Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Vesikolitiasis
Oleh
AFIFAH ROSELINA KHAIRUNNISA
NIM. 1810029007
Pembimbing
dr. Monika Kencana Dewi, Sp. Rad
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat tentang “Vesikolitiasis”. Referat ini disusun dalam
rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Monika Kencana Dewi,
Sp.Rad selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis
sehingga referat ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan
dalam referat ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan
referat ini. Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Vesika urinaria atau kandung kemih adalah suatu ruang otot polos yang terdiri dari
bagian korpus yang merupakan tempat pengumpulan urin dan bagian leher berbentuk corong
yang berhubungan dengan uretra.1 Fungsi utamanya adalah menampung urin dari ureter dan
mengeluarkannya melalui uretra saat berkemih. Kapasitas maksimal dalam menampung urin
untuk orang dewasa sekitar 300-450 ml.2
Vesikolitiasis atau batu kandung kemih adalah adanya batu di dalam vesika urinaria
dan merupakan bagian dari batu saluran kemih.3 Batu di vesika urinaria dapat terbentuk
karena pada tempat tersebut sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin) yang mana
sering disebabkan gangguan berkemih, benda asing, striktura uretra, infeksi, ataupun defek
anatomi. Batu berupa kristal-kristal yang selanjutnya dapat mengalami presipitasi dan
agregasi menjadi kristal yang lebih besar. Komposisi batu kandung kemih terdiri dari batu
struvit, ammonium asam urat dan kalsium oksalat.4
Vesikolitiasis memberikan suatu kondisi tidak nyaman dan gejala yang spesifik.
Tanda dan gejala Vesikolitiasis dapat bervariasi mulai dari nyeri perut yang parah, nyeri saat
berkemih, retensi urin, hingga darah dalam urin. Namun terkadang, batu kandung kemih tidak
menimbulkan gejala apapun.5 Temuan pemeriksaan fisik yang umum pada vesikolitiasis
adalah nyeri tekan suprapubik, rasa penuh dan kadang-kadang teraba kandung kemih
terdistensi jika pasien berada dalam retensi urin akut.6
Penyakit batu saluran kemih dapat menyerang penduduk di seluruh dunia dan tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai
belahan dunia. Di negara-negara berkembang, banyak dijumpai pasien batu kandung kemih
sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas.
Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Batu kandung
kemih menjadi kasus umum batu saluran kemih dimana mencapai 5% kasus dari kasus batu
saluran kemih. Insidensi batu kandung kemih pada orang dewasa di Negara barat
sekitar <5%, sedangkan pada anak/anak insidensinya sekitar <3%. Insidensi Vesikolitiasis
lebih sering terjadi pada laki-laki, biasanya lansia. Di negara-negara berkembang, juga terjadi
1
pada anak laki-laki praremaja yang seringnya bersifat idiopatik dan akibat malnutrisi
khususnya diet rendah protein .7,8
Batu kandung kemih yang masih kecil dapat sembuh tanpa pengobatan, tetapi
beberapa memerlukan obat atau operasi. Jika tidak diobati, batu kandung kemih dapat
menyebabkan infeksi dan komplikasi lainnya.9
1.2 Tujuan
Tujuan umum pembuatan referat ini adalah untuk dapat mengetahui tentang
“Vesikolitiasis” meliputi anatomi, definisi, klasifikasi, etiologi, patogenesis, manifestasi
klinik, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis. Serta
diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai tata cara melakukan penulisan
referat secara baik dan benar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.2 Anatomi Vesika Urinaria pada Perempuan12
Struktur vesika urinaria terdiri dari lapisan dinding kandung kemih yang dari dalam
ke luar yaitu lapisan mukosa, submukosa, otot polos, lapisan fibrosa serta terdapat segitiga
kecil pada dinding posterior kandung kemih yang terdiri atas tiga lubang yaitu dua lubang
ureter dan satu lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut trigonum atau trigon.
4
kandung kemih. Saraf motorik menjalar dalam nervus pelvikus adalah saraf parasimpatis.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk kandung kemih
yaitu otot lurik berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus yang merupakan
serat saraf somatik mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung kemih
juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus terutama
berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis. Serat simpatis merangsang pembuluh
darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik
juga berjalan melalui saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri.1 Pintu keluar kandung kemih dijaga oleh
sfingter uretra internus dan eksternus. Dalam keadaan normal, ketika kandung kemih
melemas dan terisi, sfingter internus dan eksternus menjaga agar urin tidak menetes.Ketika
kandung kemih kontraksi, sfingter internus secara mekanis terbuka dan secara bersamaan
sfingter eksternus melemas dan terbuka. Kemudian urin terdorong dan keluar melalui
uretra.13
2.2 Vesikolitiasis
2.2.1 Definisi
Vesikolitiasis adalah batu tidak normal di dalam saluran kemih yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik pada vesika urinaria atau kandung kemih. Biasa
disebut juga batu buli-buli, vesica calculus atau cystolith. Batu kandung kemih sebagian besar
mengandung campuran magnesium, ammonium, batu kalsium oksalat, atau fosfat.
Komponen terbanyak penyusun batu buli-buli adalah garam kalsium.14 Vesikolitiasis sering
terjadi pada pasien yang mengalami gangguan berkemih atau terdapat benda asing di
kandung kemih. Batu vesika urinaria juga dapat berasal dari hambatan aliran urin (stasis),
infeksi, batu ginjal atau batu ureter yang turun ke vesika urinaria.2,15
2.2.2 Epidemiologi
Pada orang dewasa batu saluran kencing banyak mengenai sistem bagian atas seperti
ginjal sedangkan pada anak-anak sering terjadi pada sistem bagian bawah seperti kandung
kemih. Di negara berkembang batu kandung kemih terbanyak ditemukan pada anak laki-laki
pre pubertas. Batu vesika urinaria terutama juga terjadi pada laki-laki usia di atas 50 tahun.16
Kejadian batu lebih sering terjadi di negara berkembang seperti Thailand, Myanmar,
Indonesia dan Afrika Utara. Hal ini mungkin terjadi berkaitan dengan iklim atau cuaca yang
panas, gersang dan kering di gurun, pegunungan dan area tropis. Hal ini mungkin juga
5
berkaitan dengan penurunan produksi urin, penurunan pH urin, peningkatan asam urat dan
peningkatan berat jenis urin pada kondisi wilayah dengan temperatur tinggi.28
Pada awalnya batu buli-buli merupakan bentuk yang sebesar biji padi tetapi kemudian
dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih besar. Batu dapat bersifat soliter sebanyak
75%, namun kadangkala juga dapat merupakan batu yang mulitipel dengan angka kejadian
25%. Batu yang terbentuk kebanyakan terdiri dari kalsium sebanyak 75%. 16
a. Faktor Intrinsik
Herediter
Studi menunjukkan bahwa penyakit batu dapat bersifat herediter atau diturunkan dari
orang tua. Individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki risiko dua kali
lipat lebih tinggi terkena batu saluran kemih. Risiko yang lebih tinggi mungkin
disebabkan kombinasi predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang sama
misalnya diet.
Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan di usia 30-50 tahun. Untuk pria, insiden mulai
meningkat setelah usia 20 tahun, puncaknya antara usia 40 dan 60 tahun. Untuk
wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an dan pada usia 50
tahun.
Jenis Kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan
b. Faktor Ekstrinsik
Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih
tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu
saluran kemih.
Iklim dan temperatur
6
Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
Pekerjaan
Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan kurang aktifitas
atau sedentary life. 2,17,18
Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh adanya infeksi, stasis urin dan masalah
pengosongan urin. Faktor- faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu kandung kemih
(vesikolitiasis) adalah:
Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin yang melebihi 250-300
mg/24jam, disebabkan karena hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria
disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein, hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium) serta disebabkan oleh
resorpsi kalsium yang berlebihan dari tulang karena hiperparatiroidisme, absorpsi
kalsium yang berlebihan dari usus, dan sebagai akibat gangguan resorpsi kalsium di
tubulus ginjal.
Hiperikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam urin melebihi 850mg/ 24jam yang dapat
memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
Penurunan jumlah air kemih
Keadaan ini dapat disebabkan oleh sedikitnya masukan cairan. Selanjutnya
akan menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan pengurangan
aliran kemih.
Hiperoksaluria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari atau 0,5 mmol/hari).
Peningkatan ini dapat menyebabkan perubahan cukup besar dan memacu prepitasi kalsium
oksalat dengan derajat yang lebih besar dibandingkan kenaikan ekskresi kalsium. kejadian
ini disebabkan oleh kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat, misalnya
7
teh, kopi instant, minuman soft drink, kokoa, sayuran yang berwarna hijau terutama
bayam.19,20
Batu vesika urinaria dapat dibedakan menjadi dua yaitu batu primer (berasal
dari vesika urinaria) dan batu sekunder (batu yang berasal dari ginjal kemudian turun
ke vesika urinaria).28
2.2.4 Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urin (statis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-
buli. Kelainan bawaan atau cedera, keadaan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu di saluran kemih dan tumor sering menyebabkan bendungan dan
memudahkan terjadinya pembentukan batu.
8
yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Kondisi meta-stable dipengaruhi oleh pH
larutan, adanya koloid di dalam urin, konsentrasi solute di dalam urin, laju aliran urin di
dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat membentuk batu kalsium oksalat dan
kalsium fosfat. Sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium fosfat (batu
sturvit/batu infeksi), batu xantyn, batu sistein dan batu jenis lainnya.
Walaupun patogenesis pembetukan batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam
saluran kemih memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan
batu asam urat mudah terbentuk dalam asam (pH urin < 5,5), sedangkan batu magnesium
ammonium fosfat terbentuk karena urin bersifat basa (pH urin > 6,6).
Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya kompisisi batu merupakan batu
asam urat lebih dari 50% dan batu paling banyak berlokasi di vesika urinaria. Batu yang
terdiri dari kalsium oksalat biasanya berasal dari ginjal. Pada batu yang ditemukan pada anak
umunya ditemukan pada daerah endemik dan terdiri dari asam ammonium material, kalsium
oksalat, dan campuran keduanya.2,3
9
nokturna), disamping sering menarik-narik penis (pada anak laki-laki) atau
menggosok vulva (pada anak perempuan).
Terdapat hematuri pada akhir kencing
Sering ingin berkemih terutama pada malam hari walaupun vesika urinaria belum
penuh.
Aliran urin dapat berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna tetapi
dapat menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi.
Bila batu mneyumbat muara ureter bisa mengakibatkan hidrouereter, hidronefrosis
bahkan gagal ginjal
Warna urin lebih gelap dari biasanya2,22
2.2.6 Diagnosis
10
merah dan pyuria (leukosit), dan adanya kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin
juga berguna untuk memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.2
BNO
Foto BNO atau Blass Nier Overzich atau yang disebut juga KUB (Kidney Ureter
Bladder) adalah foto didaerah abdomen untuk melihat tractus urinaria dari nier (ginjal)
hingga blass (kandung kemih). Pemeriksaan BNO dapat memvisualisasikan saluran
kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria. Foto ini bertujuan untuk menunjukkan
kemungkinan adanya batu yang radio-opak di saluran kemih. Namun beberapa dapat
tidak terlihat karena tertutup bayangan gas usus atau tidak radio-opak. Batu jenis kalsium
oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak. Batu asam urat dan ammonium urat
merupakan batu yang bersifat radiolusen. Tetapi batu tersebut terkadang dilapisi oleh
selaput berupa kalsium sehingga gambaran akhirnya radio-opak.2,17,23 Gambaran radio-
opak padat biasanya tampak pada vesika urinaria, batu dapat tunggal atau multipel dan
sering besar atau berupa lapisan-lapisan seperti kulit bawang.24
Gambar 2.5 X-Ray Bladder Calculus. Terdapat gambaran batu yang radio-opak berbentuk
oval di vesika urinaria.24
11
Gambar 2.7 Dua struktur radio-opak berlobus dengan laminasi internal di vesika
urinaria.24
Gambar 2.8 Batu radio-opak halus- besar dengan lapisan seperti kulit bawang. 24
12
zat kontras yang kemudian mengisi ginjal, berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih.
Adanya batu akan ditunjukkan dengan adanya filling defek. IVP juga dapat menunjukkan
adanya batu semi-opak dan non opak yang tidak terlihat pada BNO.25
Gambar 2.11 Adanya filling defek di dasar lateral kanan vesika urinaria, menunjukkan ada
lesi massa (M) dan calculus, meskipun tidak terlalu tampak pada vesika urinaria (panah).17
Gambar 2.12 Filling defek tampak sebagai area radiolusen saat vesika urinaria terisi kontras.6
Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak memungkinkan untuk menjalani pemeriksaan
IVP yautu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita hamil. Pemeriksaan dapat menilai adanya batu di buli-buli.
13
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran echoic shadow, hidronefrosis, pionefrosis, atau
pengerutan ginjal. USG efektif untuk melihat batu yang radio-opak atau radiolusen.2
Gambar 2.13 Ultrasonografi transvaginal (A) dan transabdominal (B) menunjukkan batu
vesika dengan gambaran echoic shadow (panah).24
A B
Gambar 2.14 Huge Urinary Bladder Calculus. USG menunjukkan permukaan luar kalkulus
vesika urinaria cembung. Kalkulus vesikal bebas bergerak dan terlihat bergeser ke area lain
tergantung dengan perubahan postur. Kalkuli vesika urinaria yang besar seperti itu sering
menghasilkan obstruksi signifikan terhadap aliran keluar urin dari vesika urinaria.26
14
A B
Gambar 2.15 Large Urinary Bladder Calculus. USG menunjukkan gmbaran echogenic yang
besar, ada batu oval sebesar 4.4 cm di vesika urinaria. USG juga menunjukkan batu berubah
posisi secara bebas tergantung dengan perubahan posisi vesika urinaria.26
CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang nyeri perut, massa di pelvis, suspect
abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli yang tidak dapat ditunjukkan pada IVP.6
15
A B
Gambar 2.17 Large Urinary Bladder CT Scan. (A) Coronal non-contrast (B) Sagital non-
contrast (C) Axial non-contrast.24
MRI
Keuntungan dari pemeriksaan MRI adalah memberikan gambaran multiplanar,
secara jelas memberikan gambaran antara jaringan normal dengan jaringan yang patologis
serta tidak ada efek radiasi. Namun, modalitas pencitraan ini mahal dan menghasilkan
resolusi batu yang buruk. Sehingga tidak direkomendasikan dalam evaluasi batu kandung
kemih. Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya gambaran lubang hitam yang
semestinya tidak ada pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini diasosiasikan sebagai
batu.6
Sistoskopi
Sistoskopi adalah tes yang paling umum digunakan untuk mengkonfirmasi
keberadaan batu kandung kemih dan perencanaan pengobatan. Prosedur ini
memungkinkan pemeriksa memvisualisasikan batu dan menilai jumlah, ukuran, dan
16
posisinya. Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat endoskopi
melalui uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam vesika urinaria.6
17
Transitional Cell Carcinoma
Keganasan pada vesika urinaria yang memberikan gambaran kalsifikasi pada vesika
urinaria.27
Gambar 2.20 Transitional Cell Carcinoma. (A) Tampak kalsifikasi berbentuk linear pada
vesika urinaria. (B) Filling defect pada vesika urinaria.28
Urachal Carcinoma
Keganasan pada urachus yang memberikan gambaran kalsifikasi pada kubah vesika
urinaria memberikan gambaran radio-opak.27
Gambar 2.21 Urachal Carcinoma. (A) Tampak kalsifikasi pada vesika urinaria.
(B) CT-Scan menunjukkan massa dengan kalsifikasi di bagian anterior.28
Pembesaran Kelenjar Prostat
Kalsifikasi akibat pembesaran kelenjar prostat pada foto polos akan memberi kesan batu
radio-opak. Jika terus terjadi pembesaran maka akan mendorong vesika urinaria yang
disebut indentasi caudal pada pemeriksaan IVP.28
18
Plebolith
Plebolith sulit dibedakan dengan batu tetapi plebolith biasanya bulat, multipel dan
ditengahnya densitas lebih radiolusen. Diagnosis kemudian dikonfirmasi dengan CT-
Scan.28
Gambar 2.23 Plebolith. Tampak beberapa gambaran radio-opak dengan central radiolusen
pada foto polos.
2.2.8 Penatalaksanaan
Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar spontan. Banyak minum disertai diuretik dapat membantu produksi air
kemih yang lebih banyak yang diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur. Adanya batu
struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan antibiotik. Batu
struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan
dengan pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti acetohidroxamic acid. Ini untuk
menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium urin. Pengobatan yang efektif
untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi
supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin
menjadi lebih tinggi atau setinggi 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus
disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra
K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi
pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan dengan sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit
calsium fosfat pada permukaan batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Usaha
menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol cukup
19
memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah
makan.23,25
Litotripsi
Batu kandung kemih dapat dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui
sistoskop atau dengan memakai gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering
dipakainya gelombang kejut luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
yang dapat memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut
dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan
hancur berkeping-keping dan keluar bersama kemih. 23,25
Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor atau bila cara non
bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya
apabila batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan berkemih yang hebat sehingga
perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan batu dalam
batas kurang dari sama dengan 3 cm. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan
sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy
Teknik ini dilakukan setelah dipastikan adanya batu yang ditunjukkan dengan
sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuatnya menjadi fragmen yang akan
dipindahkan dari dalam buli dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan dapat
berupa energi mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic, elektrohidraulik dan
laser.
2. Percutaneus Suprapubic Cystolithopaxy
Teknik ini selain digunakan untuk orang dewasa juga digunakan untuk anak- anak,
teknik percutaneus menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu lebih cepat
hancur.
3. Suprapubic Cystostomy
Teknik ini digunakan untuk memindah batu dengan ukuran besar, juga di indikasikan
untuk membuang prostat, dan diverculotomi. Keuntungan teknik ini adalah cepat,
lebih mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah banyak, memindah batu yang
melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah batu yang besar
20
dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini adalah pasien merasa nyeri
post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit, lebih lama menggunakan kateter. 23,25
2.2.9 Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari kandung kemih, upaya menghindari kekambuhan tidak
kalah penting. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari dehidrasi dengan
minum cukup dan diusahakn produksi urin sebanyak 2-3 liter per hari, diet untuk mengurangi
zat komponen pembentuk batu dan aktivitas yang cukup.2
2.2.10 Komplikasi
Batu kandung kemih yang tidak dikeluarkan atau dilakukan pengobatan dapat
menyebabkan komplikasi, seperti:
Batu kandung kemih yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kemih jangka
panjang, seperti nyeri atau sering berkemih. Batu kandung kemih juga dapat masuk ke
daerah di mana urin keluar dari kandung kemih ke dalam uretra dan memblokir saluran
air kencing.
Disfungsi kandung kemih kronis.
Infeksi saluran kemih. Infeksi bakteri berulang di saluran kemih Anda mungkin
disebabkan oleh batu kandung kemih.
Disfungsi vesika urinaria kronik
Infeksi traktus urinarius berulang, pionefrosis dan urosepsis
21
Obstruksi ostium uretra interna oleh batu, hidroureter, hidronefrosis dan nefropati
obstruktif
Kalsifikasi vesika urinaria. 2,9
2.2.11 Prognosis
Prognosis pasien dengan vesikolitiasis umumnya adalah baik. Namun, mortalitas dan
morbiditas yang signifikan kadang-kadang dapat terjadi pada pasien. Hal itu tergatung
seberapa besar ukuran batu dan komplikasi yang timbul dari vesikolitiasis tersebut. Perlu
dikontrol faktor-faktor yang yang mempengaruhi terjadinya vesikolitiasis, sebab
kemungkinan rekurensi tetap ada.2
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vesikolitiasis adalah batu tidak normal di dalam saluran kemih yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik pada vesika urinaria atau kandung kemih.
Vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan berkemih atau terdapat
benda asing di kandung kemih. Beberapa kasus batu kandung kemih tidak menimbulkan
masalah. Tetapi sebagian besar, akan mengganggu atau menghambat aliran kencing dan
dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung. Batu yang
terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan infeksi traktus urinarius dan
hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau
bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini dapat mengancam kehidupan pasien. Diagnosis
ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Diharapkan dengan
diagnosis yang tepat dapat dilakukan tatalaksana secara cepat dan tepat untuk mencegah
komplikasi dan memberikan kesembuhan bagi pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12 ed.).
Singapura: Elsevier.
2. Purnomo, B. B. (2012). Dasar - Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto.
3. Basler, J. (2017, Januari 24). Bladder Stone. Diakses Oktober 3, 2018, dari Urology:
https://emedicine.medscape.com/article/2120102-overview#a1
4. American Urological Association. (2016, Juni 21). What are Kidney Stones? Diakses
Oktober 3, 2018, dari Urologic Conditions: http://www.urologyhealth.org/urologic-
conditions/kidney-stones
5. Nephrolithiasis; Renal Lithiasis; Urolithiasis. (2018, Mei). Diakses Oktober 3, 2018,
dari Stones in the Urinary Tract : https://www.merckmanuals.com/home/kidney-and-
urinary-tract-disorders/stones-in-the-urinary-tract/stones-in-the-urinary-tract
6. Basler, J. (2017, Januari). Bladder Stones Clinical Presentation. Diakses Oktober 3,
2018, dari Urology: https://emedicine.medscape.com/article/2120102-clinical
7. Chaux, A. (2016, Maret 2016). Bladder Acquired Non-Neoplastic Anomalies
Lithiasis. Diakses Oktober 4, 2018, dari Lithiasis (Stones):
http://www.pathologyoutlines.com/topic/bladderlithiasis.html
8. Toricelli, Mazzhucci, Danilovic, Coulo, & Srougi. (2012). Surgical Management of
Bladder Stones: Literature Review. Rev Col Bras Cir, 227.
9. Mayo Clinic Staff. (2016, Oktober 27). Bladder stones. Diakses Oktober 4, 2018, dari
Disease and Condition: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bladder-
stones/symptoms-causes/syc-20354339
10. Pearce, E. (2006). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
11. Hidayati, L. (t.thn.). Anatomi Sistem Perkemihan. Diakses Oktober 4, 2018, dari
Materi kuliah:
https://ners.unair.ac.id/materikuliah/anatomi%20SISTEM%20PERKEMIHAN.pdf
12. Netter, F. H. (2011). Atlas of Human Anatomy (5th ed.). Philadelphia: El Sevier.
13. Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
14. Brunner, & Suddarth. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
15. Grainger, & Allison. (2008). Diagnostic Radiology: A Textbook of Imaging. China:
Churcill Livingston.
16. De Jong, W. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah (3rd ed.). Jakarta: EGC.
24
17. Pearle, & Margareth. (2009). Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA:
Informa Healthcare.
18. Staf Pengajar Ilmu Bedah UI. (2010). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. . Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
19. Smeltzer, S. C. ((2013)). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth (12th
ed.). Jakarta: EGC.
20. Sudoyo, A., Setiyohadi , B., Alwi , I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5 ed., Vol. II). Jakarta: Interna Publishing.
21. A.D.A.M Inc. (2018, Januari 23). Cystinuria. Diakses 10 7, 2018, dari ADAM.Quick
Sheets:
http://eclinicalworks.adam.com/content.aspx?productId=39&pid=1&gid=000346
22. WebMD. (2016, Desember 11). What Are Bladder Stones? Diakses Oktober 7, 3, dari
Kidney Stones: Reference: https://www.webmd.com/kidney-stones/what-are-bladder-
stones#2
23. Stoller , M. (2008). Urinary Stone Disease dalam Tanagho EA: Smith’s General
Urology (17 ed.). New York: McGraw-Hill Companies.
24. Weerakkody, Y., & Gaillard , F. (t.thn.). Bladder Calculus. Diakses Oktober 7, 2018,
dari Radiopaedia: https://radiopaedia.org/articles/bladder-calculus-1
25. Schwartz , B. (2007). Stone of the Urethra, Prostate, Seminal Vesicle, Bladder, and
Encrusted Foreign Bodies dalam Stoller, ML : Urinary Stone Disease The Practical
Guide to Medical and Surgical Management. New Jersey: Humana Press.
26. Balla, S. (2015). Urinary Bladder Calculus. Diakses Oktober 7, 2018, dari Ultrasound
Images of Diseases of The Urinary Bladder: https://www.ultrasound-
images.com/urinary-bladder/
27. Dyer, R. B., Chen, M. Y., & Zagoria, R. (1998). Abnormal Calcifications in the
Urinary Tract. USA: Scientific Exhibit.
28. Costa, R. A., Oliveira, C., Abreu, M., Alves, C., & Coimbra. (2014). Abnormal
Calcifications of The Urinary Tract. European Society of Radiology, 1-14.
25