You are on page 1of 8

PENGARUH SUHU DAN LAMA WAKTU EKSTRAKSI

TERHADAP SIFAT KIMIA KOPI HIJAU ( Coffea canepora P.)

Effect Of Tempreature And Time Of Extraction


On Chemical Properties Of Green Coffee (Coffea canepora P.)

Radesta Purwakhidyana1, Bambang Kunarto2. Ir. Elly Yuniarti Sani2, Ir. Ery Pratiwi2
1
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
2,3
Staff Pengajar Teknologi Hasil Pertanian Universitas Semarang
Jl. Soekarno-Hatta Tlogosari Semarang-50196

ABSTRAK
Kopi hijau ( coffea canepora p) memiliki kandungan kimia diantaranya kafein dan
fenolat. kandungan utama kopi hijau adalah polifenol ( 5-O caffeoylquinic acid atau asam
klorogenat ) yang dikenal sebagai antioksidan paten dengan kadar kafein kurang dari 2%.
Salah satu fungsi antioksidan pada kopi hijau ( coffea canepora p) adalah dapat mencegah
terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit degeneratif. Oleh karena itu tubuh kita
memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi
tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh suhu dan lama
waktu ekstraksi terhadap sifat kimia kopi hijau. Diduga perbedaan perlakuan ekstraksi
memberikan pengaruh terhadap karakteristik kimia kopi hijau.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018 – April 2018 di Laboratorium
Rekayasa Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang. Penelitian dilakukan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor yaitu perbedaan suhu dengan 3
perlakuan A1 (50℃), A2 (60℃), A3 (70℃) dengan 2 kali pengulangan dan perbedaan lama
waktu dengan 3 perlakuan B1 (5 menit ), B2 (10 menit), B3 (15 menit) dengan 2 kali
pengulangan. Data dianalisis dengan ANOVA dan diuji menggunakan Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan suhu dan lama waktu ekstraksi
berpengaruh nyata terhadap sifat kimia kopi hijau berupa kafein, total fenolat dan aktivitas
antioksidan. Perlakuan A3B3 (kopi hijau) merupakan perlakuan dengan kafein sebesar
0,13%, total fenol sebesar 0,19%, aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 86,32 %.

Kata Kunci: Kopi Hijau, Ekstraksi, Kopi

ABTSRACT
Green bean coffee (coffea canepora p) has a chemical content including caffeine and
phenolics. the main content of green coffee is polyphenol (5-O caffeoylquinic acid or
chlorogenic acid) known as a patented antioxidant with a caffeine content of less than 2%.
One function of antioxidants in green coffee (coffea canepora p) is to prevent the occurrence
of body damage from the onset of degenerative diseases. Therefore our bodies need an

1
important substance that is antioxidants that can help protect the body from free radical
attack by reducing the negative impact of this compound.
The purpose of this research is to know the influence of temperature and time of
extraction on green coffee chemistry. It is assumed that the difference of extraction
treatment has an effect on green coffee chemical characteristics.
The research was conducted in March 2018 - April 2018 at Food Engineering
Laboratory Faculty of Agricultural Technology University of Semarang. The experiment
was conducted using a complete randomized design (RAL) of two factors: temperature
difference with 3 treatment A1 (50 ℃), A2 (60 ℃), A3 (70 ℃) with 2 repetitions and time
difference with 3 treatments B1 (5 min) , B2 (10 minutes), B3 (15 minutes) with 2
repetitions. Data were analyzed with ANOVA and tested using Duncan Multiple Range Test
(DMRT) at 5% level.
The results showed that the temperature difference and the duration of extraction had
significant effect on the chemical nature of green coffee in the form of caffeine, total
phenolate and antioxidant activity. Treatment of A3B3 (green coffee) is a treatment with
caffeine of 0.13%, total phenol of 0.19%, the highest antioxidant activity of 86.32%.

Keywords: Green Bean Coffee, Extraction, Coffee

Radesta Purwakhidyana, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian


Universitas Semarang, Jl. Jendral Sudirman RT 02 RW 03 Weleri, Kendal.
radestapurwakhidyana@gmail.com.082227605407.

PENDAHULUAN pemberian antioksidan proses tua dihambat,


Kopi merupakan salah satu hasil serta dapat mencegah terjadinya kerusakan
komoditi perkebunan yang memiliki nilai tubuh dari timbulnya penyakit degeneratif.
ekonomis yang cukup tinggi di antara Oleh karena itu tubuh kita memerlukan
tanaman perkebunan lainnya dan berperan suatu substansi penting yakni antioksidan
penting sebagai sumber devisa negara. Kopi yang dapat membantu melindungi tubuh
tidak hanya berperan penting sebagai dari serangan radikal bebas dengan
sumber devisa melainkan juga merupakan meredam dampak negatif senyawa ini.
sumber penghasilan bagi tidak kurang dari Menurut hasil penelitian yang dilakukan
satu setengah juta jiwa petani kopi di oleh ( Farida,2013) suhu dan waktu sangat
Indonesia (Rahardjo, 2012). mempengaruhi perolehan kadar kafein
Kandungan antioksidan dalam kopi dalam kopi robusta. Dari hasil penelitian
lebih banyak dibandingkan antioksidan pada yang dilakukan menunjukkan semakin
teh dan coklat. Antioksidan adalah suatu tinggi suhu dan waktu pengestraksian, maka
senyawa yang mampu berinteraksi dengan akan meningkatkan jumlah kafein yang
radikal bebas sebelum merusak molekul terekstrak.
molekul dalam tubuh atau menetralisir Menurut (Rohdiana,2008) bahwa
radikal bebas sehingga diharapkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

2
ekstraksi adalah suhu air dan lama jenuh, Baku kafein, etanol
" 96%,aluminium
ekstraksi. Semakin tinggi suhu air atau klorida 10%, natrium asetat 1 M, methanol,
proses penyeduhan, kemampuan air air destilasi
dalam mengekstrak kandungan kimia yang
terdapat dalam kopi akan semakin tinggi. Rancangan Percobaan
Demikian juga halnya dengan lama Jenis penelitian ini menggunakan
penyeduhan. Lama penyeduhan akan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor
mempengaruhi kadar bahan terlarut, yaitu faktor pengaruh suhu dan faktor lama
intensitas warna, serta aroma.. penyeduhan. Untuk masing-masing faktor
Bertambahnya lama ekstraksi maka perlakuan dibuat tiga kali ulangan.
kesempatan kontak antara air penyeduh A1B1 : Suhu 50°C Waktu 5 menit
dengan kopi hijau semakin lama sehingga A2B1 : Suhu 60°C Waktu 5 menit
proses ekstraksi menjadi lebih sempurna. A3B1 : Suhu 70°C Waktu 5 menit
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan A1B2 : Suhu 50°C Waktu 10 menit
dikaji masalah pengaruh suhu dan lama A2B2 : Suhu 60°C Waktu 10 menit
ekstraksi terhadap fisikokimia dan
A3B2 : Suhu 70°C Waktu 10 menit
organoleptik kopi hijau.
A1B3 : Suhu 50°C Waktu 15 menit
RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, A2B3 : Suhu 60°C Waktu 15 menit
MANFAAT DAN HIPOTESIS A3B3 : Suhu 70°C Waktu 15 menit
.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui
pengaruh suhu dan lama waktu ekstraksi Analisis Kadar Kafein (AOAC, 2005)
kopi hijau ( coffea canepora p) terhadap Sampel di haluskan kemudian
kadar kafein, total fenolik, dan aktivitas timbang sebanyak 5 gram. Tambahkan 1
antioksidan gram MgO dan 200 ml aquadest. Panaskan
Diduga suhu dan lama waktu ekstraksi dengan pendingin balik selama 2 jam,
kopi hijau ( coffea canepora p) berpengaruh kemudian encerkan volume menjadi 250 ml
terhadap kadar kafein, total fenolik, dan menggunakan labu takar. Ambil 100 ml
aktivitas antioksidan. larutan kemudian tambahkan 10 ml H2SO4 (
1 : 9 ), kemudian panaskan hingga volume
METODE PENELITIAN 25 ml. Cairan di masukann dalam corong
Waktu dan Tempat pisah lalu di tambah 10 ml H2SO4 ( 1 : 99 ),
kemudian larutan di gojog berkali-kali
Penelitian dilaksanakan pada bulan dengan menambahkan kloroform masing-
Februari 2018 – April 2018 di masing 10 ml,15 ml,20 ml,25 ml.
Laboratorium Rekayasa Pangan, Fakultas Tambahkan 5 ml KOH 1 % kemudian bilas
Teknologi Pertanian, Universitas Semarang, sekali lagi menggunakan kloroform. Akan
dan Laboratorium Chem-mix Pratama terbentuk 2 lapisan, lapisan bawah
Yogyakarta. merupakan larutan kloroform yg mengikat
kafein,lapisan atas merupakan air dan bahan
Bahan lainnya. Tampung lapisan bawah kemudian
Kopi Hijau, reagen Follin-Ciocalteu, panaskan dalam, oven 100°C hingga berat
larutan Na2CO3 2%, aquades suhu 500, 600, konstan.
700 C, aquadest, methanol, larutan DPPH, Kadar Kafein = x 100 %
asam tanat, larutan Follin Dennis, Na2CO3

3
Analisis Kadar Total Fenol (Metode 0.84833%. Kadar kafein terendah dihasilkan
Spektrofotometry, Jb. Harboune ) oleh perlakuan A1B1 yaitu sebesar 0.077500
Timbang 5 gram sampel masukan ke % sedangkan kadar kafein tertinggi
dalam erelenmayer 100 ml. Encerkan dihasilkan oleh perlakuan A3B3 yaitu
dengan aquadest sampai volume 100 ml sebesar 0.13375%. Kadar kafein pada kedua
menggunakan labu ukur. Larutan perlakuan menunjukkan kenaikan baik pada
disaring/centrifuge hingga diperoleh perlakuan suhu penyeduhan (A1, A2, dan
lrutan/filtrate jernih. Ambil 1 ml A3) maupun perlakuan lama waktu
larutan/filtrate jernih ke dalam tabung reaksi penyeduhan (B1, B2, dan B3). Penelitian ini
kemudian tambahkan 0,5 ml follin denis ( bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu
follin 1:1 ), kemudian tambahkan 1 ml dan lama waktu penyeduhan kopi hijau
larutan Na2CO3 jenuh kemudian diamkan terhadap kadar kafein. Tabel 3 menunjukkan
selama 10 menit. Tambahkan aquadest bahwa kadar kafein dari kopi hijau berkisar
sampai volume 10 ml, kemudian vortex antara 0,0775% - 0,1337 %, hal ini sesuai
larutan hingga homogen. Baca Absorbasi dengan (Farida, 2013) yang menyatakan
sampel dengan menggunakan bahwa kadar kafein dalam kopi robusta
spektrofotometer dengan panjang sekitar 1-2% dari berat kering, namun dalam
gelombang 730 nm. Catat data yang proses penyeduhan atau pembuatan kopi,
diperoleh kemudian hitung dengan hanya sebagian kafein yang larut dalam
menggunakan kurva standar phenol. Buat minuman kopi tersebut.
kurva standar phenol.
Pengaruh Lama Waktu Penyeduhan
Analisis Aktivitas Antioksidan Metode Terhadap Kadar Kafein Pada Ekstrak
DPPH (AOAC, 2005) Kopi Hijau (Coffea canepora P)
Sampel dari tiap perlakuan diambil Berdasarkan analisis sidik
masing-masing 5 ml dan diencerkan dalam ragam (F hitung > F tabel) menunjukkan
labu takar dengan penambahan akuades bahwa suhu penyeduhan berpengaruh sangat
gingga 50 ml. Setelah itu masing-masing nyata terhadap kadar kafein (p<0,05). Pada
sampel diambil 1 ml dan ditambah 5 ml perlakuan B1 (5 menit) mempunyai kadar
methanol; 0,5 larutan DPPH 0,2 N kemudian kafein sebesar 0,84%, perlakuan B2 (10
divortek dan didiamkan selama 30 menit menit) sebesar 0,10% dan perlakuan B3 (15
dalam ruang gelap, untuk selanjutnya menit) sebesar 0,13%. Setelah dilakukan uji
diabsorbansi pada panjang gelombang 518 lanjut Duncan dapat dilihat bahwa antar
nm. perlakuan B1 (5 menit), B2 (10 menit), dan
B3 (15 menit) berbeda nyata antar
HASIL DAN PEMBAHASAN perlakuan. Berdasarkan grafik diatas, kadar
kafein meningkat dari perlakuan B1, B2,
Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar sampai B3 Kadar kafein yang semakin
Kafein Pada Kopi Hijau (Coffea meningkat disebabkan oleh semakin lama
Canepora P) waktu penyeduhan kopi hijau maka
Berdasarkan hasil analisa ragam (F kemampuan pelarut menembus dinding sel
hitung> F tabel) menunjukkan bahwa suhu dan melarutkan zat aktif kafein akan
dan lama waktu penyeduhan berpengaruh semakin besar.
sangat nyata (p<0,05) terhadap kadar kafein
pada ekstrak yang dihasilkan. Kadar kafein
pada kopi berkisar antara 0.097500 % –

4
Pengaruh Kombinasi Suhu dan Lama perlakuan B1 ( 5 menit ) yaitu sebesarr
Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar 0.16%.
Kafein Pada Ekstrak Kopi Hijau (Coffea Pada perlakuan B3 didapat kadar total
canepora P) fenolat tertinggi karena semakin lama waktu
Kombinasi perlakuan suhu dan penyeduhan maka semakin sempurna
lama waktu penyeduhan menghasilkan kemampuan pelarut untuk mengesktrak
Kadar kafein pada kopi hijau selalu kandungan kimia dalam kopi hijau.
meningkat 0,07% (A1B1) – 0,13% (A3B3). Demikian juga pada perlakuan B1 didapat
Meningkatnya kadar kafein disebabkan oleh kadar total fenolat terendah hal ini
semakin tinggi suhu penyeduhan dan disebabkan karena sedikitnya waktu
semakin lama wktu penyeduhan akan penyeduhan yang digunakan pada saat
menyebabkan semakin banyaknya kadar zat proses penyeduhan, sehingga senyawa-
aktif kafein yang terekstrakoleh pelarut. senyawa yang terdapat pada sampel belum
larut (Tambun, 2016). serta didukung oleh
Pengaruh Perlakuan Terhadap Total penelitian dari Nindyasari (2012) yang
Fenol Pada Kopi Hijau (Coffea Canepora menyatakan penyeduhan kopi hijau dengan
P) waktu penyeduhan yang terlalu singkat
Suhu dan lama waktu penyeduhan menjadi kurang efisien karena kelarutan
berpengaruh sangat nyata (p<0,05) terhadap senyawa pada kopi hijau belum mencapai
total fenolat pada ekstrak yang dihasilkan. titik yang optimal.
Total fenolat pada kedua perlakuan
menunjukkan kenaikan baik pada perlakuan Pengaruh Kombinasi Suhu dan Lama
suhu penyeduhan (A1, A2, dan A3) maupun Waktu Penyeduhan Terhadap
perlakuan lama waktu penyeduhan (B1, B2, Kandungan Total Fenolat Pada Ekstrak
dan B3). Kopi Hijau (Coffea canepora P)
Kombinasi perlakuan suhu dan lama
Pengaruh Suhu Penyeduhan Terhadap waktu penyeduhan menghasilkan kandungan
Total Fenolat Pada Ekstrak Kopi Hijau total fenolat yang semakin meningkat.
(Coffea canepora P) Kandungan total fenolat pada kopi hijau
Total fenol tertinggi terdapat berdasarkan perlakuan suhu dan lama waktu
pada perlakuan A3 (700C) yaitu sebesar penyeduhan antara 0,12% (A1B1) – 0,19%
0.19% sedangkan total fenolat terendah pada (A3B3).
perlakuan A1 (500C) yaitu sebesarr 0.14%.
pada gambar tersebut dapat dilihat Pengaruh Perlakuan Terhadap Aktivitas
terjadinya kenaikan kadar total fenolat dari Antioksidan Pada Kopi Hijau (Coffea
perlakuan A1 sampai A3 itu disebabkan Canepora P)
karena semakin tingginya suhu perlakuan Suhu dan lama waktu
dari 50°C,60°C dan 70°C. penyeduhan berpengaruh sangat nyata
(p<0,05) terhadap aktivitas antioksidan pada
ekstrak yang dihasilkan. Aktivitas
Pengaruh Lama Waktu Penyeduhan antioksidan pada kedua perlakuan
Terhadap Total Fenolat Pada Ekstrak menunjukkan kenaikan baik pada perlakuan
Kopi Hijau (Coffea canepora P) suhu penyeduhan A1 (500C), A2 (600C), dan
Total fenol tertinggi terdapat A3 (700C) maupun perlakuan lama waktu
pada perlakuan B3 ( 15 menit ) yaitu sebesar penyeduhan B1 (5 menit), B2 (10 menit),
0.18% sedangkan total fenolat terendah pada dan B3 (15 menit).

5
Kombinasi perlakuan suhu dan lama waktu terhadap kandungan kimia kopi hijau
penyeduhan menghasilkan aktivitas terutama kadar kafein, total fenolat dan
antioksidan yang semakin meningkat. aktivitas antioksidan.
Aktivitas antioksidan pada kopi hijau Semakin tinggi suhu dan semakin lama
berdasarkan perlakuan suhu dan lama waktu waktu penyeduhan kopi hijau, maka
penyeduhan antara 72,82% (A1B1) – semakin banyak juga zat kimia yang
86,32% (A3B3). terlarut seperti kafein, dan total fenolat,
sehingga aktifitas antioksidan pada kopi
SIMPULAN DAN SARAN hijau juga tinggi.
Pengaruh suhu dan lama waktu penyeduhan
pada ekstrak kopi hijau berpengaruh nyata

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Manfaat dan Bahaya Kandungan Kafein dalam Kopi. Akses Tanggal 1 April
2013.
Anonimus, 2008. Kopi Bubuk. SNI 01-2907-2008. Badan Standar Nasional Indonesia
Achtiar YA,Sofiana KD. 2014. Efek Preventif Ekstrak Etanol Kopi Robusta (Coffea
canephora) Terhadap Peningkatan Kadar Kolestrol Tikus Jantan Galur Wistar
yang diinduksi Kuning Telur. 2(3).
A.C. Kumoro. 2013, penurunan Kadar kafein Dan Asam Total Pada Biji Kopi Robusta
Menggunakan Teknologi Fermentasi Anaerob Fakultatif Dengan Mikroba Nopkor
MZ-15, Teknik Kimia dan Industri,Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal
Teknologi kimia dan Industri, Vol.2, No.3, 2013
AOAC (Association of Official Analytical Chemist ). 1995. Official Methods of Analysis of
the AOAC, 16 Ed. AOAC
Arwangga, dan I. W. Sudiarta. 2016. Analisis Kandungan Kafein pada Kopi di Desa Sesaot
Narmada Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Udayana. Bukit Jimbaran. Bali. Jurnal Kimia 10 (1), 110-114.
Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 2005. Official Methods of Analysis
of AOAC International Horwitz W. Ed ke-18. Publ AOAC International
Maryland USA.
Badan Standar Nasional (BSN). 2004. Standar Nasional Indonesia Kopi Bubuk.
Badan Standardisasi Nasional. 1994. SNI 01-3542-1994 Syarat Mutu Kopi Bubuk. Jakarta.
Bicho, N. C., Lidon, F. C., Ramalho, J. C. and Leitão, A. E. (2013) „Quality assessment of
Arabica and Robusta green and roasted coffees - A review‟, Emirates Journal of
Food and Agriculture, 25(12), pp. 945–950. doi: 10.9755/ejfa.v25i12.17290.
Coffefag,2001,Frequently Asked Questions about Caffeine, www.Coffefag.com, Diakses 26
Februari 2018
Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe Technology (Volume 2). Elsevier Applied
Science,London and New York.
Farah A, 2008. 5–O-Caffeoylquinic acid (5-CQA) from Green Coffee Extract are Highly
Bioavailable in Humans. JNutr.
Farida, 2013, penurunan Kadar kafein Dan Asam Total Pada Biji Kopi Robusta Menggunakan
Teknologi Fermentasi Anaerob Fakultatif Dengan Mikroba Nopkor MZ-15,

6
Teknik Kimia dan Industri,Universitas Diponegoro, Semarang. Jurnal Teknologi
kimia dan Industri, Vol.2, No.3, 2013.
Handayani, H., Sriherfyna, F. H., Yunianta. 2016. Ekstraksi antioksidan daun sirsak metode
ultrasonic bath (kajian rasio bahan : pelarut dan lama ekstraksi). Jurnal Pangan
dan Agroindustri, 4 (1), 262-272.
Harjanti, R.S., E. Purwanti, dan Sarto. 2003. Zat warna kunyit (kurkumin) sebagai indikator
titrasi asam basa. Prossiding Semnas Teknik Kimia Indonesia.
Huri, M.G. 2016. Pengaruh suhu dan lama waktu penyeduhan terhadap aktivitas antioksidan
dan kandungan senyawa alkaloid pada teh celup daun sirsak (Annona muricata
L.). Skripsi S1. Fakultas Teknologi Pertanian. Semarang. Diakses pada tanggal 3
Juli 2018.
Ibrahim, A.M., Yuanianta, dan F.H. Sriherfyna. 2015. Pengaruh suhu dan lama waktu
ekstraksi terhadap sifat kimia dan fisik pada pembuatan minuman kopi. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 3(2):530-541.
Krystyna, 2016. Comparative Studies on the Antioxidant Properties of Different Green Coffee
Extracts. Via : https://www.researchgate.net/publication/312032546.
Liska, K., 2004, Drugs and The Body with Implication for Society, Edisi 7th ed,Pearson, New
Jersey
Maramis, R.K., Gayatri C., dan Frendly W., 2013,Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di
Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis, Jurnal Ilmia Farmasi, 2 (4)
: 122-128.
Mulato, S. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian Nasional Yang
Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam
Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai
Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Bandung : 16 – 17 Oktober 2002. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Naczk, M.,Shahidi, F. 2004. Extraction and Analysis of Phenolic in Food. Journal
ofChromatography A. 1054: 95-111.
Nindyasari. 2012. Pengaruh suhu dan waktu penyeduhan kopi hijau serta proses pencernaan
in vitro terhadap aktivitas inhibisi lipase. Skripsi S1.Insitut Pertanian Bogor, Bogor.
Diakses pada tanggal 3 Juli 2018.
Nurhanan, A.R., Wan Rosli W.I. 2012. Evaluation of Polyphenol Content and Antioxidant
Activities of Some Selected Organic and Aqueous Extracts of Cornsilk (Zea Mays
Hairs). Journal of Medicial and Bioengineering. 1(1): 48-51.
Pengabean, E. 2012. The Secret Barista. PT Wahyumedia. Jakarta.
Pagiling, N. 2014. Penentuan Kadar Polifenol dan Kafein dari Daun dan Kulit Buah Kopi
Arabika (Coffea arabica. L) Asal Tana Toraja. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rahayu, T. dan Triastuti, R., 2007, Optimasi Fermentasi Cairan Kopi Dengan Inokulan Kultur
Kombucha (Kombucha Coffee),Jurnal Penelitian Science dan Teknologi, 8(1) : 15-
29
Rahayuningsih, Dwi. (2014). Pengaruh Suhu dan Waktu Penyeduhan Kopi terhadap Kadar
Kafein. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah

7
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Digital Library. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/776/1/tekper ridwansyah4.pdf .
Rohdiana, D. 2008b. Manufacturing of Green Coffee Effervescent Tablet. Proceeding of The
International Conference on Coffee Culture and Science. November 4-6 Shizuoka
Japan.
Ruku, S., S. Muttakin, dan Syamsiar. 2006. Penanganan pasca panen kopi. Buletin
S. Widyotomo, “kafein : senyawa penting pada biji kopi,” vol. 23, no. 1, hlm. 7.
Sudarmadji, S., Haryono, B, Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian, Liberty,Yogyakarta, 150-158
Spinale and J. James 1990. Komoditi Kopi dan Peranannya Dalam Perekonomian
Indonesia.Yogyakarta : Kanisius.
Septianus. 2009. Karakteristik dan Deskripsi Cita Rasa Kopi. Available
from:http://www.kopiaseli.net. Diakses pada tanggal 6 Februari 2018.
Tria, A. R., C. Saleh, dan Alimudin. 2015. Analisis Kafein dalam Kopi Robusta (Toraja)
dan Kopi Arabika (Jawa) dengan Variasi Siklus Pada Sokletasi. Samarinda.
Kimia FMIPA Unmul. Vol.13 No.1. Hal. 43-44.
Tranggono, S., Sutardi, Haryadi, A. Suparno,S. Murdiyati, K. Sudarmadji, S. Rahayu,M.
Naruki, dan Astuti. 1990. Bahan tambahan makanan (food additive). Pusat antar
universitas pangan dan gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tambun, R., H.P. Limbong., C. Pinem., dan E.Manurung. 2016. Pengaruh ukuran partikel,
waktu dan suhu pada ekstraksi fenol dari lengkuas merah. Jurnal Teknik Kimia.
5(3):4.
Yusianto. 1999. Komposisi kimia biji kopi dan pengaruhnya terhadap citarasa seduhan.
Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 19, 152-170.
Wazir, D., S. Ahmad., R. Muse., M. Mahmood.,M.Y. Shukor. 2011. Antioxidant
activities of different parts of Gnetum gnemon L. Journal Plant Biochemistry
and Biotechnology. 20(2):234-240.
Widyotomo, Sukrisno, S. Mulato, H. K. Purwadaria dan A. M. Syarief. (2009).
Karakteristik Proses Dekafeinasi Kopi Robusta dan Reaktor Kolom Tunggal
Dengan Pelarut Etil Asetat. Available from: http://www.isjd.pdii.lipi.go.id.
Diakses pada tanggal 6 Februari 2018.
Wilujeng, A. 2013. Pengaruh lama fermentasi kopi arabika dengan bakteri asam laktat
terhadap mutu produk. Journal of Chemistry UNESA.
Yondra, A.D., C. Jose, dan H.Y. Teruna. 2014. Total fenolik, flavonoid serta aktivitas
antioksidan ekstrak N-heksana,diklorometan dan metanol Amaranthus spinosus
L. kopi. Journal FMIPA. 1(2):359-369.

You might also like