You are on page 1of 23

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar
terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan
pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar,
niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika
aqidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap
Allah juga lurus dan benar.
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,
dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut
sebagai orang yang beriman (mu’min).
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri
seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil
aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang
harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia.
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang
qath’i.Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu
siapa saja yang ingin memahami aqidah.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan apa yang sudah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan aqidah?
2. Apa saja ruang lingkup aqidah?
3. Apa itu Tauhid?
4. Apa itu Syirik?
5. Apa implementasi arkanul iman dalam kehidupan sehari-hari

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk :
1. Menjelaskan pengertian aqidah
2. Menerangkan tentang ruang lingkup aqidah
3. Menjelaskan apa itu Tauhid
4. Menjelaskan apa itu Syirik
5. Menjelaskan implementasi arkanul iman dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.. PENGERTIAN DAN LANDASAN FILSOFIS AQIDAH ISLAM


 Pengertian Aqidah Islam
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu –
‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk
menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat
dan mengandung perjanjian.
Berikut ditemukan beberapa catatan tambahan :
1. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera
untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan
wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana
yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap manusia memiliki fithrah
bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa buktikan adanya Tuhan, tapi
hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang
sebenernya.
2. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum
seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak
(50%-50% antara membenarkan dan menolak), kemudian Zhan (salah satu
lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkan),
kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan salah satu karena
dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa menghasilkan keyakinan
penuh), kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan sepenuh hati
karena sudah meyakini dalil kebenarannya). Keyakinan yang sudah
sampai ke ringkat ilmu inilah yang disebut aqidah.
3. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah
seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak
akan mendatangkan ketenangan jiwa karena dia harus melaksanakan
sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin paksa misalnya,
hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia sukai, secara

3
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan
namun jiwa mereka tidaklah tenteram seperti kelihatan.

 . Landasan Filosofis Aqidah Islam


Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dari-
Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis
dalam Al-Kitab (Al-Qur’an). Allah menganugerahkan kebijakan dan
kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan
memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa.
Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang
menerima hikmah-hikmai inilah yang disebut “Hukuman” atau “Filosof.
B. FUNGSI DAN PERANAN AKIDAH ISLAM
1) Fungsi akidah islam ,diantaranya yaitu :
o Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
o Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang
memiliki aqidahyang kuat pasti akan melaksanakan ibadah
dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat
dengan baik.
o Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan
aqidah maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima
2) Sedangkan peran akidah dalam islam meliputi :
o Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah.
Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36).
o Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah.
Allah berfirman:”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan
manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. (QS. Adz-Dzariyat:
56).
o Aqidah yang benar dibebanrkan kepada setiap mukallaf.
Nabi bersabda:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia

4
hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang
sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah
rasul utusan Allah.” (Muttafaq ‘alaih).
o Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban
manusia seumur hidup.
o Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum
meninggalkan dunia yang fana ini.
Nabi saw bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia
akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya).
o Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik
dalam sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua
generasi sesusah mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).
C. RUANG LINGKUP, KAIDAH, FUNGSI SERTA MANFAAT
AQIDAH ISLAM
 Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan
aqidah adalah:
1. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat
Allah
2. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, karamat
dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain
sebagainya.
4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa

5
diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam
barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain
sebagainya.
 Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi
bangunan yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat.
Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan
tanpa fondasi.[10]
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan
Mu’amalat, atau Aqidah Syari’ah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan,
maka ketiga/keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu
sama lain saling terkait. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan
bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah
swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi
beras kepada seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di
hadapan Allah, Allah tidak menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya
landasan aqidah.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal,
misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah.
D. ALIRAN AKIDAH ISLAM
Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih + 120 H.pada abad permulaan kedua
hijriah di kota Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, karena paham
ini mampu menyusup ke dalam masyarakat Islam di Barat dan di Timur bahkan
sampai ke Indonesia.
Pokok-pokok pendirian mu’tazillah setiap orang yang memeluk aliran
mu’tazillah diharusan untuk memegang kepada lima ajaran :
1. Tauhid (Ke-Esaan)
2. Al-Adlu (Keadilan )
3. Wal-wal Wa’id (Janji dan Acaman)
4. Al-Manzilah Bainal Manziladaini (tempat diantara dua)

6
5. Amar Ma’rup Nahi Munkar (Menyuruh krbaikan dan
melarang kejelekan)

Ahli sunnah dan jama’ah ini kelihatannya timbul sebagaireaksi terhadap


paham-paham glongan mu’tazilah yang telah dijelaskan sebelumnya dan terhadap
sikap mereka dalam menyiarkan ajaran-ajaran itu. Aliran ini terdiri dari beberapa
ajaran, diantaranya :
1.Ajaran-Jaran Al-asy’ariyah
2. Ajaran Maturi

E. TAUHID
Eseiensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik
dalam zat, asma “was-sbiffaat”, maupun af al (perbuatan)-Nya.

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil
Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang
dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-
orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid
hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

1. Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para
ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid
terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma
Was Shifat.

Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam


kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan
tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan
Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab
Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta
dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya
diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang

7
mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di
nyatakan dalam Al Qur’an:

‫ور‬ ُّ ‫ض َو َج َع َل ال‬
ّ ‫ظلُ َما‬
َ ‫ت َوال ُّن‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ‫ْال َح ْمد ُ ّ هَلِلّ الهذّي َخلَقَ ال ه‬
ّ ‫س َم َاوا‬

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan
gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik
mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka
menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:

‫سأ َ ْلتَ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ُه ْم لَيَقُولُ هن ه‬


ُ‫َللا‬ َ ‫َولَئّ ْن‬

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah),


’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’
”. (QS. Az Zukhruf: 87)

‫س َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ هن ه‬
ُ‫َللا‬ ‫س هخ َر ال ه‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو‬ ‫سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال ه‬
ّ ‫س َم َاوا‬ َ ‫َولَئّ ْن‬

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah),


’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga
bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61)

Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk


peribadahan baik yang zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17).
Dalilnya:

ُ‫ّإيهاكَ نَ ْعبُد ُ َو ّإيهاكَ نَ ْستَ ّعين‬

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala
sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang
dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa,
bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal,
istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya
meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain.
Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga

8
memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi
Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya,
mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:
‫َللاَ َواجْ تَنّبُوا ال ه‬
ُ ‫طا‬
َ‫غوت‬ ‫وًل أ َ ّن ا ْعبُدُوا ه‬
‫س ا‬ُ ‫َولَقَدْ َب َعثْنَا فّي ُك ِّّل أ ُ هم ٍة َر‬

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk
mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)

Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling
ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan
alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan
Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar
penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath
Thahawiyah).

Sedangkan Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam
penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-
Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara
bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah
sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah
nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat
Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

‫َو ّ هَلِلّ ْاْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَادْعُوهُ ّب َها‬

“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya


dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat
Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya
kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.

Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah.


Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan
mereka berkata Allah berada di mana-mana.

Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali
tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu

9
menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha
menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.

Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan
tafwidh.

Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya.


Padahal Allah berfirman yang artinya:

‫ير‬
ُ ‫ص‬ّ ‫ش ْي ٌء َوه َُو الس ّهمي ُع ْال َب‬
َ ‫ْس ك َّمثْ ّل ّه‬
َ ‫لَي‬
“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)

Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan
menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala
memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa
kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah
mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya
mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas
dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap
perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an adalah sia-sia
karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.

2. Pentingnya mempelajari tauhid


Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka,
apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat
menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan
artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat,
sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku
menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak
tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui
apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak
mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik.
Wal’iyydzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari
tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling

10
mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari,
mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah
Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya
atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).

3. Kewajiban Untuk Bertauhid


Merupakan suatu perkara yang tidak bisa disangkal, bahwa alam semesta
ini pasti ada yang menciptakan. Yang mengingkari hal tersebut hanyalah
segelintir orang. Itu pun karena mereka tidak menggunakan akal sesuai dengan
fungsinya. Sebab akal yang sehat akan mengetahui bahwa setiap yang tampak di
alam ini pasti ada yang mewujudkan. Alam yang demikian teratur dengan sangat
rapi tentu memiliki pencipta, penguasa, dan pengatur. Tidak ada yang
mengingkari perkara ini kecuali orang yang tidak berakal atau sombong dan tidak
mau menggunakan pikiran sehat. Mereka tidaklah bisa dijadikan tempat berpijak
dalam menilai.

Dzat yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini adalah Allah
subhanahu wa ta`ala. Inilah yang disebut dengan rububiyyah Allah. Tauhid
rububiyyah adalah sebuah keyakinan yang diakui bahkan oleh kaum musyrikin.
Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:

“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan
menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-
Nya)?” (Yunus:31)

Oleh sebab itu, selayaknya manusia hanya menyembah kepada Allah subhanahu
wa ta`ala saja. Allah subhanahu wa ta`ala telah menciptakan untuk manusia
berbagai prasarana berupa alam semesta ini. Semua itu untuk mewujudkan
peribadatan kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala juga membantu mereka untuk
mewujudkan peribadahan tersebut dengan limpahan rezeki. Sedangkan Allah
tidak membutuhkan imbalan apa pun dari para makhluk-Nya

11
F. SYIRIK

Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan mahkluk-Nya, baik


dalam dimensi rubiyah. Mulkiyah maupun ilabiyah, secara langsung atau tidak,
secara nyata atau terselubung. Dalam dimensi rubiyah misalnya meyakini bahwa
ada mahkluk yang mampu menolak segala kemudharatan dan meraih segala
kemanfaatan, atau dapat memberikan berkat seperti meyakini kesaktian para Wali
Allah, sehingga dia minta meminta bantuan kepada mereka untuk menolak petaka
atau meraih keuntungan-apalagi wali tersebut meninggal dunia.
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah
perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ َو َج َل‬- ‫عقُ ْو ُق ْال َوا ّلدَي ّْن‬


‫س‬ ُ ‫ َاْ ّإل ْش َراكُ بّاهللّ َو‬:َ‫ قَال‬.ّ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫ بَلَى يَا َر‬:‫ قَالُ ْوا‬،(‫أًَلَ أُنَبِّّئ ُ ُك ْم بّأ َ ْكبَ ّر ْال َكبَائّ ّر )ثَالَثاا‬
َ ُ‫ فَ َما زَ ا َل يُك ّ َِّر ُرهَا َحتهى قُ ْلنَا َل ْيتَه‬:َ‫ قَال‬.‫الز ْو ّر‬
َ‫س َكت‬ ُّ ‫ أًَلَ َوقَ ْو ُل‬:-‫ َو َكانَ ُمت ه ّكئاا فَقَا َل‬.

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling
besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab:
“Tentu saja, wahai Ra-sulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah,
durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk
tegak seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi
berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.”
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan
kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq
(Pencipta). Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik.

1. Jenis – Jenis Syirik


a. Syirik dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya :
1) Syirik Akbar/Besar (as-syirku al-akbar )

12
Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah.
Pelakunya tidak akan masuk surga selama-lamanya. Syirik akbar dibagi dua,
yaitu:
Dzahirul Jali (tampak nyata), yaitu penyembahan kepada tuhan-tuhan
selain Allah, baik tuhan yang berbentuk berhala, bintang, bulan, matahari, batu,
gunung, pohon besar, dan sebagainya. Ataupun menyembah mkhluk-makhluk
ghaib seperti setan, jin, malaikat.
Bathinun Khafi (tersembunyi), antara lain meminta pertolongan kepada
orang yang telah meninggal, patuh pada undang-undang atau hukum yang
bertentangan dengan hukum Allah.

2) Syirik Asghar/syirik kecil (as-syirku al-asghar)


Syirik asghar termasuk dosa besar, akan tetapi masih ada peluang
diampuni Allah jika pelakunya segera bertobat.
Contoh-contoh perbutan syirikk asghar antara lain :
Ø Bersumpah dengan nama selain Allah
Ø Memakai jimat
Memakai jimat termasuk perbuatan syirik, karena mengandung
unsur meminta atau mengharap sesuatu kepada kekuatan lain selain
Allah.
Ø Mantera
Mantera yaitu mengucapkan kata-kata atau gumam yang dilakukan
oleh orang jahiliah dengan keyakinan, bahkan kata-kata atau
gumaman itu dapat menolak kejahatan atau bala dengan bantun jin.
Ø Sihir
Sihir termasuk perbuatan syirik, karena perbuatan tersebut dapat
menipu atau mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan.
Ø Peramalan
Yang dimaksud peramalan ialah menentukan dan memberitahukan
tentang hal-hal yang ghaib pada masa-masa yang akan datang baik
itu dilakukan dengan ilmu perbintangan, membaca garis tangan,
dengan bantuan jin dan sebagainya.

13
Ø Dukun dan tenung
Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal
yang ghaib pada masa yang akan datang, atau memberitahukan apa
yang tersirat dalam naluri manusia. Tukang tenun adalah nama lain
dari peramal atau dukun, atau orang-orang yang mengaku bahwa
dirinya dapat mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik
dengan bantuan jin ata setan ataupun dengan membaca garis
tangan.
Ø Bernadzar kepada selain Allah
Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernadzar kepada
selain Allah. Misalnya seorang bernadzar jika sembuh ia akan
mengadakan sesajian ke makam wali. Perbuatan seperti itu adalah
perbuatan yang sesat.
Ø Riya’
Riya’ adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin
dipuji atau dilihat orang lain. Riya’ termasuk syirik.

b. Menurut klasifikasi umum,syirik dibagi menjadi empat jenis yaitu :


Ø Syirku Al-‘llmi
Inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka mengagungkan ilmu
sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai pengetahuan yang di
wahyukan Allah.Sebagai contoh mereka mengatakan bahwa manusia berasal dari
kera, mereka juga percaya bahwa ilmu pengetahuan akhirnya akan dapat
menemukan formula agar manusia tidak perlu mengalami mati,dan lain-lain.
Ø Syirku At-Tasarruf
Syirik jenis ini pada prinsipnya, disadari atau tidak oleh pelakunya,menentang
bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas penghidupan manusia berada di
tangan-Nya.Mereka percaya adanya ‘perantara’ itu mempunyai
kekuasaan.Contohnya,adalah kepercayaan bahwa Nabi Isa anak Tuhan,percaya
pada dukun,tukang syihir atau sejenisnya.
Ø Syirku Al-Ibadah

14
Inilah syirik yang menuhankan pikiran,ide-ide atau fantasi.Mereka hanya percaya
pada fakta-fakta kongrit yang berasal dari pengalaman lahiriah.Misalnya seorang
atheis memuja ide pengingkaran terhadap tuhan dalam berbagai bentuk kegiatan.
Ø Syirku Al-‘Addah
Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul.Sebagai contoh percaya bahwa angka
tiga belas itu adalah angka sial sehingga tidak mau menggunakan angka tersebut,
menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan,dan lain sebagainya.

C. Akibat Negatif Perbuatan Syirik


(1). Sulit menerima kebenaran firman-firman Allah
(2). Allah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka
telah ditutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.(Q.S. Al-
Baqarah:7)
(3). Muncul perasaan bimbang dan ragu. Firmn Allah: “Dalam hti
mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu, dan mereka
mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (Q.S Al Baqarah:10)
(4). Tidak boleh diangkat menjadi pemimpin bagi kaum yang beriman.
Karena aturan itu dibuat akan berkiblat pada taghut, berhala dan
menyebarkat kemusrikan, merendahkan orang mukmin. Oleh karena itu
secara tegas Allah melarang mengangkatny sebagai pemimpin atau
wakilnya.
(5). Hanya akan memperoleh kesenangan sementara.
(6). Amalan dan harta yang dinafkahkan sia-sia. “Perumpamaan harta
yang mereka infaqkan di dalam kehidupan ini, ibarat angin yang
mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman milik suatu
kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak
menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri endiri. (Q.S. Ali
‘Imran:117).
(7). Orang msyrik dinilai sebagai makhluk terburuk, Allah menilai
orang musyrik dengan penilaian yang sangat rendah. Orang musrik itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih rendah dan sesat dari pada
binatang.

15
(8). Menjadi musuh Allah. “...Maka sesungguhnyaAllah musuh bagi
orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah:98)
(9). Dijanjikan mendapat siksa neraka. “Pada hari itu ada wajah yang
putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang
yang berwajah hitam muram(kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu
syirik setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab yang disebabkan
kekafiranmu itu.” (Q.S.Ali ;Imran:106).

D. Contoh Syirik
(1). Syirik dalam berdoa
Meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):
"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa
meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada
mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat
memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
(2). Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib.
Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang
terjemahannya):
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah,
menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
(3). Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau
menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala.
Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).

16
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung
unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan
mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah
seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti
itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
(4). Syirik dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam
mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa
yang diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.
Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) :
Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan
selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).
Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan
menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah
SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk
dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh
Ahmad).
(5). Syirik khauf (takut)
Jenis-jenis takut :
a. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa
berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah
mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada
makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah
kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar
orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).
b. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti:
Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut
seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil).
Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):
"Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya:
Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah
bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak

17
ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang
mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?".
Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya
kepadaKu saja engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).
c. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut
kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk
syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga
dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.
d. Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi
(bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian
kaum Sufi yang ekstrem.
e. Syirik Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam
mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada
keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan
Pengatur alam semesta.
f. Syirik Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan
dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang
tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman.
Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan
memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika
meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.
g. Syirik tawakkal
Tawakkal ada tiga jenis:
(1). Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh
Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika
seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka
ia termasuk Musyrik.

18
(2). Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk.
Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab
menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar.
(3). Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain
dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual
beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah
seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun
urusan itu diwakilkan kepada makhluk.
h. Syirik niat dan maksud
Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal
ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):
"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan
memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan". (QS.
Hud: 15-16).
Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena
riya.
i. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap
Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang
terjemahannya): Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman
kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi
hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan
kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena
bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beri
man kepada bintang". (HR, Bukhari).

19
G. IMPLEMENTASI ARKANUL IMAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI
HARI
1) Ikhlas dalam melaksanakan ibadah, baik ibadah I’tiqodiyah, qouliyah maupun
ibadah praktis. Adapun yang meliputi ibadah I’tiqodiyah adalah yakin bahwa Laa
Ilaha Illallah, cinta kepada Allah, takut kepada Allah SWT dengan mengharap
rahmatNya.
Ibadah qouliyah meliputi mengucap kalimat syahadat, istighfar, do’a, dll.
Sedangkan ibadah praktis meliputi rukun islam dan amalan-amalan lain yang
disukai Allah SWT.
2) Iman secara konsekuen yaitu tidak hanya di lisan saja seseorang mengaku iman
akan tetapi dia harus konsekuen dengan aturan iman itu sendiri misal
membenarkan semua yang datang dari Allah SWT, menunsiksn kewajiban, amar
ma’ruf nahi munkar, dll.

b. Iman Kepada Malaikat


Hakikat iman kepada malaikat Allah adalah pembenaran bahwa malaikat itu ada,
dan diciptakan dari cahaya, bahwa mereka mempunyai tugas masing-masing
terhadap hamba Allah. Sedangkan dalam kitab aqidah islam iman kepada malaikat
hakikatnya adalah ma’rifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini,
termasuk kekuatan kebaikan yaitu malaikat, juga kekuatan jahat dari iblis dan
sekalian tentaranya dari golongan syaithan.

c. Iman kepada Kitab-kitab Allah


Hakikat iman kepada kitab Allah adalah meyakini bahwa itu adalah wahyu yang
diberikan kepada rasulnya, dan dia adalah petunjuk untuk mengetahui antara yang
baik dan yang buruk, serta yakin bahwa Allah benar-benar memfirmankan. Dan
Syaikh Abu Bakar Jabir menambahkan bahwa segala hukum dan syari’at yang
ada di dalamnya adalah hukum untuk umatnya.

d. Iman kepada Rasul-rasul Allah


Hakikat iman kepada rasulnya adalah ma’rifat kepada nabi dan rasulnya yang
ditutup oleh nabi Muhammad SAW, meyakini bahwa mereka adalah utusanNya

20
dan menjadi pembimbing kea rah kebaikan. Bahwa mereka adalah manusia biasa
yang mendapat keistimewaan dari Allah yaitu berupa wahyu dan mu’jizat. Dan
bukan hanya meyakini akan tetapi kita juga harus membenarkan dengan kita
menjalankan segala apa yang disunahkan kepada kita. Menjadikan mereka sebagai
suri tauladan dalam menjalani kehidupan di dunia.

Dan seseorang tidak boleh hanya mengimani beberapa rasul saja dan jika hal itu
terjadi maka seseorang itu menurut Abdul Majid maka dia adalah kafir sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat An Nisa’ ayat 150-152 yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir
terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu)
mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah
orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-
orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di
antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

e. Iman kepada Hari Kiamat


Iman kepada hari kiamat hakikatnya yaitu ma’rifat dengan adanya hari akhir
beserta di dalamnya tanda-tandanya yang tadinya belum telihat atau belum terjadi,
serta kejadian setelah kematian yaitu adanya hari kebangkitan, adanya siksa kubur
dan kehidupansetelah adanya surge dan neraka. Sehingga kita menjadi sadar
bahwa dunia adalah bukan menjadi tujuan hidup manusia.

f. Iman kepada Takdir (qadla dan qadar)


Iman kepada takdir Allah hakikatnya adalah ma’rifat dengan keputusan yang ada
baik dalam penciptaan maupun cara mengaturnya dan yakin bahwa segala sesuatu
yang belum dan sudah terjadi adalah keputusannya tidak ada yang dapat
mengetahui kecuali ilmu orang sejajar dengan ilmu Allah. Karena memang

21
seseorang tidak akan pernah mengetahui kecuali sesuatu hal dengan tepat kecuali
jika orang tersebut mengetahui ilmunya. Misal seorang yang bodoh tentang ilmu
kedokteran dia akan menentang seorang dokter yang membedah perut pasiennya.
Akan tetapi kjika ia tahu bahwa dokter adalah ahlinya maka dia akan menentang
mengakui ketidakmengertiannya.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai


fondasi. Di mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah
merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang
termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena
sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang
disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad
Saw. Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir
kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam
sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah
itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah
menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang
terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan –
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan
Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal
sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai
sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah
maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.

23

You might also like