You are on page 1of 19

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

PENUKAR KALOR 1 DAN 2

OLEH :

Nama :
*
*
*
*
*
*

Kelas : 5KIA
Instruktur : Dr. Laela Kalsum,. S.T., M.T,

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PRODI. TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018

PENUKAR KALOR
(HEAT EXCHANGER TYPE SHELL AND TUBE)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui prinsip kerja Alat Penukar Kalor dan mempelajari karakteristik yang
dihasilkan dari perpindahan kalor antara fluida panas dan fluida dingin.

2. ALAT DAN BAHAN


- Seperangkat alat Heat Exchanger Type Double Pipe
- Cooler
- Pompa

3. DASAR TEORI
Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang sangat penting dalam proses
industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas menuju
fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan mendinginkan fluida.
Sebelum fluida masuk ke reaktor, biasanya fluida dimasukan terlebih dahulu ke dalam alat
penukar kalor agar suhu fluida sesuai dengan spesifikasi jenis reaktor yang digunakan. Di
dunia industri, heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit
operasi, misalnya dalam industri obat-obatan farmasi, industri perminyakan, industri
makanan-minuman dan lain-lain.
Percobaan dalam skala kecil (skala laboratorium) ini dimaksudkan agar praktikan lebih
memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai macam hal yang
menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat diterapkan pada skala yang
lebih besar, yaitu skala industri.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah hal yang
sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat berlangsung lewat tiga
cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri berlainan adanya. Adapun
perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi
2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.

Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).


Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi dengan
satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung. Bagaimanapun satu
karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas ke fase dingin dengan dua
fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust, 1980).
Beberapa jenis heat exchanger :
1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang ditunjukkan
pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar 1 mengalir dari
titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam pipa. Cairan yang
mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat
dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe
heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang
kecil (Geankoplis, 1983).
A Cold fluit in

B A’

Hot fluit out

Cold fluit out B’

Gambar 1. Aliran double pipe heat exchanger

Gambar 2. Hairpin heat exchanger


(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang moderat
(range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchanger tersedia dalam :

- Single tube (double pipe) atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell (multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets
Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan dipasang
pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas yang besar.
Ukuran standar dari tees dan return head diberikan pada tabel 1.
Tabel 1. double Pipe Exchanger fittings
Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS
3 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang efektif,
panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi perpindahan panas
dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the exchanger section. (Kern, 1983).
Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran dalam type
heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana aliran fluida panas ada
pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.

T2 T1 T1 T2

t1 t2 t2
t1

T T

T1
T1

T2 T2
t2

t1
L L
(a) (b)

T
T

T1

t2
T2
t1

L L
(c) (d)

Gambar 3 Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current
Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes) maupun
yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan pada aliran
counter current, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus masing-masing
mempunyai cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4. Double-pipe heat exchangers in series

Gambar 5. Double-pipe heat exchangers in series–parallel


Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:
a) Keuntungan
1. Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu heat exchanger untuk
shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat transfer coefficient.
2. Counter current flow mengakibatkan penurunan kebutuhan surface area permukaan
untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.
3. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan dengan
konstruksi pipa-U.
4. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.

b) Kerugian
1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak dibangun untuk
industri standar dimanapun selain ASME code.
2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan single shell
dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus.
(Kern, 1983).

2. Shell And Tube Heat Exchanger


Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan relatif tinggi,
yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus dengan
rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida mengalir di
selongsong maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan panas antara fluida dengan
dinding annulus misalnya triangular pitch dan square pitch (Anonim1, 2009).

(a) (b)

Gambar 6. Shell and Tube, (a) Square pitch dan (b) Triangular pitch

Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan pressure
drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)
(Kern, 1983).

Gambar 7. shell and tube heat exchanger

Keuntungan dari shell and tube:


1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan bentuk
atau volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis material yang
digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.
8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti (diketahui oleh para
operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu kesatuan yang
utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang
(Sitompul,1993).
Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar jumlah
lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit perawatannya
(Kern, 1983).

3. Plate Type Heat Exchanger


Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti stainless steel atau
tembaga. Plate dibuat dengan design khusus dimana tekstur permukaan plate saling
berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit antara dua plate yang berdekatan.
Jika menggabungkan plate-plate menjadi seperti berlapis-lapis, susunan plate-plate tersebut
tertekan dan bersama-sama membentuk saluran alir untuk fluida. Area total untuk
perpindahan panas tergantung pada jumlah plate yang dipasang bersama-sama seperti gambar
dibawah

Gambar 8. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent


(Allan, 1981).
4. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer
Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air panas,
instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin dalam vessel dipanaskan
dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas. Pengaduk dan baffle disediakan
untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi tangki dapat divariasikan dengan pengaturan
tinggi pipa overflow. Temperatur diukur pada inlet dan outlet fluida panas, vessel inlet dan isi
vessel
Hot inlet

Hot outlet

Hot outlet Hot inlet

Cold Cold
inlet outlet

Gambar 9. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer


(Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).

Hal-hal yang mempengaruhi rancangan suatu heat exchanger, yaitu:


1. Panas Konduksi Melalui Dinding Plat
Transfer panas di antara dua fluida melalui sebuah dinding pemisah secara umum dapat
ditulis:
k.A
qk  (T1  T2 )
l
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

L
T1
qk
T2

Gambar 10. Konduksi Panas Melalui Dinding


2. Transfer Panas Konveksi
Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang bersuhu tinggi ke fluida
yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung dengan persamaan berikut:

qc  hc . A.Ts  T 

Fluid

T∞
hc qc

Gambar 11. Konveksi dari Permukaan ke Fluida

Kecepatan transfer panas konveksi bisa ditulis sebagai berikut:

Ts  T T
qc  
1 Rc
hc . A

3. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang datar, dapat
dihitung dengan persamaan:

Q = U . A. (Ta – Tb)

Ta  Tb
U.A.(Ta – Tb) = 1 1
 
hc, a . A k.A hc ,b . A
1 1
U.A = 
1
L
1 R
hc, a . A hc,b . A
1
U=
1 L 1
 
hc , a k hc ,b .
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
4. Fouling Factor (Faktor Pengotor)
Koefisien transfer panas overall heat exchanger sering berkurang akibat adanya
timbunan kotoran pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh scale, karat, dan
sebagainya. Pada umumnya pabrik heat exchanger tidak bisa menetapkan kecepatan
penimbunan kotoran sehingga memperbesar tahanan heat exchanger. Fouling factor dapat
didefinisikan sebagai berikut:

1 1
Rf  
Ud U
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

Tabel 2. Fouling factors (coefficients), typical values

(source : Coulson, “Chemical Engineering”, vol 6, page : 640)


5. Transfer Panas antara Dua Fluida Melalui Sebuah Dinding

Ta L
T1 q
fluida b
fluida a k
T2 Tb
Gambar 12. Transfer Panas dari Fluida a ke b

Jika Ta > Tb , panas akan mengalir dari fluida a ke permukaan dinding sebelah kiri
dengan cara konveksi. Di dalam dinding, panas mengalir secara konduksi dari permukaan
sebelah kiri ke permukaan sebelah kanan.
Heat transfer rate konveksi dari fluida a bersuhu Ta ke permukaan dinding sebelah kiri Tb.

q  hc.a . A (Ta  T1 )
q
 Ta  T1
h c.a A

Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.
k.A
q (T1  T2 )
L
q
 T1  T2
k.A L

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke fluida b.

q  hc.b . A.(T2  Tb )
q
 T2  Tb
hc.b . A

Penjumlahannya adalah:
 
 
Ta  Tb
q  T  T
 1 L 1  a b
   
 hc , a kA hc ,b 
Ta  Tb T
q 
1

L

1 R
h c , a kA h c ,b
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
6. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka ditentukan dulu
nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang masuk dan keluar. Selisih
temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic mean overall temperature difference-
LMTD) depat dihitung dengan formula berikut :

LMTD 
ΔTa  ΔTb 
ΔTa
ln
ΔTb
(Kern, 1983).

Untuk aliran countercurrent ;

a b
dTh
Th, in
mh
T dTc Th, out

Ta
Tb

mc
Tc, in dA
Tc, out

0 Atotal
Area

Gambar 13. LMTD untuk aliran countercurrent

LMTD 
T1  t2   T2  t1
ln
T1  t2 
T2  t1

Untuk aliran cocurrent;


a b

Th, in
mh
dTh
Th, out

Ta T

Tc, out
dTc
mc
Tc, in dA

0 Atotal
Area

Gambar 14. LMTD untuk aliran concurrent


LMTD 
T1  t1  T2  t2 
ln
T1  t1
T2  t2 

7. Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas aktual dengan
transfer panas maksimum yang mungkin terjadi.
Keefektifan heat exchanger (ε)

q act mcp 1h.Th,in  Th,out 


ε 
q max mcp min Th,in  Tc,in 

q act mcp 1h.Tc,out  Tc,in 


ε 
q max mcp min Th,in  Tc,in 

Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa menentukan
kecepatan transfer panas:
q  q act  ε.q max

q  ε.mcp min Th,in  Tc,in 

4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menghidupkan alat penukar kalor, kemudian melanjutkan dengan menghidupkan
pompa dan cooler
2. Memanaskan fluida air dengan menggunakan heater
3. Mengatur salah satu laju alir dari fluida panas dan dingin konstan
4. Mencatat temperatur yang terlihat pada display
5. Mematikan pamanas tangki difluida panas setelah selesai
6. Mematikan aliran fluida dingin pada cooler setelah 2 menit dahulu dari fluida
panas
7. Mematikan peralatan penuakr kalor
5. Data Pengamatan
SEMANGAT!!!!!!!
6. Perhitungan
SEMANGAT YAAA!!!!

7. Analisa Percobaan

Co-Current

Pada Praktikum ini, Percobaan yang dilakukan yaitu tentang Heat Exchanger
type Double Pipe. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kerja alat penukar panas
dengan menghitung koeefisien perpindahan panas, faktor kekotoran, efektivitas dan
perbandingan untuk aliran searah dan berlawanan arah di dalam pipa ganda.
Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali, dilihat dari jenis aliran terbagi
menjadi 2 yaitu searah (co-current/paralel flow) dan berlawanan arah(counter flow).
Untuk percobaan pertama digunakan satu jenis aliran yaitu co-current. Prinsip kerja
dari aliran tipe ini ialah fluida panas dan fluida dingin masuk dan keluar pipa mengalir
searah. Terdapat 5 data yang diperoleh dengan memvariasikan besar/kecinya laju alir.
Data diambil setelah 3 menit fluida panas dingin mengalir di dalam pipa.
Secara teoritis, bahwa panas yang diiserap oleh fluida dingin sama dengan
panas yang dilepas fluida panas. Namun, secara pada kenyataannya dalam praktikum
panas yang diserap oleh fluida dingin tidak sama dengan panas yag dilepas oleh fluida
panas. Hal ini terjadi karena panas yang berlebih dipengaruhi oleh CP dimana antara
CP dengan Q berbandng lurus sedgkan CP dengan T berbanding terbalik. Semakin
besar suhu maka semakin kecil harga CP. Hubungan CP dengan Q berbanding lurus
sehingga nilai QC lebih besar daripada nilai QN.
Ditinjau dari segi LMTD, bilangan Reynold dan jenis aliran, maka untuk
perbandingan nilai LMTD belum bisa dilakukan karena data belum cukup dan ada
pada praktikum HE dengan jenis aliran counter flow. Jika dilihat dari bilangan
Reynold pada bagian inner pipe termasuk mdalam aliran turbulen dan begitupun pada
bagian annulus karena nilainya >2000 dan dipengaruhi oleh laju alir antara fluida
dingin dan fluida panas.
Counter Current
Pada prinsipnya, Percobaan ini memiliki sedikit kesamaan yaitu untuk
mengetahui kerja alat penukar panas dan dapat menghitung koefisien perpindahan
panas. Perbedaannya terletak pada arah alir fluida panas dan dingin yang berlawanan,
artinya masing-masing fluida masuk dari sisi pipa yang berbeda. Prinsip kerjanya,
adanya kontak dalam pipa antara fluida panas dengan fluida dingin dan terjadi
perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin. Pada alat Heat Exchanger
Duoble Pipe terdiri dari dua pipa konsentrs yaitu annulus (outer pipe) dan tipe inner
pipe.
Perpindahan panas yang terjadi ialah secara konduksi dan konveksi .
Perpindahan panas secara konduksi terjadi pdadinding pipa. Sedangkan secara
konveksi terjadi pada fluida panas dan dingin. Sebagaimana secara teori dijelaskan
bahwa panas yang diserap fluida dingin sama dengan dengan panas yang dilepas oleh
fluida panas. Tetapi pada kenyataanya pada praktikum ternyata ada panas yang hilang
ditandai karena jumlah panas yang ditransfer tidak sama dengan jumlah panas yang
diserap.

8. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada
praktikum:

Co-Current
1. Jenis aliran yang digunakan adalah paralel flow/co-current(searah)
2. Nilai Re pada inner pipe lebih besar dibandingkan outer pipe karena semakin kecil
pipa semakin besar laju alir.
3. Sesuai dengan teorinya, LMTD Counter Flow lebih besar dengan LMTD paralel
flow
4. Nilai perhitungan didasarkan pada data ke-3, nilai dari:
UC = Clean Overall Coefficient = 230,7948 Btu/hr.ft2.oF
UD = Design Overall Coefficient = 187,6172 Btu/hr.ft2.oF

Counter-Current
1. Prinsip kerja alat penukar panas adalah perpindahan panas dari fluida ysng
memiliki temperatur tinggi ke temperatur rendah.
2. Jenis aliran yang digunakan adalah counter flow
3. Nilai LMTD yang didapat sebesar 17,34oC
4. Nilai Koefiien pepindahan panas yang didapat sebesar 223,5765 Btu/hr.ft2.oF
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. 2018. Penuntun Praktikum Satuan Operasi II. Double Pipe Heat Exchanger.
Palembang:POLSRI

Kern.QQ1965.”Process Heat Transfer”MC.Grow Hill book co.Singapore

http://kc12engineer.blogspot.com/2014/03/heat-exchanger-he.html. Diakses pada tanggal 18


November 2018
GAMBAR ALAT

Seperangkat alat Penukar Kalor


Heat Exchanger Type Double Pipe
DIAGRAM ALIR DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER
COCURRENT

Keterangan :
- Cw : cold water
- Hw : hot water

DIAGRAM ALIR DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER


COUNTER CURRENT

Keterangan :
- Cw : cold water
- Hw : hot water

You might also like