Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
1. Kebutuhan Spiritual
a. Definisi
tentang kehidupan, tentang makna, dan tentang hubungan yang sakral yaitu
spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta rasa ketertarikan, dan kebutuhan untuk
b. Karakteristik Spiritualitas
dirinya, apa yang dapat dilakukannya, dan sikap percaya pada diri sendiri,
Selain itu juga mampu berkomunikasi dengan alam dengan cara bertanam,
orang tua dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian
menjaga alam.
Menurut Craven & Hirnle (2007) terdapat beberapa faktor penting yang dapat
anak, remaja, dewasa, dan lansia cara pandang mereka terhadap spiritual akan
berbeda. Masa anak-anak merupakan masa bermain dimana anak belum begitu
adalah masa peralihan dari anak ke dewasa dimana dalam tahap ini seseorang
sedang mencari jati diri dan pendalaman spiritual. Pada masa dewasa seseorang
lebih banyak disibukkan oleh pekerjaan dan waktu untuk beribadah lebih
2) Kebudayaan
3) Keluarga
4) Pengalaman hidup
pasien dengan penyakit terminal dan prognosis yang buruk, keyakinan spiritual
dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih tinggi dibandingkan pasien
dengan penyakit akut. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi
terpisah dari ikatan spiritual, maka dapat beresiko terjadinya perubahan fungsi
spiritualnya.
konflik antara terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh pasien dan
tenaga kesehatan.
d. Terapi Spiritual
meliputi:
1) Memfasilitasi pertumbuhan spiritual
spiritual.
2) Mengembangkan spiritual
pasien
d) Gunakan tehnik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi
3) Terapi spiritual
dan memiliki hubungan dengan kekuatan yang lebih besar. Berikut beberapa
kepedulian.
b) Dorong individu untuk merenungkan kehidupan di masa lalu dan fokus pada
c) Berikan privasi dan waktu sendiri bagi pasien untuk melakukan kegiatan
spiritual.
keagamaan lainnya
2) Perubahan perilaku
koping yang lebih baik daripada mereka yang tidak mengandalkan agama.
mengalami depresi, dan bahkan jika mengalami depresi mereka akan pulih
lebih cepat.
signifikan gangguan depresi lebih rendah atau gejala depresi lebih sedikit
pada mereka yang mengandalkan agama, dan 68% dari studi prospektif
menemukan bahwa seseorang yang memiliki keyakinan spiritual lebih tinggi
kemungkinan kecil bunuh diri atau sikap yang sedikit negatif yaitu pada orang
dengan keyakinan agama tinggi. Dari hampir 140 studi yang telah meneliti
3) Emosi positif
optimisme. Dari 100 studi yang meneliti hubungan ini, 79 menemukan bahwa
yang meneliti hubungan antara agama dan tujuan atau makna hidup, 15
4) Dukungan sosial
Hampir semua penelitian (19 dari 20 studi) yang meneliti agama dan
beragama tidak hanya memiliki jaringan dukungan yang lebih besar, tetapi
dukungan sosial berdampak pada fungsi kekebalan tubuh yang lebih baik dan
kesehatan jantung yang lebih kuat. Depresi dan isolasi sosial pada penderita
Penelitian terhadap 542 pasien (usia enam puluh atau lebih) yang
<0,0001).
7) Implikasi
dan praktik keagamaan berkaitan dengan kesehatan mental yang lebih baik,
2. Regulasi Emosi
Suatu emosi dimulai dengan evaluasi terhadap isyarat emosi, ketika emosi muncul
bagian ini, peneliti akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan regulasi
emosi.
a. Definisi Regulasi Emosi
Regulasi emosi adalah suatu proses untuk mengungkapkan emosi dengan cara
dan kondisi yang tepat (Quirk dan Beer, 2006). Gross (2014) mengatakan
regulasi emosi merujuk pada proses dimana kita terlibat dengan emosi yang kita
miliki, kapan kita memilikinya dan bagaimana kita dapat mengalaminya dan
oleh para ahli maka regulasi emosi adalah cara individu untuk merasakan serta
Menurut Cole (dalam Kusumaningrum, 2012) ada dua jenis pengaturan emosi
yaitu emosi sebagai pengatur dan emosi sebagai yang diatur berarti adanya
perubahan yang tampak sebagai hasil dari emosi yang aktif. Emosi sebagai
pengaturan emosi itu sendiri, intensitas serta durasi emosi yang terjadi dalam
tersebut mampu menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi yang
Ketika individu merasakan emosi, mereka dapat tetap berpikir dengan baik
dan melakukan sesuatu dengan baik tanpa terpengaruh oleh emosi tersebut.
Bahkan emosi yang terlalu positif dapat memberikan pengaruh yang kurang
respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan nada
suara), sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan
emosi tertentu dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut. Menyadari
memahami emosi merupakan hal yang sangat penting dan menjadi indikator
dirasakan, apa yang menyebabkan emosi itu muncul dan membantu individu
untuk melihat apa yang dapat dilakukan dengan emosi yang sedang muncul
tersebut.
kepada emosi dan berusaha memahami apa yang sebenarnya dirasakan dan
tidak berusaha untuk menutupi emosi tersebut merupakan hal yang penting.
emosi yang sedang dirasakan. Misalnya ketika menolak emosi negatif maka
Gambaran emosi negatif seperti kaget (shock), stres, tidak sabar, marah,
PSYCHO IDEA, Tahun 14. No.2, Juli 2016 ISSN 1693-1076 4 2012) stres adalah
sebuah kata sederhana yang sudah tidak asing lagi diucapkan sehari-hari oleh setiap
individu dan selalu menggambarkan kondisi, jika dapat akan dihindari oleh setiap
individu karena sering berarti collaps, down, shock, panik, pingsan, pikiran buntu,
empati. Peran penting emosi positif dalam penyesuaian individu terhadap stress dapat
disampaikan oleh Frederickson 1998. Menurut teori ini, emosi positif dan negatif
memiliki perbedaan dan fungsi-fungsi adaptif yang saling melengkapi, termasuk juga
diri, maka sabar merupakan salah satu tingkatan yang harus di jalan dalam
mendekatkan diri kepada Allah. Sabar mempunyai tiga unsur, yaitu ilmu, hal, dan
amal. Sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang. Secara terminologis sabar
berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha
Allah (Ilyas,2009).
Problem-problem yang dialami pada pasien gagal ginjal kronik antara lain
bosan dengan keadaannya dan mudah lelah menyebabkan subjek mudah marah,
subjek menyadari semua merupakan bagian dari hidupnya, sesuai dengan teori
(Gross & Thompson, 2007) ekspresi penindasan merupakan suatu bentuk modulasi
respon yang melibatkan hambatan perilaku ekspresif emosi yang terus menerus.
Penindasan adalah strategi yang berfokus pada respon, munculnya relatif belakangan
pada proses yang membangkitkan emosi. Strategi ini efektif untuk mengurangi
a. Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak
(Baradero, Dayrit & Siswadi 2009, h. 124). Penumpukan ureum dalam darah
bidang nefrologi dengan angka kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas
dan komplek, sering tanpa keluhan maupun gejala klinik kecuali sudah ke
Penuranan fungsi ginjal dalam skala kecil merupakan proses normal bagi
setiap manusia seiring bertambahnya usia, namun hal ini tidak menyebabkan
kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar yang
dapat ditolerir ginjal dan tubuh. Tetapi oleh berbagai sebab dapat terjadi
menimbulkan berbagai keluhan dari ringan sampai berat, kondisi ini disebut
gagal ginjal kronik. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya kurang dari 15 % dari keadaan normal (GFR
normal = 90 - 120 mL/min/1.73 m 2) dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
b. Etiologi
tidak hanya disebabkan oleh satu sebab saja, melainkan berbagai macam hal.
menyaring. Kerusakan pada nefron dapat terjadi secara cepat, sering sebagai
penyakit ginjal menyerang kedua buah ginjal sekaligus. Gagal ginjal kronik
tubulus ginjal.
6) Penyakit metabolik : hipertensi, diabetes militus, gout, hiperparatiroidisme
dan amiloidosis.
7) Faktor penyebab penyakit gagal ginjal kronik karena tekanan darah tinggi
atau penyakit hipertensi ini terjadi jika tekanan darah yang terjadi pada
pembuluh darah ini mengalami suatu peningkatan dan jika tidak di obati,
maka penyakit hipertensi ini bisa mengalami puncak yang utama pada
masalah serangan jantung, stroke, atau juga penyakit gagal ginjal kronik.
c. Patofisiologi
vasoaktif seperti sitokinin dan growth faktor. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
transforming growth faktor β (TGF β). Beberapa keadaan yang juga dianggap
1) Pada stadium paling dini (tahap I) gagal ginjal , terjadi kehilangan daya
cadang ginjal (renal reserve), dimana laju filtrasi glomerulus (LFG) basal
masih lebih dari 90%.. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi
2) Pada tahap II, LFG 60-89 %, pasien masih belum merasakan keluhan
3) Pada tahap III, LFG 30-59%, mulai terjadi keluhan seperti nokturia, badan
4) Pada tahap IV, LFG 15 -29%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual dan muntah. Pasien juga
mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas
maupun saluran cerna, juga akan terjadi gangguan keseimbangan air, hipo
5) Pada tahap V, dengan LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan
pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal, pada keadaan
Gagal ginjal kronik (GGK) menjadi masalah besar dunia karena sulit
Supriyadi-, Wagiyo dan Widowati tahun di RSUD Kota Semarang tahun 2011
dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas hidup pasien
b) Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur, yang
terganggu.
4) Sistem kadiovaskuler
a) Hipertensi.
d) Edema.
insulin.
b) Asidosis metabolik.
f. Penatalaksanaan hemodialisis
menentukan dari jenis penanganan gagal ginjal kronik yang diberikan. Untuk
beberapa kasus, biasanya kerusakan yang terjadi di ginjal dan juga suatu
sirkulasi tubuh yang bisa dihindari dengan cara minum obat-obatan yang
dan juga untuk membantu mencegah penyakit gagal ginjal kronik agar tidak
fungsi ginjal. Keadaan yang seperti ini biasanya sering disebut dengan gagal
Setidaknya adalah 1 : 100 dari pengidap penyakit gagal ginjal kronik stadium
tiga yang mengalami penyakit gagal ginjal. Pengidap dari penyakit gagal ginjal
dari ginjal.
yang lebih parah, dan mengatasi faktor yang memperburuk fungsi ginjal maka
diperlukan kontrol gula darah yang baik pada pasien Diabetes Mellitus, kontrol
tekanan darah tinggi dan pengaturan pola makan yang sesuai dengan kondisi
ginjalnya. Pada gagal ginjal kronik, ada beberapa obat-obatan yang bersifat
toksik untuk ginjal yang harus dihindari atau bila harus diberikan harus
Pasien gagal ginjal akut umumnya memerlukan terapi cuci darah sebagai
terapi suportif yang bersifat sementara karena fungsi ginjal bisa kembali ke
normal, tetapi pada gagal ginjal kronik memerlukan terapi seumur hidup
sebagai terapi pengganti ginjal kecuali dilakukan operasi cangkok ginjal untuk
mengganti ginjal yang rusak. Idealnya cuci darah dilakukan semingga 2-3 kali.
Apabila pasien ingin mengurangi frekuensi dialysis, maka harus membatasi diet
protein dan air lebih ketat, yang mempunyai konsekuensi terjadi malnutrisi
elektrolit yang berat, perdarahan saluran cerna, gagal jantung bahkan bisa
a. Definisi
mengeluarkan zat terlarut yang tidak diinginkan melalui difusi dan hemofiltrasi
untuk mengeluarkan air yang membawa serta zat terlarut yang tidak diinginkan
tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian
darah kembali lagi ke dalam tubuh pasien (Baradero, Dayrit, & Siswadi2008, h.
asam dan basa) pada kadar yang dapat ditoleransi tubuh (Cahyaningsih, 2011,
h.13).
b. Tujuan
ginjal.
lain.
c. Prinsip-prinsip hemodialisis
sebagai berikut :
1) Akses vaskuler
terjadi.
3) Difusi
pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi, berpindah dari area yang
4) Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan
akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan
tersebut.
5) Ultrafiltrasi
tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane adalah
sebagai berikut:
a) Tekanan positif
membrane. Pada dialisis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan
b) Tekanan negative
c) Tekanan osmotik
Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik cairan dari
larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang menyebabkan
e. Komplikasi hemodialisis
1) Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
b. Hipovolemia
c. Ultra filtrasi
e. Hipotensi
f. Hipertensi
2) Ketidakseimbangan elektrolit
3) Infeksi