You are on page 1of 14

Tugas MAKALAH

AGAMA

“ Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan Dunia dan


Kesalamatan Akhirat”

Oleh :

VITA

F1C118008

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Halu Oleo

Kendari

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt. yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-
Nya, sehingga kami mampu menyelasaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad
lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang cara meraih
kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber, informasi, refernsi, dan berita. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit
hambatan yang dihadapi. Namun kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang kami dihadapi bisa
teratasi. Untuk itu kepada dosen mata kuliah agama, kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang serta mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.

Makassar, 27 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Kebahagiaan Menurut Pandangan Islam
B. Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan
Kebahaigaan
C. Mengapa Manusia Harus Beragama dan Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan
Umat Manusia
D. Membangun Argumen Tentang Tauhidullah sebagai Satu-satunya Model Beragama
yang Benar
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Komitmen terhadap Nilai-nilai Tauhid untuk
Mencapai Kebahagiaan

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-
nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seorang hamba yang mampu menunjukan sikap tobat
(melakukan introspeksi dan koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai kebenaran
ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan, serta menjunjung
tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial dan
profesional. Pada sisi lain, kebahagiaan itu menjadi tidak lengkap jika tidak mewujud dalam
kehidupan konkret dengan jalan membahagiakan orang lain.

Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia di dunia bahkan di akhirat. Semua orang
tentunya ingin bahagia di dunia dan selamat hingga ke akhirat. Namun hanya sedikit orang yang
mengerti arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat
merupakan idaman setiap orang, bahkan menjadi simbol keberhasilan sebuah kehidupan. Tidak
sedikit manusia yang mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Menggantungkan cita-cita
menjulang setinggi langit dengan puncak tujuan tersebut, yaitu bagaimana meraih kebahagiaan
hidup. Dan ini menjadi cita-cita setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir terhadap Allah.

Apabila kebahagiaan itu terletak pada harta benda yang tertumpuk-tumpuk, mereka telah
mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Nyatanya, itu tak pernah diraih dan membuat
pengorbanannya sia-sia. Apabila kebahagiaan itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan,
mereka juga telah siap mengorbankan apa saja demi memperoleh apa saja yang diinginkannya.
Tapi tetap saja kebahagiaan itu tidak akan pernah didapatkannya. Apabila kebahagiaan itu
terletak pada ketenaran nama, mereka telah berusaha untuk meraihnya dengan apapun juga dan
mereka tidak mendapati apa yang disebut kebahagiaan.
B. Rumusan masalah

a. Apa makna kebahagiaan menurut pandangan islam?


b. Bagaimana konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju Tuhan dan kebahagiaan?
c. Mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama dapat membahagiakan umat
manusia?
d. Bagaimana cara membangun argumen tentang tauhidullah sebagai satu-satunya model
beragama yang benar?
e. Bagaimana cara mendeskripsikan esensi dan urgensi komitmen terhadap nilai-nilai tauhid
untuk mencapai kebahagiaan?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui makna kebahagiaan menurut pandangan islam.


b. Memahami konsep dan karakteristik agama sebagai jalan menuju Tuhan dan kebahagiaan.
c. Untuk mengetahui alasan manusia harus beragama dan peran agama dalam
membahagiakan umat manusia.
d. Untuk mengetahui cara membangun argumen tentang tauhidullah sebagai satu-satunya
model beragama yang benar.
e. Untuk mengetahui cara mendeskripsikan esensi dan urgensi komitmen terhadap nilai-nilai
tauhid untuk mencapai kebahagiaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Kebahagiaan Menurut Pandangan Islam

Berbicara tentang arti kebahagiaan sejati atau kebahagiaan hakiki, islam mempunyai
pandangan mengenai pengertian atau arti dari kebahagiaan sejati berdasarkan dalil dari firman
Allah swt. dalam Kitabullah Al-Qur’an dan juga dalil Hadits Nabi Muhammad saw.
Kebahagiaan sejati seseorang tidak bisa diukur dengan banyaknya harta atau kekayaan, status
atau pangkat sosial dalam kemasyarakatan dan atau semua kemewahan yang dimiliki oleh
seseorang. Kebahagiaan yang sesungguhnya atau sejati terletak pada ketenangan hati seseorang.
Sudah banyak orang yang kaya raya dengan harta kekayaan mereka, namun kekayaan yang
mereka miliki tidak bisa menjadikan hati mereka menjadi tenang, akan tetapi sebaliknya justru
harta kekayaan yang mereka kumpulkan membuat mereka lalai, lupa dan sibuk untuk senantiasa
mengejar kekurangan. Hal ini karena beberapa harta benda dan kekayaan yang mereka miliki
masih saja mereka anggap kurang.
Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya yang berbunyi:
ُ ۡ َ َ َّ َ ۡ
ُ‫ ٱلتكاثرُ أل َه ٰىكم‬. ‫ت‬
ُ ٰ َّّ ‫ٱل َمق ِاب َ ُر ز ۡرتمُ َح‬
Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur” (QS.
At-Takatsur: 1-2)

Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati atau ketenagan jiwa yang merupakan
anugerah dari Allah swt. yang sangat berharga. Setiap orang pasti mengingikannya, namun
hanya sedikit sekali orang yang mendapatkannya. Hal ini karena banyak manusia yang
melupakan penciptanya, melupakan Dzat pemberi kebahagiaan, dan melupakan tentang Dzat
sang pencipta ketenangan didalam jiwa atau hati yang sebenarnya. Allah telah menjelaskan
dalam firman-Nya,
َّ َ َ َ َ َ َّ ُ َ ۡ ۡ َ ۡ ٗ َ َ َّ ۡ ٰ َ َّ َ َ ۡ َ َ َ َ َّ
‫ل ٱل ِذيُ ه َُو‬
ُ ‫ف ٱلس ِكين ُة أنز‬
ُ ِ ِ ‫وب‬ ُ ‫يم ََٰٰٰنا ِل َيدادواُ ٱلمؤ ِم ِن‬
ُ ِ ‫ي قل‬ ‫م م ُع ِإ‬
ُ ‫لِل ِإيم َٰ ِن ِه‬ ُ ِ ‫ٱلس َم َٰٰ َ َٰٰو‬
ُِ ِ ‫ت جنودُ و‬ َّ ُ‫ٱۡل ۡرض‬ ‫ان و‬
ُ ‫ٱلِل وك‬
ُ
ً‫َحكيم َعليما‬
ِ ِ

Artinya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan kedalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan
Allah-lah tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengeahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-
Fath: 4) yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi adalah penolong yang dijadikan Allah
bagi orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin, dan lain
sebagainya. Dari penjelasan firman Allah swt. tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
menginginkan kebahagiaan, ingin mempunayi hati dan jiwa yang tenang, tetapi lupa kepada sang
penciptanya, maka semua keinginannya tersebut hanyalah sia-sia belaka.
Oleh sebab itu, untuk mencari dan kemudian mendapatkan kebahagiaan sejati adalah
dengan cara :
a. Selalu mengingat Allah swt. sebagaimana dalam penjelasan firman Allah swt tersebut
bahwa Allah-lah Dzat yang memberi, menciptakan dan menentukan kebahagiaan pada
hamba-Nya.
b. Berusahalah selalu untuk memperoleh ketenangan dalam jiwa dan hati dengan bertaqwa
kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.
Allah swt. adalah pemberi ketenangan kepada siapapun yang di kehendaki-Nya, sebagaiman
firman Allah swt. yang lain,
َّ َ َ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ َ َ َ ِّ ِّ َّ ۡ َّ َ َّ ٓ َ َ ۡ َ ََ
:ُ‫ين َو َيقول‬
َُ ‫ل كفرواُ ٱل ِذ‬ُ ‫ل لو‬ُ ‫ل رب ِهۦُ من ءايةُ علي ُِه أنز‬
ُ ُ‫ن ق‬ ُ ُ‫ن ِإل ۡي ُِه َو َي َٰ ۡه ِديُ َيشاءُ َمن ي ِضل‬
ُ ‫ٱلِل ِإ‬ ُ ‫أناب م‬

Artinya: “Orang-orang kafir berkata; “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda
(mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah, “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya” (QS. Ar-Ra’d :27)
Dan juga Allah berfirman:
َّ َ َ َ َُ َّ َ َ ۡ َ َّ َ َ َ ِّ َ ِِّ َّ َ ِّ ِّ َ ٓ َ َ َ َ
َُ ‫ول‬
‫ٱلِل ي ِطعُ َو َمن‬ َّ ‫ك َو‬
ُ ‫ٱلرس‬ َُ ‫م ٱل ِذ‬
ُ ‫ين َم َُع فأ ْول َٰٰ ِئ‬ ُ ‫ن عل ۡي ِهم‬
ُ ‫ٱلِل أنع‬ ُ ‫يم‬ ُ ‫ي ٱلن ِب‬ ُ ‫ي وٱلشهدا ُِء وٱلصد ِيق‬ ُ ‫ٱلصَٰٰ َِٰل ِح‬ َُ ‫َو َحس‬
َّ ‫ن َو‬
َ َ ٗ ُ َ َ ۡ َ ۡ َ َّ ٰ َ َ َ َّ ٗ َ
ُ ‫ َر ِفيقا أ ْولَٰ َٰٰ ِئ‬. ‫ك‬
‫ك‬ ُ ‫ن ٱلفضلُ ذ ٰ ِل‬
ُ ‫ٱلِل ِم‬
ُِ ‫ف‬ ُ ‫ٱلِل وك‬ ُِ ‫ع ِليما ِب‬

Artiya: “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama dengan
orang-orang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang
demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.” (QS. An-Nisa : 69-70)

Itulah janji-janji Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih, maka mereka akan
mendapatkan anugerah dan kebahagiaan sejati. Bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, janji-janji tersebut bukanlah diperuntukkan bagi orang-orang yang durhaka kepada
Allah swt. Perlu diingatkan kembali bahwasanya kemewahan, kedudukan, jabatan, dan segala
kemegahan yang ada di dunia ini hanyalah semu belaka dan tidak akan ada yang abadi dan pasti
akan musnah dan rusak. Hidup di dunia ini hanyalah tempat lintasan belaka yang merupakan
sarana dalam mencari bekal untuk menempuh perjalanan menuju akhirat. Dan sebaik-baik bekal
itu adalah bekal taqwa.
B. Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan
Kebahagiaan

Kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan tumbuh dari nilai-
nilai hakiki islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba yang mampu menunjukan sikap
tobat (melakukan introspeksi dan koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai dan
kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, islam, dan kehidupan. Berikut
pendapat dari beberapa ahli mengenai makna kebahagiaan:

a. Pendapat Al-Alusi

Menurut Al-Hulusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai
keinginan atau cita-cita yang dituju dan diimpikan. Pendapat lain menyatakan bahwa
kebahagia adalah tetap dalam kebaikan atau masuk kedalam kesenangan dan kesuksesan.

b. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berpendapat bahwa kebahagiaan itu adalah perasaan senang dan
tenteram karena hati sehat dan berfungsi dengan baik. Sebab, hati yang sehat dan berfungsi
dengan baik bisa berhubungan dengan Tuhan sebagai pemilik kebahagiaan. Yaitu pemilik
kebahagiaan, kekayaan, kesuksesan, kemuliaan, ilmu dan hikmah.

c. Imam Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa bahagia terbagi dua yaitu:


 Kebahagiaan hakiki.
Bahagia hakiki adalah kebahagiaan ukhrawi, kebahagaiaan ukhrawi akan diperoleh
dengan modal iman, ilmu dan amal. Kebahagiaan ukhrawi adalah kebahagiaan rohani
dan abadi.
 Kebahagiaan majasi.
Kebahagiaan majasi adalah kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan duniawi bisa didapat
oleh orang yang beriman dan bisa didapat oleh orang yang tidak beriman. Ibnu
Athaillah mengatakan “Allah memberikan harta kepada orang yang dicintai Allah dan
kepada orang yang tidak dicintai Allah, tetapi Allah tidak akan memberikan iman
kecuali kepada orang yang dicintainya”. Kebahagiaan duniawi adalah kebahagiaan yang
fana tidak abadi. Kebahagiaan duniawi ada yang melekat pada dirinya dan ada yang
melekat pada manfaatnya. Diantara kebahagiaan duniawi adalah memiliki harta,
kedudukan terhormat, dan keluarga yang mulia.
Orang yang ingin menggapai kesempurnaan hidup, tetapi tidak memiliki harta bagaikan orang
yang mau pergi berperang tanpa membawa senjata, atau seperti orang mau menangkap ikan
tanpa pancing atau jaring. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad saw. bersabda, “Harta yang terbaik
adalah harta yang ada pada seorang laki-laki yang baik pula (shaleh)”. (HR. Ibnu Hibban).
“Sebaik-baik pertolongan adalah pertolongan yang dapat membantu kita semakin bertaqwa
kepada Allah.” (HR. Ad-Daruqutni).

Diantara kebahagiaan duniawi adalah memiliki keluarga, anak-anak yang shaleh, dan istri
yang shalehah pula. Istri yang shalehah bagaikan kebun yang dapat mengikat pemiliknya, yaitu
suami untuk tidak terjerumus pada hal-hal yang diharamkan Allah azza wajalla. Nabi
Muhammad menyatakan, “sebaik-baik pertolongan untuk keutuhan beragama adalah istri yang
shalehah” menyangkut keutamaan anak. Nabi Muhammad saw. bersabda, “jika anak Adam
meninggal dunia, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara; sedekah jariah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Thabarani). Jika kita
membuka kembali pendapat Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah bahwa untuk menggapai kebahagiaan
itu mengharuskan adanya kondisi hati yang sehat (qalbun sailim), maka yang perlu kita lakukan
adalah mengetahui karakteristik hati yang sehat dan cara mengobati hati yang sakit agar hati
dapat kembali sehat.

Karakteristik hati yang sehat adalah sebagai berikut:

a. Hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat. Adapun makanan yang
paling bermanfaat untuk hati adalah makanan “iman”, sedangkan obat yang paling
bermanfaat untuk hati adalah Al-Qur’an.
b. Selau berorientasi ke masa depan dan akhirat. Untuk sukses pada masa depan, kita harus
berjuang pada waktu sekarang. Orang yang mau berjuang pada waktu sekarang adalah
pemilik masa depan, sedangkan yang tidak mau berjuang pada waktu sekarang menjadi
pemilik masa lalu.
c. Selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah. Tidak ada kehidupan,
kebahagiaan, dan kenikmatan kecuali dengan ridha-Nya dan dekat dengan-Nya. Berzikir
kepada Allah adalah makanan pokoknya, rindu kepada Allah adalah kehidupana dan
kenikmatannya.
d. Tidak pernah lupa dari mengingat Allah (berdzikir kepada Allah), tidak berhenti berkhidmat
kepada Allah, dan tidak merasa senang dengan selain Allah swt.
e. Jika sesaat saja lupa kepada Allah segera segera ia sadar dan kembali mendekat dan
berdzikir kepada-Nya.
f. Jika sudah masuk dalam shalat, maka hilanglah semua kebingungan dan kesibukan
duniawinya dan segera ia keluar dari dunia sehingga ia mendapatkan ketenangan,
kenikmatan, dan kebahagiaan dan berlinanglah air matanya serta bersukalah hatinya.
g. Perhatian terhadap waktu agar tidak hilang sia-sia melebihi perhatian kepada manusia lain
dan hartanya.
h. Hati yang sehat selalu berorientasi kepada kualitas amal bukan kepada amal semata.

Beberapa sebab yang dapat merusak hati manusia sehingga fungsi hati terganggu dan
menjadi tidak normal atau sakit:
1. Banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik.
2. At-Taman (berangan-angan)
3. Menggantungkan diri kepada selain Allah
4. Asy-Syab’u (terlalu kenyang)
5. Terlalu banyak tidur
6. Berlebihan melihat hal-hal yang tidak berguna
7. Berlebihan dalam berbicara

Usman bin Hasan Al-Khaubawi mengutarakan bahwa indikator manusia yang bahagia itu
adalah sumber rezekinya ada di negaranya; mempunyai keluarga yang shaleh, yakni istri dan
anak-anak yang membanggakan dan membahagiakan, serta berada dibawah penguasa adil yang
tidak zhalim.

Indikator berikutnya adalah rezekinya dapat membantu seseorang untuk mendekatkan diri
kepada Allah; meskipun kaya, ia tidak berorientasi kepada dunia tetapi berorientasi terhadap
kehidupan masa depan dan akhirat; semangat dalam beribadah; tidak banyak berbicara dalam
hal-hal yang tidak berguna; menjaga kewajiban shalat; bersikap warak yakni hati-hati dalam
memanfaatkan sumber kehidupan agar tidak terjerumus kepada yang syubhat apalagi yang
haram; bergaul dengan orang-orang shaleh; bersikap tawadu dan tidak sombong; bersikap
dermawan dan tidak sebaliknya yaitu pelit; bermanfaat untuk umat manusia yang lain; dan tidak
pernah lupa terhadap kematian.

C. Mengapa Manusia Harus Beragama dan Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan


Umat Manusia

Kunci beragama berada pada fitrah manusia. Fitrah itu sesuatu yang melekat dalam diri
manusia dan telah menjadi karakter (tabiat) manusia. Kata “fitrah” secara kebahasaan memang
asal maknanya adalah “suci”. Yang dimaksud dengan suci adalah suci dari dosa dan suci secara
genetis. Meminjam term Prof. Udin Winataputra, fitrah adalah lahir dengan membawa iman.
Berbeda dengan konsep teologi islam, teologi tertentu berpendapat sebaliknya yaitu bahwa setiap
manusia lahir telah membawa dosa yakni dosa warisan. Di dunia, menurut teologi ini, manusia
dibebani tugas yaitu harus membebaskan diri dari dosa itu. Adapun dalam teologi islam, seperti
telah dijelaskan bahwa setiap manusia lahir dalam kesucian yakni suci dari dosa dan telah
beragama yakni agama islam. Tugas manusia adalah berupaya agar kesucian dan keimanan terus
terjaga dalam hatinya hingga kembali kepada Allah.

D. Membangun Argumen tentang Tauhidullah sebagai Satu-satunya Model Beragama


yang Benar.

Tauhidullah membebaskan manusia dari takhayul, khurafat, mitos, dan bidah.


Tauhidullah menempatkan manusia pada tempat yg bermartabat, tidak menghambakan diri
kepada mahluk yang lebih rendah derajatnya daripada manusia. Manusia adalah mahluk yang
paling mulia dan paling sempurnah disbanding dengan mahluk-mahluk Allah yang lain. Itulah
sebabbnya Allah memberikan amanah dan khilafah pada manusia. Manusia adalah roh alam,
Allah menciptakan alam karena Allah menciptkan manusia sempurnah (insan kamil). Sekiranya
tidak ada insan kamil, maka Allah todak perlu mincaptakan ala mini demikian menurut hadits
qudsi yang menyatakan, “Dan manusia yang bertauhidullah dengan benarlah yang berpotensi
untuk mendekati posisi insane kamil.” Rasulullah bersabda, “La ilaha illallah adalah bentengku
barang siapa yang masuk kedalam bentengku, maka ia aman dari azab.” (Al-hadits).

Setiap orang harus bersikap hati hati bahwa tauhtdullah yang merupakan satu-satunya
jalan menuju kebahagiaan menurut Said Hawa dapat rusak dengan hal-hal sebagai berikut.

1) Sifat Al-Kibr (sombong)


2) Sifat Azh-Zhulm (kezaliman) dan sifat Al-Kizb (kebohongan)
3) Sikap Al-Ifsad (melakukan perusakan
4) Sikap Al-Ghafiah (lupa)
5) Al-Ijram (berbuat dosa)
6) Sikap ragu menerima kebenaran.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Komitmen terhadap Nilai-nilai Tauhid untuk Mencapai
Kebahagiaan

Nilai-nilai hidup yang dibangun diatas jiwa tauhid merupakan nilai positif, nilai
kebenaran dan nilai ilahi yang abadi yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Nilai
mutlak dan universal yang terdapat didalamnya dapat menjadikan misi agama ini sebagai
rahmatan lil ‘alamin agama yang membawa kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan umat manusia lahir dan batin. Komitmen terhadap nilai-nilai universal Al-Quraan
menjadi syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan. Roh kebahagiaan adalah jiwa tauhid
yang diatas jiwa tauhid itu nilai-nilai universal dibangun. Komitmen terhadap nilai-nilai itu
merupakan metodi dan strategi untuk mendapat kebahagiaan.
Nilai-nilai universal yang perlu ditanamkan agar menjadi roh kehidupan itu adalah:
 Al-Amanah
Al-amanah artinya terpercaya. Mengapa seseorang terpercaya dan dipercayai? Karena ia
jujur. Kejujuran menyebabkan sesorang dipercaya (al-amin)
 Al-Adalah
Al-Adalah secara etimologis artinya keadilan. Keadilan dalam perspektif etika islam
adalah adanya keseimbangan antara hak dan kewaiban. Sesuatu yang menjadi hak kita ,
maka menjadi kewajiban bagi orang lain. Sebaliknya sesuatu yang menjadi hak orang
lain maka menjadi kewajiban kita.
 Al-Huriyah
Kebebasan manusia dalam berkehendak dan mewujudkan kehendak dengan perbuatan
adalah hak asasi manusia. Manusia mempunyai kebebasan untuk berfikir dan
mengembangkan pemikirannya lewat ilmu, filsafat, atau pembharuan pemahaman
terhadap agama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan hidup manusia adalah sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Dengan kata lain,
dapat disebutkan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Kebahagiaan yang diimpikan adalah
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Untuk menggapai kebahagiaan termasuk mustahil tanpa
landasan agama. Agama yang dimaksud adalah agama tauhidullah. Kebahagiaan hakiki itu
adalah milik Allah, kita tidak dapat meraihnya kalau tidak diberikan Allah. Untuk meraih
kebahagiaan itu, maka ikutilah cara-cara yang telah ditetapkan Allah dan agama-Nya. Jalan
mencapai kebahagiaan selain yang telah digariskan Allah adalah kesesatan dan penyimpangan.
Jalan sesat itu tidak dapat mengantar kita ke tujuan akhir yaitu kebahagiaan. Karena didalamnya
ada unsur syirik. Dan syirik adalah landasan teologis yang sangat keliru dan tidak diampuni. Jika
landasannya salah, maka bangunan yang ada diatasnya juga salah dan tidak mempunyai kekuatan
alias rapuh. Oleh Karena itu, hindarilah kemusyrikan supaya pondasi kehidupan kita kokoh dan
kuat. Landasan itu akan kokoh dan kuat kalau berdiri diatas tauhidullah.

B. Saran

Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
akan lebih fokus dan lebih details lagi dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak tentunya. Sehingga kritik dan saran dari para pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Munawar, Rahmat., Syahidin., Andy, Hadiyanto. 2019. Pendidikan Agama Islam. (Modul).

Digital

http://kliping.co/contoh-daftar-isi-makalah-dan-karya-tulis-ilmiah/

https://islamwiki.blogspot.com/2014/12/arti-kebahagiaan-sejati-dalam-
islam.html?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C8703431782

You might also like