Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar
terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan
pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar,
niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika
aqidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap
Allah juga lurus dan benar.
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah,
dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut
sebagai orang yang beriman (mu’min).
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri
seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil
aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang
harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia.
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan
keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat
memberikan keimanan yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang
qath’i.Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu
siapa saja yang ingin memahami aqidah.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan apa yang sudah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan aqidah?
2. Apa saja ruang lingkup aqidah?
3. Apa itu Tauhid?
4. Apa itu Syirik?
5. Apa implementasi arkanul iman dalam kehidupan sehari-hari
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk :
1. Menjelaskan pengertian aqidah
2. Menerangkan tentang ruang lingkup aqidah
3. Menjelaskan apa itu Tauhid
4. Menjelaskan apa itu Syirik
5. Menjelaskan implementasi arkanul iman dalam kehidupan sehari-hari
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan
namun jiwa mereka tidaklah tenteram seperti kelihatan.
4
hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang
sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah
rasul utusan Allah.” (Muttafaq ‘alaih).
o Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban
manusia seumur hidup.
o Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum
meninggalkan dunia yang fana ini.
Nabi saw bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia
akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya).
o Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik
dalam sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua
generasi sesusah mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).
C. RUANG LINGKUP, KAIDAH, FUNGSI SERTA MANFAAT
AQIDAH ISLAM
Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan
aqidah adalah:
1. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat
Allah
2. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, karamat
dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain
sebagainya.
4. Sam’iyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
5
diketahui lewat Sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam
barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain
sebagainya.
Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi
bangunan yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat.
Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan
tanpa fondasi.[10]
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan
Mu’amalat, atau Aqidah Syari’ah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan,
maka ketiga/keempat aspek tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu
sama lain saling terkait. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan
bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah
swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi
beras kepada seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di
hadapan Allah, Allah tidak menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya
landasan aqidah.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal,
misalnya zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah.
D. ALIRAN AKIDAH ISLAM
Aliran Mu’tazilah lahir kurang lebih + 120 H.pada abad permulaan kedua
hijriah di kota Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, karena paham
ini mampu menyusup ke dalam masyarakat Islam di Barat dan di Timur bahkan
sampai ke Indonesia.
Pokok-pokok pendirian mu’tazillah setiap orang yang memeluk aliran
mu’tazillah diharusan untuk memegang kepada lima ajaran :
1. Tauhid (Ke-Esaan)
2. Al-Adlu (Keadilan )
3. Wal-wal Wa’id (Janji dan Acaman)
4. Al-Manzilah Bainal Manziladaini (tempat diantara dua)
6
5. Amar Ma’rup Nahi Munkar (Menyuruh krbaikan dan
melarang kejelekan)
E. TAUHID
Eseiensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik
dalam zat, asma “was-sbiffaat”, maupun af al (perbuatan)-Nya.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil
Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang
dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-
orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid
hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.
1. Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para
ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid
terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma
Was Shifat.
7
mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di
nyatakan dalam Al Qur’an:
ور ُّ ض َو َج َع َل ال
ّ ظلُ َما
َ ت َوال ُّن َ ت َو ْاْل َ ْر ْال َح ْمد ُ ّ هَلِلّ الهذّي َخلَقَ ال ه
ّ س َم َاوا
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan
gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik
mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka
menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:
س َو ْالقَ َم َر لَيَقُولُ هن ه
َُللا س هخ َر ال ه
َ ش ْم َ ت َو ْاْل َ ْر
َ ض َو سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال ه
ّ س َم َاوا َ َولَئّ ْن
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Apa maksud ‘yang dicintai Allah’? Yaitu segala
sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang
dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa,
bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal,
istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya
meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain.
Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga
8
memohon, berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi
Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya,
mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:
َللاَ َواجْ تَنّبُوا ال ه
ُ طا
َغوت وًل أ َ ّن ا ْعبُدُوا ه
س اُ َولَقَدْ َب َعثْنَا فّي ُك ِّّل أ ُ هم ٍة َر
“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk
mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling
ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan
alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan
Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar
penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” (Lihat Syarh Aqidah Ath
Thahawiyah).
Sedangkan Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam
penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-
Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara
bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah
sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah
nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Lihat
Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat
Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya
kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali
tidak serupa dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu
9
menggambarkan hakikat wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha
menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan
tafwidh.
ير
ُ صّ ش ْي ٌء َوه َُو الس ّهمي ُع ْال َب
َ ْس ك َّمثْ ّل ّه
َ لَي
“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura: 11)
Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan
menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala
memang ber-istiwa di atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa
kita serahkan kepada Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah
mengabarkan sifat-sifatNya dalam Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya
mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas
dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan menganggap
perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Qur’an adalah sia-sia
karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.
10
mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari,
mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah
Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya
atas hamba-Nya” (Syarh Ushulil Iman, 4).
Dzat yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini adalah Allah
subhanahu wa ta`ala. Inilah yang disebut dengan rububiyyah Allah. Tauhid
rububiyyah adalah sebuah keyakinan yang diakui bahkan oleh kaum musyrikin.
Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan
menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-
Nya)?” (Yunus:31)
Oleh sebab itu, selayaknya manusia hanya menyembah kepada Allah subhanahu
wa ta`ala saja. Allah subhanahu wa ta`ala telah menciptakan untuk manusia
berbagai prasarana berupa alam semesta ini. Semua itu untuk mewujudkan
peribadatan kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala juga membantu mereka untuk
mewujudkan peribadahan tersebut dengan limpahan rezeki. Sedangkan Allah
tidak membutuhkan imbalan apa pun dari para makhluk-Nya
11
F. SYIRIK
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling
besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab:
“Tentu saja, wahai Ra-sulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah,
durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk
tegak seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi
berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.”
Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan
kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq
(Pencipta). Orang yang melakukan perbuatan syirik disebut musyrik.
12
Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah.
Pelakunya tidak akan masuk surga selama-lamanya. Syirik akbar dibagi dua,
yaitu:
Dzahirul Jali (tampak nyata), yaitu penyembahan kepada tuhan-tuhan
selain Allah, baik tuhan yang berbentuk berhala, bintang, bulan, matahari, batu,
gunung, pohon besar, dan sebagainya. Ataupun menyembah mkhluk-makhluk
ghaib seperti setan, jin, malaikat.
Bathinun Khafi (tersembunyi), antara lain meminta pertolongan kepada
orang yang telah meninggal, patuh pada undang-undang atau hukum yang
bertentangan dengan hukum Allah.
13
Ø Dukun dan tenung
Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal
yang ghaib pada masa yang akan datang, atau memberitahukan apa
yang tersirat dalam naluri manusia. Tukang tenun adalah nama lain
dari peramal atau dukun, atau orang-orang yang mengaku bahwa
dirinya dapat mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik
dengan bantuan jin ata setan ataupun dengan membaca garis
tangan.
Ø Bernadzar kepada selain Allah
Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernadzar kepada
selain Allah. Misalnya seorang bernadzar jika sembuh ia akan
mengadakan sesajian ke makam wali. Perbuatan seperti itu adalah
perbuatan yang sesat.
Ø Riya’
Riya’ adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin
dipuji atau dilihat orang lain. Riya’ termasuk syirik.
14
Inilah syirik yang menuhankan pikiran,ide-ide atau fantasi.Mereka hanya percaya
pada fakta-fakta kongrit yang berasal dari pengalaman lahiriah.Misalnya seorang
atheis memuja ide pengingkaran terhadap tuhan dalam berbagai bentuk kegiatan.
Ø Syirku Al-‘Addah
Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul.Sebagai contoh percaya bahwa angka
tiga belas itu adalah angka sial sehingga tidak mau menggunakan angka tersebut,
menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan,dan lain sebagainya.
15
(8). Menjadi musuh Allah. “...Maka sesungguhnyaAllah musuh bagi
orang-orang kafir.” (Q.S. Al-Baqarah:98)
(9). Dijanjikan mendapat siksa neraka. “Pada hari itu ada wajah yang
putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang
yang berwajah hitam muram(kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu
syirik setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab yang disebabkan
kekafiranmu itu.” (Q.S.Ali ;Imran:106).
D. Contoh Syirik
(1). Syirik dalam berdoa
Meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):
"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa
meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada
mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat
memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
(2). Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib.
Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang
terjemahannya):
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah,
menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
(3). Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau
menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala.
Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).
16
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung
unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan
mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah
seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti
itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
(4). Syirik dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam
mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa
yang diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.
Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) :
Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan
selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).
Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan
menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah
SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk
dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh
Ahmad).
(5). Syirik khauf (takut)
Jenis-jenis takut :
a. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa
berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah
mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada
makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah
kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar
orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).
b. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti:
Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut
seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil).
Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):
"Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya:
Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah
bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak
17
ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang
mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?".
Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya
kepadaKu saja engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).
c. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut
kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk
syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga
dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.
d. Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi
(bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian
kaum Sufi yang ekstrem.
e. Syirik Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam
mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada
keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan
Pengatur alam semesta.
f. Syirik Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan
dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang
tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman.
Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan
memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika
meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.
g. Syirik tawakkal
Tawakkal ada tiga jenis:
(1). Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh
Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika
seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka
ia termasuk Musyrik.
18
(2). Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk.
Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab
menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar.
(3). Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain
dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual
beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah
seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun
urusan itu diwakilkan kepada makhluk.
h. Syirik niat dan maksud
Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal
ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):
"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan
mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan
memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan". (QS.
Hud: 15-16).
Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena
riya.
i. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap
Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang
terjemahannya): Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman
kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi
hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan
kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena
bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beri
man kepada bintang". (HR, Bukhari).
19
G. IMPLEMENTASI ARKANUL IMAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI
HARI
1) Ikhlas dalam melaksanakan ibadah, baik ibadah I’tiqodiyah, qouliyah maupun
ibadah praktis. Adapun yang meliputi ibadah I’tiqodiyah adalah yakin bahwa Laa
Ilaha Illallah, cinta kepada Allah, takut kepada Allah SWT dengan mengharap
rahmatNya.
Ibadah qouliyah meliputi mengucap kalimat syahadat, istighfar, do’a, dll.
Sedangkan ibadah praktis meliputi rukun islam dan amalan-amalan lain yang
disukai Allah SWT.
2) Iman secara konsekuen yaitu tidak hanya di lisan saja seseorang mengaku iman
akan tetapi dia harus konsekuen dengan aturan iman itu sendiri misal
membenarkan semua yang datang dari Allah SWT, menunsiksn kewajiban, amar
ma’ruf nahi munkar, dll.
20
dan menjadi pembimbing kea rah kebaikan. Bahwa mereka adalah manusia biasa
yang mendapat keistimewaan dari Allah yaitu berupa wahyu dan mu’jizat. Dan
bukan hanya meyakini akan tetapi kita juga harus membenarkan dengan kita
menjalankan segala apa yang disunahkan kepada kita. Menjadikan mereka sebagai
suri tauladan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Dan seseorang tidak boleh hanya mengimani beberapa rasul saja dan jika hal itu
terjadi maka seseorang itu menurut Abdul Majid maka dia adalah kafir sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat An Nisa’ ayat 150-152 yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir
terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu)
mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah
orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-
orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di
antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
21
seseorang tidak akan pernah mengetahui kecuali sesuatu hal dengan tepat kecuali
jika orang tersebut mengetahui ilmunya. Misal seorang yang bodoh tentang ilmu
kedokteran dia akan menentang seorang dokter yang membedah perut pasiennya.
Akan tetapi kjika ia tahu bahwa dokter adalah ahlinya maka dia akan menentang
mengakui ketidakmengertiannya.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
23