You are on page 1of 9

Latar Belakang

Modernisasi yang di awali di Eropa dengan perindustrialisasi dan komersialisasi atau komodifikasi
(menjadikan segala sesuatu sebagai komoditas), pada dasarnya merupakan proses-proses ekonomi di
mana masyarakat harus menerima metode-metode produksi dan distribusi yang baru dan melepaskan
mode- mode relasi ekonomi tradisional. Akumulasi modal menjadi prinsip yang lebih penting. Manusia
mulai membuat pilihan bebas dan keputusan ekonomi sendiri-sendiri daripada tergantung dengan tanah
pertanian dan pola-pola musim tanam. Membuat pilihan demikian ini menjadikan orang terbebas dari
masyarakat tradisioal dan memperbanyak kebutuhan hidup mereka. Indusrialisais terjadi di dunia Barat
dalam keadaan tertentu,dan mengarah pada inovasi-inovasi yang mengubah kaum laki-laki,perempuan
dan masyarakat. Orang-orang harus menjadi semakin mobilitas dan mampu memahami serta mampu
memahami serta menyerap perubahan. Lalu modernisasi terus menggelinding, dan di era yang disebut
pascamodern, industrilisasi tidak lagi sebagai prasyarat. Teknologi kini diimpor secara besar-besaran dan
industri berskala besar pun runtuh.
Modernisasi merupakan proses yang biasanya mengarah pada modernitas, yang berawal ketika
suatu masyarakat mulai mengambil sikap ingin tahu mengenai bagaimana orang membuat pilihan, baik
itu pilihan moral, pribadi, ekonomi, maupun politik. Masalah pilihan rasional merupakan isu sentral bagi
laki-laki dan perempuan modern. Pilihan mengandung arti menimbang alternatif dalam timbangan,
kebebasan untuk meragukan kemanjuran solusi yang tersedia secara tradisional atau yang ditawarkan oleh
para politisi. Modernitas sudah selayaknya disebut pelembagaan keraguan (institutionalization of duobt).
Pilihan dan keraguan menunjukan rasionalitas, perdebatan, dan diskusi, yang mengarah kepada
kesimpulan-kesimpulan pada diri para perempuan dan laki-laki rasional yang boleh jadi tidak sepakat.
Sejarah bandara kualanamu (Medan)

Bandar Udara Internasional Kualanamu (IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah Bandar Udara
yang terletak di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Bandara ini terletak 39 km
dari kota Medan. Bandara ini adalah Bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandar Udara
Internasional Soekarno-Hatta. Lokasi Bandara ini dulunya bekas areal perkebunan PT
Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Kecamatan Beringin, Deli Serdang,
Sumatera Utara. Pembangunan Bandara ini dilakukan untuk menggantikan Bandar Udara
Internasional Polonia yang sudah berusia 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat
menjadi “Main Hub” yaitu pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan
sekitarnya. Selain itu, adanya kebijakan untuk melakukan pembangunan Bandara Internasional
Kualanamu adalah karena keberadaan Bandar Udara Internasional Polonia di tengah kota Medan
yang mengalami keterbatasan Operasional dan sulit untuk dapat dikembangkan serta kondisi
fasilitas yang tersedia di Bandar Udara Polonia sudah tidak mampu lagi menampung kebutuhan
pelayanan angkutan udara yang cenderung terus meningkat.

Sejarah bandara Silangit


Bandar Udara Silangit dibangun pada masa penjajahan Jepang. Pembangunan kembali bandara
ini mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landas pacu sepanjang 900 meter
sehingga menjadi 1.400 meter. Pada Maret 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meresmikan langsung pengoperasian Bandara Silangit, sejak saat itu pembangunan Bandara pun
mulai dilakukan dengan gencar. Pada tahun 2011, Bandara Silangit akhirnya memiliki landas
pacu sepanjang 2.400 meter dan direncanakan pada tahun 2015 akan diperpanjang kembali
menjadi 3800 oleh 45 meter (12467 ft × 148 ft), sehingga bisa didarati pesawat berbadan lebar
secara reguler. Pada tanggal 18 Januari 2011, Bandara Silangit didatangi oleh Presiden RI
beserta rombongan yang menggunakan pesawat Boeing 737-500. Dengan kedatangan Presiden
tersebut, dinyatakanlah bahwa Bandara Silangit telah sanggup melayani pesawat sekelas A320,
A320neo, A330, & B737 Next Generation, & MAX.

Luas Terminal saat ini = 100 m2 (Terminal A) & 700 m2 (Terminal B), Fasilitas Navigasi =
NDB, AFIS, PAPI & DVOR/DME, Fasilitas Keamanan Penerbangan = X-Ray Baggage, X-Ray
Cabin, Walk-through Metal Detector & Handheld Metal Detector, Fasilitas Keselamatan
Penerbangan = PKP-PK Type V, Gunebo & Ambulance, Fasilitas Listrik = Generator Set 25 &
125 KVA, Airfield Lighting System (AFL), Apron Light & Apron Flood Light, Fasiitas
Terminal = Conveyor Belt, Timbangan Digital, Running Text, LCD Information, Fasilitas
Peralatan = Wheel Tractor Rotary Mower, Hand Mower, .

1. Rumah Adat Bolon


Rumah adat Bolon yang ada di provinsi Sumatera Utara ini biasanya disebut Rumah Balai Batak
Toba, dan telah diakui oleh Nasional sebagai perwakilan rumah adat Sumatera Utara. Dilihat dari
bentuknya, rumah adat ini berbentuk persegi panjang, termasuk kategori rumah panggung. Dan
hampir keseluruhannya bangunannya terbuat dari bahan alam.

Rumah panggung ini umumnya dihuni oleh 4-6 keluarga yang hidup bersama-sama. Tujuan
rumah panggung adat bolon di buat supaya memiliki kolong rumah. Kolong rumah tersebut
digunakan sebagai kandang hewan pemeliharaan masyarakat Batak, seperti babi, ayam, dan
kambing.

2. Rumah Adat Karo

Rumah adat Karo ini biasanya disebut sebagai rumah adat Siwaluh Jabu. Siwaluh Jabu sendiri
memiliki makna sebuah rumah yang dihuni oleh delapan keluarga. Masing-masing keluarga
mempunyai peran tersendiri didalam rumah tersebut.

Penempatan keluarga-keluarga dalam rumah Karo ditentukan oleh adat Karo. Secara umum,
rumah adat ini terdiri atas Jabu Jahe (hilir) dan Jabu Julu (hulu). Jabu Jahe juga dibagi menjadi
dua bagian, yakni Jabu ujung kayu dan Jabu rumah sendipar ujung kayu.
Biasanya rumah adat ini terdiri dari delapan ruangan dan dihuni delapan keluarga. Sementara
dalam rumah adat karo hanya terdapat empat dapur. Masing-masing jabu dibagi menjadi dua,
sehingga terbentuk beberapa jabu-jabu. Anatara lain, sedapuren bena kayu, sedapuren ujung
kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sadapuren lepar ujung kayu.

3. Rumah Adat Pakpak

Rumah adat Pakpak/Dairi memiliki bentuk yang khas. Rumah tradisional ini dibuat dari bahan
kayu serta atapnya dari bahan ijuk. Bentuk desainnya, selain sebagai wujud seni budaya Pakpak,
juga bagian-bagian rumah adat Pakpak mempunyai arti sendiri. Selanjutnya, Rumah adat Pakpak
disebut Jerro.Rumah adat ini sama halnya dengan rumah adat lainnya di Sumatera Utara
(Sumut). Yang pada umumnya menggunakan tangga dan tiang penyangga.

4. Rumah Adat Nias

Rumah adat Nias dinamai Omo Hada, bentuk rumah adat ini adalah panggung tradisional orang
Nias. Selain itu, juga terdapat rumah adat Nias dengan desain yang berbeda, yaitu Omo
Sebua.Omo Sebua ini merupakan rumah tempat kediaman para kepala negeri (Tuhenori), kepala
desa (Salawa), atau kaum bangsawan.
Rumah adat ini dibangun diatas tiang-tiang kayu nibung yang tinggi dan besar, serta beralaskan

Pakaian adat
Pakaian Adat Simalungun

Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari
penggunaan kain Ulos (disebut Uis di suku Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada
kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya. Ulos pada mulanya
identik dengan ajimat, dipercaya mengandung “kekuatan” yang bersifat religius magis dan
dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan perlindungan. Menurut
beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak, memperlihatkan kemiripan dengan
bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain
dan ulosnya.

Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain
Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena
bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api).
Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan mangulosi (memberikan
ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada
penerima ulos.Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala,
penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain. Ulos
dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya
ulos penutup kepala wanita disebut suri-suri, ulos penutup badan bagian bawah bagi wanita
disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Ulos dalam
pakaian penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut
Dalihan Natolu, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup
bagian bawah (sarung).

Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria
Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara
kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari
Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan
batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun
dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.

Pakaian Adat Batak Toba

Kali ini penulis akan memaparkan pakaian pengantin perempuan Batak Toba. Terdapat beberapa
filosofi Batak yang terkandung didalam setiap incinya.
Untuk bagian kepala terdiri dari:
1. Sortali = Digunakan sebagai mahkota, terbuat dari tembaga disepuh dengan emas
2. 3 Lembar Daun Sirih = Diselipkan di bagian depan, tepatnya diatas kening
3. Ulos Bittang Maratur = Penghias kepala yang terbuat dari emas atau kuningan, biasanya di
bagian konde
4. Sanggul berukuran sedang

Untuk bagian tubuh terdiri dari:


1.Baju kurung (Bilulu Na Torang) yang berwarna hitam
2.Selendang dari Ulos Ragi Hotang
3. Rok dari Ulos Ragi Hotang
4. Sepatu (biasanya pada untuk perkawinan Batak zaman dulu tidak dikenakan)

Untuk perhiasan terdiri dari:


1.Borgut = kalung yang terbuat dari emas
2. Golang = Gelang
3. Tittin = Cincin
4. Atting-Atting = Anting – Anting
5. Tas untuk tempat sirih yang terbuat dari Ulos

Pakaian Adat Batak Angkola

baju adat raja batak toba Sangat Murah Pakaian Adat Batak Angkola Murah Baju Adat Sumatera Utara historic

Suku Batak Angkola merupakan sub suku Batak yang ada di daerah Tapanuli Selatan. Angkola sendiri
merupakan nama salah satu sungai/batang besar yakni Batang Angkola. Seperti pakaian adat suku batak yang
lain, pakaian adat batak Angkola juga didominasi oleh kain ulos sebagai bahan wajib.

Pakaian adat Batak Angkola hampir sama dengan pakaian adat Batak Mandailing hanya saja setelan baju adat
ini lebih didominassi oleh warna hitam dan penggunaan aksesoris berwarna keemasan.

Pakaian Batak Pakpak


Suku Batak Pakpak adalah etnis suku batak yang tinggal di Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi.
Tak mau kalah dengan daerah lain yang ada di Sumatera Utara, Kabupaten Pakpak juga memiliki kain khas
yang menarik yaitu kain Oles. Pakaian adat Batak Pakpak dikenakan dengan berbagai aksesoris seperti bulang-
bulang(penutup kepala), borgot, rante abak, ucang, tongket dan lain-lain.

Pakaian adat Batak Pakpak dikenal dengan nama baju merapi-api yang umum terbuat dari kain beludru. Untuk
pakaian pria baju yang dikenakan adalah baju model melayu dengan leher berwarna hitam yang dihiasi manik-
manik (api-api) dan detail pada bagian leher dan ujung lengan berwarna hitam putih.

Sedang untuk pakain wanita baju yang dikenakan berupa baju model melayu dengan bentuk leher segitiga
dengan hiasan manik-manik. Dan bubuhan detail manik-manik pada bagian atas lengan yang manis
membentuk gambar seperti kepala kerbau.

You might also like