan sebagai rujukan sekunder. Selain dengan kitab-kitab

tersebut penulis juga menggunakan aplikasi hadis yaitu Lidwa dan juga al-

Maktabah al-Syâmilah.

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data yang ditempuh

penulis dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut :

Pertama, melakukan takhrij hadis, dengan menggunakan kitab al-Mu’jᾶm

al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Mausû’ah Atrâf al-Hadîs al-

Nabawî al-Syarif, Tuhfatu al-Asyrâf Bima’rifati al-Atrâf

Kedua, mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan

merujuk kepada kitab asli yang telah ditunjukkan oleh kitab kamus.
10

Ketiga, Memaparkan skema jalur-jalur sanad agar terlihat ada tidaknya

pendukung yang berstatus muttabi’ atau yang bersifat syawahid.

Keempat. Melakukan penelitian sanad ( kritik sanad ) dari data yang

diambil dari kitab-kitab rijal al-Hadis seperti Tahdzîb al-Kamal ataupun

Tahdzîb al-Tahdzîb, dan lain-lain. Kegiatan ini untuk menentukan

kedudukan hadis melalui kegiatan penelitian kepribadian para perawinya.

Kelima, melakukan kegiatan penelitian matan hadis dari hasil penelitian

sanad tersebut dan membandingkan hadis tersebut dengan al-Qur’an dan

hadis.

Keenam, Memberikan kesimpulan dari kegiatan penelitian tersebut dan

memberikan pesan penting dari hadis tersebut.

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku

yang berjudul “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013”.

E. Kajian Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi ini

dengan skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah

dilakukan orang atau memiliki unsur kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran

ini akan menjadi acuan penulis untuk tidak mengangkat judul yang sama,

sehingga diharapkan kajian ini tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah

ada.

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi di Perpustakaan telah

ditemukan beberapa penelitian sebelumnya. Yaitu:


11

1. Skripsi Amir Mumin Solihin, tentang “Etika Komunikasi Lisan menurut

al-Qur’an: Kajian Tematik” pada tahun 2011, skripsi ini hanya

mengumpulkan ayat-ayat al-Quran yang berhubungan dengan etika

komunikasi lisan.

2. Skripsi Damanhuri,“ Studi Kualitas Sanad dan Matan Hadis dalam KItab

Nasa’ih al-‘Ibad Pada Bab al-Suba’î tentang Larangan Tertawa” pada

tahun 2007, skripsi ini membahas tentang hadis-hadis tentang tawa.

3. Iwan Marwan, yang menulis tentang “Rasa Humor dalam Perspektif

Agama” di Buletin Al-Turas isi di dalam bulletin itu memfokuskan pada

etika humor Rasulullah,

4. Buku karya Imam al-Ghazali, “Bahaya Lidah”,ter.Zainuddin,

(Jakarta:Bumi Aksara,1994), isi dalam buku ini membahas semua aspek-

aspek yang timbul dari lidah.

Dari tinjauan diatas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan skripsi

ini berbeda dengan karya tersebut, karena penulis melakukan kegiatan kritik

sanad dan matan untuk mengungkap kualitas hadits.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengklarifikasi menjadi lima bab

dan setiap bab dibagi menjadi beberapa sub-sub yang setiap sub saling

berkaitan.

Sistematika penulisan tersebut berikut ini:

Bab pertama diawali dengan pendahuluan, yang terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan

pustaka, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sitematika penulisan.


12

Pada bab ini akan memberikan gambaran singkat tentang masalah yang akan

dibahas pada bab-bab selanjutnya.

Bab kedua berisikan tinjauan umum tentang Dusta dan tertawa yang

meliputi: Pengertian dusta, bentuk-bentuk dusta, Pengaruh yang timbul dari

dusta, Pengaruh dusta terhadap kepribadian dan cara untuk meninggalkan

dusta, Pengertian tentang tertawa, Etika tertawa Rasulullah,dan bahaya tertawa

dalam pandangan islam,

Bab ketiga tinjauan umum tentang Hadis –hadis tentang dusta dan

tertawa yaitu mengelompokkan hadis tentang dusta serta terjemahannya. Lalu

hadis- hadis tentang tertawa dan Terjemahannya.

Bab keempat yaitu analisa hadis tentang orang yang berdusta untuk

membuat tertawa yaitu yang berisi tentang, teks hadis dan terjemahannya,

kegiatan takhrij al-hadis, melakukan i’tibar, pengertian Kritik sanad dan

matan hadis yang terdiri dari kritik sanad hadis dan kritik matan hadis, dan

yang terakhir adalah kegiatan kritik hadis tentang ancaman terhadap orang

yang berdusta untuk membuat tertawa

Bab kelima berisikan penutup. Pada bagian ini terdiri dari kesimpulan

yang didasarkan kepada uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada

bab-bab sebelumnya, dan juga memuat saran-saran yang diperlukan.


BAB II

KONSEP ISLAM TENTANG DUSTA DAN TERTAWA

A. Konsep Islam Tentang Dusta

1. Pengertian Tentang Dusta

Dusta ( bohong) merupakan penyakit yang timbul dari lidah. Dusta

dalam Bahasa Arab berasal dari kata kadzaba-yakdzibu-kadzib - َ ‫َكذ َب‬

ِ ِ
َ ‫ يَكْذب ُ – َكذب‬yang artinya adalah berbohong. Dusta di dalam Kamus Besar
1

Bahasa Indonesia adalah perkataan yang tidak benar.2 Secara istilah dusta

adalah suatu pernyataan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,

dengan kata lain beda di mulut beda pula di hati.3 Perbuatan dusta

merupakan suatu perbuatan yang rendah, yang akan menimbulkan

kerusakan pada dirinya dan menimbulkan kejahatan yang akan mendorong

pada perbuatan dosa.

Menurut Ibn Faris4 bahwasanya kata al-kadzib ( ‫ ( ْال َكذذب‬adalah

antonim dari kata ash-shidq( ‫ص ذ ْق‬


ِّ ‫ (ال‬yang artinya benar.5 al-Ashfahani6

menjelaskan bahwasanya kata al-kadzib( ‫ ( ْال َكذب‬pada awalnya kata tersebut

1
KH. Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap(,Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), Cet:1, Hal:1197.
2
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), Edisi 4, Hal: 349.
3
M.Ali Hasan, 50 Perbuatan dan Perilaku yang Membawa Malapetaka(Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya,1997), Hal:112.
4
lebih dikenal dengan Ibnu Faris (wafat pada tahun 395 H/1004) adalah seorang ulama
dibidang bahasa Arab dan sastrawan.
5
Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata(Jakarta:Lentera Hati,2007),
Hal:413.
6
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad bin al-
Mufadhal. al-Asfahani adalah nisbah dari tempat asalnya yaitu kota Asfahan. Akan tetapi
beliau hidup di kota Bagdad. Beliau adalah seorang ahli sejarah dan sastra, pakar dalam ilmu
balaghah (retorika) dan sya’ir.

13
14

mula-mula hanya digunakan untuk menyatakan benar atau tidaknya sebuah

informasi, baik berupa janji ataupun bukan. Pada akhirnya kata tersebut

berkembang dalam penggunaanya. Perkataan itu digunakan perihal tentang

ucapan dan isi hati orang yang tidak sesuai, sehingga kata al-kadzib ) ‫( ْال َكذب‬

itu digunakan. Kata kadzib ( ‫ ) َكذب‬adalah sebuah perilaku kebohongan yang

menunjukan bahwasanya orang tersebut telah melakukan kebohongan

berulang kali. Adapun kata kadzaba ) َ ‫ ( َكذ َب‬merupakan pernyataan untuk


7
mengatakan satu kebohongan.

Dalam Al-Qur’ᾱn kata al-kadzib ( ‫ ( ْال َكذذذب‬dipergunakan untuk

memberitakan sebuah perihal yang tidak benar. Dengan kata lain

bahwasanya kadzib ( ‫ ( ْال َكذب‬adalah suatu perbuatan untuk menyampaikan

sesuatu, namun berbeda dengan kenyataannya atau terdapat kebohongan

dalam menyampaikannya, sehingga seseorang tersebut dikatakan lemah

karena dia tidak dapat menyampaikan sebuah informasi yang benar.

Berdusta merupakan suatu perilaku buruk yang merupakan suatu dosa

besar yang dapat merusak pribadi dan masyarakat. Dusta itu sendiri

merupakan sebuah kecacatan di dalam masyarakat karena dengan hal

tersebut banyak terjadi kehinaan dan keburukan dalam hidup bermasyarakat.

Dusta atau bohong merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu

namun, hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Dusta

ini tidak hanya perkataan saja namun juga pada perbuatan. Ketika seseorang

telah memiliki sifat dusta dalam kehidupan bermasyarakat maka dapat

7
Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, Hal:413.
15

dikatakan mereka akan hidup kacau-balau dikarenakan dusta merupakan

sumber awal dari kehancuran.8

Perbuatan dusta dapat menimbulkan kebencian di antara orang-orang

dan menyebabkan kehilangan kepercayaan di antara mereka dan dapat

menjadikan mereka saling menjauh tidak mau menolong dan juga akan

terjadi tidak kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian

benarlah bahwasanya Islam menggangap dusta itu sebagai dosa yang besar.

Pada awalnya perkataan dusta tersebut dilakukan untuk memperoleh

keuntungan untuk diri sendiri. Hal tersebut mengakibatkan hal buruk terjadi

kepada pendusta tersebut. Ketika pelaku pendusta hanya melakukan satu

kali, dan itu diketahui oleh orang maka jatuhlah harga diri dan juga martbat

orang tersebut.

Islam telah melarang untuk mempercakapkan hal-hal yang bathil atau

perihal yang membawa kebatilan, permusuhan, dan juga perkelahian.

Bahwasanya sebuah perkataan tersebut tergantung terhadap amalan yang

sedang, atau yang pernah dilakukan. Perkataan tersebut tidak dianggap

benar apabila tidak dibuktikan dengan amalan.

Ucapan seseorang dapat menjadi agung ataupun tinggi derajatnya

apabila ucapan seseorang sesuai dengan kenyataan. Adapun ucapan

seseorang itu dapat dikatakan rendah derajatnya apabila seseorang

mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Jadi,

ucapan yang memiliki derajat tinggi adalah sebuah ucapan yang dapat

dibuktikan dengan kebenaran.

8
Didiek Ahmad Supadie,dkk., Pengantar Studi Akhlak(Jakarta:Rajawali, 2012), rev.ed.
Cet 2, Hal: 226.
16

Allah SWT telah melarang untuk melakukan kebohongan. Hal

tersebut telah ditegaskan di dalam firmanya:

          

9
 
105. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang

tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.

2. Bentuk-bentuk Dusta

Pada dasarnya semua dusta itu merupakan sebuah akhlak yang buruk.

Allah SWT akan memberikan hukuman kepada hambanya yang melakukan

perbuatan yang buruk. Berikut akan penulis paparkan beberapa bentuk-

bentuk dari perbuatan dusta tersebut:

a. Berdusta yang tidak dibolehkan:

Dusta yang tidak boleh dilakukan adalah:

1. Mendustakan Allah SWT dan Rasulullah. Perbuatan ini merupakan

dusta yang paling berbahaya karena seseorang dapat memutarbalikkan

firman-firman Allah dan sabda-sabda Rasulnya, sehingga orang

tersebut dapat mengatakan yang haram menjadi halal.10

2. Berlebih-lebihan dalam memberitakan sesuatu. Jika orang tersebut

telah terbiasa dengan hal seperti itu maka ia akan merasakan tidak

enak jika berbicara tidak dilebih-lebihkan.

3. Mencampuradukkan yang benar dengan yang dusta. Baik dalam

perkataan atau dalam perbuatan. Memotong-motong kebenaran. Yakni

9
Q.S an-Nahl ayat : 105
10
Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta(Jakarta:Nakhlah Pustaka, 2008),ter.Yulaikha
Fitria, Hal:63.
17

memotong sebagian ucapan di awal, tengah atau di bagian ujung

perkataan, sehingga merusak suatu perkataan yang benar.

4. Menyatakan sesutau yang berlainan dari yang dirasakan di hati,

meskipun pada hakikatnya yang dikatakan tersebut benar.

5. Mengundang anak kecil untuk mengambil sesuatu. Perilaku tersebut

akan menjadi factor yang paling kuat untuk menjadikan dirinya

sebagai pembohong. Anak-anak biasanya akan meniru atau mengingat

hal-hal yang telah dia dengar atau dia lihat karena anak-anak memiliki

daya ingatan yang sangat kuat.11

6. Berdusta dalam hal mimpi. Dengan demikian bahwasanya seseorang

itu berkata bahwasanya dia telah mimpikan sesuatu di dalam tidur

nya. 12

b. Dusta yang dibolehkan

Islam adalah sebuah agama yang memiliki rasa toleran yang sangat

tinggi, sehingga lebih mementingkan jalinan yang erat dan kuat antara

individu ataupun masyarakat. Maka dengan itu, pada saat tertentu

seseorang diperbolehkan berbohong dengan disertai niat yang baik. Jika

niat untuk mendapatkan ridha Allah SWT maka kebohongan akan

membuat kokoh dalam hidup bermasyarakat. Adapun kondisi yang

diperbolehkannya berdusta berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw

yaitu :

11
Husain al-Awayisyah, Saat Diam Saat Bicara (Manajemen Lisan)(Jakarta:Darul
Haq,2006), ter. Gunaim Ihsan, cet:2, Hal: 106.
12
Sa’ad Abdul Wahid, Membersihkan dan Menyembuhkan berbagai Penyakit
Qalbu(Yogyakarta:Citra Media,2006), Hal:210.
18

َّ ‫ي َح َّدثذَنَا َدا ُو ُد بْ ُن َعْب ِد‬


‫الر ْْحَ ِن َع ِن ابْ ِن ُخثَذْي ٍم َع ْن َش ْه ِر‬ ٍّ ‫الر ْْحَ ِن بْ ُن َم ْه ِد‬
َّ ‫َح َّدثذَنَا َعْب ُد‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ َ ‫يد أَنذَّها َِْسعت رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ْ َ َ َ ‫َْسَاءَ بْنت يَِز‬
ِ ِ ْ ‫ب عن أ‬
ْ َ ٍ ‫بْ ِن َح ْو َش‬
ِِ ِ
ُ ‫َّاس َما ََْيملُ ُك ْم َعلَى أَ ْن تَذتَابَذعُوا ِِف الْ َكب َك َما يذَتَتَابَ ُع الْ َفَر‬
‫اش‬ ُ ‫ول أَيذُّ َها الن‬ ُ ‫ب يذَ ُق‬ ُ ُ‫ََيْط‬
‫ص ٍال َر ُج ٌل َك َب َ َعلَى‬ ِ َ ‫ِِف النَّا ِر ُك ُّل الْ َك ِب ِ يكْتَب علَى اب ِن آدم إََِّّل ثَََل‬
َ ‫ثخ‬ ََ ْ َ ُ ُ
ِ ْ ‫ْي ْامرأَيْ ِن ُمسلِم‬
‫ْي‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َ ْ َ َ ْ َ‫ْامَرأَته ليُذ ْرضيَذ َها أ َْو َر ُج ٌل َك َب َ ِف َخد َيعة َح ْر أ َْو َر ُج ٌل َك َب َ بذ‬
13
‫صلِ َح بذَْيذنَذ ُه َما‬ ِ
ْ ُ‫لي‬
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdii telah
menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman dari Ibnu
Hutsaim dari Syahr bin Hausyab dari Asma' binti Yazid bahwa dia
telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkhutbah, kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia,
apa yang mendorong kalian ikut-ikutan berdusta sebagaimana anai-
anai berebut ke api, setiap perbuatan dusta akan dicatat atas anak
adam kecuali tiga hal; seorang suami yang berbohong kepada
isterinya supaya isterinya ridla, atau seseorang yang berdusta dalam
rangka strategi perang dan seseorang yang berbohong di antara
kedua belah pihak dari kaum muslimin untuk mendamaikan
keduanya.14
Berdasarkan keterangan hadis Nabi tersebut, maka yang
diperbolehkan berdusta yaitu :

1. Dusta yang dilakukan seorang suami kepada istrinya, demi

menenangkan atau menghibur hatinya.15

2. Seseorang mendamaikan di antara manusia. Ketika timbul

permasalahan atau pertikaian diantara individu ataupun kelompok,

maka Islam membolehkan seseorang untuk berbohong dengan tujuan

untuk mendamaikan kedua belah pihak yang saling bersengketa

sehingga dapat menghilangkan perselisihan.

13
Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad
bin Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971), Kitab: Musnad dari beberapa kabilah, Bab: Dari
hadits Asma` binti Yazid Radliyallahu 'anha, Hal:454.
14
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
15
Husain al-Awayisyah, Saat Diam Saat Bicara (Manajemen Lisan), Hal:105.
19

3. Berdusta kepada musuh untuk menjaga rahasia dalam perang. Begitu

juga manakala suatu masyarakat berhadapan dengan musuh dibawah

himpitan perang, sehingga para pejuangnya membolehkan untuk

berbohong untuk menjatuhkan lawannya. 16

Menurut al-Ghazali17 bahwasanya perkataan itu merupakan sarana

untuk mencapai sebuah tujuan. Jika sebuah tujuan itu baik,apabila dapat

ditempuh dengan cara yang baik maka haram untuk berdusta. Apabila

hanya bisa dilakukan dengan berbohong maka hukumnya menjadi mubah

dengan syarat tujuannya pun akan menjadi mubah. Adapun menjadi

wajib apabila tujuannya menjadi sebuah kewajiban seperti menjaga darah

orang muslim maka berdusta disini hukumnya menjadi wajib. Misalkan

terdapat orang yang tidak bersalah, namun ia bersembunyi dan terdapat

orang yang mengetahui keberadaan orang tersebut, maka orang tersebut

wajib menyelamatkannya orang yang akan mendzaliminya itu. 18

Tsuban19 mengatakan bahwasanya dusta itu semuanya berdosa,

kecuali dusta yang dimaksudkan untuk memberikan kemanfaatan kepada

seorang muslim atau yang ditujukan untuk menolak suatu bahaya yang

akan datang.20

16
Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta, Hal:63-71.
17
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i(lahir di
Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H. Beliau adalah
seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad
Pertengahan
18
Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, (Jakarta:Bumi Aksara,1994), Hal: 22.
19
Tsauban bin Mujaddid wafat pada tahun 54 H Tsauban bin Mujaddid adalah seorang
budak yang dibeli oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. lalu dibebaskan. Kemudian
beliau masih terus berkhidmat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. sampai wafatnya dan
meriwayatkan 128 hadis.
20
Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, ter.Zainuddin, Hal: 23.
20

3. Pengaruh yang timbul dari Dusta

Dampak yang timbul dikarenakan dusta dapat mengakibatkan

pengaruh yang buruk bagi pelakunya. Sehingga sebaiknya perbuatan dusta

tersebut ditinggalkan, ataupun ia pernah melakukannya sebaiknya bertobat

kepada Allah Swt. Adapun dampak negatif yang timbul dari dusta yaitu :

1. Dapat menyebarkan keraguan di antara manusia.

2. Terjerumusnya ke dalam tanda-tanda munafik.

3. Tercabutnya barokah ketika dalam berniaga.21

4. Pengaruh Dusta Terhadap Kepribadian

Penyakit dusta tersebut dapat menjalar dari hati sampai ke lidah,

sehingga rusak lidah tersebut yaitu dalam berbicara. Penyakit tersebut lalu

menjalar lagi ke anggota badan, maka rusaklah perbuatan-perbuatan tersbut

seperti lidah. Pada umumnya penyakit dusta tersebut dari ucapan dan

perbuatan. Namun, hal tersebut dapat membahayakan dirinya baik lahir

maupun batin. Oleh karena itu orang yang memiliki penyakit dusta itu harus

diobati dengan kejujuran,ataupun dibimbing untuk lebih dekat kepada Allah

SWT. 22

5. Cara meninggalkan Dusta

Bahwasanya kita harus mampu menghadirkan Allah dalam segala

aktifitas kita,sehingga kita dapat terhindar dari bisikan syaitan untuk

melakukan perbuatan yang tercela. Adapun cara untuk meninggalkan dusta

bagi orang yang sering melakukannya adalah:

21
Abdullah bin Jaarullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:23
22
Abdullah bin Jaarullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:42.
21

1. Memiliki rasa keyakinan akan diri apa yang telah ditakdirkan oleh Allah

SWT untuk kita,khusunya perihal dunia yang membuat kita terjerumus

ke dalam perbuatan maksiat.

2. Melatih diri dan jiwa. Yaitu membiasakan diri untuk melakukan segala

kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Melatih jiwa agar

selalu melakukan perbuatan yang baik. Pada dasarnya jiwa itu akan

menjadi baik apabila terlatih untuk melakukan kebaikan. 23

3. Menumbuhkan nilai-nilai moral dan keteladanan yang luhur.24

B. Tinjauan Umum Tentang Tertawa

1. Pengertian tentang Tertawa

Tertawa merupakan sebuah aktifitas yang biasa dilakukan orang-orang

dalam kehidupan sehari-hari. Tertawa dalam bahasa arab berasal dari kata

‫ضذَ اك‬
َ ‫ َو‬- ‫ضذَْ اك‬
َ - َ ََ ‫ضذ‬
25
َ . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tawa adalah

sebuah ungkapan rasa gembira, senang dengan mengeluarkan suara pelan

ataupun kecil melalui alat ucap.26 Menurut terminologi tertawa adalah

ekspresi jiwa atau emosional yang diperlihatkan melalui raut wajah dan

bunyi-bunyian tertentu.27 Kata tertawa tersusun dari dua kata yaitu apabila

ditulis menggunakan metode pemenggalan baku bahasa Indonesia menjadi

ter-tawa. Jadi kata dasar dari tertawa adalah tawa. Kata tawa merupakan

23
Abdullah bin Jaa.rullah, Awas! Bahaya Lidah, Hal:46.
24
Akram Utsman, Hidup tanpa Dusta, Hal:94.
25
KH. Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap(,Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), Hal:813.
26
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2008), cet. 4, Hal:1412.
27
Anggun Resdasari Prasetyo dan Harlina Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan Terapi
Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api, Jurnal Psikologi
Undip Vol11,No.1 April,2012,Hal:64.
22

kata benda, kemudian diimbuhi dengan awalan ter- yang mengubah

kedudukannya menjadi sebuah kata kerja.

Terdapat beberapa kata ataupun sebuah gabungan kata yang

didalamnya mengandung makna arti tertawa. Seperti halnya bergumam,

yaitu tertawa yang tertahan. Tertawa terbahak-bahak yaitu tertawa yang

besar disertai dengan suara yang besar dan keras-keras. Senyum pun

termasuk kedalam arti tertawa. Tertawa pahit yaitu tertawa kecil karena

diakibatkan karena merasa tidak suka. Tertawa terkekeh-kekeh yaitu sebuah

ungkapan untuk menunjukan ekspresi tertawa dengan suara yang terpingkal-

pingkal.

Selain itu juga, kata tawa, memiliki beberapa perubahan bentuk. Kata

menertawai,menertawakan,penertawaan dan ketawa. Kata menertawai

merupakan sebuah kata kerja yang berarti menertawakan orang lain, benda

ataupun ataupun kejadian yang didalamnya terdapat unsur menghina atupun

mengejek. Kata menertawakan, merupakan sebuah kata benda yang berarti

tertawa akan sesuatu. Kata tertawaan merupakan kata benda yang berarti

bahan untuk ditertwakan. Kata penertawaan merupakan kata benda yang

berarti bahan untuk ditertawakan. Kata penertawaan merupakan kata benda

yang berarti sebuah proses atau cara perbuatan menertawai ataupun

menertawakan. Kata yang terakhir yaitu kata ketawa merupakan sebuah kata

kerja yang merupakan ragam cakapan lain dari ketawa.28

Tertawa itu menyehatkan. Tertawa merupakan sebuah ekspresi dari

kebahagiaan dan juga ekspresi dari jiwa. Tertawa sangatlah dianjurkan agar

28
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal:1412.
23

seseorang terlihat ceria dan tertawa memiliki manfaat bagi kesehatan fisik

dan juga jiwa. Seseorang akan tertawa karena mendengar ataupun melihat

sesuatu yang lucu,sehingga orang tersebut akan merasakan bahagia.

Bahwasanya tertawa merupakan dua komponen yaitu pertama, isyarat

dan yang kedua adalah produksi bunyi. Saat seseorang sedang tertawa maka

otak akan memaksa tubuh untuk serentak dengan seiringan melakukan

aktivitas kedua tersebut. Dalam ilmu fisiologis, tertawa merupakan ekspresi

wajah yang terjadi karena adanya suatu gerakan dari bibir, di kedua ujung

bibir, atau disekitar mata.29

2. Etika Tertawa Rasulullah

Secara umum orang-orang yang dengan beragam latar belakang dan

bidang mengatakan bahwa jika seseorang ingin hidup tenang, nyaman, dan

bahagia, maka seseorang tersebut harus riang, senyum, dan tawa. Dengan

demikian, tanpa disadari akan tercipta suasana yang baik dan dapat

mengusir perasaan malas, bosan serta kekecewaan dalam hidup.30

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam merupakan orang yang paling

murah dalam tersenyum di hadapan para sahabatnya. Bahkan beliau

menjadikan senyum sebagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala. Seseorang yang mengamati kehidupan beliau akan melihat

bahwasanya beliau adalah sosok yang suka terhadap humor ataupun

bercanda. Beliau diutus oleh Allah sebagai pemberi rahmat bagi

keluarganya, kerabat,ataupun orang yang disekitarnya. Rahmat beliau selalu

terpancarkan dari wajahnya yang bersih dan penuh senyum.


29
Tria Ivanka, Seni Membaca Senyum(Jakarta:Percetakan Hi-Fest,2008), Hal:12.
30
Aidh Abdullah al-Qarni, Tersenyum, ter.Ayip Faishol dan Zainal Abidin
(Jakarta:Pustaka Azzam,2004), Hal:11.
24

Beliau adalah sosok yang suka bercanda dan bergurau. Namun, ketika

bercanda tidak pernah berkata yang tidak benar. Candaanya diantara para

sahabatnya bagaikan tetesan air yang menyegarkan. Beliau mengajak para

sahabatnya untuk bercanda untuk menumbuhkan rasa semangat dan guna

untuk mereka riang gembira.

Dalam tawa dan canda Rasulullah tidak pernah berlebihan. Beliau

mampu meletakkan humor dan candaanya dalam posisi antara orang yang

sedang berwajah cemberut,masam dan kering jiwanya dengan orang yang

sangat berlebihan dalam tawa dan juga guyonan. Ketika beliau tertawa

terkadang hinga gigi gerahamnya tampak. Hal tersebut sesuai dengan hadis

Nabi SAW yaitu :

‫َّض ِر َح َّدثَهُ َع ْن‬ْ ‫َن أَبَا الن‬َّ ‫َخبَذَرنَا َع ْمٌرو أ‬ ْ‫بأ‬ ٍ ‫ال َح َّدثَِِن ابْن وْه‬ َ َ‫َح َّدثذَنَا ََْي ََي بْ ُن ُسلَْي َما َن ق‬
َُ
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ َّ ِ‫ت الن‬
َ ‫َِّب‬ ُ ْ‫ت َما َرأَي‬
ِ ِ
ْ َ‫ُسلَْي َما َن بْ ِن يَ َسا ٍر َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّهُ َعْنذ َها قَال‬
31
‫اح ًكا َح ََّّت أ ََرى ِمْنهُ ََلََواتِِه إََِّّنَا َكا َن يذَتَبَ َّس ُم‬
ِ ‫طض‬ ِ
َ ُّ َ‫َو َسلَّ َم ُم ْستَ ْجم ًعا ق‬
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada
kami 'Amru bahwa Abu Nadlr telah menceritakan kepadanya, dari
Sulaiman bin Yasar dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; "Saya
tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa
terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau
hanya biasa tersenyum."32

Berdasarkan hadis tersebut bahwasanya Rasulullah tidak melakukanya

dengan berlebihan sampai badanya bergerak-gerak atau seperti main-main.

Itulah kesantunan tawa yang luhur.33

31
Muhammad bin Ismā’il bin Ibrāhim al-Ju’fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab :
Adab,Bab : Senyum dan tertawa, Hal:1543.
32
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
33
Muhammad Said Mursi, Panduan Praktis dalam pergaulan,ter.Abdul Hayyie al-
Kattani dan Uqinu Attaqi, (Jakarta:Gema Insani Press,2004), Hal:21-23.
25

3. Bahaya Dari Tertawa Menurut Pandangan Islam

Islam memberikan peringatan terhadap gurauan dan juga tertawa yang

dilakukan oleh seseorang. Bahwasanya para setan dan juga iblis sedang

tertawa terbahak-bahak untuk melalaikan dia. Oleh karena itu Islam

melarang perbuatan tersebut apabila berlebih-lebihan.Dampak yang akan

timbul dari perbuatan tertawa secara berlebih-lebihan adalah: 34

a. Dicela oleh para Ulama

Tertawa dan gurauan yang berlebih-lebihan tidak disukai oleh para ulama

dan orang-orang yang sopan serta memiliki akal yang sehat. Menurut

pandangan para ulama bahwasanya orang-orang yang tertawa dan

bercanda secara berlebih-lebihan merupakan orang yang tidak serius

dalam melakukan suatu pekerjaan dan tidak memiliki jiwa bertanggung

jawab.

b. Melupakan Mati dan Akhirat

Tertawa yang dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan kita lupa

akan adanya hari akhir. Ketika manusia tersebut sudah berada didalam

kelalaian maka ia akan lupa akan datangnya kematian dan tidak

memikirkan akhirat.

c. Berani melakukan dosa

Hati yang telah dilalaikan dengan sebuah perkara yang dapat

meyenangkan dan akan mudah untuk melakukan dosa tanpa memiliki

rasa takut sedikitpun, karena hatinya telah diselumuti oleh setan.

34
Abdul Majid S, Tertawa Yang Disukai Tertawa Yang Dibenci, Jakarta: Gema Insani,
2004, hal:114
26

d. Menanggung Dosa Orang Lain

Tertawa secara berlebihan dapat mengundang seseorang untuk ikut larut

dalam tertawa tersebut.

e. Banyak menangis di Akhirat

Tertawa yang dilakukan secara berlebihan dia akan lebih sering menangis

di akhirat nanti.

Setelah penulis memaparkan pembahasan diatas, maka langkah

selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengumpulkan hadis-hadis yang

sesuai dengan kajian penulis ini dengan menggunakan kamus-kamus hadis.


BAB III

HADIS – HADIS TENTANG DUSTA DAN TERTAWA

A. Hadis dan Terjemahanya

Pada pembahasaan ini, penulis akan menelusuri hadis-hadis yang terkait

dengan persoalan dusta dan tertawa, melakukan penelusuran dengan

menggunakan metode takhrij1.Penulis melakukan kegiatan takhrij melalui

kamus al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan Miftah

Kunûz al-Sunnah. Dalam penelitian ini penulis hanya menghimpun hadits-

hadits yang berada di dalam Sahîh al-Bukhâri, Sahîh Muslim, Sunan at-

Tîrmîdzî, Sunan Abû Dawûd, Sunan Ibnu Mâjâh, dan Sunan Nasa‟î, Sunan

Darimi, Musnad Imam Ahmâd dan Juga Muwatha‟ Imam Malik.

a. Hadits-Hadits Tentang Dusta

Dalam penulusuran ini penulis melakukan pencarian melalui kata ُ ِ‫ال َكذ ب‬

melalui kamus al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ 2 dan

kitab Miftah Kunûz al-Sunnah 3 maka didapatkan hadits-hadits berikut :

‫صوٍر َع ْن أَِِب َوائِ ٍل َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو َر ِض َي‬ ُ ‫َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن َمْن‬
‫الص ْد َق يَ ْه ِدي إِ ََل الِْ ِّْب َوإِ َّن الِْ َِّب يَ ْه ِدي‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
ّْ ‫ال إِ َّن‬ ّْ ِ‫اللَّوُ َعْنوُ َع ْن الن‬
َ ‫َّب‬

1
Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadits di dalam sumber aslinya yang
dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai dengan keperluan. Takhrij hadits bertujuan untuk
mengetahui sumber asal hadits yang ditakhrij. Dengan cara ini, maka kita akan mengetahui hadits-
hadits yang pengutipanya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadits yang berlaku sehingga
hadits tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya. (Drs..M.Agus Solahudin dan
Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia),Hal:189-191).
2
A.J, Weinsinck, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ (Leiden: Briel,
1969), Juz:5, Hal: 557.
3
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Kunîz al-Sunnah(Cairo:Dar al-Hadits), Hal: 412 -
413.

27
28

‫ب يَ ْه ِدي إِ ََل الْ ُف ُجوِر َوإِ َّن‬ ِ ِ ِ


َ ‫ص ُد ُق َح ََّّت يَ ُكو َن صدّْي ًقا َوإ َّن الْ َكذ‬ َّ ‫اْلَن َِّة َوإِ َّن‬
ْ َ‫الر ُج َل لَي‬ ْ ‫إِ ََل‬
4
‫ب ِعْن َد اللَّ ِو َك َّذابًا‬ ِ َّ ‫ور يَ ْه ِدي إِ ََل النَّا ِر َوإِ َّن‬
َ َ‫ب َح ََّّت يُكْت‬
ُ ‫الر ُج َل لَيَكْذ‬ َ ‫الْ ُف ُج‬
"Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari
Abdullah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan,
dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika
seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai
orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan
pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke
neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga
akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."5

ٍ ‫ت ِربْعِ َّي بْ َن ِحَر‬


‫اش‬ ِ َ َ‫ال أَخب رِِن مْنصور ق‬
ُ ‫ال ََس ْع‬ ٌ ُ َ َ َ ْ َ َ‫َخبَ َرنَا ُش ْعبَةُ ق‬ ْ ‫ال أ‬ ْ ‫َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن‬
َ َ‫اْلَ ْع ِد ق‬
ِ ِ ِ ُ ‫ت َعلِيِّا يَ ُق‬ ِ ُ ‫ي ُق‬
‫ب‬َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ََل تَكْذبُوا َعلَ َّي فَإنَّوُ َم ْن َك َذ‬ ُّ ِ‫ال الن‬
َ ‫َّب‬ َ َ‫ول ق‬ ُ ‫ول ََس ْع‬ َ
6
‫َّار‬ ِ
َ ‫َعلَ َّي فَ ْليَل ْج الن‬
“Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Al Ja'd berkata, telah
mengabarkan kepada kami Syu'bah berkata, telah mengabarkan
kepadaku Manshur berkata, aku mendengar Rib'i bin Jirasy berkata, aku
mendengar 'Ali berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian berdusta terhadapku (atas namaku), karena
barangsiapa berdusta terhadapku dia akan masuk neraka."7

ٍ ‫ي حدَّثَنَا ابن أَِِب فُ َدي‬ ٍ


‫ال َح َّدثَِِن َسلَ َمةُ بْ ُن‬ َ َ‫ك ق‬ ْ ُْ َ ُّ ‫ص ِر‬ ْ َ‫َحدَّثَنَا عُ ْقبَةُ بْ ُن ُم َكّْرم الْ َع ّْم ُّي الْب‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َم ْن تَ َرَك‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ٍ ِ‫س ب ِن مال‬ ِ
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ك ق‬ َ ْ ِ َ‫َوْرَدا َن اللَّْيث ُّي َع ْن أَن‬
‫ِن لَوُ ِِف َو َس ِط َها‬ ِ ِ ِ ِْ ‫ض‬ ِ َ‫اط ٌل بُِِن لَوُ ِِف َرب‬ ِ ‫الْ َك ِذب وىو ب‬
َ ُ‫اْلَنَّة َوَم ْن تَ َرَك الْمَراءَ َوُى َو ُُم ّّق ب‬ َ َ ََُ َ
8
‫ِن لَوُ ِِف أ َْع ََل َىا‬ ِ
َ ُ‫َوَم ْن َح َّس َن ُخلَُقوُ ب‬
“Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukarram Al 'Ammiyyu
Al Bashari, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik ia
berkata, Telah menceritakan kepadaku Salamah bin Wardan Al Laitsi
4
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî(Kairo: al-
Mathba‟ah al-Salafiyyah,1400 H), Kitab:Adab, Bab: Firman Allah ” Wahai orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah” , Hal:1543,
5
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
6
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî,Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab: Ilmu, Bab :
Dosa orang yang berdusta atas nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, Hal: 47.
7
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
8
Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah(Riyadh: Baitul Afkar ad-
Dauliyah), Kitab: Muqaddimah, Bab: menjauhi bid‟ah dan perdebatan, Hal: 23.
29

dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam


bersabda: "Barangsiapa yang meninggalkan berbohong (dan
berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka akan
dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang
meninggalkan perdebatan (sedang dia orang yang berhak untuk
berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga,
dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan
dibangunkan rumah untuknya di bagian yang “paling atas”.9

‫ال َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن ُمغِ َريَة َع ْن أَِِب‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر ق‬ َ َ‫َخبَ َرنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر ق‬
ْ‫أ‬
َ ‫وق فَ َق‬
‫ال‬ ُّ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َوََْن ُن ِِف‬
ِ ‫الس‬
ُّ ِ‫ال أَتَانَا الن‬
َ ‫َّب‬ َ َ‫س بْ ِن أَِِب َغَرَزَة ق‬ ِ ‫َوائِ ٍل َع ْن قَ ْي‬
10 ِ
َّ ِ‫وىا ب‬ ِ ِ َ ‫الس‬ ُّ ِ‫إِ َّن َى ِذه‬
‫الص َدقَة‬ َ ُ‫ب فَ ُشوب‬ ُ ‫وق ُُيَالطُ َها اللَّ ْغ ُو َوالْ َكذ‬
“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata;
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata; telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Mughirah dari Abu Wail dari
Qais bin Abi Gharazah berkata, "Nabi shallallahu 'alahi wa sallam
mendatangi kami saat kami sedang berada di pasar, kemudian beliau
bersabda: "Sesungguhnya pasar ini bercampur dengan perbuatan sia-sia
dan kedustaan, maka campurlah dengan sedekah."11

َّ ‫يد بْ ِن َِسْ َعا َن َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة أ‬


‫َن‬ ِ ِ‫ب عن سع‬ ِ
َ ْ َ ٍ ْ‫َخبَ َرنَا ابْ ُن أَِِب ذئ‬ ْ ‫َحدَّثَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن ُع َمَر أ‬
ِ ِ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ِ َ ‫رس‬
‫ب‬
ُ ‫َت َويَكْثَُر الْ َكذ‬ َُ ‫اعةُ َح ََّّت تَظْ َهَر الْف‬َ ‫الس‬
َّ ‫وم‬ ُ ‫ال ََل تَ ُق‬ َ ‫ول اللَّو‬ َُ
12
‫ال الْ َقْت ُل‬
َ َ‫يل َوَما ا ْْلَْر ُج ق‬ِ
َ ‫الزَما ُن َويَكْثَُر ا ْْلَْر ُج ق‬
َّ ‫ب‬ َ ‫اق َويَتَ َق َار‬ ْ ‫ب ْاْل‬
ُ ‫َس َو‬ َ ‫َويَتَ َق َار‬
"Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar, dia berkata; telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Sa'id bin Sim'an dari
Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat hingga muncul banyak fitnah,
kedustaan merajalela, pasar-pasar saling berdekatan, waktu semakin
pendek dan banyak bermunculan Al haraj." maka ditanyakanlah kepada
beliau; "Apa itu Al haraj?" beliau menjawab: "Pembunuhan."13

9
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
10
Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr), Kitab:
Iman dan Nadzar, Bab: Senda gurau dan dusta, Hal: 915.
11
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
12
Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971),Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan
hadits, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu ,Hal:519.
13
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
30

‫ول َع ْن أَِِب‬ ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن مكْح‬
ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ ْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬
ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬
‫اْلِيَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ُىَريْ َرةَ ق‬
َ
14 ِ ِ ِ ‫الْ َك ِذب ِِف الْمز‬
‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬
َ َُ َ
“Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari
Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan
sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau,
dan meninggalkan berdebat meski ia benar."15

ِ ِ ِ ِ
ُ‫يع َع ْن نَاف ِع بْ ِن ُع َمَر َع ْن ابْ ِن أَِِب ُملَْي َك َة َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّو‬ ٌ ‫َح َّدثَِِن ََْي ََي َحدَّثَنَا َوك‬
ِ ُ ‫ت تَ ْقَرأُ إِ ْذ تَلِ ُقونَوُ بِأَلْ ِسنَتِ ُك ْم َوتَ ُق‬
ْ َ‫ال ابْ ُن أَِِب ُملَْي َكةَ َوَكان‬
‫ت‬ َ َ‫ب ق‬ُ ‫ول الْ َولْ ُق الْ َكذ‬ ْ َ‫َعْن َها َكان‬
16 ِ ِ
‫ك ِْلَنَّوُ نََزَل ف َيها‬ َ ‫أ َْعلَ َم ِم ْن َغ ِْريَىا بِ َذل‬
Telah menceritakan kepadaku Yahya telah menceritakan kepada kami
Waki' dari Nafi' bin Umar dari Ibnu Abu Mulaikah dari 'Aisyah
radliallahu 'anha ketika ia membaca (firman Allah) "idz talaqqaunahu bi
alsinatakum" (Ketika kalian menerima berita bohong itu dari mulut-
mulut kalian"), dia berkata; "(talaqqau dari kata) al walqu artinya
kedustaan." Ibnu Abu Mulaikah berkata; 'Aisyah adalah orang yang
paling tahu (tentang hal itu) daripada orang lain, karena memang ayat
itu turun tentang dirinya."17

ِ ٍ ‫اعيل حدَّثَنَا ج ِرير حدَّثَنَا أَبو رج ٍاء عن ََسرَة ب ِن جْن ُد‬ ِ ِ


ُ‫ب َرض َي اللَّو‬ ُ ْ َُ ْ َ َ َ ُ َ ٌ َ َ َ َ‫وسى بْ ُن إ َْس‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
‫ْي أَتَيَ ِاِن قَ َاَل الَّ ِذي َرأَيْتَوُ يُ َش ُّق‬
ِ ْ َ‫ت اللَّْي لَةَ ر ُجل‬
َ
ِ
ُ ْ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َرأَي‬ ُّ ِ‫ال الن‬
َ ‫َّب‬ َ ‫َعْنوُ قَالََق‬
18 ِ ِ ِ ِ
‫صنَ ُع بِِو إِ ََل يَ ْوم الْقيَ َامة‬ ْ ُ‫اق فَي‬ َ َ‫ب بِالْ َك ْذبَِة ُُْت َم ُل َعْنوُ َح ََّّت تَْب لُ َغ ْالف‬ ُ ‫اب يَكْذ‬ ٌ ‫ش ْدقُوُ فَ َك َّذ‬
ِ

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan


kepada kami Jarir telah menceritakan kepada kami Abu Raja` dari
Samurah bin Jundab radliallahu 'anhu dia berkata; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aku tadi malam bermimpi ada dua orang
yang membawaku, keduanya berkata; "Dan yang kamu lihat seseorang

14
Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal, Hal:352.
15
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
16
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣahîh Bukhārî (Kairo: al-
Mathba‟ah al-Salafiyyah,1400 H), Kitab : Peperangan,Bab : Hadits Ifki, Hal: 1523.
17
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
18
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣahîh Bukhārî, Kitab :
Adab,Bab: Firman Allah "Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah",Hal: 2262.
31

yang dirobek-robek mulutnya adalah seorang pendusta yang selalu


berbicara dengan kedustaannya hingga dibawanya sampai ke ufuk
(cakrawala) sana, dan ia selalu seperti itu hingga datang hari Kiamat."19

‫الر ْْحَ ِن َع ِن ابْ ِن ُخثَْي ٍم َع ْن َش ْه ِر بْ ِن‬ َّ ‫ي َحدَّثَنَا َد ُاو ُد بْ ُن َعْب ِد‬


ٍّ ‫الر ْْحَ ِن بْ ُن َم ْه ِد‬
َّ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد‬
‫ب‬ َّ ِ َّ َّ َ ‫ول اللَّ ِو‬ ِ َ ‫ت يَِز‬ ِ ‫ََساء بِْن‬ ٍ
ُ ُ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم َُيْط‬ َ ‫ت َر ُس‬ ْ ‫يد أَن ََّها ََس َع‬ َ َْ ‫َح ْو َشب َع ْن أ‬
‫اش ِِف النَّا ِر‬ ِِ ِ
ُ ‫َّاس َما ََْيملُ ُك ْم َعلَى أَ ْن تَتَابَعُوا ِِف الْ َكذب َك َما يَتَتَابَ ُع الْ َفَر‬ ُ ‫ول أَيُّ َها الن‬ ُ ‫يَ ُق‬
‫ب َعلَى ْامَرأَتِِو لِيُ ْر ِضيَ َها‬ ٍ ‫ث ِخ‬
َ ‫صال َر ُج ٌل َك َذ‬ َ َ ‫آد َم إََِّل ثَََل‬ َ ‫ب َعلَى ابْ ِن‬ ِِ
ُ َ‫ُك ُّل الْ َكذب يُكْت‬
20
‫صلِ َح بَْي نَ ُه َما‬ ِ ِ ‫ب أَو رجل َك َذب ب ْي امرأَي ِن مسلِم‬
ْ ُ‫ْي لي‬ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ ٌ ُ َ ْ ٍ ‫ب ِِف َخد َيعة َح ْر‬
ِ ِ
َ ‫أ َْو َر ُج ٌل َك َذ‬
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdii telah
menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman dari Ibnu Hutsaim
dari Syahr bin Hausyab dari Asma' binti Yazid bahwa dia telah
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah,
kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia, apa yang
mendorong kalian ikut-ikutan berdusta sebagaimana anai-anai berebut
ke api, setiap perbuatan dusta akan dicatat atas anak adam kecuali tiga
hal; seorang suami yang berbohong kepada isterinya supaya isterinya
ridla, atau seseorang yang berdusta dalam rangka strategi perang dan
seseorang yang berbohong di antara kedua belah pihak dari kaum
muslimin untuk mendamaikan keduanya.21

ِ َّ ‫حدَّثَنَا ََيَي بن موسى حدَّثَنَا عب ُد‬


‫وب َع ْن ابْ ِن أَِِب ُملَْي َك َة َع ْن‬ َ ُّ‫الرزَّاق َع ْن َم ْع َم ٍر َع ْن أَي‬ َْ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ
‫ب‬ ِ ِ ِ
ِ ‫ول اللَّو صلَّى اللَّوُ َعلَْيو وسلَّم من الْ َكذ‬ ِ ِ ‫ت ما َكا َن خلُ ٌق أَب غَض إِ ََل رس‬ ِ
ْ َ ََ َ َُ َ ْ ُ َ ْ َ‫َعائ َشةَ قَال‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم بِالْ ِك ْذبَِة فَ َما يََز ُال ِِف نَ ْف ِس ِو‬
َ ‫َّب‬
ِ ُ ‫الرجل َُيد‬
ّْ ِ‫ّْث عْن َد الن‬ َ ُ ُ َّ ‫َولََق ْد َكا َن‬
ً‫ث ِمْن َها تَ ْوبَة‬
22
ْ ‫َح ََّّت يَ ْعلَ َم أَنَّوُ قَ ْد أ‬
َ ‫َح َد‬
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa, telah menceritakan
kepada kami Abdurrazzaq dari Ma'mar dari Ayyub dari Ibnu Abu
Mulaikah dari Aisyah ia berkata; Tidak ada akhlak yang paling
dibenci Allah melebihi sifat dusta. 23

19
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
20
Aḥmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal, Kitab: Musnad dari beberapa kabilah, Bab: Dari hadits Asma` binti Yazid Radliyallahu
'anha, Hal:454.
21
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
22
al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt al-
Afkâf ad-Dawliyah,9947),Kitab: Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab: Jujur dan
bohong,Hal: 348.
23
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
32

ِ ِ‫ال حدَّثَنَا س ْفيا ُن َعن َعب ِد الْمل‬ َّ ‫َخبَ َرنَا َعْب ُد اللَّ ِو بْ ُن ُُمَ َّم ِد بْ ِن َعْب ِد‬
‫ك َع ْن أَِِب‬ َ ْ ْ َُ َ َ َ‫الر ْْحَ ِن ق‬ ْ‫أ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ِ ُ ‫اسرةَ فَأَتَانَا رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ
ِ َّ ‫س ب ِن أَِِب َغرزَة قَالَ ُكنَّا نُس َّمى‬
َ ‫الس َم‬ َ ََ ْ ِ ‫َوائ ٍل َع ْن قَ ْي‬
ِ
‫ُّجا ِر إِ َّن َى َذا الْبَ ْي َع‬
َّ ‫ال يَا َم ْع َشَر الت‬ ِْ ‫وسلَّم وََْنن نَبِيع فَس َّمانَا بِاس ٍم ىو خي ر ِمن‬
َ ‫اَسنَا فَ َق‬ ْ ٌَْ َ ُ ْ َ ُ ُ ََ ََ
24 ِ
َّ ِ‫ب فَ ُشوبُوا بَْي َع ُك ْم ب‬
‫الص َدقَة‬ ِ ِ ْ ‫ََيضره‬
ُ ‫ف َوالْ َكذ‬ ُ ‫اْلَل‬ ُُ ُ ْ
Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin
'Abdurrahman berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Abdul Malik dari Abu Wail dari Qais bin Abu Gharazah berkata,
"Kami dahulu dipanggil dengan sebutan samasirah (para calo),
kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang kepada kami
dan kami sedang berjualan, maka beliau pun menamakan kami dengan
nama yang lebih baik daripada nama kami. Beliau bersabda: "Wahai
para pedagang, sesungguhnya perdagangan ini dihadiri oleh orang
yang bersumpah dan pendusta maka campurlah perdagangan kalian
dengan sedekah.25

‫ال َح َّدثَِِن ُسلَْي َما ُن‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا ُس ْفيَا ُن ق‬ َ َ‫ال َحدَّثَنَا ََْي ََي ق‬ َ َ‫َخبَ َرنَا َع ْم ُرو بْ ُن َعلِ ٍّي ق‬ ْ‫أ‬
ُ‫صلَّى اللَّو‬ َ ‫َّب‬ ْ ‫ش َع ْن ُسلَْي َما َن بْ ِن ُم ْس ِه ٍر َع ْن َخَر َشةَ بْ ِن‬
ّْ ِ‫اْلُّْر َع ْن أَِِب َذ ّر َع ْن الن‬ ُ ‫ْاْل َْع َم‬
‫يم الَّ ِذي‬ ِ ‫ال ثَََلثَةٌ ََل ي ْنظُر اللَّو إِلَي ِهم ي وم الْ ِقيام ِة وََل ي َزّْكي ِهم وَْلم ع َذ‬
ٌ ‫اب أَل‬ ٌ َ ُْ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ُ َ َ َ‫َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
26 ِ ِ
‫ّْق ِس ْل َعتَوُ بِالْ َكذب‬ ِ
ُ ‫ََل يُ ْعطي َشْيئًا إََِّل َمنَّوُ َوالْ ُم ْسبِ ُل إَِز َارهُ َوالْ ُمنَ ف‬
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami Yahya, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami Sufyan, ia berkata; telah menceritakan kepadaku
Sulaiman Al A'masy dari Sulaiman bin Mushir dari Kharasyah bin Al
Hurr dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: Tiga orang yang tidak akan diajak bicara Allah pada Hari
Kiamat dan Allah tidak akan melihatnya serta mensucikannya dan
mereka mendapatkan adzab yang pedih yaitu; orang yang tidak
memberi sesuatu melainkan ia mengungkitnya, orang yang
memanjangkan kainnya hingga melebihi mata kaki, dan orang yang
menjual barangnya dengan sumpah palsu."27

24
Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr),Kitab:
Iman dan nadzar, Bab: Sumpah dan dusta bagi yang tidak meyakini sumpah dengan hatinya,
Hal:14.
25
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
26
Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I, Sunan Nasa’i, Kitab: Jual-beli, Bab:
Melariskan dagangan dengan sumpah palsu, Hal: 5.
27
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
33

َ‫ك بْ ِن ُع َم ٍْري َع ْن َجابِ ِر بْ ِن ََسَُرة‬ ِ ِ‫اْلَّر ِاح حدَّثَنَا ج ِرير َعن َعب ِد الْمل‬ ِ َّ
َ ْ ْ ٌ َ َ َْ ‫بن‬ ُ ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد اللو‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َام فِينَا‬ ِ َ ‫ال إِ َّن رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ ‫اْلَابيَة فَ َق‬
ِ ِ ْ ِ‫اب ب‬ ِ َّ‫الَط‬ ْ ‫قَا َلَطَبَ نَا عُ َم ُر بْ ُن‬
ِ َّ ِ َّ َ ‫ِمثْ َل ُم َق ِامي فِي ُك ْم فَ َق‬
َّ‫ين يَلُونَ ُه ْم ُُث‬ َ ‫َص َح ِاِب ُُثَّ الذ‬
َ ‫ين يَلُونَ ُه ْم ُُثَّ الذ‬ ْ ‫اح َفظُ ِوِن ِِف أ‬ْ ‫ال‬
28
‫ف‬ ِ ِ
ُ َ‫ف َوَما يُ ْستَ ْحل‬ َ ‫الر ُج ُل َوَما يُ ْستَ ْش َه ُد َوََْيل‬
َّ ‫ب َح ََّّت يَ ْش َه َد‬ ُ ‫يَ ْف ُشو الْ َكذ‬
Telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnul Jarrah berkata, telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Abdul Malik bin Umair dari Jabir
bin Samurah ia berkata; Umar Ibnul Khtaththab berkhutbah di Jabiah,
ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdiri di
hadapan kami sebagaimana aku berdiri di hadapan kalian, lalu beliau
bersabda: "Jagalah (hak) sahabatku, kemudian orang-orang setelah
mereka, kemudian orang-orang setelah mereka. Setelah itu akan
menyebar kedustaan, hingga seorang laki-laki bersaksi tanpa diminta
untuk bersaksi, dan bersumpah tanpa diminta untuk bersumpah."29

ِ َ َ‫يد ق‬ ٍ ِ‫حدَّثَنا أَبو ب ْك ٍر وعلِي بن ُُم َّم ٍد قَ َاَل حدَّثَنا عب يد بن سع‬


َ ‫ت ُش ْعبَةَ َع ْن يَِز‬
‫يد‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ َ ُ ْ ُ ْ َُ َ َ َ ُ ْ ُّ َ َ َ ُ َ َ
‫يل الْبَ َجلِ ّْي أَنَّوُ ََِس َع أَبَا‬ ِ ِ َ ‫ّْث عن أَوس‬
َ ‫ط بْ ِن إ َْسَع‬
ِ
َ ْ ْ َ ُ ‫ت ُسلَْي َم بْ َن َعام ٍر َُيَد‬
ِ َ َ‫ب ِن ُُخَ ٍري ق‬
ُ ‫ال ََس ْع‬ ْ ْ
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ب ْك ٍر ِحْي قُبِض النَِّب صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ي ُقولَُقام رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ َ َ َ ََ َْ ُ َ ُّ َ َ َ
‫الص ْد ِق فَِإنَّوُ َم َع الِْ ِّْب َو ُهَا‬ّْ ِ‫ال َعلَْي ُك ْم ب‬ َ َ‫ِِف َم َق ِامي َى َذا َع َام ْاْل ََّوِل ُُثَّ بَ َكى أَبُو بَ ْك ٍر ُُثَّ ق‬
ِ ِ ِ ْ ‫ِِف‬
ْ‫ب فَِإنَّوُ َم َع الْ ُف ُجوِر َو ُهَا ِِف النَّا ِر َو َسلُوا اللَّوَ الْ ُم َعافَاةَ فَِإنَّوُ ََل‬ َ ‫اْلَنَّة َوإيَّا ُك ْم َوالْ َكذ‬
‫ضوا َوََل‬ ِ ِ
َ َ‫ْي َخْي ًرا م ْن الْ ُم َعافَاة َوََل َُت‬
ُ ‫اس ُدوا َوََل تَبَا َغ‬ ِ ‫َح ٌد بَ ْع َد الْيَ ِق‬
َ‫تأ‬ َ ‫يُ ْؤ‬
30
‫تَ َقاطَعُوا َوََل تَ َدابَ ُروا َوُكونُوا ِعبَ َاد اللَّ ِو إِ ْخ َوانًا‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar dan Ali bin Muhammad
keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami 'Ubaid bin Sa'id
dia berkata; saya mendengar Syu'bah dari Yazid bin Khumair dia
berkata; saya mendengar Sulaim bin 'Amir bercerita dari Ausath bin
Isma'il Al Bajali bahwa dia mendengar Abu Bakar ketika Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, katanya; "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah berdiri di tempat berdiriku ini pada
tahun pertama." -kemudian dia menangis- dia melanjutkan; "Kalian
harus berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran bersama dengan
kebaikan, dan keduanya berada di surga. Janganlah kalian berdusta,
28
Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah(Riyadh: Baitul Afkar ad-
Dauliyah),Kitab : Hukum-hukum, Bab: Larangan untuk memberikan kesaksian kepada pihak yang
tidak memintanya, Hal: 791.
29
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
30
Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, (Kitab: Doa, Bab: Doa untuk
minta maaf dan kesehatan, Hal: 1265.
34

karena sesungguhnya kedustaan bersama dengan kejahatan, dan


kedua-duanya berada di neraka. Memintalah kalian kepada Allah
ampunan, sesungguhnya ia tidak di berikan kepada seseorang setelah
keyakinan yang lebih baik daripada pengampunan, dan janganlah
kalian saling hasad, jangan saling membenci, jangan saling memutus
hubungan dan jangan saling bermusuhan, dan jadilah kalian hamba-
hamba Allah yang bersaudara."31

‫يل بْ ُن أَِِب‬ ِ ِ ِ ‫اشم بن الْ َق‬


َ َ‫اس ِم ق‬
َ َ‫ال َحدَّثَنَا ُزَىْي ٌر يَ ْع ِِن ابْ َن ُم َعا ِويَةَ ق‬ ِ
ُ ‫ال َحدَّثَنَا إ َْسَاع‬ ُ ْ ُ ‫َحدَّثَنَا َى‬
‫ال قَ َام أَبُو بَ ْك ٍر َر ِض َي اللَّوُ َعْنوُ فَ َح ِم َد اللَّوَ َعَّز َو َج َّل َوأَثْ ََن‬ َ َ‫س ق‬ٌ ‫ال َحدَّثَنَا قَ ْي‬ َ َ‫َخالِ ٍد ق‬
َ‫َّاس إِنَّ ُك ْم تَ ْقَرءُو َن َى ِذهِ ْاليَة‬
ُ ‫ال يَا أَيُّ َها الن‬ َ ‫َعلَْي ِو فَ َق‬

{ ‫ض َّل إِذَا ْاىتَ َديْتُ ْم‬ ِ َّ


َ ‫ضُّرُك ْم َم ْن‬ ُ َ‫ين َآمنُوا َعلَْي ُك ْم أَنْ ُف َس ُك ْم ََل ي‬َ ‫} يَا أَيُّ َها الذ‬
ِ َ ‫آخ ِر ْالي ِة وإِنَّ ُكم تَضعونَها علَى َغ ِري مو ِضعِها وإِ ِّْن ََِسعت رس‬ ِ ‫إِ ََل‬
ُ‫صلَّى اللَّو‬َ ‫ول اللَّو‬ َُ ُ ْ َ َ َْ ْ َ َ َُ ْ َ َ
‫ك اللَّوُ أَ ْن يَعُ َّم ُه ْم بِعِ َقابِِو‬
َ ‫َّاس إِ َذا َرأ َْوا الْ ُمْن َكَر َوََل يُغَيّْ ُروهُ أ َْو َش‬ ِ ُ ‫َعلَْي ِو وسلَّم ي ُق‬
َ ‫ول إ َّن الن‬ ََ ََ
ِ ِ
ِ ‫ول يا أَيُّ َها النَّاس إِيَّا ُكم والْ َكذ‬ ِ ِ َ َ‫ق‬
َ ‫ب فَإ َّن الْ َكذ‬
‫ب‬ َ َْ ُ َ ُ ‫ت أَبَا بَ ْك ٍر َرض َي اللَّوُ َعْنوُ يَ ُق‬ ُ ‫ال َو ََس ْع‬
32 ِ ِ ِ ِ
‫ب ل ْْلِيَان‬ ٌ ‫ُُمَان‬
Telah menceritakan kepada kami Hasyim Bin Al Qasim dia berkata;
Telah menceritakan kepada kami Zuhair yaitu Ibnu Mu'awiyah dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il Bin Abu Khalid dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Qais, dia berkata; " Abu
Bakar berdiri lalu memuji Allah dan mensucikan-Nya, kemudian dia
berkata; "Wahai manusia, sesungguhnya kalian membaca ayat ini:
"Wahai orang-orang yang beriman, kalian bertanggung jawab atas diri
kalian masing-masing, tidak akan membahayakan kalian sedikitpun
orang yang tersesat.. (sampai akhir ayat), dan kalian menempatkannya
tidak pada tempatnya, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya jika manusia melihat
kemungkaran, kemudian tidak merubahnya, maka dikhawatirkan
Allah akan meluaskan adzab kepada mereka semua." Dia berkata;
"Dan aku mendengar Abu Bakar berkata; "Wahai manusia jauhilah
dusta Karena sesungguhnya dusta itu menjauhkan kalian dari iman."33

31
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
32
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Ahmad bin
Hanbal, Kitab: Musnad sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, Bab: Musnad Abu Bakr As
Siddik, Hal: 198.
33
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
35

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ِ ِ َ َ‫َن رج ًَل ق‬ ٍ ِ


َ ‫ال لَر ُسول اللَّو‬ ُ َ َّ ‫ص ْف َوا َن بْ ِن ُسلَْيمأ‬ َ ‫َح َّدثَِِن َمالك َع ْن‬
ِ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو وسلَّم ََل َخْي ر ِِف الْ َك ِذ‬ َ ‫ول اللَّ ِو فَ َق‬ َ ‫ب ْامَرأَِِت يَا َر ُس‬ ِ
‫ب‬ َ َ ََ َ ُ ‫ال َر ُس‬ ُ ‫أَ ْكذ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ََل‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ ُ‫ول اللَّ ِو أ َِع ُد َىا َوأَق‬
ُ َ َ ‫ول َْلَا فَ َق‬ َ ‫الر ُج ُل يَا َر ُس‬
َّ ‫ال‬
َ ‫فَ َق‬
34
‫ك‬
َ ‫اح َعلَْي‬
َ َ‫ُجن‬
Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata,
"Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam; "Aku akan berbohong kepada isteriku, Wahai Rasulullah."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada kebaikan
dalam berbohong" Orang itu berkata; "Wahai Rasulullah, aku berjanji
kepadanya dan aku akan mengutarakannya." Maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada dosa bagimu."35

‫ي َع ْن أَِِب إِ ْس َح َق َع ْن أَِِب‬ ّْ ‫يس ْاْل َْوِد‬ ِِ ِ ٍ


َ ‫َخبَ َرنَا عُثْ َما ُن بْ ُن ُُمَ َّمد َحدَّثَنَا َجر ٌير َع ْن إ ْدر‬ ْ‫أ‬
َّ ‫ال إِ َّن َشَّر‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ِ ْ ‫َن عبد اللَّ ِو ي رفَع‬
‫الرَوايَا‬ ّْ ِ‫يث إِ ََل الن‬
َ ‫َّب‬ َ ‫اْلَد‬ ُ ْ َ َ َْ َّ ‫ص أ‬ ِ ‫َح َو‬ْ ‫ْاْل‬
ِ َّ ‫ب ِج ّّد َوََل َى ْزٌل َوََل يَعِ ُد‬ ِ ‫صلُح ِمن الْ َك ِذ‬ ِِ
ُ‫الر ُج ُل ابْنَوُ ُُثَّ ََل يُْنج ُز لَو‬ ْ ُ ْ َ‫َرَوايَا الْ َكذب َوََل ي‬
‫ب يَ ْه ِدي إِ ََل الْ ُف ُجوِر‬ ِ ِ ِ ْ ‫الص ْد َق ي ْه ِدي إِ ََل الِْ ِّْب وإِ َّن الِْ َِّب ي ْه ِدي إِ ََل‬
َ ‫اْلَنَّة َوإ َّن الْ َكذ‬ َ َ َ ّْ ‫إ َّن‬
ِ
ِ ِ ِ ُ ‫لص ِاد ِق ص َد َق وب َّر وي َق‬ َّ ِ‫ال ل‬ ُ ‫ور يَ ْه ِدي إِ ََل النَّا ِر َوإِنَّوُ يُ َق‬ ِ
‫ب‬َ ‫ال ل ْل َكاذب َك َذ‬ َُ ََ َ َ ‫َوإ َّن الْ ُف ُج‬
‫ب ِعْن َد اللَّ ِو‬ ِ ِ ِ ِ َ‫الرجل لَيص ُد ُق ح ََّّت يكْت‬ ِ
َ َ‫ب َح ََّّت يُكْت‬ ُ ‫ب عْن َد اللَّو صدّْي ًقا َويَكْذ‬ َ ُ َ ْ َ َ ُ َّ ‫َوفَ َجَر َوإ َّن‬
ِ ِ ِ ْ ‫ضو وإِ َّن الْع‬ َ َ‫َك َّذابًا َوإِنَّوُ ق‬
َ ْ َ‫يمةُ الَِِّت تُ ْفس ُد ب‬
‫ْي‬ َ ‫ض َو ى َي النَّم‬ َ َ ُ ْ ‫ال لَنَا َى ْل أُنَبّْئُ ُك ْم َما الْ َع‬
36
ِ ‫الن‬
‫َّاس‬
Telah mengabarkan kepada kami Utsman bin Muhammad telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Idris Al Audi dari Abu Ishaq dari
Abu Al Ahwash bahwa Abdullah memarfu'kan hadits kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya cerita
yang paling buruk adalah cerita dusta, dan sebagian dusta itu tidak
pantas dijadikan sesuatu yang serius dan canda. Seorang laki-laki
tidak boleh berjanji kepada anaknya kemudian ia tidak menunaikan
janjinya itu. Sesungguhnya kebenaran itu membimbing kepada
kebajikan dan kebajikan itu membimbing ke surga. Sesungguhnya
dusta itu menunjukkan pada kedurhakaan dan kedurhakaan itu
membimbing ke neraka. Sesungguhnya akan dikatakan kepada orang
yang jujur; Ia jujur dan bajik. Dan akan dikatakan kepada orang yang
34
Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abi Âmir, Muwata Malik,Dârul Farb al-Islâmî:1997,
Kitab: Lain-lain, Juz: 5 Hal:1440.
35
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
36
„Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi,(Dârul al-
Basyair Al-Islamiyyah:1419H), Kitab: budak, Bab: Dusta, Hal: 388.
36

berdusta; Ia berdusta dan durhaka. Sesungguhnya seseorang akan


berlaku jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat
jujur dan berlaku dusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."
Beliau bersabda kepada kami: "Maukah aku beritahukan kepada
kalian apa itu Al 'Adlhu itu? Sesungguhnya Al 'Adlhu adalah
mengadu domba yang akan menghancurkan antara manusia."37

b. Hadits-hadits tentang Tertawa

Dalam pencarian ini penulis menggunakan kitab Mu‟jam al-

Mufahras38dan kitab Miftahu al-Kunuz39 dalam melakukan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kataُ ‫ضذذ‬, Maka penulis

mendapatkan hadits-hadits berikut ini:

‫يد بْ ُن َج ْع َف ٍر َع ْن إِبْ َر ِاىي َم‬


ِ ‫اْل ِم‬ ِ ْ ‫ف حدَّثَنا أَبو ب ْك ٍر‬
َْ ‫اْلَنَف ُّي َحدَّثَنَا َعْب ُد‬
ٍ
َ ُ َ َ َ‫َحدَّثَنَا بَك ُْر بْ ُن َخل‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ََل تُكْثُِروا‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ ٍ ْ َ‫بْ ِن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن ُحن‬
َ َ‫ْي َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة ق‬
ِ ِ ِ ِ ‫الض‬
ُ ‫ك فَِإ َّن َكثْ َرَة الضَّحك ُُت‬
40
‫ب‬َ ‫يت الْ َق ْل‬ َ ‫َّح‬
“Telah menceritakan kepada kami Bakar bin Khalaf telah menceritakan
kepada kami Abu Bakar Al Hanafi telah menceritakan kepada kami
Abdul Hamid bin Ja'far dari Ibrahim bin Abdullah bin Hunain dari Abu
Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan
mematikan hati."41

‫ال‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَى ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬


َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيو ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬
‫ك بِِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ
َ ‫ض ِح‬
ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ّْث فَيَك‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ ُ ‫صلَّى َسلَّ َم يَ ُق‬ ِ َ ‫ََِسعت رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ُ ْ
42
ُ‫لَوُ َويْ ٌل لَو‬
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata,
telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata;
telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

37
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
38
A.J, Weinsinck, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Juz:3, Hal: 483.
39
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Kunûz al-Sunnah, Hal: 296.
40
Muhammad Bin Yazid al-Qazwaini, Sunan Ibnu Majah, Kitab : Zuhud, Bab: Sedih dan
menangis, Hal : 453.
41
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
42
Abu Daud Sulaeman Al-Sajastani, Sunan Abu Dâwud(Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi),
Kitab:Adab, Bab: Teguran Keras Dari Dusta, Hal: 539.
37

"Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat


orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.". 43

‫َّض ِر َح َّدثَوُ َع ْن‬ َّ ‫َخبَ َرنَا َع ْمٌرو أ‬


ْ ‫َن أَبَا الن‬ ْ‫بأ‬ ٍ ‫ال َح َّدثَِِن ابْن وْى‬ َ َ‫َحدَّثَنَا ََْي ََي بْ ُن ُسلَْي َما َن ق‬
َُ
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ َّ ِ‫ت الن‬
َ ‫َّب‬ ُ ْ‫ت َما َرأَي‬
ِ ِ
ْ َ‫ُسلَْي َما َن بْ ِن يَ َسا ٍر َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّوُ َعْن َها قَال‬
44
‫اح ًكا َح ََّّت أ ََرى ِمْنوُ َْلََواتِِو إََِّّنَا َكا َن يَتَبَ َّس ُم‬
ِ ‫طض‬ ِ
َ ُّ َ‫ُم ْستَ ْجم ًعا ق‬
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dia berkata;
telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada
kami 'Amru bahwa Abu Nadlr telah menceritakan kepadanya, dari
Sulaiman bin Yasar dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; "Saya
tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa
terbahak-bahak hingga terlihat langit-langit dalam mulutnya, beliau
hanya biasa tersenyum."45

‫ال َم ْن‬ ٍ ْ ‫ضْي ِل بْ ِن َغ ْزوا َن َع ْن َعلِ ّْي بْ ِن ُحس‬


َ َ‫ْي ق‬ ٍ
َ ‫َخبَ َرنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن ُْحَْيد َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن الْ ُف‬
ْ‫أ‬
َ َ
46 ِ
‫ض ْح َكةً َم َّج َُمَّةً ِم ْن الْع ْل ِم‬
َ ‫ك‬ َ ‫ض ِح‬ َ
”Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Humaid telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Al fudlail bin Ghazwan dari Ali
bin Husain ia berkata: "Barangsiapa tertawa, lepaslah satu bagian dari
ilmu". 47

‫الزنَ ِاد َع ْن ْاْل َْعَرِج َع ْن أَِِب‬ ِ


ٌ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا َوك‬
ّْ ‫يع َع ْن ُس ْفيَا َن َع ْن أَِِب‬

‫َح ُد ُهَا‬ ِ ْ َ‫ك إِ ََل ر ُجل‬


َ ‫ْي يَ ْقتُ ُل أ‬ َ ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إِ َّن اللَّوَ ي‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ُىَريْ َرَة ق‬

‫وب اللَّوُ َعلَى قَاتِلِ ِو‬ ِ ِ ْ ‫ْال َخَر كِ ََل ُهَا َد َخ َل‬
ُ ُ‫اْلَنَّةَ يُ َقات ُل َى َذا ِِف َسبِ ِيل اللَّو فَيُ ْستَ ْش َه ُد ُُثَّ يَت‬
48
‫فَيُ ْسلِ ُم فَيُ َقاتِ ُل ِِف َسبِ ِيل اللَّ ِو فَيُ ْستَ ْش َه ُد‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abu Az Zinad
dari Al A'raj dari Abu hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
43
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
44
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kitab :
Adab,Bab: Senyum dan tertawa, Hal:1543.
45
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
46
„Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi, Kitab
Mukaddimah, Bab: Menjaga ilmu, Hal: 15.
47
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
48
Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah Kitab:
Mukadimah, Bab: Pengingkaran Jahmiyah, Hal:68.
38

wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tertawa kepada dua orang,


salah satu dari keduanya membunuh yang lainnya, sementara keduanya
tetap masuk surga. Yang satu berperang di jalan Allah dan gugur,
kemudian Allah mengampuni si pembunuh. Setelah itu ia masuk Islam,
kemudian berperang di jalan Allah dan gugur pula."49

‫اد بْ ُن َسلَ َمةَ َع ْن يَ ْعلَى بْ ِن‬ ُ َّ‫يد بْ ُن َى ُارو َن أَنْبَأَنَا َْح‬ ُ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا يَِز‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َعطَ ٍاء َع ْن َوكِي ِع بْ ِن ُح ُد ٍس َع ْن َع ّْم ِو أَِِب َرِزي ٍن ق‬
‫ال‬َ َ‫ب ق‬ ُّ ‫الر‬
َّ ‫ك‬ ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫ول اللَّ ِو أ ََو ي‬َ ‫ت يَا َر ُس‬ ُ ‫ال قُ ْل‬َ َ‫ب ِغ َِريهِ ق‬ ِ ‫وط ِعب ِادهِ وقُر‬ ِ ِ َ ‫ض ِح‬
ْ َ َ ُ‫ك َربُّنَا م ْن قُن‬ َ
ٍّ ‫ت لَ ْن نَ ْع َد َم ِم ْن َر‬
50
‫ك َخْي ًرا‬ ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫ب ي‬ ُ ‫نَ َع ْم قُ ْل‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata,
telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah
memberitakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ya'la bin 'Atho`
dari Waki' bin Hudus dari pamannya Abu Razin ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb kita tertawa dengan ibadah
para hamba-Nya dan besarnya kecemburuannya." Abu Razin berkata;
Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah Rabb tertawa?" beliau
menjawab: "Ya benar, " aku berkata: "Selamanya kita akan mendapat
kebaikan apabila Rabb kita tertawa."

‫ال ُزَىْي ٌر َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن‬ َِ ‫حدَّثَنَا زىي ر بن حر ٍب وإِسحق بن إِب ر ِاىيم‬
َ َ‫َج ًيعا َع ْن َج ِري ٍر ق‬ َ َْ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َُ َ
‫ش َعلَى َعائِ َشةَ َوِى َي ِبِِ ًَن َوُى ْم‬ ٍ ْ‫اب ِم ْن قَُري‬ٌ َ‫ال َد َخ َل َشب‬ َ َ‫َس َوِد ق‬
ْ ‫يم َع ْن ْاْل‬
ِ ِ ٍ ‫مْن‬
َ ‫صور َع ْن إبْ َراى‬ ُ َ
‫ت عُنُ ُقوُ أ َْو‬ ٍ ِ ُ‫ضح ُك ُكم قَالُوا فََُل ٌن َخَّر َعلَى طُن‬ ِ
ْ ‫ب فُ ْسطَاط فَ َك َاد‬ ْ ْ ُ‫ت َما ي‬ْ َ‫ض َح ُكو َن فَ َقال‬
ْ َ‫ي‬
َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
‫ال‬ ِ َ ‫ضح ُكوا فَِإ ِّْن ََِسعت رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ُ ْ َ ْ َ‫ت ََل ت‬ َ ‫َعْي نُوُ أَ ْن تَ ْذ َى‬
ْ َ‫ب فَ َقال‬
ٌ‫ت َعْنوُ ِِبَا َخطيئَة‬ ِ ُ ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يُ َش‬
51 ِ ِ ِ
ْ َ‫اك َش ْوَكةً فَ َما فَ ْوقَ َها إََِّل ُكتب‬
ْ َ‫ت لَوُ ِبَا َد َر َجةٌ َوُُمي‬
“ Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin
Ibrahim seluruhnya dari Jarir. Zuhair berkata; Telah menceritakan
kepada kami Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari Al Aswad dia
berkata; "Pada suatu hari, seorang pemuda Quraisy berkunjung kepada
Aisyah, istri Rasulullah, ketika ia sedang berada di Mina. Kebetulan

49
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
50
Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah, Hal:64.
51
Abû Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairî al-Naisâbûrî, Sahih Muslim, (Libanon:Dar
el-Fikr), Kitab: Berbuat baik, menyambut silaturahmi dan adab, Bab:Seorang mukmin mendapat
pahala karena musibah yang menimpanya, Hal:14.
39

saat itu para sahabat sedang tertawa, hingga Aisyah merasa heran dan
sekaligus bertanya; 'Mengapa kalian tertawa? ' Mereka menjawab; 'Si
fulan jatuh menimpa tali kemah hingga Iehernya (atau matanya) hampir
lepas.' Aisyah berkata; 'Janganlah kalian tertawa terbahak-bahak!
Karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: 'Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau
yang Iebih kecil dari itu, melainkan akan ditulis baginya satu derajat
dan akan dihapus satu kesalahannya.' 52

‫س بْ ِن‬ ِ َ‫ال َحدَّثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُم ْس ِه ٍر َع ْن الْ ُم ْختَا ِر ابْ ِن فُ ْل ُف ٍل َع ْن أَن‬ َ َ‫َخبَ َرنَا َعلِ ُّي بْ ُن ُح ْج ٍر ق‬ ْ‫أ‬
‫ات يَ ْوٍم ُُثَّ أَقْ بَ َل َعلَْي نَا بَِو ْج ِه ِو‬ ِ
َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ذ‬
ِ ُ ‫ال صلَّى بِنَا رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ َ َ َ‫َمالك ق‬
ٍِ
‫اف فَِإ ِّْن‬ ِ ‫صر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُّ ِ‫وع وََل ب‬ ِ
ُّ ِ‫ال إِ ِّْن إَِم ُام ُك ْم فَ ََل تُبَاد ُر ِوِن ب‬
َ ْ‫الس ُجود َوََل بالْقيَام َوََل باَلن‬ َ ِ ‫الرُك‬ َ ‫فَ َق‬
‫ض ِحكْتُ ْم‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫ت ل‬ ُ ْ‫أ ََرا ُك ْم م ْن أ ََمامي َوم ْن َخ ْلفي ُُثَّ قَا َل َوالَّذي نَ ْفسي بِيَده لَ ْو َرأَيْتُ ْم َما َرأَي‬
53
َ َ‫ول اللَّ ِو ق‬ ِ ِ
َ ‫اْلَنَّةَ َوالن‬
‫َّار‬ ْ ‫ت‬ ُ ْ‫ال َرأَي‬ َ ‫ت يَا َر ُس‬ َ ْ‫قَل ًيَل َولَبَ َكْيتُ ْم َكث ًريا قُ ْلنَا َما َرأَي‬
“Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Hujr dia berkata; telah
menceritakan kepada kami 'Ali bin Mushar dari Al Mukhtar bin Fulful
dari Anas bin Malik dia berkata; "Suatu hari Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa Sallam bersama kami, kemudian beliau menghadap kami
lalu bersabda: 'Aku adalah imam kalian, maka janganlah kalian
mendahuluiku saat ruku', sujud, berdiri, dan saat aku beranjak dari
shalat. Sesungguhnya aku melihat kalian dari arah depan dan balakang."
Kemudian beliau menambahkan, 'Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-
Nya, seandainya kalian dapat melihat apa yang aku lihat, maka kalian
pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis'. Kami bertanya, 'Apa
yang engkau lihat wahai Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam? '
Beliau menjawab: 'Aku melihat surga dan neraka."54

َ‫ي َع ْن أَبِ ِيو َع ْن أَِِب ُىَريْ َرة‬ ٍ ِ‫ب عن سع‬


ّْ ‫يد الْ َم ْق ُِِب‬ ِ ِ ِ
َ ْ َ ٍ ْ‫َحدَّثَنَا َعاص ُم بْ ُن َعل ٍّي َحدَّثَنَا ابْ ُن أَِِب ذئ‬
ِ ِ ِ ‫ال التَّثَ ُاؤ‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ِ
‫ب‬ َ َ‫ب م ْن الشَّْيطَان فَإذَا تَثَاء‬ ُ ّْ ِ‫َرض َي اللَّوُ َعْنوُ َع ْن الن‬
َ ‫َّب‬
َ ‫ض ِح‬ َ َ‫َح َد ُك ْم إِذَا ق‬ ِ َ َ‫استَط‬
55
‫ك الشَّْيطَا ُن‬ َ ‫ال َىا‬ َ ‫اع فَإ َّن أ‬ ْ ‫َح ُد ُك ْم فَ ْليَ ُرَّدهُ َما‬
َ‫أ‬

52
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
53
Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib an-Nasa‟I,Sunan Nasa’i(Beirut: Dar el Fikr:2003),
Kitab: Sahwi (Lupa), Bab: Larangan mendahului imam ketika pergi meninggalkan shalat, Hal:83.
54
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
55
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab:
Permulaan penciptaan makhluq, Bab: Sifat iblis dan tentaranya,Hal: 1197.
40

Telah bercerita kepada kami 'Ashim bin 'Ali telah bercerita kepada
kami Ibnu Abi Dza'bi dari Sa'id Al Maqbariy dari bapaknya dari Abu
Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Menguap itu dari setan. Maka bila seorang dari kalian
menguap hendaklah sedapat mungkin ditahannya karena bila seseorang
dari kalian menguap dengan mengeluarkan suara haa, setan akan
tertawa".56

‫صالِ ٍح َع ْن ابْ ِن‬ َ ‫يم َحدَّثَنَا أَِِب َع ْن‬


ِ ِ
َ ‫وب بْ ُن إبْ َراى‬
ِ ِ ِ
ُ ‫َحدَّثَنَا َعل ُّي بْ ُن َعْبد اللَّو َحدَّثَنَا يَ ْع ُق‬
‫ص‬ ٍ ‫َن ُُمَ َّم َد بْ َن َس ْع ِد بْ ِن أَِِب َوقَّا‬ َّ ‫الر ْْحَ ِن بْ ِن َزيْ ٍد أ‬
َّ ‫يد بْ ُن َعْب ِد‬
ِ ‫اْل ِم‬
َْ ‫َخبَ َرِِن َعْب ُد‬ ْ ‫ال أ‬ َ َ‫اب ق‬ ٍ ‫ِشه‬
َ
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ِ ِ
َ ‫استَأْ َذ َن ُع َم ُر َعلَى َر ُسول اللَّو‬ ْ ‫ال‬ َ َ‫اص ق‬ٍ َّ‫َن أَبَاهُ َس ْع َد بْ َن أَِِب َوق‬ َّ ‫َخبَ َرهُ أ‬
ْ‫أ‬
ِ ِ ٍ ْ‫َو َسلَّ َم َو ِعْن َدهُ نِ َساءٌ ِم ْن قَُري‬
‫استَأْ َذ َن ُع َم ُر قُ ْم َن‬ ْ ‫ش يُ َكلّْ ْمنَوُ َويَ ْستَكْث ْرنَوُ َعاليَةً أ‬
ْ ‫َص َواتُ ُه َّن فَلَ َّما‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ِ ُ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ورس‬ ُ ‫اب فَأ َِذ َن لَوُ َر ُس‬ ِْ ‫ي بتَ ِدر َن‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ ََ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ‫اْل َج‬ ْ َْ
‫ت ِم ْن َى ُؤََل ِء‬ ِ َ َ‫ول اللَّ ِو ق‬
ُ ‫ال َعجْب‬ َ ‫َّك يَا َر ُس‬ َ ‫ك اللَّوُ ِسن‬ َ ‫َض َح‬ ْ ‫ال ُع َم ُر أ‬ َ ‫ك فَ َق‬ ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫َو َسلَّ َم ي‬
‫ول اللَّ ِو‬ ِْ ‫ك اب تَ َدر َن‬ ِ ِِ
َ ‫ت يَا َر ُس‬ َ ْ‫ال ُع َم ُر فَأَن‬ َ َ‫اب ق‬ َ ‫اْل َج‬ ْ ْ َ َ‫ص ْوت‬ َ ‫الَلِِت ُك َّن عْندي فَلَ َّما ََس ْع َن‬ َّ
ِ َ ‫ات أَنْ ُف ِس ِه َّن أَتَهب نَِِن وََل تَهْب رس‬ ِ ‫ال أَي ع ُد َّو‬
ُ‫صلَّى اللَّو‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ ْ َ َ َْ َ ْ َ َ‫ْب ُُثَّ ق‬ َ ْ ‫َح َّق أَ ْن يَ َه‬َ‫تأ‬ َ ‫ُكْن‬
‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ِ ِ
َ ‫ظ م ْن َر ُسول اللَّو‬
ِ ُ َ‫ظ وأَ ْغل‬
َ ُّ َ‫ت أَف‬
ِ
َ ْ‫َعلَْيو َو َسلَّ َم قُ ْل َن نَ َع ْم أَن‬
‫ط َسالِ ًكا فَ ِّجا إََِّل‬ ُّ َ‫ك الشَّْيطَا ُن ق‬ ِ ِِ ِ
َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َوالَّذي نَ ْف ِسي بِيَده َما لَقي‬ ِ
َ ‫اللَّو‬
57
‫ك‬
َ ‫ك فَ ِّجا َغْي َر فَ ّْج‬
َ َ‫َسل‬
Telah bercerita kepada kami 'Ali bin 'Abdullah telah bercerita kepada
kami Ya'qub bin Ibrahim telah bercerita kepada kami bapakku dari
Shalih dari Ibnu Syihab berkata telah mengabarkan kepadaku 'Abdul
Hamid bin 'Abdur Rahman bin Zaid bahwa Muhammad bin Sa'ad bin
Abi Waqash mengabarkan kepadanya bahwa Sa'ad bin Abi Waqash
berkata; 'Umar meminta izin menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam saat ada wanita-wanita Quraisy sedang berbincang bersama
Beliau dan berlama-lama berbicara hingga suara mereka terdengar
dengan keras. Ketika 'Umar terdengar meminta izin, para wanita itu
berdiri lalu pergi berlindung di balik tabir. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengizinkan 'Umar masuk lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam tertawa. 'Umar berkata; "Semoga Allah selalu membuat gigi
baginda tertawa wahai Rasulullah". Beliau berkata: "Aku heran dengan
para wanita yang tadi bersamaku. Ketika mereka mendengar suaramu

56
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
57
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab:
Permulaan penciptaan makhluq, Bab: Sifat iblis dan tentaranya, Hal: 72.
41

mereka langsung saja menghindar dan berlindung dari balik tabir".


'Umar berkata; "Kamulah wahai Rasulullah, seharusnya yang lebih
patut untuk disegani". Selanjutnya 'Umar berkata; "Wahai para wanita
yang menjadi musuh bagi diri kalian sendiri, mengapa kalian segan
(takut) kepadaku dan tidak tidak segan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam?". Para wanita itu menjawab; "Ya, karena kamu lebih
galak dan keras hati dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam".
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada satu setanpun yang
berjumpa denganmu pada suatu lorong melainkan dia akan mencari
lorong lain yang tidak kamu lalui".58

‫ال َج ِر ُير‬ ُ ‫ال ََِس ْعتُوُ يَ ُق‬


َ َ‫ول ق‬ َ َ‫س ق‬ ٍ ‫اق الْو ِاس ِطي حدَّثَنَا خالِ ٌد عن ب ي‬
ٍ ‫ان َع ْن قَ ْي‬ ِ
ََ ْ َ َ َ ُّ َ ُ ‫َحدَّثَنَا إ ْس َح‬
ِ ِ ُ ‫بن عب ِد اللَّ ِو ر ِضي اللَّو عْنو ما حجب ِِن رس‬
‫ت َوََل‬ ْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ُمْن ُذ أ‬
ُ ‫َسلَ ْم‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ ََ َ َ ُ َ ُ َ َ َْ ُ ْ
59 ِ
‫ك‬ َ ‫َر ِآِن إََِّل‬
َ ‫ضح‬
Telah bercerita kepada kami Ishaq Al Wasithiy telah bercerita kepada
kami Khalid dari Bayan dari Qais berkata, aku mendengarnya berkata;
Jarir bin 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata; "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tidak pernah melarangku menemui beliau sejak aku
masuk Islam dan tidaklah melihatku melainkan beliau selalu tertawa".60

‫ت‬ ٌ ِ‫َخبَ َرنَا ثَاب‬ ْ ‫اد بْ ُن َسلَ َمةَ أ‬ ُ َّ‫ي َحدَّثَنَا َْح‬ ُّ ‫ص ِر‬ ْ ‫ي ُى َو َرْو ُح بِ ُن أ‬
ْ َ‫َسلَ َم الْب‬ ُّ ‫ص ِر‬ ٍِ ‫َخبَ رنَا أَبُو َح‬
ْ َ‫اِت الْب‬ َ ْ‫أ‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال ب ي نَما رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َْ َ َ‫ب ق‬ ٍ ‫ص َهْي‬ َّ ‫َع ْن َعْب ِد‬
ُ ‫الر ْْحَ ِن بْ ِن أَِِب لَْي لَى َع ْن‬
‫ال َع َجبًا ِم ْن أ َْم ِر‬ ِ ِ
َ َ‫ك ق‬ ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫ك فَ َقالُوا ِم َّم ت‬ ُ ‫َض َح‬ ْ ‫ال أَََل تَ ْسأَلُ ِوِن ِمَّا أ‬َ ‫ك فَ َق‬ َ ‫ض ِح‬ َ ‫س إِ ْذ‬ ٌ ‫َجال‬
ِ ِ ُّ ‫الْم ْؤِم ِن ُكلُّو لَو خي ر إِ ْن أَصابو ما َُِي‬
ُ‫َصابَوُ َما يَكَْره‬ َ ‫ب َْح َد اللَّ َو َعلَْيو فَ َكا َن لَوُ َخْي ٌر َوإِ ْن أ‬ َ َُ َ ٌَْ ُ ُ ُ
61 ِ ٍ
‫َحد أَْم ُرهُ لَوُ َخْي ٌر إََِّل الْ ُم ْؤم َن‬
َ ‫س ُك ُّل أ‬َ ‫صبَ َر َكا َن لَوُ َخْي ٌر َولَْي‬َ َ‫ف‬
Telah mengabarkan kepada kami Abu Hatim Al Bashri ia adalah Rauh
bin Aslam Al Bashri, telah menceritakan kepada kami Hammad bin
Salamah telah mengabarkan kepada kami Tsabit dari Abdurrahman bin
Abu Laili dari Shuhaib ia berkata; Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam sedang duduk, tiba-tiba beliau tertawa seraya mengatakan:
"Tidakkah kalian tanyakan kepadaku apa yang membuatku tertawa?"
Mereka bertanya; Apa yang membuat engkau tertawa? Beliau
menjawab: "Sungguh mengagumkan perkara orang mu`min yang
seluruhnya adalah baik baginya. Jika ditimpa sesuatu yang disukai, lalu

58
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
59
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Perilaku
budi pekerti yang terpuji, Bab: Jarir bin Abdullah al Bajali,Hal: 1390.
60
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
61
„Abdurrahman ibn‟Abdirahman ibn al-Fadl Ad-Darimi,Musnad Ad Darimi, Kitab: Kitab
budak, Bab: Mukmin diganjari pada segala-galanya, Hal: 409.
42

ia memuji Allah karenanya, maka hal itu adalah baik baginya. Jika
ditimpa sesuatu yang tidak disukai, lalu ia bersabar, maka itu pun baik
baginya. Tidak ada seorang pun yang seluruh perkaranya baik baginya
kecuali orang mu`min."62

‫َعَرِج َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة َر ِض َي‬ ِ ّْ ‫ك عن أَِِب‬ ِ ِ


ْ ‫الزنَاد َع ْن ْاْل‬ ْ َ ٌ ‫َخبَ َرنَا َمال‬ ْ‫فأ‬ َ ‫وس‬ ُ ُ‫َحدَّثَنَا َعْب ُد اللَّو بْ ُن ي‬
‫َح ُد ُهَا‬
َ ‫ْي يَ ْقتُ ُل أ‬ ِ ْ َ‫ك اللَّوُ إِ ََل ر ُجل‬
َ ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫ال ي‬ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َّ ‫اللَّوُ َعْن ُهأ‬
‫وب اللَّوُ َعلَى الْ َقاتِ ِل‬ ِ ِ ْ ‫ْال َخَر يَ ْد ُخ ََل ِن‬
ُ ُ‫اْلَنَّةَ يُ َقات ُل َى َذا ِِف َسبِ ِيل اللَّو فَيُ ْقتَ ُل ُُثَّ يَت‬
63
‫فَيُ ْستَ ْش َه ُد‬
Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allah terawa terhadap dua orang dimana yang satu
membunuh yang lainnya namun keduanya masuk surga. Yang satu
berperang di jalan Allah hingga terbunuh. Kemudian Allah menerima
taubat orang yang membunuhnya lalu diapun (berperang) hingga mati
syahid".64

ِ ‫ب ُُم َّم ُد بن الْع ََل ِء حدَّثَنَا عب ُد اللَّ ِو بن إِ َْسعِيل عن ُُمالِ ٍد عن أَِِب الْوَّد‬
‫اك‬ َ َْ َ َْ َ َ ُْ َْ َ َ ُ ْ َ ٍ ْ‫َحدَّثَنَا أَبُو ُكَري‬
ٍ ِ‫عن أَِِب سع‬
‫ك إِ ََل‬ُ ‫ض َح‬ ْ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إِ َّن اللَّوَ لَي‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ ّْ ‫الُ ْد ِر‬
َ َ‫ي ق‬ ْ ‫يد‬ َ َْ
‫ف‬
َ ‫ال َخ ْل‬ َ َ‫ف اللَّْي ِل َولِ َّلر ُج ِل يُ َقاتِ ُل أ َُراهُ ق‬ ِ ‫الص ََلةِ ولِ َّلرج ِل يصلّْي ِِف جو‬
َْ َ ُ ُ َ َّ ‫ف ِِف‬ َّ ِ‫ثَََلثٍَة ل‬
ّْ ‫لص‬
65 ِ ِ
‫الْ َكتيبَة‬

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad Ibnul 'Ala`


berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Isma'il dari
Mujalid dari Abul Waddak dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah tertawa kepada
tiga golongan; orang yang berada di shaf shalat, seorang lelaki yang
shalat di tengah malam, dan kepada seorang lelaki yang berperang."
Menurutku beliau mengatakan: "Di belakang batalyon."66

62
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
63
Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Ju‟fî Al-Bukhārî, Ṣaḥîh Bukhārî, Kitab: Jihad dan
penjelajahan, Bab: Orang kafir membunuh seorang muslim kemudian ia masuk Islam dan berlaku
lurus, kemudian ia terbunuh, Hal: 1040.
64
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
65
Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah,
Kitab: Mukadimah, Bab: Pengingkaran Jahmiyah, Hal: 73.
66
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
43

‫ب َع ْن أَبِ ِيو َع ْن‬ َّ ‫ِب َع ْن َعطَ ِاء بْ ِن‬


ِ ِ‫السائ‬ ِ ٍ ْ‫َحدَّثَنَا أَبُو ُكري‬
ُّ ِ‫ب ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ َع ََلء َحدَّثَنَا الْ ُم َح ِار‬ َ
َ َ‫ول اللَّ ِو َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َع ْم ٍرو ق‬
‫ال‬ َ ‫ال يَا َر ُس‬ َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم فَ َق‬ ِ َ ‫أَتَى رجل رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ٌ َُ
َّ ‫ت َوإِ َّن َوالِ َد‬
‫ي‬ ِ
ُ ‫َّار ْالخَرَة َولََق ْد أَتَْي‬
ِ
َ ‫ك أَبْتَغي َو ْج َو اللَّو َوالد‬
ِ َ ‫اْلِهاد مع‬
َ َ َ َ ْ ‫يد‬
ِ
ُ ‫إِ ِّْن جْئ‬
ُ ‫ت أُِر‬
67
‫ْه َما َك َما أَبْ َكْيتَ ُه َما‬ ِ ْ ‫ال فَارِجع إِلَي ِهما فَأ‬ ِ ِ
ُ ‫َضحك‬ َ ْ ْ ْ َ َ‫لَيَْبكيَان ق‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Ala`,
telah menceritakan kepada kami Al Muharibi dari Atha` bin Sa`ib dari
Ayahnya dari Abdullah bin Amru berkata; "Seorang laki-laki datang
menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; 'Wahai
Rasulullah! Sesungguhnya aku datang ingin berjihad bersamamu dalam
rangka mencari ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan kehidupan
akhirat. Dan sungguh aku telah datang sedangkan kedua orang tuaku
menangis.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Kembalilah kepada keduanya, buatlah keduanya tertawa sebagaimana
engkau membuat keduanya menangis."68

‫اْلَا ِر ِث بْ ِن َج ْزٍء ِمثْ ُل َى َذا َحدَّثَنَا‬


ْ ‫يب َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن‬ ٍ ِ‫يد بْ ِن أَِِب َحب‬ َ ‫ي َع ْن يَِز‬ َ ‫َوقَ ْد ُرِو‬
‫ث بْ ُن َس ْع ٍد‬ َّ ‫الَََّل ُل َحدَّثَنَا ََْي ََي بْ ُن إِ ْس َح َق‬
ُ ‫السْي لَ َح ِاِنُّ َحدَّثَنَا اللَّْي‬ ْ ‫َْحَ ُد بْ ُن َخالِ ٍد‬ ْ‫كأ‬ ِ
َ ‫بِ َذل‬
‫ول اللَّ ِو‬ ِ ‫ك رس‬ ِ ‫ال ما َكا َن‬ ٍ ِ ْ ‫يب عن عب ِد اللَّ ِو ب ِن‬
ُ َ ُ ‫ضح‬ َ َ َ َ‫اْلَا ِرث بْ ِن َج ْزء ق‬ ْ َْ ْ َ ٍ ِ‫يد بْ ِن أَِِب َحب‬ َ ‫َع ْن يَِز‬
69
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم إََِّل تَبَ ُّس ًما‬َ
Dan di riwayatkan pula dari Yazid bin Abu Habib dari Abdullah bin Al
Harits bin Jaz`i seperti ini, telah menceritakan kepada kami seperti itu
Ahmad bin Khalid Al Khallal telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Ishaq As Sailahani telah menceritakan kepada kami Al Laits bin
Sa'd dari Yazid bin Abu Habib dari Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i dia
berkata; "Tertawanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya
sekedar senyum."70
Telah penulis sajikan beberapa hadis yang seseuai dengan kajian
penelitian. Dengan demikian, langkah yang selanjutnya penulis lakukan
adalah menganalisis beberapa hadis yang sesuai dengan judul penulis pada
bab selanjutnya.

67
Abû „Abd.Allah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibnu Majah, Kitab: Jihad,
Bab: Seorang laki-laki berperang sementara dirinya memiliki dua orang tua, Hal: 930.
68
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
69
al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi,Kitab: Budi
pekerti yang terpuji, Bab: Keceriaan nabi ShollAllahu 'alaihi wa Salam, Hal: 601.
70
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
BAB IV

ANALISA HADIS TENTANG ANCAMAN ORANG YANG BERDUSTA

UNTUK MEMBUAT TERTAWA

A. Teks Hadis dan Terjemahannya

Hadis Pertama

‫ال‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَى ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬


َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيو ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬
‫ك بِِو‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ
َ ‫ض ِح‬ ْ ُ‫ب لي‬ُ ‫ِّث فَيَك‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ِ َ ‫ََِسعت رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ُ ْ
1
ُ‫الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata,
telah menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia
berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia
berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk
membuat orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia.".2

Hadis Kedua

‫ول َع ْن أَِِب‬ ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن مكْح‬
ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ ْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬
ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬
‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ُىَريْ َرةَ ق‬
َ
3 ِ ِ ِ ‫الْ َك ِذب ِِف الْمز‬
‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬
َ َُ َ
“Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari
Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan
sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang
bergurau, dan meninggalkan berdebat meski ia benar."4

1
Abî Dâwud Al-sijistany, Sunan Abu Dâwûd(Riyadh,Bayt al-Afkâf ad-Dawliyah),Hal:539.
2
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist.
3
Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal al-Syaybānî, Musnad al-Imam Aḥmad bin
Ḥanbal(Beirut: Dar al-Kutub: 1971), Hal:352.
4
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist

44
45

B. Kegiatan Takhrij al-Hadis

Sebelum melakukan kegiatan takhrîj, ada baiknya terlebih dahulu

memahami apa arti kata takhrîj. Takhrîj berasal dari kata kharaja (ََ ََ ‫ ) َخر‬yang

berarti mengeluarkan.5Adapun menurut istilah takhrîj adalah menunjukkan

asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab induk hadis) dengan

menerangkan hukum atau kualitasnya.6 Tujuan pokok dari kegiatan penelitian

takhrîj ini adalah untuk mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu

hadis tersebut berada di dalam buku-buku hadis atau tidak, selanjutnya untuk

mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja hadis tersebut

terhimpun.

Di dalam kegiatan men takhrîj hadis, seorang peneliti harus

mengetahui metode-metode dalam mentakhrîj hadis. Metode-metode tersebut

yaitu: Men takhrîj hadis menggunakan lafal pertama matan hadis

menggunakan kitab al-Jâmi’ al- Shaghir, Men takhrîj hadis menggunakan

kata-kata dalam matan hadis menggunakan kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li

al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ, Men takhrîj menggunakan perawi hadis pertama

yaitu menggunakan kitab al-Athraf, al-Musnad ataupun kitab Tuhfatu al-

Asyrâf , Men takhrîj menggunakan tema hadis yaitu melalui kitab Miftâh

Kunûz al-Sunnah, Men takhrîj menggunakan status hadis yaitu dengan kitab

Azhâr al-Mutanâtsirah.7

Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan 2 metode dari 5

metode yang ada yaitu dengan takhrij dengan kata yaitu melalui kitab al-

5
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab –Indonesia(Surabaya Agung :Pustaka
Progresif,1997), Hal:330.
6
Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis(Jakarta:Amzah,2013),Hal:129
7
Agil Husi Munawwar, Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadits
46

Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan menggunakan

metode takhrij melalui nama perawi yakni menggunakan Kitab Tuhfatul al-

Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf. Menurut penulis metode yang penulis pilih adalah

metode yang cukup mudah dalam kegiatan penulusuran dalam kitabnya. Oleh

karena itu, penulis menggunakan metode tersebut.

C. I’tibar

Setelah melakukan kegiatan takhrij, maka langkah selanjutnya yang

penulis lakukan adalah mencatat dan menghimpun seluruh sanad hadis untuk

melakukan kegiatan I’tibar. Kata al-I’tibar ( ‫ (اإلعتبرر‬merupakan masdar dari

kata َ‫اعتبر‬. Menurut bahasa, arti kata al-I’tibar adalah peninjauan terhadap

sebuah hal dengan maksud untuk mengetahui sesuatu yang sejenisnya .8

Menurut istilah dalam ilmu hadis, bahwasanya al-I’tibar adalah

menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu

pada bagian sanadnya hanya tampak seorang periwayat saja dan dengan

menyertakan sanad-sanad yang lain maka akan dapat diketahui apakah ada

periwayat yang lain atau tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis
9
tersebut. Kegunaan dari al-I’tibâr yaitu untuk mengetahui keadaan sanad

hadis secara menyeluruh dengan dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung

berupa periwayat yang berstastus syâhid atau mutabi‟.

Dengan dilakukakannya al-I’tibâr, maka akan terlihat dengan jelas

seluruh jalur sanad hadis-hadis tentang larangan berdusta untuk membuat

orang tertawa, demikian pula dengan nama-nama periwayatnya, dan metode

8
M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi(Jakarta: Bulan Bintang,1992), cet-
1, Hal:49.
9
M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, cet-1,,Hal: 50.
47

periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang

bersangkutan.

D. Pengertian Kritik Sanad Dan Matan

Kritik berasal dari kata ‫( وق ر‬naqd).10 Kata naqd sendiri berarti

penelitian, analisis, pengecekan,dan pembedaan. Berdasarkan atas keempat

makna tersebut, kritik hadis berarti sebuah penelitian kualitas hadis, analisis

terhadap sanad dan matannya, pengecekan hadis ke dalam sumber-sumber,

serta pembedaan antara hadis autentik dan yang tidak. Kata Naqd di dalam al-

Qur‟an tidak ditemukan, namun al-Qur‟an menggunakan kata tamyîz yang

berarti memisahkan dan membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain.11 Kritik

merupakan sebuah kajian hadis yang boleh atau tidak diterapkan, karena

kajian ini muncul belakangan. Menurut istilah kritik adalah sebuah usaha

untuk menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangka untuk menemukan

kebenaran. 12

Penelitian(kritik) hadis perlu dilakukan berdasarkan atas pertimbangan

teologis, historis dan documenter, praktis, dan pertimbangan tekhnis.

Bahwasanya hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam, dan sekiranya

sebagai sejarah tentang kehidupan Nabi. Beberapa ayat al-Qur‟an

memberikan beberapa argumentasi tentang kehujahan hadis Nabi dan segala

ajaran yang dibawanya termasuk ke dalam ajaran yang harus diikuti. Dengan

demikian sehingga mendorong umat Islam untuk memelihara dan juga

menjaga hadis dari kekeliruan.

10
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, (Yogya: Unit PBIK PP al-
Munawwir,1984, Hal:1551
11
Idris, Studi Hadis, (Jakarta:Kencana,2010), Hal:275
12
W.j.s. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahas Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
cet.IV, Hal:965.
48

1. Kritik Sanad Hadis

Kegiatan penelitian sanad13 ini adalah untuk memperoleh informasi

mengenai periwayat, Pada bagian ini diperlukan kitab-kitab yang

menerangkan periwayat hadis baik dari sisi biografinya, pribadinya,

kritikan terhadapnya dan menyajikan guru-guru dan murid beliau sehingga

dapat dipastikan sanad tersebut memiliki ketersambungan. Kriteria dalam

keshahihan sanad hadis terdapat beberapa syarat yaitu sanadnya

bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang dabit, tidak terdapat

kejanggalan (syaz) ataupun tidak terdapat kecacatan(‘illat), Tujuan dalam

kegiatan penelitian sanad ini adalah untuk menghindari terjadinya

pemalsuan hadis.

2. Kritik Matan Hadis

Menurut bahasa kata matan berasal dari bahasa arab ‫ مرته‬yang artinya

punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. Menurut ilmu

hadis matan adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad

SAW yang disebutkan setelah sanad. Matan hadis adalah isi hadis yang

berupa ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.14

Dalam menentukan keshahihan matan hadis menurut muhaditsîn

terdapat beberapa kriteria. Menurut Salah al-Dîn al-Adabî bahwasanya

kriteria kesahihan matan ada empat yaitu:

a. Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur‟an.

b. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat.

13
Sanad menurut bahasa berarti bagian bumi yang menonjol. Menurut terminology
bahwasanya sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan hadis. M.Agus Solahudin dan
Agus Suyadi, Ulumul Hadis, ( Bandung,Pustaka Setia),Hal:89
14
Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, (Jakarta:Amzah,2013), Hal:113.
49

c. Tidak bertentangan dengan akal sehat, indera, sejarah, dan

d. Susunan pernyataanya menunjukan ciri-ciri sabda kenabian. 15

Adapun para ulama ahli hadis mengajukan langkah-langkah

metodologis untuk kegiatan penelitian matan hadis yakni:

a. Meneliti matan dengan melihat dari kualitas sanadnya.

b. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan hadis

tersebut.

c. Meneliti kandungan matan.16

Kritik matan ini bertujuan untuk menghindari sikap berlebihan

dalam meriwayatkan suatu hadis karena adanya ukuran-ukuran tertentu

dalam metodologi kritik matan ini. Menghadapi kemungkinan adanya

kesalahan pada diri para periwayat, menghadapi musuh-musuh Islam yang

ingin memalsukan hadis dengan menggunakan sanad sahih, tetapi

matannya tidak sahih.

Kriteria-kriteria itulah yang akan menjadi acuan bagi penulis

dalam melakukan penelitian matan. Sebagaimana yang akan diuraikan

masing-masing langkah penelitian tersebut.

E. Kritik Hadis Tentang Ancaman orang yang berdusta untuk membuat

tertawa

Hadis Pertama

Langkah awal dalam melakukan kegiatan kritik hadis adalah melakukan

takhrij hadis, dalam kegiatan ini penulis menelusuri melalui penggalan lafaz

matan hadis dengan menggunakan :


15
Bustamin dan M.Isa, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta:Raja Grafindo,2004), Hal:64.
16
M.Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi(Jakarta: Bulan Bintang,1992), cet-
1, Hal:113.
50

A. Takhrij Hadis

a. Penelitian melalui kitab al-Mu‟jam al-Mufahras

Dalam penelitian ini penulis menggunakan kata َُ ِِ ‫ال َكر‬, Adapun hasil yang

disajikan dalam kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-

Nabawῖ adalah berikut17:

Berdasarkan dari kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-

Nabawῖ, maka penulis menemukan riwayat untuk hadis yang ditakhrîj

yaitu:

1. Sunan Tirmidzi karya Imam Tirmidzi dalam kitab ‫ زه‬bab َ‫فِ ْي َم ْهَتَ َك ْل َمَبِ َكلِ َم ٍة‬

َ ّ‫كَبِهَرَالى‬
َ‫رس‬ َ ‫ يُ ْ ِح‬hal. 382, satu riwayat.

ْ ‫فِ ْي‬
2. Sunan ad-Dârimî karya Imam ad-Dârimî dalam kitab ‫ استِان‬babَ ْ‫َال ِِي‬

ََ ‫يُ ْك ِِ ُ َلِيُضْ ِح‬, hal: 1771, satu riwayat.


َ ّ‫كَبِ ِهَالى‬
َ‫رس‬

3. Musnad Ahmad bin Hanbal karya Imam Ahmad bin Hanbal Jilid 5,

hal: 5 dan 7, 2 riwayat.

b. Penelitian melalui kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf

Dalam kegiatan penelitian ini penulis melakukan pencarian melalui nama

perawi yang terdapat dalam hadis tersebut yakni dengan nama

Mu'âwiyah bin Hayyadah. Setelah melakukan pencarian maka penulis

mendapatkan hasil sebagai berikut:18

17
A.J. Wensick, al-Mu’jᾶm al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-
Nabawῖ,(Leiden:E.J.Brill,1943), Juz:5 Hal: 550.
18
Al-Hafizh Abul Hajjaj Yusuf al-Mizzi,Tuhfatul Asyraf Bima’rifat al-Athraf(Dar al-Gharb
al-Islamî,1999), Juz 8, Hal: 120.
51

Berdasarakan data yang ditemukan dalam kitab Tuhfatu al-Asyrâf

Bimaʻrifati al-Atrâf, maka penulis menemukan hadis yang akan di takhrîj

adalah sebagai berikut :

1. Sunan Abu Dâwud karya Imam Abu Dâud dalam kitab ‫ األَ َد‬, Nomer

hadis 4990, satu riwayat.

2. Sunan Tirmidzi karya Imam Tirmidzi dalam kitab ‫ال ُزهُر‬, nomer hadis

2315, satu riwayat.

3. Sunan an-Nasâ‟I karya Imam an-Nasâ‟I dalam kitab َْ‫التَ ْف ِسري‬, nomer

hadis 11655, satu riwayat.

Setelah penulis memperoleh data-data dari kitab al-Mu’jᾶm al-Mufahras

li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ dan kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati

al-Atrâf,maka penulis menyajikan riwayat-riwayat hadis tersebut dari

setiap mukharrij berdasarkan naskah aslinya.


52

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Imam Tirmidzi

ٍ ِ‫حدَّثَنا ُُم َّمد بن بشَّا ٍر حدَّثَنا ََيَي بن سع‬


‫يد َحدَّثَنَا بَ ْه ُز بْ ُن َح ِكي ٍم َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن‬ َ ُ ْ َْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ
ِ ‫اْل ِد‬ ِ ُ ‫ول ويْل لِلَّ ِذي َُيَد‬ َّ ِ َّ َّ َ ‫َِّب‬ ِ َ َ‫جدِّي ق‬
‫يث‬ َْ ‫ِّث ب‬ ٌ َ ُ ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم يَ ُق‬ َّ ِ‫ت الن‬
ُ ‫ال ََس ْع‬ َ
19 ِ ِِ َ ‫ض ِح‬ ِ
ُ‫ب َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
ُ ‫ك بو الْ َق ْوَم فَيَكْذ‬ ْ ُ‫لي‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Bahz bin Hakim
telah menceritakan kepada kami bapakku dari kakekku dia berkata: Aku
mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Celakalah bagi orang
yang mengatakan sesuatu agar supaya ditertawakan oleh orang orang kemudian
dia berbohong, celakalah baginya dan celakalah baginya."20

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Darimi

‫ول اللَّ ِو‬ ِ َ َ‫يد بن ىارو َن أَخب رنَا ب هز بن ح ِكي ٍم عن أَبِ ِيو عن جدِّهِ ق‬
َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ال ََس ْع‬ َ َْ َْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ‫َخبَ َرنَا يَِز‬ ْ‫أ‬
‫ك بِِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل‬ ِ ‫ْذ‬ِ ِِ
َ ‫ض ِح‬ْ ُ‫ب لي‬
ُ ‫ِّث فَيَك‬ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬
ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ
ُ‫لَو‬
21

“Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada
kami Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya ia berkata; Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah orang yang
bercerita, lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah ia,
celakalah ia."

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Ahmad bin hanbal :

‫ول‬
َ ‫ت َر ُس‬ ِ َ َ‫ِّه ق‬ِ ‫َّاق أَخب رنَا معمر عن ب ه ِز ب ِن ح ِكي ٍم عن أَبِ ِيو عن جد‬ ِ َّ ‫حدَّثَنَا عب ُد‬
ُ ‫ال ََس ْع‬ َ َْ َْ َ ْ ْ َ ْ َ ٌ َ ْ َ َ َ ْ ‫الرز‬ َْ َ
ِ ِ
ِ ْ ‫ِّث الْ َقوم ُُثَّ يكْذب لي‬ ِ ِ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ِ
ُ‫ضح َك ُه ْم َويْ ٌل لَو‬ ُ ُ َ َ ْ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ ‫اللَّو‬
ُ‫َوَويْ ٌل لَو‬
22

“Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami


Ma'mar dari Bahz bin Hakim dari Ayahnya dari Kakeknya ia berkata; Aku

19
al-Hâfiz Abû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzi,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt al-
Afkâf ad-Dawliyah,9947),Kitab : Zuhud, Bab: Siapa yang bicara sepatah kata agar manusia
tertawa, Hal: 382.
20
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
21
al-Fadl ibn Bahram Al-Dârimi, Sunan al-Darimî ,Dârul Mughni:1420, Kitab : Kitab
meminta ijin, Bab: Berbohong agar orang tertawa, Hal: 1771.
22
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal,
(Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab: Musnad penduduk Bashrah, Bab: Hadits Mu'awiyah bin
Haidah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, Hal:1468.
53

mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah orang


yang berbicara kemudian berbohong agar orang lain mentertawakannya,
celakalah dia, celakalah dia." 23

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Abû Daud

‫ال‬ َ َ‫َّد بْ ُن ُم َس ْرَى ٍد َحدَّثَنَا ََْي ََي َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َح ِكي ٍم ق‬


َ َ‫ال َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن أَبِ ِيو ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َسد‬
‫ك بِِو‬ ِ ‫ْذ‬ ِ ِِ
َ ‫ض ِح‬ ْ ُ‫ب لي‬ُ ‫ِّث فَيَك‬ ُ ‫ول َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ِ َ ‫ََِسعت رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ُ ْ
24
ُ‫الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Bahz bin Hakim ia berkata; telah
menceritakan kepadaku Bapakku dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah bagi orang yang
berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah ia,
celakalah ia."25

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Imam an-Nasa’I

ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ِ‫أَنَا َعلي بْ ُن َح َج ْر نَا إِ َْسَاعْي َل بْ ُن إِبْ َراىْي َم َع ْن بَ ْه ِز بْ ِن َحكْي ٍم َع ْن أَبِْيو َع ْن َجدِّه َع ْن الن‬
‫َِّب‬
ِ َ ‫ض ِح‬ ِ ‫ْذ‬ِ ِِ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
26
ُ ‫ِّث فَيَك‬
ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ال َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬ َ
“„Ali bin Hajar telah mendengar dari isma„il bin Ibrâhim dari Bahz bin Hakim
dari ayahnya dari kakeknya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda : "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat
orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia."27

Setelah mencatat seluruh hadits yang terdapat dalam al-Kutub al-

Tis’ah, maka yang akan penulis lakukan adalah menulis seluruh sanad yang

terdapat dalam hadits tersebut dan akan dibahas dalam kegiatan I‟tibar

dibawah ini.

Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-I‟tibâr,

maka penulis akan membuat skema sebagai berikut:

23
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
24
Abî Dâwud Al-sijistany, Sunan Abu Dâwûd, (Riyadh,Bayt al-Afkâf ad-Dawliyah),
Kitab: Adab, Bab: Teguran keras dari dusta, Hal:539.
25
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist.
26
Abû Abd al-Rahmân Ahmad ibn „Alî ibn Sy‟aib,Sunan An-Nasai, Bab Tafsir Surat an-
Nisa Juz 6 Hal: 329.
27
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist.
54

B. Kritik sanad

Dalam kegiatan ini, Sanad yang dipilih oleh penulis untuk diteliti

langsung dalam penelitian sanad terhadap hadis – hadis yang termasuk

ُُّّ‫النَّبِي‬

ِ‫جدِّه‬
َ

‫أَبِ ِيو‬

‫بَ ْه ُز بْ ُن‬
‫َح ِكي ٍم‬
ِ ‫إِ َْس‬
‫اعْي َل بْ ُن‬
‫َم ْع َمٌر‬ ُ ‫يَِز‬
‫يد بْ ُن َى ُارو َن‬ ٍ ِ‫ََيَي بن سع‬
‫يد‬ َ ُ ْ َْ َ
ِ
‫إِبْ َراىْي َم‬
W.206 H W.198 Hَ

‫الدارمي‬ ‫ُُمَ َّم ُد بْ ُن بَشَّا ٍر‬ ‫َّد‬ ‫َعلِي بْ ُن َح َج ْر‬


ِ ‫الرز‬
‫َّاق‬ ُ ‫ُم َسد‬
َّ ‫َعْب ُد‬ L.244َH
W.255 H W.252 H W. 228 H

‫الرتمذى‬ ‫النسائي‬
‫امحد ابن حنبل‬ ‫ابوا داود‬
L.215 H
W. 241 H W. 279 H W.275 H
55

klasifikasi pertama adalah salah satu sanad dari imam Abû Dâud. Adapun

kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat hadis dimaksud

adalah: a. Mu'âwiyah bin Hayyadah (Periwayat I, Sanad V),b. Hakim bin

Mu'âwiyah (Periwayat II, Sanad IV),c. Bahz bin Hakim (Periwayat III, Sanad

III),d. Yahya bin Sa'id (Periwayat IV, Sanad II),e. Musaddad bin Musrihad

(Periwayat V, Sanad I),f. Abû Dâwud (Periwayat VI, Mukharij).

Dalam kegiatan ini, maka penulis akan melakukan penelitian yang

dimulai pada periwayat terakhir (al-mukharij) yakni imam Abu Dâwud lalu

diikuti pada periwayat sebelum imam Abu Dâwud dan seterusnya hingga

sampai pada periwayat pertama. Alasan penulis melakukan penelitian dari

Imam Abu Dâwud karena menurut penulis hadis yang terdapat di dalam

Sunan Abu Dawud masih terdapat hadis-hadis daif dan tidak terdapat

keterangan tentang kualitas suatu hadis tersebut. Dengan demikian, penulis

melakukan penelitian awal melalui Imam Abu Dâwud. Berikut penulis

memaparkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yaitu :

a. Abu Dâwud

Menurut Abdurrahman bin Abi Hatim, bahwa nama dari imam Abu

Dâwud adalah Sulaiman bin al Asy'ats bin Syadad bin 'Amru bin 'Amir 28.

Beliau dilahirkan pada tahun 202 H di Sijistan, sebuah daerah yang

terletak antara Iran dan Afghanistan. Abu 'Ubaid al Ajuri menuturkan;

'Imam Abu Dâwûd meninggal pada hari jum'at tanggal 16 bulan syawwal

28
Abû Muhammad „Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim Muhammad bin Idrîs bin al-Munzir al-
Râzî, Kitab al-Jarh wa al-Ta’dîl, Juz IV ,cet.1 (Hayderabat: Majlis Da‟irat al-Ma„arif,1987),
Hal:102.
56

tahun 275 hijriah, berumur 73 tahun. Beliau meninggal di Basrah.

Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya dan meridhai beliau.29

Imam Abu Dâwud adalah salah satu Imam yang sering berkeliling

mencari hadits ke negri-negri Islam yang ditempati para Kibarul

Muhadditsin. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta kecintaan

beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan

perjalanan (Rihlah) dalam mencari ilmu sebelum genap berusia 18

tahun. Adapun negri-negri islam yang beliau kunjungi diantaranya; Iraq

dan Baghdad merupakan daerah islam yang pertama kali beliau masuki,

yaitu pada tahun 220 hijriah, Kufah; beliau kunjungi pada tahun 221

hijriah, 3. Bashrah; beliau tinggal disana dan banyak mendengar hadits di

sana, kemudian keluar dari sana dan kembali lagi setelah itu.4. Syam;

Damsyiq, Himsh dan Halb.5. AL Jazirah; masuk ke daerah Haran, dan

mendengar hadits dari penduduknya30.

Guru-guru31 beliau diantaranya : Ahmad bin Muhammmad bin

Hanbal as Syaibani al Bagdadi, Yahya bin Ma'in Abu Zakariya , Ishaq

bin Ibrahim bin Rahuyah abu Ya'qub al-Hanzali,Utsman bin Muhammad

bin abi Syaibah abu al Hasan al Abasi al Kufi, Muslim bin Ibrahim al

Azdi, Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab al Qa'nabi al Harits al Madani,

Musaddad bin Musarhad bin Musarbal, Musa bin Isma‟il at-Tamimi,

Muhammad bin Basar, Zuhair bin Harbi ( Abu Khaitsamah, dan lain-lain.

29
Abû „Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin „Usmân al-Zahâbî, Siyar a’lam al-Nubalâ,
Juz XIII, Cet.VII,( Bayrut: Mu‟assasat al-Risâlah,1990), Hal:221.
30
Ibnu Ahmad „Alimi, Tokoh dan Ulama Hadis, edt:Ahmad Junaedi, (Sidoarjo:Mashun,
2008), Hal:206.
31
Ahmad ibn „alî ibn Hajar al-Asqalânî, Tahzîb al-Tahzîb, ( Bairut: Dâr al-Fikr, 1994), Juz
IV , Hal:149
57

Murid-murid beliau diantaranya: Imam Abu 'Isa at Tirmidzi,

Imam Nasa'I, Abu Ubaid al-Ajuri,Abu Tayyib Ahmad bin Ibrahim Al

Baghdadi (Perawi sunan Abi Daud dari beliau), Abu 'Amru Ahmad bin

Ali al-Bashri (perawi kitab sunan dari beliau), Abu Bakar Ahmad bin

Muhammad al-Khallal al-Faqih, Isma'il bin Muhammad as-Shafar.32

Komentar para ulama tentang beliau, Banyak sekali pujian dan

sanjungan dari tokoh-tokoh terkemuka kalangan imam dan ulama hadits

dan disiplin ilmu lainnya yang mengalir kepada imam Abu Dâwud

Rahimahullah, diantaranya adalah; Abdurrahman bin Abi Hatim berkata:

Abu daud Tsiqah, Imam Abu Bakr Al Khallal berkata: Imam Abu Dâwud

adalah imam yang dikedepankan pada zamannya, Ibnu Hibban berkata:

Abu Dâwud merupakan salah satu imam dunia dalam bidang ilmu dan

fiqih, Musa bin Harun menuturkan: Abu Dâwud diciptakan di dunia

untuk hadits dan di akhirat untuk Syurga, dan aku tidak melihat

seorangpun lebih utama daripada dirinya, Al Hakim berkata: Abu Daud

adalah imam bidang hadits di zamannya tanpa ada keraguan, Adz

Dzahabi menuturkan:Abu Dâwud dengan keimamannya dalam hadits dan

ilmu-ilmu yang lainnya,termasuk dari ahli fiqih yang besar,maka kitab

as-Sunan telah jelas menunjukkan hal tersebut.

Tidak terdapat seorang kritikus satupun yang mencela Abu

Dâwûd. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa beliau

telah menerima hadis dari Musaddad bin Musrihad dapat dipercaya.

Melihat dari kota yang ditinggali selama hidup yang memperkuat

32
Ahmad ibn „alî ibn Hajar al-Asqalânî , Tahzîb al-Tahzîb, Juz IV, Hal:150.
58

bahwasanya di antara mereka terdapat pertemuan. Sehingga sanad antara

Abu Dâwûd dan Musaddad bin Musrihad dalam keadaan bersambung.

b. Musaddad bin Musrihad

Nama asli Musaddad bin Musrihad adalah Musaddad bin

Musrihad bin Musribal bin Mustawrid.33 Beliau memiliki nama kuniyah

yakni Abu al-Hasan, semasa hidupnya Musaddad bin Musrihad tinggal di

kota Bashrah, beliau wafat pada tahun 228 H.

Dalam mencari ilmu beliau belajar kepada: Ismâʻîl bin „ulayyah,

Umiyyah bin Khâlid, Bisyri bin Mufadal, Ja„far bin Sulaimân al-Duba„î,

Husain bin Numair, Hamâd bin Zaid, Sufyân ibn „Uyainah, „Abdul Aziz

bin Abdu Samad „Amimi, „Isa bin Yunus, Mu‟tamar bin Sulaimân,

Yahya bin Said Al-Qathân, Yusuf bin Ya„qub, Yunus bin Qâsim.34

Murid- murid beliau diantaranya: Bukhâri, Abu Dâwud, Ibrâhim

bin Ya„qub al-Zuwjâni, Ismâil bin Ishâq, Hammâd bin Ishâq al- Qâdi,

Muhamad bin Yahya, Ya„qub bin Sufyân, Abu Hatim, Dll. 35

Komentar Para ulama: Yahya bin Ma„in berkata bahwasanya

beliau Saduq, Ahmad bin Hambal berkata bahwasanya Saduq, An-Nasa‟I

33
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,
(Muasasah ar-Risalah: 1987), Juz:27, Hal:443.
34
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27,
Hal: 444
35
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27,
Hal: 445
59

mengatakan Tsiqah, Abu Hatim berkata Tsiqah, Ibnu Hajar al-„Asqalani

Tsiqah Hafidz, dan Adz-Dzahabi berkata bahwasanya Hafizh.36

Tidak terdapat seorang pun kritikus yang mencela pribadi

Musaddad bin Musrihad. Kritikus memberikan pujian-pujian yang

diberikan kepadanya. Dengan demikian, pernyataan Musaddad bin

Musrihad yang mengatakan bahwasanya beliau menerima riwayat hadis

di atas dari Yahya bin Sa'id dapat dipercaya kebenarannya. Musaddad

bin Musrihad dan Yahya bin Sa'id tinggal di kota yang sama dan

umurnya tidak terpaut jauh. Oleh karena itu, bahwa sanad antara

Musaddad bin Musrihad dan Yahya bin Sa'id dalam keadaan

bersambung.

c. Yahya bin Sa'id bin Farrukh

Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Saʻid bin Farrukh al-

Qatân at-Tamîmû. Beliau adalah seorang kalangan Tabi'ut Tabi'in, Abu

Sa'id adalah nama kuniyah beliau, semasa hidupnya ia tinggal di negeri

Bashrah. Beliau lahir di Tamim, Beliau wafat pada Tahun 198 H,

Guru-guru beliau adalah: abân bin sam‟ah, asâmah bin Zaid al-

Laitsi, Ismail bin Abi Khalid,Bahz bin Hakim,Jâbir bin subhi, Ja‟far bin

Bin Muhammad bin „Ali, Ju‟aid bin „Abdurrahmâan, Hasan bin Zakwan,

Hamâd bin Salamah, Humaid bin al-Thawil, Khutsama bin „Irâki bin

Mâlik, Dll.37

36
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 27,
Hal: 446-448.
37
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 31,
Hal: 330.
60

Adapun yang belajar kepada beliau diantaranya adalah: Ismail bin

Mas„ud, Basyir bin Hakam An-Naisaburi, Zaid bin Ahzam, Sufyan

Atsauri, Sufyan bin „Uyainah, Syu„bah bin Yusuf an-

Nasa„i,Abdurrahmân bin Mubarak al-„Aisyi, „Affân bin Muslim,

Muhammad bin Basysyar, Musaddad bin Musarhad, Mu„tamar bin

sulaimân, Yahya bin Hakim, dll. 38

Komentar Ulama tentang Beliau: Abu Zur‟ah berkata bahwasanya

beliau Tsiqoh Hafidz, Abu Hatim berkata bahwasanya Tsiqoh Hafidz,

An-Nasâ‟i berkata bahwasanya beliau Tsiqah Tsabat39.

Hampir seluruh kritikus hadis mengatakan bahwasanya beliau

Tsiqoh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya Yahya bin Sa'id

benar menerima riwayat hadis tersebut dari Bahz bin Hakim, sehingga

periwayatannya dapat dipercaya. Oleh karena itu, bahwa sanad antara

Yahya bin Sa‟id san Bahz bin Hakim dalam keadaan bersambung.

d. Bahz bin Hakim

Nama lengkap beliau adalah Bahz bin Hakim bin Mu'awiyah bin

Hidah, Beliau memiliki nama kuniyah yaitu Abu 'Abdul Malik, Negeri

yang ditempati saat beliau masih hidup adalah di kota Bashrah.

Dalam menimba ilmu ia berguru kepada ayahnya yang bernama

Hakim bin Mu'awiyah dan juga kakeknya yang bernama dan

Mu'âwiyah bin Hayyadah, beliau juga berguru kepada Zarârah bin Awfa

dan juga kepada Hisyam bin Urwah.

38
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’I al-Rijâl, Juz: 31,
Hal: 332
39
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 31,
Hal: 334.
61

Murid-murid yang pernah belajar kepadanya diantaranya: Ismail

bin „ulayah, Basyir bin Mufadhal, Mu‟az bin Mu‟az,Hisyam bin Hâsan,

Yahya bin Sa’id,Yazid bin Harun, Yusuf bin Ya‟qub, Abu Bakar bin al-

Huzali,

Komentar para ulama tentang beliau adalah Ishaq bin Manshur

dari Yahya bin Ma‟in bahawasanya beliau Tsiqah, Abu Zur‟ah

mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang Shalih dan orang yang

terkenal, An-Nasa‟I mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang

Tsiqah, Banyak ulama yang mengatakan bahwasanya jalur sanadnya

sahih dan Bahz adalah orang Tsiqah.40

Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Bahz bin

Hakim. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa beliau

telah menerima riwayat hadis tersebut dari Hakim bin Mu'awiyah dapat

dipercaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwasanya sanad antara

Bahz bin Hakim dan Hakim bin Mu'awiyah dalam keadaan bersambung.

e. Hakim bin Mu'awiyah bin Haidah

Beliau Selama hidup ia menetap di Kota Bashrah. Beliau

memiliki 3 orang anak yang bernama Bahz bin Hakim, Sa‟id bin Hakim

dan juga Mihrân bin Hakim. Guru-Guru yang pernah ia menimba ilmu

yaitu Mu‟âwiyah bin Haydah dan Suhbah. Murid-Murid beliu adalah

Bahz bin Hakim, Sa‟id bin Iyâs al-Jurairiy, Sa‟id bin Hakim, Qaza‟ah

suwaid bin Huzairi dan Mihrân bin Hakim. Komentar para ulama tentang

beliau: Ahmad bin Abdullah al-Ijliy: bahwasanya beliau Tsiqoh, An-

40
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 4,
Hal:259
62

Nasa‟I mengatakan bahwasanya: Laisa bihi Ba’as, Ibnu Hibban Berkata

dalam kitabnya bahwasanya beliau Tsiqah.41

Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Hakim bin

Mu'awiyah. Hakim bin Mu'awiyah adalah ayah dari Bahz bin Hakim

sedangkan Mu'âwiyah bin Hayyadah adalah ayah dari Hakim bin

Mu‟awiyah. Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa

beliau telah menerima riwayat hadis tersebut dari Mu'âwiyah bin

Hayyadah dan dapat dipercaya. Oleh karena itu sanad diantara beliau

memiliki keadaan bersambung.

f. Mu'âwiyah bin Hayyadah

Nama lengkapnya adalah Mu'âwiyah bin Hayyadah bin

Mu'âwiyah bin Qusyair ibn Ka‟ab bin Rabiy‟ah bin umar bin shasha‟ah

al-Qushair, Beliau adalah seorang sahabat. Selama hidup ia menetap di

kota Bashrah.

Beliau belajar kepada Rasulullah SAW.

Beliau memiliki murid diantaranya adalah anaknya yang

bernama Hakim bin Muawiyah, Bahz bin Hakim, Humaid al-Muzaniy,

Urwah bin Ruwaîm al-Lahmî.

Komentar terhadap beliau bahwasanya Ibnu Hajar al‟Asqalani:

bahwa beliau adalah kalangan sahabat dan Adz-Dzahabi pun mengatakan

bahwasanya ia kalangan sahabat42.

41
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :7
Hal: 202.
42
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :28,
Hal:172.
63

Tidak terdapat kritik yang mencela pribadi Mu'âwiyah bin

Hayyadah. Melihat dari lambang periwayatan yang digunakan adalah

sami’tu. Sehingga dapat dikatakan bahwasanya Mu'âwiyah bin

Hayyadah telah mendengar langsung dari Nabi Muhammad. Dengan

demikian dapat dinyatakan bahwasanya hadis yang sanadnya diteliti ini

diterima langsung oleh Mu'âwiyah bin Hayyadah dari Nabi. oleh karena

itu, antara Nabi dan Mu'âwiyah bin Hayyadah telah terjadi persambungan

periwayatan hadis.

Selanjutnya penulis akan mencoba meneliti dari jalur

periwayatan Imam al-Tirmidzi, karena beliau adalah murid dari Abu

Dâwud, maka jalur periwayatannya sebagai berikut :

a. Imam Tirmidzi

Nama lengkap beliau adalah Abu Isa Muhammad bin Musa bin

ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmidzi. Beliau lahir pada tahun 209 H di kota

Tirmiz. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya tersebut yaitu at-

Tirmidzi. Beliau hidup dalam keadaan tuna netra beliau wafat pada

tanggal 13 Rajab 279 H.

Imam Tirmidzi belajar kepada banyak ulama, termasuk kepada

Imam Bukhari, Imam Muslim, dan juga kepada Imam Abu Dâwud,.

Adapun selain itu adalah. 1. Qutaibah bin Said, Ishaq bin Musa, Mahmud

bin Gailan, Said bin Abdurrahman, Muhammad bin Basysyâr, Ali bin

Hajar, Imam Tirmidzi juga memiliki banyak murid, diantaranya yaitu:

Makhul bin Fadlal, Muhammad bin Mahmud Anbar, Hammad bin


64

Syakir, Abdul bin Muhammad an-Nasfiyun, al-Haisam bin Kulaib asy-

Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi 43

b. Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Basysyâr bin

„Utsmân bin Dâwud bin Kaisâni „abdî. Beliau adalah seseorang tabi'ul

atba' kalangan tua, nama kuniyah beliau adalah Abu Bakar. Semasa

hidupnya beliau tinggal di negeri Bashrah. Beliau wafat pada tahun 252

Hijriah.

Beliau menimba ilmu diantaranya, kepada: Ibrâhim bin Umar,

Umayyah bin Khâlid, Badal bin Muhabbar, Bahz bin Asad, Ja‟far bin

„Aun, Khâlid bin Hârits, Sâlim bin Nûh, Sahl bin Yûsuf, Mu„tamir bin

Sulaimân, Yahya bin Sa‘id al-Qatân, Yazid bin Zurâh,Yûsuf bin

Ya„qub, Abû Bakr al-Hanafî dan lain-lain.44

Adapun ulama yang menimba ilmu kepadanya adalah: Ibrâhim

bin Ishâq, Abu Ahmad bin „Alî bin Sa„id, at-Tirmidzi, „Abdûllah bin

Muhamad bin Yâsîn, Qâsim bin zakariyâ, Abû Bakr Muhamad bin Ishâq

bin Khuzaimah, Yahya bin Muhamad bin Sâ„id, dan lain-lain.45

Komentar para ulama tentang beliau adalah: Abu Hatim berkata

bahwasanya beliau Saduq, Ibnu Hibban berkata bahwasanya beliau

adalah orang yang Tsiqah, Ibnu Hajar al„Asqalani juga mengatakan

43
Tokoh dan Ulama Hadis, Ibnu Ahmad „Alimi, Masmedia Buana Pustaka,Sidoarjo,2008,
Hal: 218-219.
44
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz :24,
Hal:511.
45
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:24,
Hal:513.
65

bahwasanya beliau Tsiqah, dan Adz-Dzahabi juga mengatakan

bahwasnya beliau Tsiqah.46

Tidak ada kritik yang mencela kepribadian Muhammad bin

Basysyar bin 'Utsman. Lambang yang digunakan dalam periwayatan

hadis ini adalah ‫ح دَّثَنَا‬.


َ Penggunaan lafadz ini membuktikan bahwasanya

perawi tersebut telah mendengar sendiri dari gurunya. Sehingga dapat

dikatakan bahwasanya Muhammad bin Basysyar bertemu langsung

kepada Yahya bin Sa'id. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya

terdapat ketersambungan sanad antara guru dan murid.

c. Yahya bin Sa'id bin Farrukh

Telah disebutkan pada halaman : 59

Muhammad bin Basysyar adalah murid dari Yahya bin Sa'id47

d. Bahz bin Hakim

Telah disebutkan pada halaman: 60

e. Hakim bin Mu'awiyah bin Haidah 61

Telah disebutkan pada halaman:61

f. Mu'âwiyah bin Hayyadah

Telah disebutkan pada halaman: 62

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwasanya hadis yang

sanadnya diteliti ini diterima langsung oleh Mu'âwiyah bin Hayyadah

dari Nabi. oleh karena itu, antara Nabi dan Mu'âwiyah bin Hayyadah

telah terjadi persambungan periwayatan hadis.


46
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:24,
Hal:514.
47
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz : 31,
Hal: 333.
66

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap periwayat hadis-

hadis diatas, maka dapat dikatakan bahwasanya jalur sanad diatas

sahih. Melihat dari kriteria ketersambungan sanad, yakni dari segi

tempat yang ditinggali, bersambungnya sanad karena pertemuan

antara guru dan murid, dan para perawi yang dinilai Tsiqah oleh para

kritikus hadis, maka penulis menyatakan bahwasanya sanad hadis ini

sahih.

C. Kritik Matan

Setelah menelusuri sanad hadis, maka langkah selanjutnya adalah

kegiatan kritik matan hadis. Hadis ini menjelaskan tentang celakanya

orang-orang yang berdusta untuk membuat orang tertawa. Dalam

penelusuran matan ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan dalam

kritik matan, yaitu: Meneliti matan dengan melihat dari kualitas

sanadnya, meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna dengan

hadis tersebut, meneliti kandungan matan. Berikut penelitian matan yang

penulis lakukan adalah:

a. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanad

Suatu matan hadis tidak dikatakan berarti apabila didalam

sanadnya terdapat keraguan . Dari hasil penelitian sanad yang telah

penulis lakukan dengan memfokuskan pada hadis yang diriwayatkan

oleh Abû Dawûd melalui Musaddad bin Musrihad dan seluruh

periwayat dalam keadaan bersambung antara guru dan murid dan

mereka semua dalam keadaan tsiqat. Kesahihan sanad Musaddad bin


67

tersebut dapat mewakili sanad-sanad dari para mukharijnya lainnya.

Dari kualitas sanad tersebut, maka telah memenuhi langkah pertama

dalam kritik matan untuk hadis yang bersangkutan yang telah diteliti.

b. Meneliti Matan Yang Semakna

Langkah selanjutnya adalah penulis akan menghimpun dan

menyandingkan hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama untuk

mengetahui bagaimana bentuk periwayatan dari hadis tersebut.

Perbedaan lafaz menurut para ulama hadis masih dapat ditoleransi

kesahihanya, sepanjang tidak bertentangan dan menyalahi kandungan

makna dari Rasulullah saw. Untuk memperjelas adanya perbedaan lafal

dimaksud, berikut ini penulis memaparkan matan hadis tersebut:

48 ِ ِِ َ ‫ض ِح‬ ِ ِ ‫اْل ِد‬ِ ُ ‫ ويْل لِلَّ ِذي َُيَد‬.1


ُ‫ب َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
ُ ‫ك بو الْ َق ْوَم فَيَكْذ‬ ْ ُ‫يث لي‬ َْ ‫ِّث ب‬ ٌ َ

ِ َ ‫ض ِح‬ ِ ‫ْذ‬ِ ِِ
ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
49
ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.2
ُ ‫ِّث فَيَك‬

50 ِ ْ ‫ْذب لِي‬
ِ ِِ
ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.3
ُ‫ضح َك ُه ْم َويْ ٌل لَوُ َوَويْ ٌل لَو‬ ُ ُ ‫ِّث الْ َق ْوَم ُُثَّ يَك‬

ِ َ ‫ض ِح‬ ِ ‫ْذ‬ِ ِِ
ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
51
ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.4
ُ ‫ِّث فَيَك‬

ِ َ ‫ض ِح‬ ِ ‫ْذ‬ِ ِِ
ُ‫ك بِو الْ َق ْوَم َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل لَو‬
52
ْ ُ‫ب لي‬ ُ ‫ َويْ ٌل للَّذي َُيَد‬.5
ُ ‫ِّث فَيَك‬

48
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
49
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Darimi.
50
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.
51
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abû Dâwûd.
52
Matan hadis ini diriwayatkan oleh Imam Imam an-Nasa‟I.
68

Pada kelima matan diatas tampak adanya perbedaan lafal, Namun

perbedaan lafal tesebut tidak terlalu menonjol. Misalnya setelah kata

‫ِّث‬
ُ ‫َُيَ د‬ ِ ‫اْل ِد‬
‫يث‬ ِ
pada hadis pertama menggunakan kata َْ ‫ب‬, kedua

menggunakan kata,‫ب‬ ِ
ُ ‫فَيَ ْك ذ‬ , hadis ketiga menggunakan kata ‫الْ َق ْوَم‬, dan

‫ب‬ ِ
untuk hadis kelima menggunakan kata ُ ‫فَيَ ْك ذ‬. Perbedaan selanjutnya

yaitu pada hadis pertama terdapat kata ‫ب‬ ِ


ُ ‫ فَيَكْذ‬sebelum kata ُ‫لَو‬ ‫َويْ ٌل لَوُ َويْ ٌل‬

dan hadis ketiga dimana sebelum kata ُ‫َويْ ٌل لَ وُ َويْ ٌل لَ و‬ terdapat kata

‫ض ِح َك ُه ْم‬ ِ
ْ ُ‫لي‬.

Dengan demikian, apabila ditempuh dengan metode muqaranat

terhadap lafal pada berbagai matan yang semakna,maka dapat

dinyatakan bahwa perbedaan lafal tersebut masih dapat ditoleransi.

Pernyataan dapat ditoleransi didasarkan atas alasan bahwa diantara

sanad-sanad dari hadis diatas sama-sama memiliki tingkatan shahih.

c. Meneliti Kandungan Matan hadis

Adapun kandungan pada matan hadis tersebut yaitu hadis ini

mengandung peringatan keras untuk orang-orang yang berbohong.

Terdapat penekanan dalam perkara berdusta, dan itu diumpamakan

dengan penggunaan kata َ ‫ َو ْي ر‬. Penggunaan kata َ ‫ َو ْي ر‬itu ditunjukan

kepada orang yang berdusta dan bersandar pada kata-kata berdustanya

agar semua manusia tertawa dari kabar kebohongannya tersebut, oleh


69

karena itu maka dia bukanlah orang yang jujur melainkan orang

tersebut adalah pembohong. Kebohongan dalam hadis ini ditunjukan

bukan untuk orang yang tertawa saja, melainkan untuk yang tidak

tertawa juga.53 Berdusta pada dasarnya adalah sebuah perilaku yang

haram dilakukan. Maka hendaklah manusia menjauhi sikap berdusta.

Hadis ini juga menjelaskan terhadp keharaman membuat lelucon,

karena hal tersebut membawa kepada kedustaan dan kepada kabar-

kabar yang tidak ada faktanya. Apabila seseorang menceritakan sebuah

kisah dan kisah tersebut tidak menunjukan kepada kebenaran, maka

terlarang untuk dilakukan karena itu termasuk dalam sebuah

kebohongan. Dalam hadis ini juga telah memperingati secara berulang-

ulang yaitu sebanyak 3 kali penyebutan َ ‫ َو ْي‬pada akhir hadisnya.

Adapun yang perlu diperhatikan terhadap kandungan matan hadis

adalah matan hadis yang sejalan atau bertentangan. Namun, dalam

hadis tentang celakanya orang yang berdusta untuk membuat orang lain

tertawa tidak bertentangan dengan al-Qur‟an. Ayat yang mempetegas

hadis tersebut adalah :

         

54
       
(yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah
kiri.
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya para malaikat mencatat

semua perbuatan manusia baik buruk ataupun baik. Berdusta

53
„Abdu Muhsin al„Ibâd, Syarah Sunan Abî Dâwud, Juz: 28, Hal.348.
54
Q.s Qâf ayat 17dan 18.
70

merupakan sebuah perbuatan yang tidak baik meskipun membuat orang

lain tertawa itu baik. Berbohong merupakan perbuatan yang dilakukan

oleh lisan karena ia merupakan sebuah anggota tubuh yang dapat

menentukan surga atau neraka bagi dirinya. Oleh karena itu islam

sangat memberi peringatan tegas terhadap bahaya liasan dan menjaga

lisan tersebut. Adapun hadis yang menegaskan untuk menjaga lisan

yaitu :

‫يد بْ ِن ا ْْلَ ِاد َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن‬


َ ‫ضَر َع ْن يَِز‬
ٍِ
َ ‫َحدَّثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْ ُن َسعيد َحدَّثَنَا بَك ُْر بْ ُن ُم‬
‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ َ ‫إِب ر ِاىيم عن أَِِب سلَمةَ عن أَِِب ىري رَة أَنَّو ََِسع رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ ُ ََْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َْ
‫ْي الْ َم ْش ِرِق َوالْ َم ْغ ِرب‬
55 ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ‫ول إِ َّن الْ َعْب َد يَتَ َكلَّ ُم بِالْ َكل َمة يَِزُّل ِبَا ِِف النَّا ِر أَبْ َع َد َما ب‬
ُ ‫يَ ُق‬
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah
menceritakan kepada kami Bakr bin Mudhar dari Yazid bin Al
Had dari Muhammad bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sungguh, seorang hamba mengucapkan
sebuah kalimat yang dapat menyebabkannya masuk ke dalam
neraka sejauh antara timur dan barat."56

Setelah penulis melakukan penelitian atas matan hadis riwayat

Abu Dâwûd dapat dikatakan bahwasanya hadis ini terhindar dari

syuzûz(kejanggalan) dan „illat( cacat). Dengan demikian pula kaidah

keshahihan matan telah terpenuhi. Jadi penulis menyimpulkan

bahwasanya matan hadis riwayat Abu Dâwûd yang diteliti berkualitas

sahih. Mengingat sanad hadis yang bersangkutan juga memiliki kualitas

sahih, maka dengan demikian, hadis tersebut berkualitas sahih.

55
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin
Hanbal(Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab: Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan
hadis, Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu, Jilid:2, Hal:378.
56
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
71

Hadits Kedua

A. Kegiatan Takhrij al-Hadis

Penulis tidak menyajikan kembali hadis yang ingin ditakhrij,

karena sudah disajikan pada halaman 37. Dalam kegiatan penelitian

untuk hadis yang kedua ini penulis hanya menggunakan satu metode

takhrij hadis yaitu dengan menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahras li al-

Fâz al-Hadîs al-Nabawî, karena setelah penulis melakukan pencarian

pada kitab Tuhfatu al-Asyrâf Bimaʻrifati al-Atrâf penulis tidak

menemukannya. Setelah melakukan penelitian menggunakan kata matan

dalam hadis tersebut penulis menemukan keterangan sebagai berikut57:

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalam kitab al-Mu’jᾶm

al-Mufahras li al-Fᾶzi al-Hadῖts al-Nabawῖ , maka penulis menemukan

riwayat untuk hadis yang ditakhrîj yaitu:

1. Dalam Musnad Imam Ahmad, Karya Imam Ahmad pada juz: 2,

Halaman 352 dan 364, 2 riwayat.

maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengeluarkan

hadis-hadis yang berada di dalam kitab aslinya, yakni:

57
A.J. Wensick, Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz al-Hadîs al-Nabawî, Juz:5 Hal:555.
72

Susunan riwayat hadis yang mukharrij-nya Ahmad bin hanbal

ٍ ‫ْي أَبو عُمر وحدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن مكْح‬
‫ول َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة‬ ُ َْ ْ ْ ُ َْ َ ْ َ َ َ َ ُ ٌْ ‫َحدَّثَنَا ُح َج‬
‫ب ِِف‬ ِ ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك الْ َكذ‬ َ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ق‬
58 ِ ِ ِ ‫الْمز‬
‫صادقًا‬ َ ‫احة َويَْت ُرَك الْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬
َ َُ
“Telah menceritakan kepada kami Hujain Abu Umar dan telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz dari Manshur bin Udzain dari
Makhul dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam Bersabda: "Seorang hamba tidak dikatakan beriman dengan
sepenuhnya hingga ia meninggalkan berbohong ketika sedang bergurau,
dan meninggalkan berdebat meski ia benar."59

ٍ ‫ان حدَّثَنَا َعب ُد الْع ِزي ِز بن أَِِب سلَمةَ َعن مْنصوِر ب ِن أُذَي ٍن َعن م ْكح‬
‫ول‬ ِ
ُ َ ْ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ُْ َ ْ َ ‫َحدَّثَنَا ُسَريْ ُج بْ ُن الن ُّْع َم‬
ِْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّم ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬
‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ ق‬
َ
60 ِ ِ ِ
‫صاد ًق‬ َ ‫ب ِِف الْ ُمَز ِاح َوالْمَراءَ َوإِ ْن َكا َن‬ َ ‫يَْت ُرَك الْ َكذ‬
“ Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An Nu'man berkata; telah
menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abu Salamah dari Manshur bin
Udzain dari Makhul dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Seorang hamba tidak akan bisa beriman
dengan sempurna sehingga ia bisa meninggalkan bohong baik dalam canda
maupun debat, meskipun ia benar."61

Setelah penulis menyajikan semua hadis yang disebutkan dalam kitab

mu‟jam al-Mufahras, maka langkah selanjutnya yang penulis lakukan dalah

menulis seluruh sanad hadis dalam kegiatan I‟tibar dibawah ini.

Setelah kegiatan takhrij, maka selanjutnya penulis akan melakukan

kegiatan I‟tibar. Yaitu mencatat dan juga menghimpun seluruh sanad. maka

penulis akan membuat skema sebagai berikut:

58
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal,
(Beirut: Maktabah al-Islamî), Kitab : Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, Bab :
Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu , Jilid:2, Hal:352.
59
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
60
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal,
Hal:364.
61
Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
‫‪73‬‬

‫صلهى‬ ‫َرسُو ُل ه ِ‬
‫َّللا َ‬
‫ه‬
‫َّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم‬

‫أَ ِبي ه َُري َْر َة‬


‫َ‪W. 57 H‬‬

‫َم ْكح ٍ‬
‫ُول‬

‫َم ْنصُور ب ُ‬
‫ْن أ َذي ٍ‬
‫ْن‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‪W. 113 H‬‬

‫َع ْب ُد ْال َع ِز ِ‬
‫يز‬
‫‪W. 164 H‬‬

‫ُجيْنٌ أَبُو ُع َم َر‬


‫ح َ‬ ‫س َُر ْي ُج بْنُ ال ُّنعْ َم ِ‬
‫ان‬
‫‪W. 205 H‬‬ ‫َ‪W. 217 H‬‬

‫اَحْ َمد ِْبنْ َح ْن َب ْل‬


‫‪W. 241 H‬‬
74

B. Kegiatan Penelitian Sanad

Setelah dilakukan kegiatan takhrij hadis, maka langkah

selanjutnya yaitu meneliti kualitas sanad yang terdapat pada hadis

tersebut.

a. Ahmad bin Hanbal

Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal

bin Hilal bin Asad al-Marwazi al-Baghdadi. Beliau memiliki nama

kunyah yaitu Abu Abdillah.62 Beliau lahir di kota Baghdad. Ada yang

berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke Baghdad ketika

beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau pada tanggal dua

puluh Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah. Ayah Imam Ahmad dan

kakeknya meninggal ketika beliau lahir, sehingga semenjak kecil ia

hanya mendapatkan pengawasan dan kasih sayang ibunya saja.

Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya, setiap

mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh

perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang

ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan beliau rela tak

menikah dalam usia muda. Beliau baru menikah setelah usia 40 tahun.

Diantara negri yang beliau kunjungi adalah: Bashrah, Kufah,

Makkah,Yaman, Tharsus, Wasith, Ar Riqqah, Mesir.

Guru-guru beliau diantaranya;Husyaim bin Basyir, imam

Ahmad berguru kepadanya selama lima tahun di kota Baghdad,

62
Ahmad bin Hanbal Abû „Abdillâh Al-Syaibâni
75

Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin Sa'ad, Yahya bin Sa'id al Qaththân,

Ismail bin 'Ulaiyah, Imam Asy Syafi'I, Al Qadli Abu Yusuf, Ali bin

Hasyim bin al Barid, Mu'tamar bin Sulaiman, Hujain bin al-

Mutsanna, Waki' bin Al Jarrah,'Amru bin Muhamad bin Ukh asy

Syura, Ibnu Numair, Abu Bakar Bin Iyas, Muhamad bin Ubaid ath

Thanafusi, Yahya bin Abi Zaidah, Abdurrazzaq bin Hammam Ash

Shan'ani, Muhammad bin Ja'far, Dan masih banyak lagi guru-guru

beliau.

Murid-murid yang meriwayatkan hadits dari beliau;

Abdurrazzaq, Abdurrahman bin Mahdi, Waki' bin Al Jarrah, Al Imam

Asy Syafi'I, Yahya bin Adam, Al Hasan bin Musa al Asy-yab Dan

murid-murid beliau yang meriwayatkan dari beliau adalah: Ali bin Al

Madini, Yahya bin Ma'in, Dahim Asy Syami, Ahmad bin Abi Al

Hawari, Ahmad bin Shalih Al Mishri 63

Persaksian para ulama terhadap adalah Asy Syafi'I menuturkan;

aku melihat seorang pemuda di Baghdad, apabila dia berkata; 'telah

meriwayatkan kepada kami,' maka orang-orang semuanya berkata; 'dia

benar'. Maka ditanakanlah kepadanya; 'siapakah dia?' dia menjawab;

'Ahmad bin Hambal.' Ali bin Al Madini menuturkan; sesungghunya

Allah memuliakan agama ini dengan perantaraan Abu Bakar pada saat

timbul fitnah murtad, dan dengan perantaraan Ahmad bin Hambal

pada saat fitnah Al qur`an makhluk.' Abu Ja'far An Nufaili

63
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz: 14,
Hal:288
76

menuturkan; 'Ahmad bin Hambal termasuk dari tokoh agama, Yahya

bin Ma'in menuturkan; 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang

meriwayatkan hadits karena Allah kecuali tiga orang; Ya'la bin

'Ubaid, Al Qa'nabi, Ahmad bin Hambal, Ibrahim berkata; 'orang 'alim

pada zamannya adalah Sa'id bin Al Musayyab, Sufyan Ats Tsaur di

zamannya, Ahmad bin Hambal di zamannya, Ibnu bi Hatim

menuturkan; 'Aku bertanya kepada ayahku tentang 'ali bin Al Madini

dan Ahmad bin Hambal, siapa diantara kedunya yang paling hafizh?'

maka ayahku menjawab; ' keduanya didalam hafalan saling mendekat,

tetapi Ahmad adalah yang paling fakih.'64

Wafatnya beliau Pada hari Jumat tanggal 12 Rabi'ul Awwal

tahun 241H, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajalnya di

Baghdad. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau.

Tidak terdapat seorang kritikus hadis yang mencela Ahmad bin

Hanbal. Pujian yang diberikan kepadanya adalah pujian yang

memiliki tingkat tinggi. Dengan demikian, pernyataan yang

mengatakan bahwasanya beliau telah menerima riwayat hadis dari

Hujain bin al-Mutsanna dapat dipercaya, sehingga sanad antara

Ahmad bin Hanbal dan Hujain bin al-Mutsanna dalam keadaan

bersambung.

64
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:14
H:285.
77

b. Hujain bin al-Mutsanna

Nama lengkap dari Hujain bin al-Mutsanna yaitu Hujain bin Al

Mutsannaa al- Yamâmî. Beliau meruapakan seorang kalangan tabi‟ut

Tabi‟in. Nama kunyah beliau adalah Abu „Umar. Beliau wafat pada

tahun 205 hijriah. Selama hidup beliau tinggal di negeri Hims.

Guru – Guru : Hibbân bin „alî al-„anazî, Abdu Hamîd bin

Sulaimân , „Abdurrahmân bin tsâbit bin Tsaubân, Abdul 'Aziz bin

'Abdullah bin Abi Salamah, al-Laits bin Sa‟ad , Mâlik bin Anas,

Mubârak bin Sa‟id at-tsaurî, Yahya bin Sâbiq, dll

Murid – Murid: Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Mansur Ar-

Ramâdî, Hajjâj bin Asy-Syâ‟ir, Abu Haysamah Zuhayr bin harb,

Sulaimân bin Taubah, „Abbas bin Muhammad ad-Duarî, Muhamad

bin Abdillah al-„Asshar, Yahya bin Ma‟in, Dll.

Komentar para Ulama terhadap Hujain bin Al Mutsannaa al-

Yamâmî yaitu: Bahwaasanya Ibnu Hibban mengatakan bahwa beliau

adalah orang yang Tsiqah, Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan beliau

Tsiqah, dan Adz-Dzahabi mengatakan juga bahwasanya beliau adalah

orang yang Tsiqah Qâdî Rais. 65

Tidak seorang pun dari para kritikus hadis yang mencela pribadi

Hujain bin al-Mutsanna. Pernyataan Hujain bin al-Mutsanna yang

65
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,
(Muasasah ar-Risalah:1987), Juz:5,Hal:483.
78

mengatakan bahwasanya beliau menerima riwayat hadis di atas dari

Abdul 'Aziz dapat dipercayai kebenarannya. Dengan demikia, bahwa

sanad antara Hujain bin al-Mutsanna dan Abdul 'Aziz dalam keadaan

bersambung.

c. Abdul 'Aziz

Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Abi Salamah merupakan nama

panjang beliau. Beliau adalah salah satu kalangan Tabiut tabi’in

kalangan tua. Nama kuniyah beliau adalah Abu „Abdullah. selama

beliau hidup ia tinggal di kota Baghdad. Beliau wafat pada tahun 164

H.

Guru-Guru: Ishâq bin Abdullah bin Abî Thalhah ,Ziyad bin

aslam Sa‟d bin Ibrâhim Hazam bin Salamah bin Dînar, Hisyâm bin

„urwah, Hilâl bin Abî Hilâl, Wahab bin Kaysân, Yahya bin Sa‟d ,

Ya‟qub bin „Utbah Ats-Tsaqafi, Dll.66

Murid-murid beliau : Ibrâhim bin Thahmân Ahmad bin Khâlid

, Ismâ‟il bin Ja‟far, Bisyri bin Mufadhal, Hajjaj bin Minhâl, Hujain

bin Mutsanna, Ziyad bin Hubâb, Surâj bin Nu‟mân, Syu‟aib bin

Harb, Utsmân bin Zufar at-Taymî, Gassân bin ar-Rubayî, al-Laits bin

Sa‟ad. Dll

Komentar para ulama tentang beliau adalah bahwa Imam An-

Nasa‟I mengatakan bahwasanya beliau adalah orang yang Tsiqah,

Imam Abû Dâwûd mengatakan bahawasanya beliau Tsiqah, Abu

Hatim Ibn Sa‟ad, dan Ibn Hibban Ibn Hajar al-„Asqalani juga
66
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:18,
Hal: 153.
79

mengatakan bahwasanya adalah beliau orang yang Tsiqah, dan Imam

Adz-Dzahabi mengatakan bahwasanya beliau Imam.67

Hampir seluruh kritikus hadis memuji Abdul 'Aziz.Namun, Pada

periwayatan ini Abdul 'Aziz tidak dapat dipercayai menerima riwayat

dari Manshur bin Udzain, karena beliau tidak ditemukan

ketersambungannya, baik dari tempat tinggal ataupun dari pertemuan

antara guru dan murid.

d. Manshur bin Udzain

Penulis tidak bisa menemukan identitasnya. Setelah penulis

teliti pada perawi sebelumnya penulis tidak menemukan

ketersambungan periwayatan kepada beliau dan tidak pula terlihat

ketersambungan kepada periwayat berikutnya.

e. Makhul

Makhul Asyâmî adalah nama beliau yang sebenernya. Beliau

juga sering disebut atau kuniyah beliau yaitu Abu 'Abdullah. Semasa

hidupnya beliau tinggal di Negeri Syam. Makhul asyâmî wafat pada

tahun 113 H.

Guru-guru beliau: Nabi Muhammad SAW, Ubay bin Ka‟ab,

Anas bin Malik, Junâdah bin Abî Umayyah, Khâlid bin al-Lajlâj, sa‟id

bin Mussayib, Sulaimân bin yasîr, „urwah bin Zubair, Qaza‟ah bin

yahyâ, Abî Hurairoh, „Âisyah, Ummu Darda, Dll.

Murid-murid beliau: Ibrahîm bin Abî Hanîfahm al-Yamamî ,

Ibrâhim bin Sulaimân al-Afthas, Ismâil bin Umayyâh al-Qurrasyi,

67
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,
Juz:18,Hal:155
80

Ismâil bin Abi Bakr, Ayûb bin Musâ al-Qurrasyî, Bisyr bin Numair,

Tsâbit bin Tsaubân, Hajjâj bin Arthâh,Humaid bin Muslim Al-

Qurrasyi, Sulaimân bin Mûsa, Muhammad bin Ishâq ibn yasîr,

Mu‟âwiyah bin Yahya Asadafi, dan Hisyam bin Al-gaz.

Komentar Para Ulama tentang Makhul asyâmî adalah al‟Ajli

mengatakan Tsiqah, Abu Hatim berkata bahwasanya beliau adalah

orang yang paling faqih di Syam pada masanya, Ibnu Hajar al-

Asqalani mengatkan beliau "tsiqah,faqih", Ibn Yunus berkata bahwa

beliau orang yang faqih 'alim, dan ad-Dzahabi mengatakan beliau

orang yang paling faqih di syam pada masanya.68

Pujian-pujian banyak yang dilontarkan untuk Makhul Asyâmî.

Dengan demikian, Pernyataan hadis diatas dari Abu Hurairoh dapat

dipercayai kebenarannya. Itu berarti bahwa sanad antara Makhul Asyâmî

dengan Abu Hurairoh dalam keadaan bersambung.

f. Abu Hurairoh

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan

hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam, ia meriwayatkan hadis

sebanyak 5.374 hadis. Sebelum beliau masuk Islam beliau bernama

Abd Syams bin „Amir bin „Adtsan bin „Abdullah bin Zahran bin Kaab

bin al-Haris bin Malik bin Nashr bin al-Azad. Ia lahir di Daus, yaitu

sebuah wilayah di Yaman, pada tahun 19SH.69 Ketika beliau masuk

Islam beliau diberi nama oleh Rasulullah dengan nama Abdurrahman,

68
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’alRijâl, Juz:18,
Hal:464.
69
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz 35
Hal:366.
81

alasannya Nabi mengganti namanya karena sebelumnya namanya

seperti jahiliyah.70 Beliau merupakan kalangan Sahabat. Abu Hurairah

merupakan nama kuniyah beliau. Semasa hidupnya beliau tinggal di

negeri Madinah. Beliau wafat pada tahun 57 H.

Beliau banyak meriwayatkan hadis dari: Nabi SAW, Ubay

bin Ka‟ab, „Umar bin al-Khattab, Usamah bin Zaid, Bashrah bin Abî

Bashrah al-Ghifarî,Ka‟ab Akhbar, Â‟isyah,Dll.

Ulama hadis yang meriwayatkan dari dirinya adalah:

Ibrahim bin Ismalil, Ibrahim bin Abdullah bin Hanim, Naim bin

Mujmal, Ishâq bin Abdûllah, Anas bin Malik, Ja‟far bin „Iyâd,

Rubai‟ah al-Jurasyî, Ziyad bin Tsuwa‟ib, Ziyad bin Aslam, Makhûl

asyâmî, Nâfi‟ bin Zubair, dll.71

Pendapat kritikus Hadis terhadap beliau adalah: Menurut

Ibnu Hajar mengatakan Bahwasanya beliau seorang sahabat Nabi,

Menurut al-Zahabi bahwa Beliau adalah seorang sahabat, dia juga

seorang yang hafiz, Ibnu Kasir berkata bahwa beliau seorang yang

sangat jujur, baik hafalannya, taat beragama, tekun beribadah, bersifat

zuhud dan soleh .72

70
Ibnu Ahmad „Alimi, Tokoh dan Ulama hadis, Edt:Ahmad Junaedi, (Sidoarjo:Mashun:
2008), Hal:17.
71
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl ,
(Muasasah ar-Risalah:1987), Jilid 22 Hal:95.
72
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl , Juz:34,
Hal:366.
82

Para ahli kritik hadis tidak ada satupun yang mencela pribadi

Abu Hurairah. Dengan melihat hubungan pribadinya yang akrab

terhadap Nabi yang tidak diragukan lagi. Abu Hurairah merupakan

seorang sahabat yang tidak diragukan lagi tentang hafalannya dan juga

kejujurannya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Abu

Hurairah menerima langsung dari Nabi. Maka dapat dikatakan sanad

hadis ini telah terjadi persambungan periwayatan hadis.

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap periwayatan dari

Hujain bin al-Mutsanna bahwasanya sanad tersebut bersifat dhaif,

sehingga penulis melakukan penelitian kembali melakukan jalur

periwayatan dari Suraij bin An Nu'man. Berikut Jalur periwayatannya :

a. Ahmad bin Hanbal

Telah disebutkan pada halaman: 75

b. Suraij bin An Nu'man bin Marwan

Nama lengkap beliau adalah Suraij bin An Nu'man bin Marwan,

Kuniyah beliau adalah Abu al-Husain, Negeri semasa hidupnya adalah

Baghdad. Beliau wafat pada tahun 217 H.

Guru-Guru beliau:Isma‟il bin Ja‟far, Baqiyyah Bin al-Walîd,

Jarîr bin „abdul Hamîd, Hakim bin „Abdul malik , Hammâad bin Zaid,

Hammâd bin Salamah, Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Abi Salamah

Sufyan bin Uyainah, Suhail bin Abi Hazm , Muhammad bin Ismâ‟il

bin Abî Fudaik, Mukaram bin Hakim, Mahdî bin Maimûn, Husyâm

bin basyr,dll.
83

Murid-muridnya: Bukharî, Ibrâhim bin Ishâq al-Harbî,

Ahmad bin Hanbal, Salmân bin Taubah,dll.

Komentar para ulama: An- Nasa‟I mengatakan bahwasanya

Laisa bin Ba’s, Abu Dâwûd dan Muhammad bin Sa‟ad mengatakan

bahwasanya beliau Tsiqah, ad-Daruquthni mengatakan bahwasnya

beliau Tsiqah Ma’mun, Adz-Dzahabi mengatakan beliau adalah orang

yang Tsiqah ‘Alim. 73

Banyak pujian yang diberikan kepada Suraij bin An Nu'man bin

Marwan dari para kritikus hadis. Dengan demikian, Pernyataan hadis

diatas dari Abdul 'Aziz dapat dipercayai kebenarannya. Itu berarti

bahwa sanad antara Suraij bin An Nu'man bin Marwan dari para

kritikus hadis. Dengan demikian, Pernyataan hadis diatas dari Abdul

'Aziz dalam keadaan bersambung.

c. Abdul 'Aziz

Telah disebutkan pada halaman sebelumnya yaitu halaman 78.

Disini penulis hanya menambahkan ketersambungan antara Abdul

'Aziz dengan Suraij bin An Nu'man, Bahwasanya benar diantara

mereka terjadi pertemuan dan Suraij bin An Nu'man benar

muridnya.74

d. Manshur bin Udzain

Telah disebutkan pada halaman: 79

73
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:10,
Hal:218.
74
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî , Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl, Juz:18,
Hal:154.
84

e. Makhul Asyâmî

Telah disebutkan pada halaman: 79

f. Abu Hurairoh

Telah disebutkan pada halaman: 80

Setelah dilakukan penelitian terhadap jalur ini ternyata sanad hadis

ini tetap berada pada tingkatan daif. Perbedaan riwayat hanya terletak pada

periwayat yang pertama saja dan yang lainnya sama perawinya. Masalah

yang dipersoalkan dalam jalur sanad ini adalah adanya seorang perawi

yang bernama Manshur bin Udzain, yang ternilai majhûl ( tidak diketahui

keadilannya). Maka dalam kajian kritik hadis, keadaan perawi demikian

disebut dengan majhûl „ain ( tidak diketahui data pribadinya sedikitpun).

Penulis mengatakan bahwasanya Manshur bin Udzain, tidak

diketahui keadannya dalam beberapa kitab Rijâl al-Hadîs dan Penulis tidak

menemukan pertemuan antara rawi yang sebelumnya dan sesudahnya.

Menurut disiplin ilmu hadis, apabila terdapat perawi yang tidak diketahui

keadaanya maka sanad perawi hadis tersebut hukum riwayatnya tertolak

dan termasuk kedalam hadis yang daif menurut jumhur ulama hadis.

Setelah melakukan penelitian sanad hadis melalui perawi Hujain bin

al-Mutsanna dan Suraij bin An Nu'man bin Marwan sanad dari

periwayatan hadis ini bersifat daif, karena Makhul tidak ditemukan

identitasnya dan periwayat setelahnya dan sebelumnya tidak bertemu

dengan beliau . Sehingga periwayatan sanad hadis ini bersifat daif.


85

C. Kritik Matan hadis

Setelah melakukan kegiatan penelitian terhadap sanad maka penulis,

mengadakan penelitian matan, menggunakan metode yang sama dengan

sbeelumnya, Yaitu:

1. Meneliti Kualitas Sanad Hadis

Dari hasil Penelitian sanad yang telah dilakukan diatas, terdapat

satu pe perawi yang majhûl( tidak diketahui keadaanya) baik guru dan

muridnya tidak mencantumkan perawi tersebut. Dalam hal ini, penulis

mengatakan bahwasanya hadis ini memiliki sanad yang daif.

2. Meneliti Matan Yang Semakna

Susunan matan dari imam Ahmad ibn Hanbal ini emmiliki

makna yang sama, namun ada sedikit penambahan, namun itu tidak

menjadikan perbedaan yang menonjol. Untuk mengetahui

penambahan tersebut, berikut penulis cantumkan kedua hadis dibawah

ini:

75
‫اح ِة َويَْت ُرَك الْ ِمَراءَ َوإِ ْن‬ ِ ِْ ‫ ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬.1
َ ‫ب ِِف الْ ُمَز‬
َ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت ُرَك الْ َكذ‬

ِ ِ َ ‫اْلميَا َن ُكلَّوُ َح ََّّت يَْت رَك الْ َك ِذ‬


ِْ ‫ص ِادقًا ََل يُ ْؤِم ُن الْ َعْب ُد‬
َ‫ب ِف الْ ُمَز ِاح َوالْمَراء‬ ُ َ ‫ َكا َن‬.2

76
‫ص ِاد ًق‬
َ ‫َوإِ ْن َكا َن‬

Dari kedua matan diatas, tampak ada perbedaan sedikit pada

kedua teks matan tersebut. Yakni pada hadis pertama menggunakan

75
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal
76
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal
86

kata ‫َويَْت رَك‬


ُ ‫اح ِة‬
َ ‫ ِِف الْ ُمَز‬sedangakan hadis kedua tidak menggunakan lafaz

‫ َويَْت ُرَك‬. Perbedaan tersebut tidak merubah maksud dari matan hadis

tersebut, perubahan dan penambhan dalam matan hadis tersebut masih

dalam koridor yang tidak merubah makna matan hadis tersebut.

3. Meneliti Kandungan Matan

Pada dasarnya Akhlak merupakan sebuah reaksi jiwa dan segala

sesuatu yang mempengaruhinya untuk melakukan apa yang harus

dilakukan dan meninggalkan apa yang harus ditinggalkan. Akhlak itu

tercermin dari tingkah laku atau dari perkataan seseorang. Dengan

demikian, akhlak menjadi ebnteng bagi pelaksanaan syariat. Ia

merupakan tempat bertahan bagi orang-orang yang benar-benar

muslim. Sehingga akhlak yang baik tersebut merupakan

penyempurnaan iman.

Iman itu sendiri merupakan suatu tenaga yang membentengi dari

pengaruh duniawi dan mendorong manusia untuk mencapai sebuah

kemuliaan. Allah menyerukan kepada umatnya untuk berbuat

kebijakan dan mencegah dari kemunkaran. Allah berfirman tentang

orang yang berdusta yaitu:

          

            

77
           

77
Q.S az – Zumar ayat 3.
87

” Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari


syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.

Nabi Muhammad saw telah menjelaskan bahwasanya iman yang

kuat akan melahirkan perangai yang kuat pula, namun sebaliknya jika

akhlaknya rusak maka akan berpangkal pada kelemahan atau bahkan

sampai hilangnya iman.

78         
“11. Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan,12. (yaitu) orang-orang yang bermain-main
dalam kebathilan”

Nabi Muhammad sering menyinggung perihal permasalahan

akhlak dengan mengaitkannya dengan iman. Berikut hadis nya:

‫ب َحدَّثَنَا َعْب َدةُ بْ ُن ُسلَْي َما َن َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن َع ْم ٍرو َحدَّثَنَا أَبُو‬ ٍ ْ‫َحدَّثَنَا أَبُو ُكري‬
َ
ِ ِ ِ ِ
َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم أَ ْك َم ُل الْ ُم ْؤمن‬
‫ْي‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َسلَ َمةَ َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة ق‬
79
‫َح َسنُ ُه ْم ُخلُ ًقا َو ِخيَ ُارُك ْم ِخيَ ُارُك ْم لِنِ َسائِ ِه ْم ُخلُ ًقا‬ْ ‫إِميَانًا أ‬

“Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah


menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dari
Muhammad bin 'Amr, telah menceritakan kepada kami Abu
Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-
baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya."

78
Q.s at-Thur ayat 11dan 12.
79
al-HâfizAbû „îsa Muhammad bin „îsa Al-Turmudzy,Sunan al-Turmudzi, (Riyadh,Bayt al-
Afkâf ad-Dawliyah,9947), Kitab : Penyusuan, Bab : Hak isteri atas suami, Hal: 466.
88

Setelah penulis melakukan penelitian terhadap matan ini, dapat

dikatakan bahwasanya matan hadis ini tidak bertolak belakang

terhadap ajaran Islam, baik dalam al-Qur‟an ataupun hadis yang lebih

sahih. Penulis menyimpulkan bahwasanya hadis ini meskipun

sanadnya bersifat dhaif, namun matannya memiliki tingkatan sahih.

Sehingga hadis ini dapat digunakan menjadi pedoman hidup untuk

menghindari perbuatan tersebut.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan yang telah penulis paparkan pada sebelumnya,

maka disini penulis akan menarik kesimpulan bahwa pembahasan yang telah selesai

diajukan sebagai berikut:

1. Setelah melakukan kegiatan penelitian kualitas sanad dan matan bahwasanya hadis

Nabi Muhammad saw yang berkenaan tentang Ancaman Allah kepada orang yang

melakukan dusta untuk membuat orang tertawa, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwasanya hadis tersebut memiliki kualitas sahih, Karena hadis tersebut telah

memenuhi syarat-syarat hadis sahîh. Sanad Hadis ini memiliki ketersambungan sanad

hingga perawi terakhir. Adapun matan yang terkandung dalam kandungan hadis

tersebut juga tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan juga hadis sahîh.

2. Adapun hadis Nabi saw yang berkenaan dengan tidak sempurnanya iman seseorang

terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang tertawa, penulis dapat

menyimpulkan bahwasanya sanad hadis tersebut memiliki kualitas dhaif, Kedhaifan

tersebut disebabkan karena terdapat seorang karena salah satu periwayat yang tidak

diketahui identitas pribadinya. Perawi yang tidak diketahui identitasnya bernama

Manshur bin Udzain. Sehingga penulis menyatakan kualitas sanad tersebut dhaif.

Untuk kandungan matan yang terdapat dalam hadis tersebut bersifat sahîh, karena

dalam matan tersebut tidak terdapat kejanggalan ataupun bertentangan dengan al-

Qur’an ataupun dengan hadis-hadis yang sahîh.

89
90

Dengan demikian, Bahwasanya hadis pertama bisa dijadikan hujjah dan dijadikan

pedoman. Matan pada hadis pertama memberikan peringatan terhadap orang yang

membuat tawa dengan menggunakan kata-kata dusta. Oleh karena itu, Sebaiknya apabila

ingin membuat sebuah gelak tawa menggunakan kata-kata yang benar karena pada

dasarnya dusta adalah sebuah akhlak yang buruk. Hadis kedua tersebut menjelaskan

bahwasanya tidak sempurnanya keimanan seseorang karena berdusta untuk menimbulkan

tawa. Namun, hadis tersebut bersifat dhaif, dan tidak bisa dijadikan pedoman.

B. Saran-saran

Dari hasil uraian tentang hadis larangan berdusta untuk membuat orang tertawa

yang menjadi tema dalam skripsi ini, penulis akan memberikan saran kepada para

pembaca:

a. Hendaknya menghindari berkata-kata dusta dalam segala hal baik dalam berbicara

formal atau dalam berbicara dalam gurauan.

b. Membuat orang lain tertawa memang baik, namun berdusta merupakan perbuatan

yang dibenci oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwasanya masih banyak terjadi kesalahan di dalam skripsi

ini, untuk itu diharapkan untuk para pembaca meneliti lebih lanjut mengenai skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA

‘Alimi, Ibnu Ahmad. Tokoh dan Ulama Hadis, edt:Ahmad Junaedi,


Sidoarjo:Mashun, 2008.

Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung: Pustaka Setia)

Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Pt. Logos
Wacana Ilmu, Ciputat, 1999.
Anggun Resdasari Prasetyo dan Harlina Nurtjahjanti, Pengaruh Penerapan
Terapi Tawa Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai
Kereta Api, Jurnal Psikologi Undip Vol11,No.1 April,2012

Al-Asqalânî,ibn Hajar.Tahdzîb al-Tahzîb.Bayrût:Dâr al-Fikr,1994

Al-Awayisyah Husain, Saat Diam Saat Bicara ( Manajemen Lisan ),ter. Gunaim
Ihsan, Lc, Jakarta: Darul Haq: 2006 cet:2.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Miftah Kunuz al-Sunnah,Cairo:Dar al-Hadis.

Al-Bukhārî, Muhammad bin Ismā’il bin Ibrāhim al-Ja’fî, Ṣaḥîḥ Bukhārî, Kairo:
al-Mathaba’ah al-Salafiyyah:1400 H.

Bustamin dan salam Isa.Metodologi Kritik Sanad. Jakarta:Raja Grafindo


Persada,2004.

Chaer, Abdul. Ketawa-Ketiwi Betawi, Depok: Masup Jakarta, 2007.

Al-Dârimi,al-Fadl ibn Bahram.Sunan al-Darimî. Dârul al-Basyair Al-Islamiyyah,1419H.

El-Sulthani, Mawardy Labay, Bahaya Provokasi Lidah Tidak Bertulang,


Jakarta:Al-Mawardi Prima,2002.

Fatimah, Muhammad Khair, Etika Muslim Sehari-hari, ter.Biqadarin,


Jakarta:Pustaka al-Kautsar.

Al-Ghazali, Bahaya Lidah, terj. Zainuddin, Jakarta Bumi Aksara 1994.

…………., Akhlaq Seorang Muslim, Terj.Moh.Rifa’I,Semarang: Wicaksana

Hasan , M.Ali,50 Perbuatan dan Perilaku yang Membawa Malapetaka, Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya,1997.

Husain al-Munawwar, Said Aqil. Metode Takhrij Hadis. Semarang:Dina


Utama,1994.

91
92

Idris, Studi Hadis, Jakarta:Kencana,2010.

Ismail, Syuhudi.Metodologi Penelitian Hadis Nabi.Jakarta:Bulan Bintang,1992.

Ivanka Tria, Seni Membaca Senyum, Jakarta :Percetakan Hi-Fest, 2008.

Jaarullah, Abdullah bin. Awas! Bahaya Lidah, ter.Abu Haidar dan Abu Fahmi,
Depok: Gema Insani,2016.

Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ’al-Rijâl,


Muasasah ar-Risalah:1987.

Jurnal Rokayah, Penerapan etika dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari , IAIN
Raden Inten Lampung, Terampil, Juni, 2001.

Al-Khatib, Muhammad ‘ajaj. Usûl al-Hadîs, Beirut: Dar al-Fikr,1989.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, Jakarta:Amzah,2013.

Lidwa- Software Hadis 9 Imam Hadis

Listya Istiningtyas, Humor dalam Kajian Psikologis Islam,


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/download/479/429.

Majid, Abdul S, Tertawa yang disukai, tertawa yang dibenci Allah, Jakarta,
Gema Insani Press, 2004.

Mâlik, Mâlik bin Anas bin, Muwata Malik,Dârul Farb al-Islâmî:1997

Marwan, Iwan. "Rasa Humor dalam Perspektif Agama." Buletin Al-Turas 19.2
2013.

Al-Mizzî ,Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf. Tahdzib al-Kamâl fi Asma’al-Rijâl ,


Muasasah ar-Risalah:1987.

.............., Tuhfatul Asyraf Bima’rifat al-Athraf ,Dar al-Gharb al-Islamî,1999.

Muhammad Sholihuddin Zuhdi, Skripsi, Tertawa sebagai media terapi depresi


pada lanjut usia, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2011.

Munawwir,Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:


Pustaka Progresif,1997.

Mursi, Muhammad Said. Panduan Praktis dalam pergaulan, ter.Abdul Hayyie al-
Kattani dan Uqinu Attaqi,Jakarta: Gema Insani Press,2004.

Al-Naisâbury, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjâj bin al-Muslim al-Qusyairy.


Sahîh al-Muslim.Beirut:Dar al-Afâq.
93

Al-Nasa’I, Abi Abdirrahman Ahmad ibn Syuaib. Sunan Nasa’i, Beirut: Dar el
Fikr.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 4, Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama, 2008.

Al-Qarni, Aidh Abdullah Tersemyum, ter:Ayip Faishol dan Zainal Abidin,


Jakarta:Pustaka Azzam,2004.

Al-Qazwaini, Muhammad Bin Yazid. Sunan Ibnu Majah, Riyadh: Baitul Afkar
ad-Dauliyah.

Al-Râzî, Abû Muhammad ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim Muhammad bin Idrîs
bin al-Munzir. Kitab al-Jarh wa al-Ta’dîl, Hayderabat: Majlis Da’irat al-
Ma‘arif,1987.

Ar-Riyadhi, Ridhwanullah, Bercanda Bersama Rasululllah, terj.Abdul Hamid,


Jakarta: Darul Haq, 2005.

Sahabudin, Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, Jakarta:Lentera Hati,2007.

Al-Sajastani, Abu Daud Sulaeman. Sunan Abu Daud, Beirut:Daar al-Kitab al-
Arabi,275H.

Sheni Desinta dan Neila Ramdhani, terapi tawa untuk menurunkan stress pada
penderita hipertensi, Jurnal psikologi volume 40,no.1,juni 2013.

Supadie, Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Akhlak, rev.ed Cet 2,


Jakarta:Rajawali, 2012.

Suparta, Munzier. Ilmu Hadis, Jakarta:Rajawali Pers,2010.

Al-Syaybānî ,Aḥmad bin Muhammad bin Ḥanbal bin Ḥilal. Musnad al-Imam
Aḥmad bin Ḥanbal, Beirut: Dar al-Kutub: 1971.
TB. Asep Subhi dan Ahmad Taufik, 101 Dosa Besar, Jakarta: Qultum Media,
2004.
Thalib, Moh. Sifat dan Sikap Tercela dalam Islam,Surabaya:Pt Bina Ilmu,1983.

Al-Turmudzy,al-Hâfiz Abû ‘îsa Muhammad bin ‘îsa. Sunan al-Turmudzi.


Beirut:Dâr al-Fikr.

Utsman, Akram. Hidup tanpa Dusta, ter.Yulaikha Fitria ,Nakhlah Pustaka,


Jakarta:2008.

Wahid, Sa’ad Abdul. Membersihkan dan Menyembuhkan berbagai Penyakit


Qalbu, Yogyakarta: Citra Media: 2006.
94

Wensick,A.J. Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz al-Hadîs al-Nabawî.


Leiden:E.J.Brill,1943.

Al-Zahâbî, Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin ‘Usmân, Siyar a’lam al-
Nubalâ, Bayrut: Mu’assasat al-Risâlah,1990.
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah kata-kata arab yang digunakan dalam penyusunan

skripsi ini. Pedoman yang penulis gunakan adalah buku Pedoman Akademik pada

tahun 2013:

HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN


‫ا‬ - Tidak dilambangkan

‫ب‬ B Be

‫ت‬ T te dan es

‫ث‬ Ts te dan es

‫ج‬ J Je

‫ح‬ H h dengan garis bawah

‫خ‬ Kh ka dan ha

‫د‬ D da

‫ذ‬ Dz de dan zat

‫ر‬ R er

‫ز‬ Z zet

‫س‬ S es

‫ش‬ Sy es dan ye

‫ص‬ S es dengan garis di bawah

‫ض‬ D de dengan garis di bawah

‫ط‬ T te dengan garis di bawah

‫ظ‬ Z zet dengan garis di bawah

‫ع‬ ‘
koma terbalik di atas
hadap kanan
‫غ‬ Gh ge dan ha

‫ف‬ F ef

iv
‫ق‬ Q ki

‫ك‬ K ka

‫ل‬ L el

‫م‬ M em

‫ن‬ N en

‫و‬ W we

‫ه‬ H ha

‫ء‬ ' apostrof

‫ي‬ Y ye

Vokal
Vokal dalam bahasa arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal

tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal,

ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN


A Fathah

I Kasrah

‫ۥ‬ U Ḏammah

Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN


‫ــَـي‬ ai a dan i
‫ـ ـَـو‬ au a dan u

v
Vocal Panjang
Ketentuan alih aksara vocal panjang (madd), yang dalam bahasa arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN


‫ـَا‬ â a dengan topi di atas

‫ـِ ْي‬ î i dengan topi di atas

‫ـُْو‬ û u dengan topi di atas

Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu ‫ﺍﻝ‬, dialihaksarakan menjadi huruf/I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun

huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (ّ‫ )ـ‬, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

َّ ‫ّﺍل‬tidak
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata َ‫ض ُوْر ة‬

ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbûṯah
Berkaitan dengna alih aksara ini,jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/.Hal

yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t).

vi
Namun,jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka harus

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

Contoh :

NO KATA ARAB ALIH AKSARA


1 ‫طريقة‬ ṯarîqah

2 ‫الجامعة اإلسالميّة‬ al-jâmi’ah al-islâmiyyah

3 ‫وحدة الوجود‬ waḫdat al-wujûd

Huruf Kapital
Meskipun dalam siistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia,antara

lain untuk menuliskan permulaan kalimat,huruf awal nama tempat,nama

bulan,nama diri,dan lain-lain. Penting untuk diperhatikan,jika nama diri didahului

oleh kata sandang ,maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama

diri tersebut,bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Ḫâmid al-

Ghazâlî bukan Abû Ḫâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Cara Penulisan Kata


Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (ḫarf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contohnya:

NO KATA ARAB ALIH AKSARA


1 ‫اد‬
ُ َ‫ُست‬
ْ ‫ب األ‬َ ‫َذ َح‬ dzahaba al-ustâdzu

2 ‫َج ُر‬
ْ ‫ت األ‬َ َ‫ثـَب‬ Tsabata al-ajru

3 ‫الصالِح‬
َ ‫ك‬ ْ ِ‫َم ْوالَنَا َمل‬ Maulânâ Malik al-Ṣâliḫ

vii
4 ‫يـُ َؤثُِرُك ُم اللّه‬ Yu’atstsirukum Allâh

viii

You might also like