Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Kehilangan kontrol
Pembatasan aktivitas
Bertanya-tanya
Menarik diri
Menolak kehadiran orang lain
Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri
Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
Tunjukkan sikap empati
Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang
dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang
kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka.
1. Solitary Play
Dilakukan oleh anak usia Toddler, merupakan jenis permainan dimana anak
bermain sendiri walaupun ada orang lain yang berada disekitarnya.
2. Parallel Play
Permainan sejenis dilakukan oleh satu kelompok anak Toddler atau preschool
yang masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi antara satu dengan
yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung.
3. Assosiative play
Merupakan permainan dimana anak bermain dalam kelompok dengan aktifitas
yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, jadi belum ada pembagian
tugas diantara anak dan mereka yang bermain sesuai dengan keinginannya.
4. Cooperative Play
Merupakan permainan dimana anak bermain bersama dengan jenis permainan
yang terorganisasi, terencana dan ada aturan-aturan tertentu. Permainan ini
dilakukan oleh anak usia sekolah atau adolesence.
2.3.3 Fungsi Bermain
Fungsi bermain bagi anak terutama dapat mengatur kelangsungan
perkembangan, yang mencakup perkembangan sensori motorik, kognitif,
kreatifitas sosial, kesadaran diri, moral, terapi dan komunikasi.
1. Perkembangan Sensory Motorik
Aktifitas sensory motorik adalah komponen yang terbesar dalam permainan
bagi semua tingkat usia. Permainan yang aktif dengan menggunakan suatu
obyek adalah penting untuk perkembangan otot-otot/gerak.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan ini diperoleh dengan melakukan explorasi dan manipulasi
benda-benda sekitarnya baik dalam hal warna, bentuk, ukuran dan pentingnya
benda tersebut. Anak juga belajar bagaimana menggunakannya,
menghubungkan kata-kata dengan obyek/benda tersebut dan mengembangkan
pengertian tentang konsep yang abstrak misalnya atas, bawah, dibawah dan
diatas. Selain perkembangan kognitif, perkembangan bahasa juga diperoleh
dengan cara pengalaman yang lalu dan menggabungkannya dengan persepsi
baru.
3. Perkembangan Kreatifitas
Perkembangan kreatifitas sangat mungkin diperoleh karena anak dapat
melakukan percobaan tentang ide mereka dalam permainan melalui semua
media. Kreatifitas terutama diperoleh sebagai hasil permainan solitary dan
group. Seorang anak yang merasa puas dengan kreatifitasnya yang baru dan
beda akan membawa minatnya terhadap lingkungannya.
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan ini diperoleh karena dengan bermain anak belajar berinteraksi
dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok. Sebenarnya sejak
bayi anak sudah mulai menunjukkan perhatian dan kesenangannya dalam
berhubungan dengan orang lain, tetapi melalui permainan dengan anak yang
lainnya, meraka dapat mengembangkan hubungan sosial dan memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan masalah sosial tersebut.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Kesadaran diri dapat diperoleh dengan bermain, sebab anak belajar
memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah lakunya terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral
Perkembangan moral dapat diperoleh dari permainan dengan adanya interaksi
dengan teman selama melakukan permainan, walaupun pemahaman yang
mendasar dari orang tua, guru atau orang lain sekitarnya. Dengan bemain anak
akan bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan, karenanya anak akan
menyesuaikan dengan aturan-aturan kelompok dan bersikap jujur terhadap
kelompok.
7. Terapi
Bermain juga berfungsi sebagai terapi, karena dapat memberi kesempatan
pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak, misalnya marah ,
benci, kesal atau takut.
8. Komunikasi
Bermain dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bermain
merupakan alat komunikasi terutama anak yang belum dapat menyatakan
perasaannya secara verbal, misalnya melukis, menggambar atau bermain
peran.
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermain
Aktifitas bermain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Tahap
perkembangan, status kesehatan, jenis kelamin, lingkungan dan alat
permainannya cocok atau tidak. Setiap tahap perkembangan mempunyai potensi
atau keterbatasan, anak usia BATITA mempunyai potensi untuk melakukan
serangkaian permainan tertentu tetapi juga mempunyai keterbatasan dimana
belum dapat mencapai kemampuan seperti anak di atas usianya yaitu anak usia
pra sekolah. Kondisi ini mempengaruhi permainan yang dibutuhkannya. Status
kesehatan anak juga mempengaruhi aktifitas bermain karena anak dalam keadaan
sakit kemampuan psikomotor maupun kognitifnya terganggu.
Pada tahap usia tertentu jenis kelamin mempengaruhi aktifitas misalnya
pada usia sekolah anak laki-laki tidak mau bermain dengan anak wanita. Dengan
demikian jenis permainan yang dipilih sesuai dengan minat atau interes kelompok
kelamin tersebut. Lingkungan dapat mempengaruhi aktifitas bermain. Sesuai
dengan lokasi tempat tinggal atau suku bangsa, maka budaya juga mempunyai
karakteristik yang berbeda. Hal ini berpengaruh dalam setiap gerak kehidupannya.
Dengan demikian kehidupan anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bermain.
Hal lain yang berpengaruh terhadap aktifitas bermain adalah alat permainan itu
sendiri. Alat permainan yang dipilih harus sesuai dengan tahap perkembangan
anak sehingga anak akan dapat menggunakannya dan memperoleh kepuasan.
Bagi anak yang dirawat di rumah sakit, bermain sangat penting untuk
menghilangkan ketakutan dan kecemasan, mengekspresikan perasaan dan mengurangi
trauma sakit akibat hospitalisasi. Perawat dapat membantu anak yang diawali dengan
membina hubungan saling percaya, sehingga dalam bermain anak dapat mengekspresikan
perasaannya secara terbuka, selain itu untuk pemenuhan kebutuhannya secara mandiri
anak dapat dilatih secara perlahan-lahan dengan melakukan permainan yang
menggunakan ketrampilan gerak. Untuk itu perlu diperhatikan Tujuan dan Prinsip-prinsip
bermain sebagai berikut :
Supartini (2004). Buku ajar: Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta
Wong, D.L, et all. (2009). Wong, Buku Ajar Keperawatan Pediatric. (6th ed.). Missouri;
Mosby
OLEH:
2019